Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160394 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Triharyadi
"Pemisahan pemilik dan pengelola menjadi pihak yang berbeda dari suatu perusahaaan sering menimbulkan masalah. Penelitian empiris yang pernah dilakukan oleh para ahli keuangan menyimpulkan hasil yang bervariasi terhadap hubungan struktur kepemilikan dengan stock return atau keberadaan dari agency problem.
Penelitian ini pada dasarnya ingin menjawab permasalahan pokok penelitian keberadaan agency problem pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Permasalahan ini kemudian diturunkan pada pertanyaan: Adakah hubungan struktur kepemilikan dengan stock return pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?
Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut, penulis menggunakan suatu model yang digunakan oleh Kim, Lee dan Francis (1988), yaitu:
rit = b0+ b1(JMit) + b2(EPit) + b3(Size) + b4 {Beta it)
Selanjutnya dengan menggunakan regresi linear, data rit , JMit , EPit, Size dan Beta it dianalisis. Dari analisis linear ini akan diperoleh nilai b1. Jika nilai b1 adalah nol (0), artinya tidak ada hubungan struktur kepemilikan dengan stock return, Jika nilai b1 adalah bukan nol (0), artinya ada hubungan antara struktur kepemilikan dengan stock return. Hasil ini mendukung keberadaan dari agency problem.
Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan Indonesia yang sudah terdaftar pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 31 Mei 2001, yaitu sebanyak 298 perusahaan emiten. Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratifikasi (stratified sampling) dengan 4 kriteria, yaitu: perusahaan tersebut harus terdaftar pada Bursa Efek Jakarta sebelum 4 Januari 1999, perusahaan tersebut telah menyerahkan laporan keuangan tahun 1999 dan 2000, dan perusahaan tersebut menerbitkan komposisi kepemilikan saham pada akhir tahun 1999 dan 2000. Dari kriteria ini didapatkan sampel sejumlah 247 perusahaan.
Untuk melihat kondisi perusahaan dalam dua tahun terakhir, maka kurun waktu pengamatan penelitian ini diambil sejak 4 Januari 1999 sampai dengan 22 Desember 2000. Banyak pengamatan dalam periode ini sama dengan 486 hari pengamatan.
Hasil penelitian dan pengolahan data menggunakan program SPSS versi 10.0. Dilihat dari uji t pada tahun 1999 ditemukan hanya variabel EP dan BETA yang signifikan. Sedangkan pada tahun 2000 hanya BETA yang secara konsisten signifikan. Hal ini berarti secara tidak cukup kuat data untuk menolak Ho.
Berdasarkan ini disimpulkan bahwa secara empiris dibuktikan bahwa tidak ada pengaruh tingkat kepemilikan orang dalam terhadap stock return perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta (menerima Ho dan menolak Hi). Hal ini belum mengindikasikan keberadaan agency problem di Indonesia. Dari temuan ini dapat dilihat pasar modal di Indonesia dan di luar negeri adalah berbeda jika kita melihat ke penelitian sebelumnya oleh Kim, Lee dan Francis (1988). Nilai VIF dan uji Durbin Watson menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini tidak mengalami multikolinearitas dan autokorelasi.
Berdasarkan temuan tersebut, maka peneliti dapat memberi rekomendasi bahwa untuk memperkirakan stock return dari perusahaan-perusahaan terbuka di Indonesia tidak cukup dengan melihat pada struktur kepemilikan yang diwakili oleh tingkat kepemilikan orang dalam. Para pengamat pasar modal juga perlu memperhatikan faktor-faktor lainnya, misalnya faktor pengaruh perubahan dan perkembangan sosial, politik, budaya dan keamanan karena pada saat pengamatan ditemukan pengaruh faktor kepemilikan, ukuran, EIP ratio dan Beta hanya sebesar 4.3%. Kenyataan perbedaan kondisi pasar modal di Indonesia dan di luar negeri dapat dipertimbangkan menjadi penelitian lanjutan. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan dihubungkan dengan perbedaan peraturan yang diberlakukan (contohnya persyaratan untuk IPO) atau perbedaan keras atau tidaknya penegakkan hukum di Indonesia.

