Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161437 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Uyi Sulaeman
"Degradasi fotokatalitik menggunakan titanium dioksida merupakan teknologi alternatif baru yang memberikan harapan untuk pengolahan berbagai limbah organik. Penelitian ini melakukan degradasi fotokatalitik fenol dengan menggunakan suspensi TiO2 pada suhu kamar. Percobaan dilakukan untuk menyelidiki pengaruh intensitas cahaya terhadap parameter kinetika Langmuir-Hinselwood dan untuk menyelidiki beberapa senyawa intermediet.
Reaktor fotokatalitik didesain seperti kolam. Reaktor tersebut dilengkapi dengan pompa sirkulasi, pompa air dan aerator. Konsentrasi katalis 2 gIL. Konsentrasi fenol awal 20 mg/1 dalam volume 10 L suspensi disinari dengan lampu UV. Parameter kinetika Langmuir-Hinselwood diselidiki terhadap variasi intensitas permukaan suspensi yang terdiri atas: 1,75; 2,05 and 2,73 mW/cm2. Penurunan senyawa fenol ditentukan tiap jam penyinaran dengan metode spektrofotometri hingga delapan jam penyinaran. Konstanta adsorpsi isoterm pada kondisi gelap juga diselidiki pada reaktor. Senyawa intermediet diselidiki pada intensitas yang tertinggi di permukaan suspensi, 4,35 mW/cm2. Senyawa intermediet ditentukan tiap dua jam penyinaran dengan HPLC hingga sepuluh jam penyinaran.
Parameter kinetika Langmuir-Hinselwood berubah terhadap peningkatan intensitas lampu UV. Konstanta kecepatan kinetika Langmuir Hinselwood adalah 1,09; 1,56; 4,67 p.Mmin' dan konstanta adsorpsi isoterm adalah 3,66 x 10-3; 2,73 x 1 Dom; 1,11 x 10-3 berturut-turut. Nilai dari konstanta adsorpsi isoterm pada kondisi gelap adalah 6,63 x 10-3 µM 1. Konstanta adsorpsi isoterm menurun dengan meningkatnya intensitas cahaya, sedangkan konstanta kecepatan kinetika Langmuir-Hinselwood meningkat. Senyawa intermediet pada degradasi fenol dalam reaktor fotokatalitik dapat diselidiki seperti katekol, hidrokuinon dan asam oksalat.

Photocatalytic Degradation of Phenol and Intermediate Compounds in Waste Destruction Reactor by Using TiO2 SuspensionPhotocatalytic degradation using the semiconductor titanium dioxide is one of the new promising alternative technology for treatment of various organic waste. This study conducted a photocatalytic degradation of phenol by using TiO2 suspension at room temperature. Experiments were conducted to investigate the effect of incident light intensity on the parameter of the Langmuir-Hinselwood kinetic and to investigate some intermediate compounds.
Photocatalytic reactor is designed such as pool. It is equipped with circulation pump, water pump and aerator. Catalyst concentration is 2 gIL. Initial concentration of phenol is 20 mg/L within 10 L volume suspension illuminated by the UV lamp. The parameter of Langmuir-Hinselwood kinetic investigated from the variation of the light intensity on surface suspension in the range of 1,75; 2,05 and 2,73 mwlcm2. The decrease of phenol compound is determined every hour illumination by spectrophotometry method until eight hours illumination. Isoterm adsorption constant in the dark condition is also investigated in the reactor. The intermediate compounds are investigated from the highest intensity on the surface suspension, 4,35 mW/cm2. The intermediate compounds are determined every two hours illumination by HPLC until ten hours illumination.
The parameter of Langmuir-Hinselwood kinetic is changed to the increasing intensity of the UV Lamp. The rate constants of Langmuir-Hinselwood kinetic are 1,09; 1,56; 4,67 p.Mmin-1 and isoterm adsorption constants are 3,66 x 10'3; 2,73 x 10'3; 1,11 x 10'3 µM-1, respectively. The value of the isoterm adsorption constant in the dark condition is 6, 63 x 10-3 µM-1. The isoterm adsorption constant decreases as the light intensity increases, while the rate constant of Langmuir-Hinselwood kinetic increases. The intermediate compounds of phenol degradation in photocatalytic reactor can be investigated such as catechol, hidroquinone and oxalic acid.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T8501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilyani
"Pesatnya perkembangan aktivitas perindustrian akhir-akhir ini telah menyebabkan permasalahan Iingkungan, akibat bertambahnya limbah berbahaya yang dihasilkan industri tersebut. Limbah Cr(VI) dan atau fenol serta Hg(Il) merupakan limbah berbahaya yang menjadi permasalahan lingkungan sekarang ini. Masalah lingkungan merupakan hal yang mutlak harus diperhatikan oleh sebuah industri pengolahan, dikarenakan tuntutan standar baku mutu lingkungan yang harus dipenuhi oleh sebuah industri. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh katalis yang optimal untuk proses pengolahan limbah Cr(Vl), fenol dan Hg(ll) secara fotokatalisis.
