Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soeryoto
"Akibat rendahnya cakupan penimbangan balita di posyandu tahun 1999 (angka D/S) maka 7.396 (4,72%) balita di Sumatera Barat jatuh pada keadaan kurang energi protein (KEP) sedang, 2.092 (1,3%) jatuh pada keadaan KEP berat (busung lapar), dengan kematian sebanyak 20 balita (0,05%). Untuk menurunkan angka KEP di atas pemerintah melaksanakan program penimbangan di posyandu di setiap desa. Kehadiran posyandu di setiap desa diharapkan mampu meningkatkan jumlah penimbangan balita (D/S) dengan demikian sekaligus mampu memperluas pemantauan status gizi balita dan program posyandu lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran cakupan penimbangan balita di posyandu, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan cakupan tersebut serta melihat faktor mana yang paling dominan dalam mempengaruhi cakupan penimbangan di posyandu. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan responden sebanyak 106 ibu balita di Kecamatan. IV Jurai Kabupaten. Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat. yang dipilih secara systematic random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan penimbangan balita di kecamatan ini sebesar 51,2%. Terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan cakupan penimbangan balita yaitu faktor status bekerja dan pengetahuan ibu mengenai posyandu, faktor pelayanan posyandu serta faktor pembinaan oleh kader. Faktor pelayanan posyandu ternyata merupakan faktor dominan dari keempat faktor di atas.
Penelititan ini juga menyarankan agar semua pihak khususnya jajaran kesehatan baik di level Puskesmas maupun tingkat Kabupaten Pesisir Selatan untuk tetap terus berusaha memperbaik manajemen mutu pelayanan kesehatan khususnya di tingkat posyandu. Juga disarankan agar Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan menganggarkan alokasi khusus kegiatan pelayanan posyandu untuk tahun anggaran 2001 dalam rangka mengantisipasi diberlakukannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah.

Correlation Between Mothers Characteristics of Under Five Children and Weighing Coverage in IV Jurai Sub District West Sumatera Province in Pesisir Selatan District, 2000A low weighing coverage for under five children in West Sumatera in 1999 caused a high prevalence of protein energy malnutrition, 4.72% and 1.3% respectively, for moderate and severe PEM with 0.05% death rate. To decrease the prevalence mentioned above government implements weighing program (integrated health posts, Posyandus ) in villages. The Posyandus are expected to increase the weighing coverage in order to monitor mutational status of the children.
This study aims to obtain a figure of weighing coverage at the Posyandus and factors related to coverage and also to know the predominant factors among them. The study was conducted in IV Jurai sub district.
Study design was a cross sectional one with under five old mothers as sample The number of respondents. The number of respondent was 106 selected through a systematic random sampling.
The study showed that 51.8% of the children have been coming to the Posyandu. The Study concluded that there are four variables correlating to weighing coverage. The four variables are: job mothers, factors related to Posyandu service, knowledge mother's and guidance of cadre.
Based on the study results it is suggested that Pesisir Selatan administration office district has to allocate the operational Posyandu budgeting in 2001.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naima Hayati B.
"Angka Kurang Energi Protein (KEP) di Indonesia 63,9 % (SKRT,1997) sementara di Propinsi Sumatera Barat angka KEP Total sebesar 20,1 % dan Kabuptem Padang Pariaman 25 % ( Profil Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman 1998). Untuk menurunkan Angka KEP pemerintah melaksanakan program penimbangan di posyandu di setiap Desa. Kehadiran posyandu di setiap desa di harapkan mampu menurunkan angka KEP dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama balita.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran cakupan penimbangan balita di posyandu dilihat dari faktor-faktor kader yang berhubungan dengan cakupan penimbangan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Sumatera Barat.
Rancangan penelitian yang digunakan Cross Sectional. Sampel penelitian adalah kader posyandu yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman dan pengambilan sampel dilakukan secara Sistematic Random Sampling sebanyak 110 kader.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa 60 % cakupan penimbangan balita di posyandu Kabupaten Padang Pariaman masih rendah (DIS<60%) dan 40 % dengan cakupan penimbangan baik (DIS > 60 %). Penelitian ini menyimpulkan bahwa di Kabupaten Padang Pariaman tidak jauh berbeda antara posyandu yang mempunyai cakupan penimbangan baik dan yang kurang. Faktor supervisi petugas kesehatan, kemampuan motivasi kader, keaktifan kader, pendidikan kader dan pembinaan desa mempunyai hubungan yang bermakna terhadap cakupan penimbangan balita.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas supervisi petugas kesehatan, pelatihan kader yang berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan motivasi kader, memberikan reward kader dalam menunjang keaktifan kader dan meningkatkan pembinaan desa guna meningkatkan cakupan penimbangan balita di posyandu tesebut.