Relation of Ownership Structure and Stock Return (Empirical Study on Jakarta Stock Exchange Listed Companies)Separation on any company owners and managers often raise problems. Empirical studies on ownership structure show various results for agency problem existences or ownership structure relationship to stock return.
This study, basically, has a purpose to answer the relationship between number of insider ownership (manager relation) and listed companies' stock return in Jakarta Stock Exchange. This issue was described in a question: Is there a relationship between ownership structure and listed companies' stock return?
In order to answer this issue, researcher employs Kim, Lee and Francis (1998) model as below:
rit = b0+ b1(JMit) + b2(EPit) + b3(Size) + b4 {Beta it) Using multiple regression, JMit , EPit, Size and Beta it was analyzed.
This multiple regression obtains bi value. If b1 value were equal to zero, it means that no relationship between ownership structure and stock return. If b1 value were not equal to zero, it means there is a relation between ownership structure and stock return. This result supports the existences of agency problem.
This research population is every Indonesian company that listed on Jakarta Stock Exchange on May 31St 2001, which are 298 companies. Sample was chosen with stratified sampling in 4 criteria, that is: listed before January 4, 1999, already give 1999 and 2000 financial report, and has issued stock ownership composition at the end of the year (1999 and 2000). The sample becomes 247 companies. In order to show the companies condition in last two years, sample had been observed since January 4, 1999 to December 22, 2000. Observation amount in this period is equal to 486 observations.
The result and data processing used SPSS ver. 10.0. T test showed that on 1999 only EP and BETA was proved as significance variable. On 2000 only BETA showed consistency as significant factor. It means observations not strong enough to reject Ho. The conclusion was there is no influence insider ownership to Jakarta Stock Exchange listed companies (accept Ho and reject H1). This finding could not indicate agency problems in Indonesia. V1F value and Durbin Watson test showed variables not have multicollinearity and autocorrelation.
Based on that finding, researcher has recommended that stock return prediction didn't need insider ownership factor. The stock market observer should consider such another factor as developments and changes in social, politic, culture and safety matter, since the influence of those independent variables only 4.3%. The difference between capital market in Indonesia and outboard could be considered to be the next studies. The studies would be related to different regulation (e.g. IPO requirements) or different law enforcement."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Victor Edward
"Pasar Modal merupakan salah satu wahana yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan eksternal bagi dunia usaha dan juga menjadi wahana investasi bagi masyarakat. Peranan pasar modal sangat dominan dalam rangka pembangunan ekonomi, karena dapat lebih efektif menghimpun dana dari masyarakat. Untuk dapat mewujudkan fungsinya sebagai lembaga keuangan bukan bank dibutuhkan pasar modal yang efisien. Menurut Newman & John Well (1967), Fama (1970), pasar modal disebut efisien jika harga sekuritas sudah mencerminkan informasi yang tersedia.
Penelitian ini dilatarbelakangi hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya seperti : Sharpe (1964), Lintner (1965), dan Black (1972) yang disebut model SLB, yang didukung oleh penelitian Fama - Mac Beth (1973), juga peneliti lainnya Banz (1981), Bhandari (1988), Stattman (1980) dan Rosenberg, Reid, dan Lanstein (1985), Chan, Hamao dan Lakonishok (1985) demikian juga Ball (1978), Basu (1983), Reinganum (1981), Lakonishok dan Shapiro (1986).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara imbal hasil saham sebagai variabel dependen dengan empat variabel yang mempengaruhinya seperti : Market RisI Risiko Pasar (bm), Debt Equity Ratio (DER), Book to Market Equity (BE/ME), Earning to Price Ratio (EIP) sebagai variabel independen pada pasar modal di USA dan di Jepang. Dalam penelitian ini peneliti memasukkan Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield(DY) sebagai variabel independen tambahan.