Dalam penelitian ini dilakukan preparasi katalis ZnO/TiO2 dengan metode impregnasi, yang digunakan untuk pengolahan limbah Cr(VI) dan Fenol secara terpisah dan simultan serta limbah Hg(Il). Katalis hasii preparasi dikarakterisasi DRS untuk mengetahui pola pergeseran pita absorbansi dan besar energi band gap. Sementara itu karakterisasi XRD dilakukan untuk mengetahui pola difraksi dan struktur kristal anatase dan mtil Serta ZnO dari katalis Ti02 dan ZnO/Ti02. Uji aktivitas katalis dilakukan dengan menggunakan sistern reaktor slurry yang bekeqia secara barch selama 5 jam, kemudian hasilnya dianalisis dengan UV-VIS Spectrophofomerer. Parameter yang divariasikan jumlah loading ZnO dalam katalis TiO2 dan jenis limbah.
Hasil karakterisasi DRS menunjukan penambahan dopan ZnO dari 0,5%-33,5% pada katalis TiO2 dapat meningkatkan pita absorbansi dari 385-420 mm dan menurunkan band gap dari 3,2-2,85 eV. Hasil karakterisasi XRD menunjukan adanya tambahan satu puncak, yaitu puncak ZnO pada katalis yang dipreparasi dengan precursor Zn-Nitrat. Hasil uji aktivitas katalis dalam pengolahan limbah tunggal Cr(Vl) dan Fenol menunjukkan bahwa katalis 0,5% ZnO/TiO2 dari precursor Zn-Nitrat memiliki aktivitas optimal dalam mereduksi Cr(Vi) sebanyak 100% dan oksidasi Fenol sebanyak 97,6%. Sementara untuk limbah simultan katalis 0,5% ZnO/TiO2juga masih memiliki aktivitas yang paling optimal, yaitu jumlah Cr(Vl) yang direduksi 100% dan jumlah Fenol yang berhasil dioksidasi 93,4%. Adapun untuk limbah tunggal Hg(Il), katalis 0,5% ZnO/TiO2 dapat mereduksi Hg(Il) hingga 4,5 ppm setelah 4jam. Adanya senyawa organik fenol dan metanol dalam Iimbah dapat meningkatkan keefektifan reduksi Cr(VI) karena dapat berfungsi sebagai hole scavanger dan donor elektron."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyati
"Limbah cair yang berasal dari pabrik kecap mengandung bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak dengan konsentrasi yang cukup tinggi, sehingga bila dibuang secara langsung ke badan air penerima dapat menimbulkan pencemaran. Oleh karena itu perlu diolah terlebih dahulu. Salah satu teknologi pengolahan limbah cair yang aman terhadap lingkungan, murah dalam pengoperasiannya dan dapat mendegradasi kandungan bahan organik adalah pengolahan secara biologi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat optimasi parameter proses degradasi bahan organik (karbohidrat, protein dan lemak) dari limbah cair pabrik kecap dengan menggunakan reaktor tipe Fixed Bed . Metode yang dipilih dalam pemilihan ini adalah metode pengolahan biologi secara anaerob (aktifitas biologi yang tidak membutuhkan oksigen), dengan menggunakan reaktor tipe Fixed Bed. Bioreaktor tipe Fixed Bed dioperasikan dengan menggunakan potongan bambu sebagai material penyangga tetap untuk tempat menempel bakteri. Proses anaerobik berjalan dengan sendirinya dengan penambahan cairan kotoran sapi dan efluen proses anaerobik tapioka sebagai inokulum.
Percobaan dilakukan dengan memvariasikan laju beban reaktor yang semakin meningkat dalam beberapa periode waktu. Kenaikan laju beban yang diberikan adalah sebesar 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0 kg COD/m3/hari. Proses optimasi dicapai pada laju beban 2,49 kg COD/m3/hari, waktu tinggal substrat 4,30 hari, konsentrasi COD total efluen 3,22 g/L, efisiensi COD terlarut 70,31 %, pH efluen 6,42, efisiensi asam asetat 88,27 %, produksi gasbio harian 15,17 L/hari dan kandungan gas metana 69,61 %. Potongan bambu sebagai material penyangga tetap, cukup efektif sebagai tempat bakteri menempel selarna proses percobaan dilakukan dengan porositas yang dicapai sebesar 84,80 %. Konsentrasi COD total efluen yang dihasilkan pada kondisi optimum adalah 3,22 g/L, BOD 1,15 g/L dan kandungan total padatan tersuspensi 0,58 g/L. Nilai-nilai tersebut belum memenuhi syarat baku mutu lingkungan untuk limbah cair yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sehingga perlu perlakuan lanjutan berupa pengolahan sistem aerobik.

Liquid waste from soybean sauce factory contains organic materials which consist of protein, carbohydrate and fat in fairly high concentration. So that it could cause pollution , when it is disposed directly to a water body. Therefore it needs to be treated before discharge to the main stream. One of the method to treat the liquid waste is using biological system, because it is safe to environment, cheap in operation and easy degrade organic material with high concentration. The objective of this experiment is to examine the optimation process of organic material degradation (carbohydrate, protein, fat) of liquid waste from soybean sauce using fixed bed reactor. The chosen method in this study is an anaerobic process ( biological activity that requires no oxygen) using a fixed bed reactor. Fixed bed reactor was operated using bamboo rings as support material for bacteria adhesion. Anaerobic process occurred automatically with addition of cowdung liquid and tapioca anaerobic treated effluent as inoculums.