The figure of Kurang Energi Protein (KEP) or Protein Energy Deficiency in Indonesia is 63,9%(SKRT), while in West Sumatera Province Total KEP reaches 20,1%, and in Padang Pariaman District it is 25% (Health Profile of Padang Pariaman District, 1998). To lower those figures on KEP, the government caries out a body weighing program for balita or children under five at posyandus or integrated health service posts shelter in every village. The existence of such posts is expected to decrease the figure of KEP and enhances the quality of health of the people, particularly children under five.
This study was aimed to obtain adescription of the range of the body weighing program for children under five at posyandus viewed in respect of factors on cadres that correlate with the rang of the program. This study was conducted in Padang Pariaman District of West Sumatra Province.
The research design employed was a cross sectional study included cadres of posyandus that spread in Padang Pariaman District. Sample selection was carried out through a systematic random sampling and come up with a number off 110 cadres. The study results reveal that 60% of the coverage of weighing program for children under five at posyandus in Padang Pariaman District is poor (D/S <60%) and 40% indicate good coverage of weighing program (DIS > 60%).
This study concludes that there is a little difference in figure between posyandus with good coverage of the program and posyandu with poor coverage of the program. Factors such as supervision by health staff, cadres' activities, cadres' education and guidance from the village office have significant correlation with the coverage of weighing program for children under five.
Based on the findings, it is recommended that the quality and the quantity of supervision by health staff be increased, regular training program for improving the quality of the cadres be established, cadres be rewarded for their involvement in the program and guidance from the village office be increased to expand the range of the weighing program for children under five in the local posyandus.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matdani Nurcik
"Masih tingginya angka kesakitan dan kematian pneumonia balita di Indonesia yaitu 10% dari populasi balita dan 6 per 1.000 balita, diikuti oleh masih rendahnya cakupan penemuan penderita pneumonia balita, khususnya di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2000, yang tercatat hanya sebesar 31,1%. Meskipun program P2 ISPA telah dicanangkan sejak tahun 1984 dan difokuskan pada penanggulangan pneumonia sejak tahun 1990, namun cakupan penemuan penderita pneumonia balita baik secara nasional maupun di tingkat propinsi, khususnya di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2000 masih tetap rendah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu petugas kesehatan (profesionalisme petugas P2 ISPA Puskesmas), masyarakat dan fasilitas kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan profesionalisme petugas P2 ISPA Puskesmas dengan cakupan penemuan penderita pneumonia balita di Propinsi Sumatera Selatan tahun 2000. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional Study dan menggunakan analisis kasus kontrol yang tidak berpadanan. Populasi dan sampel penelitian adalah seluruh petugas P2 ISPA Puskesmas di wilyah Propinsi Sumatera Selatan yang bertugas sejak 1 Januari hingga 31 Desember 2000. Data dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara terstruktur, kemudian dianalisis menggunakan program Stata versi 6.0 dan SPSS for Window versi 10.0.
Dari hasil penelitian didapat, 92,51% petugas P2 ISPA Puskesmas mendapatkan cakupan penemuan penderita pneumonia balita <86% (kurang baik) dan 7,49% petugas saja yang mendapatkan cakupan pneumonia balita 86% (baik). Begitu juga dengan profesionalisme petugas P2 ISPA Puskesmas, 71,37% petugas memiliki profesionalisme kurang baik dan 28,63% petugas saja yang memiliki profesionalisme baik. Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada 7 variabel independen yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan variabel dependen (cakupan penemuan penderita pneumonia balita).