Data diperoleh dari Bursa Efek Jakarta, terdiri dari pertama harga saham yaitu harga penutupan akhir tahun mulai tahun 1997 sampai dengan tahun 2001, kedua IHSG yang digunakan adalah nilai akhir tahun kecuali pada tahun 2002 yang digunakan adalah data akhir kwartal pertama, dan ketiga data lainnya yang dipublikasikan setiap akhir tahun. Sampel penelitian adalah 239 perusahaan yang terdaftar di BEJ selama lima tahun berturutturut dari tahun 1997 hingga 2001.
Hasil penelitian menunjukkan enam variabel independen yang digunakan dapat memprediksi variasi imbal hasil saham hampir secara akurat (Adjusted R Square = 0,925). Berdasarkan Uji F diketahui bahwa model regresi yang digunakan adalah signifikan sehingga dapat dipakai untuk memprediksi imbal hasil saham atau harga saham. Berdasarkan Uji T diketahui bahwa dari keenam variabel independen yang digunakan hanya variabel risiko pasar (bm) saja yang berhubungan signifikan dengan imbal hasil saham, sedangkan lima variabel lainnya yakni : BE/ME, E/P, DER, DPR dan DY tidak signifikan. Artinya hanya variabel bm saja yang dapat digunakan untuk memprediksi imbal hasil saham. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang pemah dilakukan oleh Sharpe (1964), Lintner (1965), dan Black (1972) seta Fama - Mac Beth (1973).
Dari hasil penelitian ini, peneliti memberi rekomendasi kepada perusahaan-perusahaan yang mempunyai risiko (b) yang tinggi perlu meningkatkan kinerja dan mengkaji prospek usahanya agar tidak rentan terhadap krisis ekonomi. Para investor juga perlu memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti pengaruh perubahan dan perkembangan sosial, politik, dan keamanan, karena hal tersebut dapat mengakibatkan faktor risiko yang makin tinggi. Perbedaan kondisi pasar modal di Indonesia dengan di USA dan di Jepang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan dengan kurun waktu periode penelitian yang lebih panjang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenny Moedjilestarini
"Economic Value Added (EVA) dianggap berbeda daripada pengukuran kinerja yang lain karena EVA memperhitungkan opportunity cost of equity, yaitu menghitung selisih antara tingkat pengembalian modal dengan biaya modal dan dikalikan dengan nilai buku dari modal yang digunakan (Sartono & Setiawan, 1999:24). Banyak manfaat dan kelebihan yang dapat diperoleh dengan menerapkan pendekatan EVA di perusahaan. Namun, apakah EVA sebagai salah satu tolak ukur kinerja dapat diterapkan dan bermanfaat bagi para investor di Indonesia yang terdaftar di BEJ inilah yang merupakan dasar penelitian ini. Kondisi inilah yang mendasari diajukan pokok permasalahan tesis ini yaitu bagaimana antara hubungan EVA dengan nilai perusahaan dan bagaimana hubungan antara EVA dengan kemakmuran pemegang saham.
Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan hubungan antara hubungan EVA dengan nilai perusahaan dan menjelaskan hubungan antara EVA dengan kemakmuran pemegang saham dengan menggunakan variabel-variabel EVA, MVA yang mencerminkan tambahan nilai perusahaan dan Abnormal Return yang mencerminkan kemakmuran pemegang saham. Selanjutnya digambarkan hubungan antara EVA dengan MVA dan Abnormal Return. Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif untuk menjelaskan sesuatu dan menganalisis hubungan antar variabel, dengan menggunakan data sekunder dari perusahaan, BEJ dan sumber data lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata tidak ada hubungan antara EVA dengan MVA, antara perubahan EVA dengan MVA, dan antara perubahan EVA dengan perubahan MVA. Selain itu ternyata juga tidak ada hubungan antara EVA dengan Abnormal Return, antara perubahan EVA dengan Abnormal Return dan antara perubahan EVA dengan perubahan Abnormal Return. Atas dasar basil penelitian di atas, maka penulis memberikan saran-saran antara lain saran pertama: Dalam mengukur kinerja perusahaan di Indonesia dapat digunakan pengukur kinerja selain EVA seperti NOPAT karena temyata EVA belum dapat digunakan di Indonesia. Saran kedua : Untuk penelitian selanjutnya, dalam metodologi perhitungan EVA, dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan keuangan yang terdapat dalam neraca agar memperoleh EVA yang lebih mencerminkan economic profit yang dihasilkan perusahaan dan memperbaiki bias yang mungkin ditimbulkan oleh kecenderungan perusahaan untuk merekayasa laporan keuangan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Ambarsari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik perusahaan berupa ukuran perusahaan, cash flow, dividend payout ratio, leverage, net working capital, market to book ratio terhadap tingkat cash holdings perusahaan. Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana tingkat speed of adjustment bagi perusahaan dengan tingkat actual cash yang lebih rendah maupun lebih tinggi dibandingkan target cash holdings-nya. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan non-finansial yang terdaftar di BEI selama periode 2010 - 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah Pooled Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, leverage, capital expenditure, net working capital dan MTB memiliki pengaruh yang negative terhadap cash holdings. Sedangkan variabel cash flow dan dividend payout ratio berpengaruh secara positif terhadap cash holdings perusahaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perusahaan dengan cash holdings yang lebih tinggi dibandingkan target cash holdings-nya memiliki speed of adjustment yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan cash holdings yang lebih rendah dibandingkan target cash holdings-nya.

Cash holdings is defined as firm’s liquid asset that can be used to finance their investment activities or it can be distributed to shareholders as dividend. According to pecking order theory, to minimize asymmetric information cost and other financing cost, firms will finance their investment activities first from their internal financing then with safe debt and risky debt, and finally with equity. A firm needs cash to finance their operating activities such as paying wages or paying taxes. Cash can be obtained from various ways such as product sales, new financing, or the selling of assets. The cash inflows and cash outflows are not perfectly synchronized; therefore, cash holdings act as a buffer (Ross, 2019). This paper aims to investigate the determinants of corporate cash holdings and estimate the cash holdings speed of adjustment on non-financial firms listed in IDX. The method utilized in this paper is panel data techniques. Our results suggest that cash holdings are positively affected by cash flow and dividend payout ratio. Firm size, leverage, capital expenditure, net working capital and market-to-book are negatively related with cash holdings. Our result also shows that firms with higher cash holdings than the target level have a higher speed of adjustment than firms with cash holdings that is lower than the target level."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Wahyu Hidayat
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh research and development expenditure terhadap kinerja dan nilai perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2017-2021. Research and development expenditure diproksikan dengan logaritma natural dari research and development expenditure masing-masing perusahaan. Sedangkan kinerja perusahaan dilihat dari kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA dan ROE serta kinerja pasar yang diproksikan dengan Tobins’q. Selanjutnya nilai perusahaan diukur dari logaritma natural dari market capitalization atau total kapitalisaasi pasar. Dengan menggunakan analisis data panel, hasil penelitian ini menunjukan bahwa research and development expenditure berpengaruh positif terhadap kinerja dan nilai perusahaan.