Experiment was carried out by varying increase loading rate of reactor on several periods. The increase of reactor loading rate was given to reactor 0,5; 1,0; 2,0; 3.0; 4,0 and 5,0 kg COD/m3/day. Optimation process could be achieved with loading rate of 2,49 kg COD/m3/day, hydraulic retention time 4,30 days, COD total concentration of effluent of 3,22 g/L, soluble efficiency 70,31 %, effluent pH of 6,42, acetate acid efficiency of 88,27 %, daily biogas production of 15,17 L/day and methane content 69.61 %. The bamboo rings as support material are quite effective for bacteria adhesion, during the experimental process done with the porosity of 84,80 %. The COD total concentration of the effluent obtained in optimum condition was found to be 3,22 g/L, BOD concentration of 1,15 g/L, total suspended solid concentration of 0,58 g/L and pH 6,42 ; which means that it has not fulfilled the local government of DKI Jakarta environmental standard requirement. Therefore, it needs a further treatment in the form of anaerobic processing system.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Setyaningsih
"Industri mempunyai pengaruh besar kepada lingkungan, karena mengubah sumber alam menjadi produk baru dan menghasilkan limbah produksi yang mencemari lingkungan. Limbah produksi bisa mencemarkan bahkan merusak lingkungan, baik untuk jangka waktu .yang pendek maupun untuk jangka waktu yang panjang. Karena itu, perlu diusahakan teknik dan cara produksi yang memperkecil bahkan meniadakan dampak negatif terhadap lingkungan dalam proses produksi yang menghasilkan produk sampingan. Untuk memudahkan pengendalian pencemaran industri, maka pemusatan industri pada kawasan industri akan sangat membantu.
Air buangan bukanlah merupakan masalah yang baru di masa sekarang ini, tetapi meruapakan masalah yang telah ada sejak dulu. Namun, masih ada sebagian masyarakat yang belum atau tidak menyadari akan pengaruh negatif dari adanya pencemaran lingkungan. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya industri-industri dan perusahaan yang membuang air buangannya ke lingkungan sekitar dengan tidak memperhatikan akibat-akibat sampingan yang dapat ditimbulkan oleh air buangan tersebut.
Limbah air yang berasal dari pabrik batik mengandung bahan buangan yang berupa zat warna yang berasal dari proses pencucian kain. Warna merupakan indikator pencemaran air yang sangat mudah terlihat. Pembuangan air limbah berwarna tidak hanya merusak estetika badan air penerima tapi juga meracuni biota air di badan air penerima. Di samping itu adanya warna yang pekat akan menghalangi tembusnya sinar matahari pada badan air, sehingga mempengaruhi proses fotosintesis di dalam air. Akibatnya oksigen yang dihasilkan pada proses fotosintesis yang dibutuhkan untuk kehidupan- biota air akan berkurang. Hal ini akan mengancam-kehidupan makhluk hidup yang ada di badan air tersebut.
Hampir sebagian besar industri batik saat ini membuang air limbahnya langsung ke badan air penerima. Hal ini disebabkan karena belum diketahuinya cara pengolahan limbah yang tepat dan murah dan juga kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan masih rendah.
Dengan adanya relokasi industri batik yang berasal dari pindahan industri batik Karet Setiabudi ke daerah Kompleks Industri Kerajinan batik di desa Pasirbolang Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, maka diperlukan cara pengolahan limbah batik yang tepat dan murah. Dengan didapatkannya cara pengolahan yang tepat dan murah, pihak industri di samping merasa tidak dirugikan, juga limbah yang dikeluarkan sudah memenuhi baku mutu lingkungan.
Untuk mendapatkan cara pengolahan limbah batik yang tepat dan murah, dilakukan percobaan laboratorium dengan mengambil sampel dari pabrik batik Gabatex di Palmerah. pengolahan limbah yang dipilih adalah dengan proses kimia dan fisik, hal ini karena tujuan utama dari pengolahan limbah batik adalah penghilangan warna dari limbah batik. Koagulan yang digunakan adalah FeSO4 dan Ca(OH)z.
Dari percobaan yang dilakukan di laboratorium, didapat dosis optimum koagulan FeSO4 = 300 mg/1 dan Ca(OH)2 = 200 mg/l. Untuk nendapatkan pengolahan limbah yang paling tepat, dilakukan rangkaian percobaan pengolahan limbah : Koagulasi/flokulasi-sedimentasi, Koagulasi-flotasi, koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi dan proses adsorpsi Baja. Dari rangkaian percobaan tersebut, didapat hasil yang paling optimum adalah proses koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi, dengan persen pengurangan warna sebesar 100%.
Untuk mengetahui jenis adsorben yang paling bagus, dilakukan percobaan secara batch terhadap jenis karbon aktif tempurung kelapa, karbon aktif sekam padi, karbon aktif batu bara lokal dan karbon aktif batu bara impor. Karbon aktif sekam padi dibuat sendiri di laboratorium, sedang jenis karbon aktif yang lain (tanpa merek dagang) didapat dari toko bahan kimia. Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap perubahan waktu kontak dan konsentrasi dari karbon yang digunakan. Pengurangan warna yang paling besar dicapai dengan menggunakan karbon aktif sekam padi yaitu sebesar 95,16%, sedangkan dengan tempurung kelapa hanya sebesar 75,81%.