Dari analisis regresi logistik multivariat, setelah dilakukan uji interaksi dan analisis faktor konfounding, maka didapat model yang paling sesuai dan sederhana (parsimonious) yang terdiri dari profesionalisme petugas P2 ISPA Puskesmas, pelatihan program P2 ISPA dan supervisi pengelola program P2 ISPA Kabupaten/ Kota ke puskesmas. Dengan demikian, model akhir ini perlu menjadi bahan pertimbangan bagi peningkatan dan pengembangan manajemen program P2 ISPA di Propinsi Sumatera Selatan.

Morbidity and mortality rate of the chidren under-five's pneumonia in Indonesia is high, which is 10% total population and 6 per 1.000. In South Sumatera pneumonia coverage is only 31,1%. Although P2 ISPA program established since 1984 and to be focused in pneumonia prevention since 1990, but the pneumonia coverage nationally or locally still low, especially in South Sumatera. This influenced by three major factors, which is, health providers professionalism, public and health facility.
This study objective is to find out correlation between professionalism of P2 ISPA providers with the children under-five's pneumonia coverage in South Sumatra Province year of 2000. This study is descriptive analytic with Cross Sectional Design and using unmatched case control analysis. Sample and population of this study is all of the providers of P2 ISPA of public health center in Province of South Sumatera which on duty since 1 January to 31 December 2000. Data collected by observation and structured interview and analyzed by Software Stata Version. 6.0. and SPSS for Window version 10.0.
From the results 92,51% P2 ISPA providers in public health center have got under-five's coverage of pneumonia less than 86% (low) and only 7,49% providers got under-five's coverage of pneumonia over 86% (good). Also there are 71,37% providers having low professionalism and 28,63% have good professionalism.
Bivariate analysis shows that there are seven independent variable, which have significant correlation with dependent variable (pneumonia coverage). From logistic regression multivariate analysis after interaction test and confounding factors analysis can determine the appropriate model and simple (parsimonious) that consist of professionalism of P2 ISPA providers, P2 ISPA Training Program, and Management Supervision of P2 ISPA Program from Districs Health Office to Public Health Center. This final model can be taken into consideration to improve and develop management of P2 ISPA program in South Sumatra Province.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Safitri
"Pneumonia pada balita masih merupakan masalah kesehatan utama baik di dunia maupun di Indonesia. Di Indonesia, Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada bayi dan anak balita. Kecamatan Cakung merupakan salah satu daerah yang memiliki kasus pneumonia pada balita yang cukup banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Cakung. Penelitian ini menggunakan desain studi case control. Populasi penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang berada di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cakung.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara paparan asap rokok dalam rumah (OR=4,67; 1,19-18,33); tingkat konsumsi rokok (OR=2,77; 1,12-6,86), pencahayaan alami dalam rumah (OR=5,16; 1,94-13,70); pengetahuan ibu (OR=3,85; 1,12-13,25), status gizi (OR=9,14; 1,90-43,89), riwayat imunisasi (OR=3,85; 1,12-13,25) dan riwayat ASI ekslusif (OR=3,11; 1,24-7,78) terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Cakung. Faktor yang diprediksi paling dominan mempengaruhi kejadian pneumonia adalah status gizi (OR=5,607; 1,082-29,058).

Pneumonia in children under five is still major public health problem in the world or in Indonesia. In Indonesia, Pneumonia is the number two cause of death in infants and children under five. Cakung sub-district is one of the areas that have quite a lot cases of pneumonia in children under five. This study aimed to determine the risk factors associated with the incidence of pneumonia in children under five in the region of Cakung sub-district health center. This study uses a case control study design. The population in this study are all of children aged 12 month until 59 months who lived in the region of Cakung sub-district health center.