This study aims to examine the impact of research and development expenditure on the performance and firm value of companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2017-2021. Research and development expenditure is proxied by the natural logarithm of each company's research and development expenditure. The performance of the companies is measured by financial performance indicators, namely Return on Assets (ROA) and Return on Equity (ROE), as well as market performance measured by Tobin's Q. Furthermore, firm value is assessed by the natural logarithm of market capitalization, representing the total market capitalization. Using panel data analysis, the findings indicate that research and development expenditure has a positive impact on both the performance and firm value."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Suryowati
"ABSTRAK
Penelitian ini berusaha mencari hubungan antara kinerja dan risiko perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Kinerja merupakan sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja. Indikator kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital asset ratio (CAR), interest income to total produclive cm-set (IITTPA), coefficient of variation of return on asset (CVROA), coefficient of variation of return on equity (CVROE), operating expense to operating income (OETOI), loan to deposit ratio (LDR), liquidity (LIQ), coefficient of variation of total deposit (CVDEP), coefficient of variation of earning pershare (CVEPS), dividend payout ratio (DPR) dan loan loss experience dan (LOSS). Risiko merupakan suatu keadaan dimana lebih dari satu kemungkinan basil terjadi. Konsep risika dalam penelitian ini adalah risiko yang berhubungan dengan investasi modal pemilik saham sehingga digunakan ukuran risiko yang ditentukan pasar yang berasal dari teori portofolio_Ukuran risiko yang digunakan adalah beta untuk risiko sistematis, deviasi standar dari residual untuk risiko tidak sistematis dan deviasi standar dari tingkat keuntungan saham individu untuk risiko total.
Bank-bank yang menjadi obyek penelitian adalah bank-bank go public yang berjumlah 22 bank. Ukuran kinerja diperoleh melalui data-data yang ada pada laporan keuangan berupa neraca dan laporan nlgi labs tiap-tiap bank tahun 1992 - 1997. Ukuran risiko diperoleh melalui estimasi persamaan Ra = ai + bi Rml + eit, dimana Rit dan Rml, adalah perubahan harga saham bank i dan portofolio pasar tiap bulan. Koefisien b merupakan estimasi β (beta) yang mencerminkan ekpektasi investor terhadap hubungan antara return perusahan dan return pasar (ukuran resiko sistematis) dan untuk ukuran risiko total adalah deviasi standar dari return saham i sedangkan ukuran risiko tidak sistematis merupakan deviasi standar dari residual i, Data untuk mendapatkan ukuran risiko berasal dari daftar kurs resmi bulanan Bursa Efek Jakarta, periode Januari 1992 - Juni 1997.
Analisis hubungan antara kinerja dan risiko ini menggunakan persamaan regresi linier berganda dengan kinerja sebagai vanabel bebas dan risiko sebagai variabel tergantung. Guna mendapatkan persamaan regresi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) maka dilakukan pengujian terhadap tiga dari enam asumsi dasar klasik regresi yaitu multikoliniaritas, heterokedastisitas dan otokorelasi. Proses perhitungan regresi dan pengujian asumsi dasar klasik dilakukan dengan menggunakan bantuan software program TSP 7. Dalam analisis ini dilihat hubungan antara kinerja dan risiko keseluruhan bank dan dilihat pula perbedaan pengaruh kinerja terhadap risiko antar kelompok bank.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja terhadap risiko baik risiko sistematis, risiko total juga risiko tidak sistematis. Pada industri perbankan secara keseluruhan bank besarnya kontribusi variasi capital asset ratio, interest income to total productive asset , coefficient of variation of return on equity, operating expense to operating income, loan to deposit ratio, likuiditas, coefficient of variation of total deposit, coefficient of variation of earning pershare, dividend payout ratio dan loss terhadap risiko sistematis sebesar 88,87%, terhadap risiko tidak sistimatis sebesar 88,50% dan terhadap risiko total sebesar 88,32%. Dari kesepuluh variabel bebas tersebut yang mempunyai pengaruh terhadap risiko sistematis, risiko tidak sistematis dan risiko total adalah coeefcient of variation of return of equity. Variabel bebas yang mempunyai pengaruh terhadap risiko tidak sistematis dan risiko total adalah coefficient of variation of earning pershare dan operating expense to operating income. Variabel bebas yang mempunyai pengaru hanya terhadap risiko sistimatis adalah capital asset ratio.