Untuk mendapatkan pembangunan unit pengolah limbah yang murah, dilakukan penbandingan antara sistem kelompok dan sistem individu. Dari perhitungan biaya pembuatan pengolahan limbah, didapat biaya yang paling murah, jika industri batik melakukan pengolahan secara berkelompok, yaitu didapat penghematan sebesar 24 juta. Angka ini didapat dari perhitungan total 4 pabrik bila melakukan pengolahan secara individu dan bila ke empat pabrik melakukan pengolahan secara berkelompok. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Edhi Budhi Soesilo
"Kegiatan industri yang semakin meningkat di Indonesia, baik secara kualitas maupun kuantitas, menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran lingkungan. Salah satu dampak negatif akibat adanya kegiatan industri tersebut adalah menumpuk dan tidak terolahnya limbah, baik padat maupun cair sehingga meningkatkan peluang pencemaran lingkungan.
Untuk mengetahui dampak pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah cair kegiatan industri, dilakukan pengukuran beberapa parameter, baik parameter fisik, parameter kimia (organik dan anorganik), maupun parameter biologi. Satu di antara sejumlah parameter air limbah industri adalah fenol dan senyawa-senyawa turunannya (senyawa fenolik) (Metcalf & Eddy, 1991).
Upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi konsentrasi senyawa fenolik dalam air limbah pabrik (efluen) sampai saat ini antara lain adalah dengan cara oksidasi, baik secara kimia maupun secara biologi. Salah satu oksidator yang digunakan untuk menurunkan konsentrasi senyawa fenolik dalam air limbah adalah ozon (03) (Besselievre & Schwartz, 1976; Jorgensen, 1979; Rice & Browning, 1981; Eckenfelder, 1989; Bablon et at. dalam Langlais et at., 1991; Freshour et al., 1996).
Sebagai studi awal/studi kelayakan teknologi proses ozonasi untuk pengolahan air limbah, khususnya air limbah pabrik tekstil, penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa besar penyisihan (removal) senyawa fenolik dalam air limbah pabrik tekstil setelah diproses dengan ozonasi dalam kolom aerasi berganda (multiple injection bubbling column, MIBC).
Berdasarkan reaksi oksidasi langsung antara ozon (03) dengan senyawa fenolik dalam air limbah, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : Senyawa fenolik yang terdapat dalam air limbah akan terdegradasi melalui proses oksidasi dengan ozon sebagai oksidator kuat.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan di laboratorium teknik separasi Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sampel berupa limbah sintetik larutan fenol dan limbah asli yang diambil dan saluran inlet dan outlet pabrik tekstil PT. Texmaco Jaya Karawang. Data hasil pemeriksaan dianalisis secara deskriptif dan terhadap beberapa parameter utama dilakukan analisis statistik berupa uji korelasi untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara parameter-parameter tersebut.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap senyawa fenolik dari bagian inlet didapat hasil sebesar 4,10 mg/L, dari bagian outlet sebesar 1,84 mg/L, dan setelah proses ozonasi adalah 0,5 mg/L. Hasil analisis terhadap sampel yang diambil dari bagian outlet dan dari proses ozonasi belum memenuhi syarat (menurut Surat Keputusan Gubernur KDH Jawa Barat Nomor 660.31/SK/694.BKPMD/ 1982), karena masih berada di atas baku mutu yang ditetapkan sebesar 0,05 mg/L.
Proses ozonasi selama 6 jam mendapatkan hasil penyisihan senyawa fenolik sebesar 87,8% sedangkan dengan proses biologi dan aerasi selama 5 hari (waktu tinggal) seperti yang sekarang dijalankan di PT. Texmaco Jaya penyisihan hanya sebesar 55,1%. Hal ini menunjukkan adanya efisiensi proses sebesar 32,7%, disamping adanya keuntungan lain dengan menggunakan proses ozonasi yaitu mempersingkat waktu tinggal yang berarti pada pengurangan kapasitas atau volume instalasi.
Penurunan konsentrasi senyawa fenolik dari 4,1 mg/L pada awal percobaan menjadi 0,5 mg/L pada akhir percobaan diikuti dengan penurunan COD dari 323,81 mg/L menjadi 98,04 mg/L. Uji korelasi antara penurunan konsentrasi senyawa fenolik dengan penurunan nilai COD didapatkan hasil R2 sebesar 0,970. Hasil ini menunjukkan 97% penurunan nilai COD secara liner berhubungan dengan penurunan konsentrasi senyawa fenolik.
Penurunan konsentrasi senyawa fenolik seperti disebutkan di atas juga diikuti dengan penurunan BOD5 dari 103,0 mg/L pada awal percobaan menjadi 27,7 mg/L pada akhir percobaan. Uji korelasi antara penurunan konsentrasi senyawa fenolik dengan penurunan nilai BOD5 didapatkan hasil R2 sebesar 0,913.
Lebih lanjut penurunan konsentrasi senyawa fenolik juga diikuti dengan penurunan pH dari 9,0 pada awal percobaan menjadi 7,0 pada akhir percobaan. Uji korelasi antara penurunan konsentrasi senyawa fenolik dengan penurunan nilai pH didapatkan hasil R2 sebesar 0,927.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (i) enyisihan senyawa fenolik dalam air limbah pabrik tekstil. PT. Texmaco Jaya Karawang yang diolah dengan menggunakan proses ozonasi secara kontinyu selama 6 jam adalah sebesar 87,8%, dan (ii) penurunan senyawa fenolik dalam air limbah berpengaruh kuat terhadap penurunan nilai beberapa parameter lain yaitu : COD (R2 = 0,970); BOD5 (R2 = 0,913); dan pH (R2 = 0,927).