The results of this study indicate that there was a significant correlation between exposure to secondhand smoke in the home (OR = 4.67; 1.19 to 18.33); the number of ciggarates smoked per day (OR=2,77; 1,12-6,86), lighting in the home (OR = 5.16; 1.94 to 13.70), knowledge of mothers (OR = 3.85; 1.12 to 13.25), nutritional status (OR = 9.14; 1.90 to 43.89), immunization history (OR = 3.85; 1.12 to 13 , 25) and a history of exclusive breastfeeding (OR = 3.11; 1.24 to 7.78) with the incidence of pneumonia among children under five in the region of Cakung sub-district health center. The variable that predicted the most dominant cause of pneumonia is the nutritional status (OR = 5.607; 1.082 to 29.058).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Tricia
"Posyandu merupakan salahsatu bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu fimgsi posyandu adalah untuk memantau kcschatan dan pertumbuhan perkembangan balita lewat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di posyandu. Kehadiran ibu di posyandu dengan membawa anak balitanya sangat mendukung tercapainya salah satu tujuan posyandu yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta memantau tumbuh kemhang balita dalam upaya menoegah tenjadinya kasus gizi kurang atau gizi buruk.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk m getahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu untuk membawa anak balitany kc posyandu. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain penelitian non-experimental dcngan rancangan potong lintang (cross sectional). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancam menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di semua posyandu di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Sampei penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang berusia diatas l tahun. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 vaziabel yang dimasukkan sebagai variabel kandidat yaitu 5 faktor yang dimasukkan karena bermakna (p value <0,05), 2 faktor karena mempunyai nilai p<0,25, dan 1 &ktor (umur anak balita) karena secara substantif dianggap berpengamh pada tindakan ibil untuk membawa anak balitanya ke posyandu mendapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu tentang posyandu dan adanya dorongan dari tokoh masyarakat adaiah faktor yang mempunyai hubungan bermakna. Sedangkan faktor umur anak balita, pengetahuan ibu tentang KMS dan jadwal pelaksanaan posyandu sebagai variabel kontbunding.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa faktor yang paling dominan adalah pengetahuan ibu tentang posyandu dengan OR sebesa: 2,689 yang aninya rcsponden yang memiliki pengetahuan tentang posyandu yang baik akan selalu datang kc posyandu dalam 3 bulau terakhir sebesar 3 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan tentang posyandu yang kurang, setelah dikontml variabel dorongan dari tokoh masyarakat, umur anak balita, pengetahuan ibu tentang KMS dan jadwal pelaksanaan posyandu.
Untuk itu disarankan untuk lebih menggalakkan kegiatan promosi kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan xnengaktifkan tokoh masyarakat agar dapat mendorong ibu untuk membawa anak baljtanya ke posyandu.

The integrated health post is one of community participation in enhancing the health status. One of functions of the integrated health post is to monitor the health, development, and growth of under-five children through activities conducted in it. Mothers attendance in the integrated health post with their children encourage to achieve the aim of the integrated health post that is to increase the mother and children health as well as to monitor the children’s growth and development in preventing malnutrition.
The objective of this study was to assess factors related to mothers decision to bring their children to the integrated health post. It was non-experimental study with cross sectional design. Interview using questionnaire was conducted to collect data. The study wa conducted in all ofthe integrated health posts at Palas Sub District in South Lampung District. Sample in this study were mothers whose under-tive children with age above one year old. Simple random sampling method was chosen to take the sample.
The study showed that out of 8 variables included as candidate variables in which 5 (tive) factors included had p-value <0.05, 2 (two) factors had p-value <0.25, and the rest (the children age) substantively had an influenced to mo1.her's decision to bring their children to the integrated health posts. The study revealed that mothers knowledge about the integrated health post and encouragement from the public figure in their commtmity were factors that had signihcant association. While the children age, mother's knowledge about health monitoring card, and schedule of integrated health post were confounding factors in the study.
The study concluded that the most dominant factor was mother's knowledge about the integrated health post with 0R=’2.689. It means that respondents whose good knowledge about the integrated health post will always come to the post in the last three months as many as 3 (three) times higher than those whose less knowledge about the integrated health post after controlled by variables of encouragement Bom public figure, children age, mother's knowledge about health monitoring card, and schedule ofthe integrated health post.