Terdapat perbedaan pengaruh kinerja terhadap risiko antar kelompok bank besar dan kelompok bank kecil. Besarnya perbedaan pengaruh loan to deposit ratio terhadap risiko sistematis, risiko tidak sistematis dan risiko total antara kelompok bank besar dan bank kecil adalah sebesar 0,003 untuk risiko sistimatis, sebesar -0,125 untuk risiko tidak sistimatis dan sebesar -0,121 untuk risiko total. Perbedaan pengaruh coefficient of variation of earning pershare terhadap risiko sistematis dan risiko total antar kelompok bank besar dan bank kecil besarnya adalah -0,013 untuk risiko sistimatis dan sebesar -0,184 untuk risiko total. Kinerja yang mempunyai perbedaan pengaruh terhadap risiko tidak sistimatis dan risiko total antar kelompok bank adalah coefficient of variation of return on equity, coefficient of variation of deposit dan loan loss experience. Besar perbedaan pengaruh loan loss experience terhadap risiko tidak sistimatis dan risiko total masing-masing sebesar -2,132 dan -2,098. Besar perbedaan pengaruh coefficient of variation of deposit terhadap risiko tidak sistimatis sebesar -0,619 dan terhadap risiko total sebesar 0,637. Besar perbedaan pengaruh coefficien of variation of return on equity terhadap risiko tidak sistimatis dan risiko total masing-masing sebesar -2,644 dan -2,643. Perbedaan pengaruh capital asset ratio terhadap risiko sistimatis antar kelompok bank besar dan bank kecil adalah sebesar -0,024.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Satria Aulia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskanpengaruh kualitas corporate governanceterhadap resiko defaultperusahaan di Indonesia periode 2013-2017. Kualitas Corporate governancedalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan indikator kualitas penerapan corporate governanceyang terdapat dalam Horwath Report (2008).Resiko Defaultdalam penelitian ini diukur dengan menggunakan perhitungan Default riskoleh Risk Managament Institute (RMI) NUS. Selain menggunakan variabel utama, terdapat pula variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian yaitu Profitability, Leverage, Likuiditas, Usia Perusahaan dan Ukuruan Aset Perusahaan. Objek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017 berturut-turut. Penelitian ini menggunakan model regresi dengan tiga estimasi yaitu Ordinary Least Square(OLS), Fixed Effect Model(FEM), dan Random Effect Model(REM).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Corporate governanceyang diukur memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kemungkinan Defaultperusahaan di Indonesiaperiode 2013-2017.Tidak hanya itu saja, penelitian ini menemukan bahwa selain variabel utama, variabel kontrol juga memiliki pengaruh terhadap kemungkinan Defaultperusahaan di Indonesia periode 2013-2017 yaitu variabel Profitability, Usia Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan.

This study aims to explain the effect of quality corporate governance on the risk of default companies in Indonesia for the period2013-2017. The quality of Corporate governance in this study is proxied by using quality indicators of the application of corporate governance contained in Horwath Report (2008). The default risk in this study is measured using the calculation of Default risk by the Risk Managament Institute (RMI) NUS. In addition to using the main variables, there are also control variables used in the study namely Profitability, Leverage, Liquidity, Age of the Company and Corporate Asset Ukuruan. The object of research is companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2013-2017 respectively. This study uses a regression model with three estimates, namely Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect Model (FEM), and Random Effect Model (REM).
The results of this study indicate that the measured quality of Corporate governance has a significant negative effect on the possibility of company defaults in Indonesia for the period 2013-2017. Not only that, this study found that in addition to the main variable, the control variable also had an influence on the likelihood of company defaults in Indonesia for the period 2013-2017, namely the variable Profitability, Company Age, and Company Size."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Irman Robinson
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
S19316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Septiana
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan piramida perusahaan keluarga terhadap kinerja perusahaan keluarga. Selain itu penelitian ini juga menguji ada tidaknya sentimen pasar terhadap kinerja perusahaan seiring dengan bertambahnya kepemilikan saham oleh anggota keluarga. Dengan menggunakan 147 sampel perusahaan keluarga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2014, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kepemilikan saham oleh anggota keluarga pada perusahaan mempengaruhi kinerja perusahaan namun efeknya melemah seiring dengan penambahan kepemilkan saham tertentu. Pada akhirnya, penelitian juga menunjukkan kepemimpinan perusahaan oleh angota keluarga baik generasi pertama maupun generasi kedua memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan keluarga.

ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influences of family ownership pyramid structure to family firm performances. Moreover, this research trying to analyze market sentiment due to the increasing of family ownership of the firm. By using 147 family firm sample by periode 2009-2014, the result explain that the increasing of family ownership positively influencing family firm performances until the tipping of point, which weakened the effect of increasing family ownership of the firm. Finally, the research found that the leadership of the firm under the family, negatively significance influencing family performances."
2017
S65965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Z. Arifin
"Tick size atau di BEJ lebih dikenal dengan sebutan fraksi, dianggap membatasi para pedagang dalam meng-.quote saham. Oleh karenanya fraksi perlu diturunkan agar para pedagang lebih bergairah untuk bertransaksi. Penurunan tick size, pada umumnya diharapkan dapat meningkatkan likuiditas overall, yang ditandai dengan: (1) turunnya spread, (2) naiknya volume perdagangan, dan (3) naikrrya depth (volume yang di-quote pada harga terbaik). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahrri pengaruh penurunan fraksi, yang berlaku efektif di BEJ tanggal 3 Juli 2000, terhadap spread (baik quoted spread effective spread maupun realized spread). Sebelum menganalisis perubahan fraksi, terlebih dahrrlu penulis perlu mengaji faktor faktor (attribute) yang mempengaruhi spread. Dengan menggunakan panel data, diketahui bahwa: harga, volatilitas (q), volume perdagangan, dan tidal kapitalisasi merupakan variable signikan yang mempengaruhi spread, sedangkan nilai perusahaan yang diwakili oleh market value of equity (MYE) tidak signifrkan. Oleh karenanya MVE didrop dalam analisis pengaruh perubahan fraksi. Dart analisis perubahan fraksi diketahui, bahwa quoted spread (QS) dan realized spread (RS) relatif turun, sementara effective spread (ES) rekztif mengalcuni kenaikan. Atau dapat dikatakan, bahwa penurunan fraksi bare dinikmati oleh: (1) para profit taker yang mengambil uniting dengan kecilnya tick size (RS) untuk mencapai posisi terbaiknya, (2) relatif menurunkan biaya para penyedia likuiditas (liquidity supplier) maupun peminta likuiditas (liquidity demander) yang berdagang pada harga market order (QS). (3) Sementara pedagang publik yang bertransaksi pada harga atau jumlah di luar quotation, menderita kenaikan biaya (spread) [ES]. Naiknya ES disebabkan para pedagang berhati-hati terhadap front-runner dalam melakukan quotation, sehingga mereka menurunkan jumlah yang ditransaksikan. Karena tidak dipenuhi jumlah yang diminta, mengakibatkan pedagang lain melakukan transaksi di luar harga pasar (quotation), yang pada gilirannya mendapatkan harga yang lebih tinggi, atau effective spread relatif mengalami kenaikan (ES naik). Volume perdagangan yang diharapkan mengalami kenaikan, baru dilakukan oleh para profit taker yang terinformasi dengan baik, dimana dengan satu tick yang lebih kecil (Rp 5,-) mereka bisa mendapatkan posisi terbaiknya (one-tick-better). Sedangkan pedagang lain untuk mendapatkan posisi yang aman, dengan hati-hati merrurunkcan jumlah yang ditransaksikan (yang merryiratkan turunnya depth). Kekhawatiran ini telah ditemukan oleh para peneliti sebelumnya seperti: Harris (1997, 1999), Ahrz, Cao, dan Choe (1996), Bacidore (1997), Porter dan Weaver (1997), Bollen dan Whaley (1998), dan Goldstein dan Kavajecz (2001). Bahwa penurunan tick size akan menurunkan depth. Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa penurunan tick size di BEJ belum sepenuhnya meningkatkan efisiensi, karena bagi pedagang professional secara relatif menikmati penurunan biaya perdagangan, sementara pedagang publik dirugikan karena tidak terinformasi dengan baik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T19438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>