Development of industrial activities in Indonesia recently, produced many polluted wastes to the environment. Measurement of some parameters those of physical, chemical, and biological on wastewater is a way to investigate effect of such wastes. One of severe parameters on industrial waste is phenolic compounds or its derivatives. Oxidation is the common treatment of industrial waste to decrease phenolic compounds on factory effluent. Although the difficulties of reducing the phenolic compounds in wastewater by oxidation, but there are oxidators commonly used for this purpose, like ozone (03) and peroxides (-OOH). This work has been using ozone in reason of some interesting aspects, including the ease of producing ozone in situ or close the installation.
As a preliminary study of ozonation process for wastewater treatment, especially textile mills wastewater, the aim of the research is to determinate removal of phenolic compounds in textile mills wastewater by simultaneous ozonation techniques in multiple injection bubbling column (MIBC).
Based on direct oxidation using ozone upon phenolic compound in wastewater, the hypothesis of this research is that phenolic compound could be degradated or disintegrated by oxidation reaction with such strong oxidator.
This research has been carried out in Separation Process Technology Laboratory, Department of Gas and Petrochemical Engineering Faculty of Engineering University of Indonesia. Compounds of synthetic phenol and real wastewater from textile factory effluent of PT. Texmaco Jaya Karawang were used as parameters. Obtained data were analyzed descriptively and compared by other main parameters to investigate the correlation among them.
The analyzed of factory effluent showed that inlet concentration of WWTP is 4.10 mg/L and outlet is 1.84 mg/L. After ozonation there is only 0.5 mg/L.
Six hours ozonation could removed 87.8% of phenolic compound, compared with 55.1% by biological and aeration process for five day long as is done by PT. Texmaco Jaya. This process could spent 32.7% more efficient and only took less time.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siallagan, Christiana
"Limbah cair industri pelapis logam dengan krom mengandung ion asam kromat, bikromat dan seng pada konsentrasi yang sangat tinggi. Limbah tersebut sangat berbahaya karena logam krom mcmpunyai tingkat toksisitas tinggi dengan batas ambang 0.05 mg/l. Tujuan peneiitian ini adalah untuk mengurangi kadar krom pada limbah cair tersebut supaya aman bila dibuang ke lingkungan. Metode yang digunakan adalah pertukaran ion yaitu limbah cair dilewatkan melalui kolom berisi penukar kation dan selanjutnya lewat penukar anion untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat baku mutu. Penukar kation yang digunakan adalah Lewatit S 100, sedang penukar anion ada tiga yaitu Lewatit M-504, Marathon A dan Lewatit MP 64.
Hasil yang diperoleh untuk seng yang amnia kadarnya 287,5 Zng/1 setelah melalui penukar kation menjadi 0,1285 mg/1 dan untuk krom (Vl), dal= bentuk Kalium bikromat, setelah melalui Marathon A pada p14 4 kadarnya yang semula 1513,76 mg/l menjadi 0,03025 mg/1. Resin penukar kation dan anion yang telah jenuh dengan seng dan krom diregenerasi yang menghasilkan efisiensi regenerasi penukar kation sebesar 77% dan anion 66 %. Dengan demikian limbah cair yang telah diolah telah memenuhi syarat baku mutu limbah cair lapis listrik yakni untuk krom (VI) sebesar 0,3 mg/l dan seng 2 mg/l (SK Gub. D1(1 Jakarta Nomor 582/1995)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Susanna
"ABSTRAK
Dengan ditingkatkannya sektor industri maupun sektor pertanian diharapkan taraf hidup masyarakat akan meningkat. Tetapi di samping tujuan tersebut terdapat efek sampingan yang perlu dipikirkan yaitu timbulnya limbah. Limbah tersebut dapat berupa cair, padat dan gas. Limbah cair khususnya yang mengandung logam berat perlu mendapat perhatian yang serius karena mempunyai sifat racun, tidak dapat diuraikan oleh alam dan dapat berakumulasi dalam tubuh makhluk hidup. Pengolahan limbah yang mengandung logam berat dapat dilakukan secara biologis dengan menggunakan tanaman air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa.kah Azolla pinnata R.Br dan Hydrilla verticillata dapat dipergunakan untuk mengurangi kandungan logam Pb dan Cd dan air limbah industri.
Penelitian eksperimental ini dilakukan di laboratarium dengan membuat tiga perlakuan. Perlakuan pertama dengan menggunakan Azolla pinnata R.Br, perlakuan kedua dengan Hydrilla verticillata dan perlakuan ketiga menggunakan kedua tanaman tersebut. Tiap-tiap perlakuan dibuat tiga macam konsentrasi air yaitu 75%, 62, 5 % dan 50% dan kontrol dengan menggunakan air bersih, masing-masing tiga ulangan (replikasi) kecuali kontrol. Pengamatan dilakukan setiap 5 hari selama lima belas hari terhadap variabel utama yaitu kandungan logam Pb dan Cd dalam tanaman dan variabel lainnya seperti, pertumbuhan relatif tanaman, pH air, salinitas air dan suhu air.