It recommended strengthening the health promotion program as effort to increase the community knowledge and to make the local public figure to be more active encouraging mothers to bring their children to the integrated posts.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34381
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Mizan
"Stunting adalah kondisi ketidakmampuan pertumbuhan linier yang terjadi akibat masalah gizi, dan memiliki dampak negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Data SSGI menyebutkan prevalensi stunting pada balita di Provinsi Jawa Barat mencapai 24,5% (tahun 2021) dan 20,2% (tahun 2022). Masih jauh dari target RPJMN 2020-2024 yaitu 14% dan minimal standar WHO yaitu 20%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan akses pelayanan kesehatan balita dengan kejadian stunting di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain cross sectional. Data yang dianalisis bersumber dari SSGI (Studi Stasus Gizi Indonesia) tahun 2021 dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Populasinya sebanyak 4.530 rumah tangga balita, dan sampel sebanyak 4.526 balita di Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara usia balita, berat badan lahir, panjang badan lahir, keberagaman konsumsi, klasifikasi wilayah, fasilitas kesehatan jauh, pemberian vitamin A, status imunisasi, kepemilikan buku KIA, dan sumber air minum dengan kejadian stunting. Penelitian ini menyarankan perlunya peningkatan koalisi stunting lintas sektor di tiap tingkatan wilayah. Dan menempatkan tenaga Kesehatan Masyarakat (Kesmas) dalam program Integrasi Layanan Primer (ILP) untuk mendampingi perawat dan bidan di setiap desa/kelurahan.

Stunting is a condition of linear growth inability that occurs due to nutritional problems, and has negative impacts in both the short and long term. SSGI data states that the prevalence of stunting among toddlers in West Java Province reached 24.5% (in 2021) and 20.2% (in 2022). It is still far from the 2020-2024 RPJMN target of 14% and the minimum WHO standard of 20%. The aim of this research is to determine the relationship between access to health services for toddlers and the incidence of stunting in West Java Province. This research is quantitative with a cross sectional design. The data analyzed comes from the 2021 SSGI (Indonesian Nutritional Status Study) with univariate, bivariate and multivariate analysis. The population was 4,530 households under five, and the sample was 4,526 toddlers in West Java Province. The results of the research show that there is a relationship between toddler age, birth weight, birth length, diversity of consumption, regional classification, distant health facilities, vitamin A administration, immunization status, ownership of KIA books, and drinking water sources with the incidence of stunting. This research suggests the need to increase cross-sector stunting coalitions at each regional level. And placing Community Health (Kesmas) workers in the Primary Service Integration (ILP) program to accompany nurses and midwives in every village/sub-district."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Budianto
"Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (!SPA) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Penyebab terjadinya ISPA pada umumnya adalah rendahnya kualitas udara di dalam atau di luar rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kejadian ISPA pada balita dengan kadar debu udara ruangan di dalam rumah yang di akibatkan oleh kegiatan penambangan dan pengolahan batu kapur serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Popu1asi dalam peneltian ini adalah seluruh anak balita berumur 2-59 bulan dan bertempat tinggal di dua lokasi pemukiman,. yaitu pemukiman yang berjarak 0,5 kilometer dan 15 kilometer dari kegiatan penambangan dan pengolahan batu kaput di Koc.amatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Propinsi Jawa Barat, dengan jumlah sampel masing-masing I00 responden untuk setiap lokasi pemukiman, sampel diambil secara random sampling. Desain studi cross sectional. Data diambil dengan wawancara, observasi dan pengukuran langsung di lapangan. Pengolahan data menggunakan program analisis yang ada di FKM UI. Hasil penelitian diperoleh rata-rata kadar debu ruangan di dalam rumah pada pemukiman yang berjarak 0,5 kilometer dari kegiatan penambangan dan pengolahan batu kapur adalah 136,77 ug/m3 + - 42,184 ug/m3 dengan kisaran 87-284 ug/m3, sedangkan di pemukiman yang berjarak 15 kilometer rata-rata 95,18 ug/m3 + - 18,068 ug/m3 dengan kisaran 55-148 ug/m3. Kejadian ISPA pada balita di pemukiman berjarak 0,5 kilometer dan 15 kilometer dari kegiatan penambangan dan pengolahan batu kapur masing-masing adalah 52% dan 22%. Pada uji bivariat dengan chi square didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara kejadian !SPA dengan jarak dati kegiatan penambangan dan pengolahan batu kapur (p=O,OOO), kejadian ISPA dengan kadar debu udara ruangan (p=O,OOO), kejadian ISPA dengan jenis dinding rumah (p=O,OOO), kejadian !SPA dengan jenis lantai rumah (p=O,OOI), kejadian !SPA dengan letak dapur (p=O,OOO), kejadian !SPA dengan bahan bakar memasak (p=0,027), dan kejadian !SPA dengan status gizi balita (p=0,016). Sedangkan hasil uji multivariat dengan menggunakan regresi logistik diperoleh jarak dari kegiatan penambangan dan pengolahan batu kapur (p=O,OOO), kelembaban udara rumah (p=0,024), jenis dinding rumah (p"'{),OOO), dan status gizi balita (p=0,007) setelah dikontrol oleh faktor-faktor lain. Penelitian ini sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam membuat suatu peraturan atau kebijakan di bidang kesehatan Bagi Dinas Kesehatan atau Puskesmas memberi garnbaran kejadian ISPA pada balita sehingga dapat mengembangkan program yang lebih spesifik untuk menurunkan prevalensi ISPA di daerah penelitian.