Dengan menggunakan taraf kepercayaan 5 % diperoleh hasil analisa statistik sebagai berikut: konsentrasi air limbah tidak berpengaruh terhadap penyerapan logam Pb dan Cd oleh A. pinnata dan H. verticillata. Makin lama waktu pengamatan pada perlakuan pertama kemampuan , pinnat. menyerap logam Cd cenderung meningkat, pada perlakuan kedua kemampuan H. vertici11ata menyerap logam Pb cenderung meningkat, sedangkan pada perlakuan ketiga kemampuan A. pinnata menyerap logam Pb cenderung meningkat, kemampuan N. verticil1ata menyerap logam Pb dan Cd cenderung makin besar. Pada konsentrasi air limbah yang sama kemampuan A. pinnata, menyerap Cd perlakuan pertama lebih besar dari perlakuan ketiga, kemampuan H. verticillata menyerap Pb perlakuan kedua lebih besar dari perlakuan ketiga.
Penyerapan logam Pb pada ketiga perlakuan adalah berbeda (alfa = 5 %), dengan nilai rata-rata terbesar adalah perlakuan kedua yaiiu 0,6060 ppm. Sedangkan penyerapan logam Cd tidak berbeda antara perlakuan kedua dan perlakuan ketiga pada taraf kepercayaan 5,83 %, tetapi nilai rata-rata terbesar adalah perlakuan kedua yaitu 0,0774 ppm. Dengan demikian perlakuan yang paling balk untuk penyerapan logam Pb da Cd adalah perlakuan kedua yaitu dengan menggunakan H. verticillata saja dengan kondisi awal konsentrasi air limbah 75 % atau kandungan Pb sebesar 1,89 ppm dan Cd sebesar 0,135 ppm. Tetapi bila sukar menemukan H. verticillata maka disarankan menggunakan A. pinnata yang dipelihara sendiri."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hestriati Endrawanto
"ABSTRAK
Studi ini dilakukan pada industri makanan dalam upaya mengevaluasi pelaksanaan minimisasi limbah serta menggali potensi kemungkinan penerapannya. Tujuan penelitian adalah mengetahui pelaksanaan dan mencari alternatif pengelolaan limbah melalui usaha minimisasi limbah terpadu dengan proses maupun di luar proses produksi, serta mengetahui kendala atau kesulitan pihak industri dalam melaksanakan penerapan minimisasi limbah.
Penelitian dilakukan pada empat industri makanan yang status maupun jenis produksinya berbeda yaitu industri susu, industri gula cair, industri makanan ringan, serta industri kembang gula. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan lapangan dan wawancara terstruktur, serta data sekunder dari perusahaan yang bersangkutan maupun sumber lain. Analisis dan evaluasi data dilakukan secara diskriptif.
Hasil evaluasi pada keempat industri makanan menunjukkan bahwa kegiatan minimisasi limbah belum terlihat secara nyata dan belum terprogram. Upaya reduksi limbah pada sumber telah dilakukan terhadap pengelolaan bahan baku, sanitasi pabrik, sedikit modifikasi proses maupun alat. Upaya pemanfaatan dilakukan terhadap bahan pengemas, baik bersifat off-site maupun in-site.
Beberapa kendala yang dihadapi antara lain kurangnya kesadaran karyawan akan pentingnya pengelolaan limbah dan kendala teknis administratif.

ABSTRACT
Waste Minimization Study on Food Industries in Jakarta AreaThis study was carried out to evaluate the waste minimization activity and to search the potential application of waste minimization program on food industries. Futhermore, the purpose of research is to study waste management by minimization of waste activity, which is integrated internal process production as well as external; to find out some constraints and problems of application of such program which is faced by those kind of industries.
This research to be conducted on four different status and product of food industries, those are milk products, fructose, snack, and candy. Data collecting was done by field observation, structural questionary, and supported by secondary data. Data evaluation was done by descriptively analysis.
The evaluation result on four industries showed that the waste minimization activities has not been really done and well programed yet. Some effort in reducing on source has been conducted such as on raw material management, factory house keeping and small modification on production process as well as production equipment. Mean while the waste recovery activity has been con-ducted on package materials to be recycling as well as reusing off site or on-site.
Some constraints to be faced by industries so far because employee about environmental, technical, as well as administrative management which is importance thing in an industrial process.
"
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Noorlaela Zakarya
"Industri farmasi adalah salah satu industri yang berpotensi menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun. Oleh karena itu dirasa perlu untuk menangani limbah yang dihasilkannya dengan cara menghilangkan limbahnya atau mengurangi limbah yang dihasilkannya (minimisasi) menjadi limbah yang tidak beracun sesuai dengan baku mutu yang diperbolehkan oleh pemerintah.
Penelitian dilakukan pada salah satu industri farmasi multinational, yaitu PT Roche Indonesia dengan produk utamanya adalah tablet effervescent yang setiap hari diproduksi. Bahan baku yang digunakan dalam produk ini terutama dari golongan vitamin, mineral, flavour, dan gula. Pada analisis bahan baku digunakan bahan-bahan kimia, sedang analisis produk jadi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia pelarut organik (seperti alkohol, metanol, dan heksan) yang dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan.
Rumusan permasalahan yang dapat disusun adalah:
1. Penerapan konsep minimisasi limbah dalam kegiatan industri farmasi formulasi belum optimal.
2. Penerapan konsep minimisasi limbah yaitu, reduksi pada sumbernya, belum optimal dijalankan, sehingga masih dihasilkan limbah berbahaya.