Acute Respiratory Infections (ARl) is major health problem in Indonesia. The causality of ARl occurance in a general way is lowest of indoor or outdoor air quality. Objectives of the research to find out there was relation of ARI occurance on children under five with indoor air dust levels that result from the activity of mining and chalk-stone manufacture. Population in the research is all of children under five be old 2-59 month and be a resident in two location of settlement, that is distance of settlement 0,5 km and 1,5 km from the activity of mining and chalk-stone manufacture in cipatat subdistrict west bandung regency west java province. by a piece sample amount of 100 responden for each settlement location. with random sampling and a cross-sectional study, Data handling with three way that is interview, observation, and direct measurement in field. Data analysis in the research using analysis program at FKM UI. Indoor dust levels average at the settlement with distance 0,5 km from the activity of mining and chalk-stone manufacture is 136,77 ug/m3 + - 42,184 ug/m3 within range of 87-284 ug/m3, whereas indoor dust levels average at the settlement with distance 15 km is 95,18 ug/m3 + - 18,068 ug/m3 within range of 55-148ug/m3. The ARI occurance on children under five at the settlement with distance 0,5 km and 15 km from the activity of mining and chalk-stone manufacture is 52% and 22% At bivariate analysis with chi-square, there was significant associations between ARI occurance on children under five at the settlement with distance from the activity of mining and chalk-stone manufacture (p=O,OOOI), ARI occutance on children under five with indoor air dust levels (p=O,OOOI), ARI occurance on children under five with kind of house wall (p=O,OOOI), ARl occurance on children under five with floor type (p=O,OOI ), ARl occurance on children under five with arrest kichen (p=O,OOO I), ARI oocutance on children under five with cooking fuel (p=0,027), ARI occurance on children under five with nutrient status (p=O,OI6). Multivariate analysis with logistics reggression accessible distance from the activity of mining and chalk-stone manufacture (p=O,OOOI), indoor hmnidity (p=0,024), kind of house wall (p=O,OOO I), and nutrient status on children under five (p=0,007) after controlable by the others factor. The research result expectation can helping local government to taldng policy in health sector. For health service or public service given the image of ARI occurance on children under five at the settlement from the activity of mining and chalk-stone manufacture so can develop specific program for sent down ARI prevalence at research area."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20902
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herman
"Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) terutama pneumonia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita di negara berkembang termasuk Indonesia. Dari 15 juta kematian yang diperkirakan terjadi dikalangan anak di bawah usia lima tahun (balita) setiap tahun di negara berkembang, kira-kira 4 juta kematian (26,6 %) disebabkan oleh penyakit ISPA terutama pneumonia. Di Kabupaten Ogan Komering Ilir penyakit pneumonia masih menjadi masalah kesehatan dimana dari data prosentase sepuluh penyebab kematian balita sebesar 30 % menempati urutan teratas.
Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia balita dalam wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2002. Studi ini menggunakan desain kasus-kontrol. Kasus adalah balita yang menderita radang paru ditetapkan berdasarkan kriteria diagnosis Puskesmas yang di dalam registernya dinyatakan sebagai penderita pneumonia, sedangkan kontrol adalah anak balita yang bertempat tinggal dalam satu kelurahan/desa dengan tempat tinggal kasus. Data diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner pada ibu balita dan dilakukan observasi dengan cara pengukuran dan pengamatan untuk mendapatkan data kepadatan rumah dan keadaan ventilasi. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil akhir uji multivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara ventilasi hunian OR=4,21 (95 % CI: 2,0-8,6) p=0,000, riwayat pemberian vitamin A OR=4,14 (95 % Cl: 2,4-7,0) p=0,000 kepadatan hunian 0R=3,41 (95 % CI: 2,0-5,6) p=0,000, adanya perokok dalam keluarga OR= 2,97 (95 % CI:1,6-5,2) F0,000, imunisasi campak OR-2,21 (95 % CI: 1,3-3,6) p=0,002, dengan kejadian pneumonia pada balita.