Beberapa pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan konsep minimisasi limbah yang telah dilakukan oleh PTRI memberikan hasil yang diharapkan, yaitu zero waste
2. Apakah penerapan standar operasi zero defect yang telah dilakukan oleh PTRI telah tercapai, sehingga produk yang dihasilkannya senantiasa berkualitas tinggi
Sedangkan tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah konsep minimisasi limbah telah diterapkan di PT Roche Indonesia
2. Untuk mengetahui tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya minimisasi limbah
3. Untuk mengkaji banyaknya penghematan air yang dapat dilakukan
4. Untuk mengkaji kemungkinan pemanfaatan limbah melalui reuse dan recycle
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Masih banyak limbah yang dihasilkan dalam produksi effervescent, karena belum optimalnya penerapan konsep minimisasi Iimbah
2. Belum optimalnya penerapan konsep minimisasi limbah, baik itu reduksi pada sumber maupun pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan, sehingga konsep zero waste yang menjadi salah satu tujuan perusahaan belum tercapai.
Metode penelitian adalah metode deskriptif melalui survei. Data yang dikumpulkan berupa data primer, yaitu neraca bahan, neraca air, kualitas air limbah, dan analisis air cucian. Data sekunder, meliputi pengelolaan bahan, dan kebijakan manajemen dalam minimisasi limbah.
Penelitian dilakukan pada 2 macam tablet effervescent yang meliputi proses pembuatan, neraca bahan, neraca air, pengelolaan limbah dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh industri tersebut di atas dalam rangka penerapan minimisasi limbahnya.
Hasil penelitian yang didapat adalah adanya perbedaan yang nyata untuk jumlah limbah yang dihasilkan pada proses pembuatan kedua tablet tersebut. Tablet effervescent Calcium D-Redoxon (CDR) menghasilkan tablet jelek/rusak sebesar 2,49%, sedangkan tablet effervescent Redoxon menghasilkan tablet jelek/rusak sebesar 1,01%. Limbah debu yang dihasilkan pada proses pembuatan kedua tablet ini adalah 0,29%, dibakar ke dalam incinerator. Sebagai bahan bakarnya, incinerator ini menggunakan alkohol hasil penampungan kembali proses produksi dan pelarut organik bekas analisis di laboratorium, sehingga minimisasi telah dilakukan oleh industri ini.
Limbah debu ini dapat dikurangi dengan melakukan modifikasi bahan baku, dari bahan yang berbentuk fine powder (serbuk halus) menjadi bahan yang berbentuk granul. Dapat juga dilakukan dengan modifikasi proses produksi, yaitu pada proses pengayakan bahan baku, dilakukan secara tertutup sehingga debu tidak berterbangan kemana-mana.
Selain hal tersebut, minimisasi dapat dilakukan dengan pemanfaatan limbah yang dihasilkan dari proses produksi, yaitu alkohol yang dipakai pada proses pembuatan tablet tersebut ditampung kembali dan digunakan sebagai tambahan bahan bakar incinerator.
Minimisasi dengan mengurangi penggunaan air dapat dilakukan pada proses pencucian wadah (drum) penampung tablet siap kemas. Perlu dilakukan validasi apakah wadah-wadah ini dapat dipakai untuk menampung kembali tablet siap kemas dengan jenis yang sama tanpa dilakukan pencucian. Apabila hal ini dapat dilakukan, pengurangan air yang dapat dialkukan adalah 3,6 m3 per hari atau 79,2 m3 per bulan.
Pengurangan pemakaian air dapat pula dilakukan pada proses dan waktu penyiraman tanaman, yaitu penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari, yang mana matahari tidak terlalu panas, dan cara penyiraman yang efisien. Hal ini dapat mengurangi pemakaian air sebesar 300 m3 per bulan. Penyiraman dapat pula dilakukan dengan menggunakan air dari pencucian cooling tower yang dapat menghemat air sebanyak 50 m3 per bulan. Atau dapat juga dengan menggunakan air hasil pengolahan limbah dari water pond.
Selain hal tersebut di atas, penghematan air dapat dilakukan pada air untuk keperluan domestik, yaitu memberikan pelatihan cara menggunakan keran air/shower yang disediakan pada wakatu dipakai mandi. Hal ini dapat mengurangi pemakaian air sebesar 132 m3 per bulan.
Daftar Kepustakaan: 29 (1971-2003)
Waste Minimization in Pharmaceutical Industry: A Case Study In Pt Roche Indonesia Pharmaceutical industry is one of industries that is potential to produce hazardous wastes. It is necessary to handle the waste by eliminating or reducing (minimizing) the waste to become non hazardous waste to fulfill the government regulation.
The research was conducted in a multinational company, PT Roche Indonesia, which almost everyday produce effervescent tablets as the main product. The raw materials to be used in the products are vitamins, minerals, flavor and sugar. The Quality Control uses chemicals to analyze the raw materials and mostly organic solvent for the bulk or finished product analysis that will also give impact on the environment.
Problem observed:
1. The waste minimization concept was not being optimally implemented yet in this pharmaceutical industry formulation (?)
2. The waste minimization concept which is reduction of materials from the source was not optimally implemented and the hazardous waste still being produced.
The aims of this research are:
1. To know what waste minimization concept has implemented
2. To see what can be done to minimize the waste
3. To recite how much water can be reserved
4. To recite the possibility of reuse and recycle of the wastes
The hypothesis of this research is:
1. Still more waste in effervescent production, due to waste minimization concept was not optimally implemented.
2. The waste minimization concept such as reduction from the source or reuse the waste produced was not optimal so the zero waste concept which is one of the company goals was not achieved yet.