Dari hasil penelitian ini disarankan agar pemberian vitamin A secara gratis setiap bulan Februari dan Agustus diantarkan langsung oleh kader ke rumah balita, bukan ibu balita yang mengambil kerumah kader/kepala desa. Mengadakan penyuluhan kesehatan masyarakat mengenai pengaruh buruk rokok terhadap kesehatan balita, manfaat imunisasi campak dalam rangka untuk mencegah terjadinya pneumonia pada balita. Kerja sama lintas sektoral dengan Dinas Pekerjaan umum dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan perumahan terutama mengenai ventilasi hunian yang memenuhi syarat kesehatan dan kepadatan hunian.

Acute respiratory infection especially pneumonia, is the number one cause of mortality and morbidity of infant and children in developing countries included Indonesia. U the developing countries, about 4 millions out of 15 millions under five deaths every year are due to acute respiratory tract infection. In Ogan Komering Ilir district, pneumonia is still a major health problem and also a number one rank among ten cause of children under five years morbidity rate with 33 %.
The aim of this study is to investigate factors related to pneumonia incidence in children under five years in Ogan Komering Ilir district in 20002. Design of this study is case control. The case is under-five with pneumonia that diagnosed by Puskesmas noted as pneumonia in the register book and the control is under-five children live in the same house crowdedness and ventilation condition. Data were analyzed by univariate, bivariate and multivariate analysis.
Multivariate analysis show five independent variable that related to pneumonia incidence in under-five children, that is ventilation condition OR 4.21 (95 % CI: 20-8.6) p=0.0000, vitamin A consumption history OR 4.14 (95 % CI: 2.4-7.0) p=0.0000, housing crowdedness OR 3.41 (95% CI: 2.0-5.6) p=0.0000, smokers among family OR 2.97 (95% Cl: 1.6-5.2) p= 0.0000, and measles immunization OR 2.21 (95% CI: I.3-3.6) p=0.0002.
Based on the research, it is suggested that free vitamin A distributed on February and August could be dropped directly to under-five children's mothers instead of picked up by under-five children's mothers to cadres of village's house. Health promotion program about smoking adverse effect to under-five children health and measles immunization advantages to prevent pneumonia incidence in under-five children should be conducted in the community. Inter-sector's coordination with the Dinas Pekerjaan Umum should be implemented in order to improve quality of housing environment especially healthy and crowdedness.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraeni
"Angka kesakitan dan kematian akibat diare di Indonesia masih tinggi, prevalensi tertinggi pada balita (1-4 tahun). Kejadian diare pada balita (1-4 tahun) di wilayah Kecamatan Ciawi persentasenya selalu lebih tinggi dan setiap tahun mengalami kenaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan, faktor ibu, dan faktor balita dengan kejadian diare di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Metode penelitian kuantitatif dengan desain case control. Populasi penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang berada di Wilayah Kecamatan Ciawi.
Hasil penelitian menunjukkan: ada hubungan antara sumber air bersih (2,405; 1,23-4,69), sarana jamban keluarga (1,994; 1,07-3,73), pengelolaan sampah rumah tangga (5,920; 3,05-11,5), saluran pembuangan air limbah (4,195; 2,32-7,60), dan perilaku ibu (5,44; 2,97-9,97), dan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu (1,67; 0,78-3,58), pengetahuan ibu (1,64; 0,93-2,89), dan status gizi (4,85; 1,02-4,69) dengan kejadian diare balita di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Variabel yang diprediksi paling berpengaruh adalah pengelolaan sampah rumah tangga (5,399; 2,58-11,29).

Morbidity and mortality from diarrhea in Indonesia is still high, the highest prevalence in young children (1-4 years). Incidence of diarrhea in young children (1-4 years) in the percentage is always higher in Sub Ciawi and each year has increased. This study aims to know the associated of environmental factors, maternal factors, and toddler factor with the incidence of diarrhea in children under five years in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Province 2012. The studied was a quantitative study with case control design. The population in this study are all of the childrens aged 12 month until 59 month are lived in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Proviance.
The results of this study indicate that there was a significant correlation between source of clean water (2,405; 1,23-4,69), water closet medium (1,994; 1,07-3,73), household waste treatment (5,920; 3,05-11,5), waste water sewer (4,195; 2,32-7,60), and maternal behaviour (5,44; 2,97-9,97), and not correlation between maternal study (1,67; 0,78-3,58), maternal knowledge (1,64; 0,93-2,89), and nutrient status (4,85; 1,02-4,69) with the incidence of diarrhea among toddler in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Proviance. The variable that predicted the most dominant cause of diarrhea among children under five (toddler) in Sub Ciawi is household waste treatment (5,399; 2,58-11,29).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Welem S. Tallutondok
"Imunisasi merupakan suatu pemberian kekebalan terhadap beberapa penyakit tertentu pada bayi, anak balita. Kegiatan ini diharapkan dapat menurunkan angka penyakit dan kematian karena Penyakit Yang Dapat Dicegah Imunisasi (PD3I). Kematian bayi yang tinggi dapat dicegah atau dikurangi, bilamana ibu-ibu mempnyai pengetahuan, sikap dan praktek sehubungan dengan imunisasi, gizi, KIA, pencegahan penyakit menular terutama ISPA dan Diare. Kurangnya pengertian ibu-ibu oleh karena pelaksanaan imunisasi tidak disertai dengan paksaan dan hanya bertumouh pada kesukarelaan ibu membawa anaknya ke tempat pelayanan imunisasi.
Timbul pertanyaan apakah paparan informasi kesehatan berhubungan dengan praktek imunisasi ibu balita dan ibu hamil. Jenis penelitian adalah Survey Analitik dengan pendekatan "cross sectional" untuk melihat hubungan antara paparan informasi dengan praktek imunisasi ibu balita dan ibu hamil. Lokasi penelitian di Propinsi Jawa Barat. Analisis Statistik dilakukan dengan Uji Regresi Logistik cara sederhana dan cara ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Paparan Informasi yang ada hubungan dengan praktek imunisasi ibu balita dan ibu hamil adalah : 1). Paparan informasi melalui Komunikasi Inter Personal yaitu terpapar informasi melalui penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas/Posyandu, 2). Paparan Informasi melalui Media Massa yaitu informasi kesehatan yang diperoleh melalui koran, majalah, poster kesehatan, radio, dan TV, 3). Pendidikan ibu yaitu tingkat pendidikan responden; 4) pendidikan suami yaitu tingkat Pendidikan Suami responden; 5) Pekerjaan Suami yaitu pekerjaan utama suami responden.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variable Paparan Informasi melalui komunikasi inter personal dan media massa berhubungan secara bermakna dengan praktek imunisasi ibu balita dan ibu hamil. Untuk itu disarankan agar pemberian dan penyebaran informasi kesehatan melalui komunikasi inter personal dan media massa ditingkatkan dan jaringan penyuluhan diperluas pada kaum laki-laki (suami) sebagai penentu kebijakan dalam keluarga

Immunization is a provision of resistance against some certain infection diseases to babies, under five year old children. This is expected to decrease both mortality and morbidity of particular diseases. High infant mortality rate is likely to be reduced if mother of under five are given appropriate knowledge and developed positive attitude as well as good practice regarding Immunization, nutrition, mother and child health and prevention of contamination diseases such as acute respiratory infection and diarrhoea. Lack of knowledge on immunization program is partly do to voluntary nature of the program. It is not compulsion for every mother to bring her under five children to the service points.
The question arises whetter health exposure is related to Immunization practice among the mother of under five years children and pregnant mother as well. The type of research is a "cross sectional" study to the correlation between them. The above to variables research location was in West Java Province. Statistic all analysis was carried out using simple and multiple logistic regression test.
The result of this research showed that health information exposure was a closed correlation was immunization practice among the mother and under five year children and pregnant mother. It was father indicated that the information exposure both via inter personal channel and mass media significantly correlated with the immunization practice among the respondents.
It is recommended that provision of the health information via both inter personal and mass media channel should be strengthened. An addition the target audience should also include the male (husband) as most husband has a strong recision strongly power in the family."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>