This research used descriptive method. Data collected are primary data and secondary data. Primary data were consisting of mass balance, water balance, waste qualities, and wastewater analysis. Secondary data were collected of mass management and management policy in waste minimization.
The collected study is limited on the two effervescent products, Calcium D-Redoxon and Redoxon, includes the production process, material balance and water balance, waste treatment and some efforts made by the company related to the waste minimization.
This study found that there is a significant difference in waste produced between the 2 effervescent products during manufacturing. The Calcium D-Redoxon (CDR) has damaged tablet 2,49% and Redoxon has 1,01% damaged tablets.
Dust waste has 0,29% in production process both of effervescent was combustion by incinerator. Fuel of incinerator was reusing alcohol from production process and chemical solvent from laboratories, so that minimization has done by the industry.
Reduce dust waste can be done with material modification, from fine powder to granular form. Can be done also with process modification of sieving material in closed.
To minimize the usage of water can be done in the cleaning and washing of production equipment, such as containers of bulk tablets before packaged. This practice needs to be validated since the good manufacturing practice for drugs requires the batch integrity, mixed up should be avoided. If it is can be done, reduce the water per month is 79,2 m3.
Reduce the water usage can be done also if the watering of the plant can be done every two days with reduce the water about 300 m per month, or usage water from cooling tower with 50 m3 reduce of water per month.
Number of Reference: 29 (1971-2003)
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Ronald
"Pembangunan merupakan suatu kebutuhan dalam siklus kehidupan manusia dan sumber daya alam merupakan suatu keterbatasan. Ada kebutuhan, ada pula keterbatasan, ada manfaat ada pula dampak yang diakibatkan suatu pembangunan. Kegiatan pembangunan yang makin meningkat mengandung risiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, sehingga dapat mempengaruhi struktur dan fungsi dasar ekosistem sebagai penunjang kehidupan. Industri pertambangan memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan baku utama, menghasilkan bahan-bahan mineral yang sangat berharga bagi manusia baik secara ekonomi maupun teknologi, juga menghasilkan limbah yang dapat mengganggu lingkungan.
Keluaran industri berupa limbah akan semakin besar pada dekade mendatang, akibat semakin meningkatnya aktifitas industri, termasuk indutri pertambangan. PTFI yang sudah melakukan kegiatan pertambangan lebih dari 35 tahun, masih memiliki ijin sampai 25 tahun mendatang. Aktivitasnya cenderung menghasilkan limbah, baik limbah produksi maupun non produksi yang saat ini lebih cenderung dibuang ke lingkungan. Limbah yang dihasilkan cukup besar baik jenis maupun volumenya serta karakteristik yang berbeda. Jika tidak dikelola dengan baik nantinya akan menjadi masalah besar yang mengarah kepada isu internasional.
Pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan akibat limbah perlu diprioritaskan dalam upaya mewujudkan industri pertambangan yang berwawasan lingkungan. Tindakan saat ini belum optimal sehingga masih perlu ditingkatkan, agar limbah yang dihasilkan tidak lagi ditimbun di tanah. Strategi minimisasi limbah dengan tindakan reduce, reuse, recycle perlu dilaksanakan segera, sebagai upaya perbaikan lingkungan. peningkatan efisiensi, penghematan biaya, serta pembentukan hubungan sosial dan peningkatan citra perusahaan. Dengan melakukan reduce, reuse, recycle akan menghemat sumberdaya alam dan material, memperpanjang umur material, mengurangi tekanan pada lahan dan tempat pembakaran, serta secara substansial akan menghemat energi dan melindungi kesehatan masyarakat.
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi jenis limbah yang terbentuk dari kegiatan sarana pendukung operasional tambang (spot) PTFI, mengetahui dampak minimisasi limbah 3R terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial masyarakat serta mengetahui dampak regulasi pemerintah dan kebijakan internal perusahaan terhadap keberhasilan program minimisasi limbah di PTFI sehingga mempengaruhi image para stakeholders terhadap perusahaan.
Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah secara kuantitatif dan kualitatif, dengan metode pembahasan dan penulisan secara deskriptif analitis. Sampel yang diambil adalah aktivitas bengkel, pembangkit tenaga listrik dan laboratorium. Sampel masyarakat guna mengukur persepsi masyarakat berjumlah 40 orang. Pembahasan guna mengukur dampak minimisasi limbah pada lingkungan, ekonomi dan social masyaraat dilakukan pada jenis limbah yang dapat dimanfaatkan melalui tindakan reduce, reuse. recycle. Kajian altematif pemanfaatan ditulis secara analisis deskriptif. Dampak regulasi pemerintah dan kebijakan internal dibahas dan dikaji berdasarkan fakta dan kondisi yang terjadi di lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian, 1) terdapat lebih dari 20 jenis limbah yang dihasilkan PTFI dan beberapa limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya melalui tindakan reduce, reuse. recycle; 2) menguntungkan secara lingkungan, ekonomi dan sosial masyarakat dimana pemanfaatan limbah akan menghemat lahan 2.1 ha pertahun, menghemat uang sebesar lebih USD 6,5 juta dan membuka peluang kerjasama dengan masyarakat, 3) Beberapa pasal dalam PP 85/1999 jo PP18/1999 belum dapat diterapkan secara operasional dalam penanganan limbah sehingga diperlukan usaha proaktif PTFI sedangkan kebijakan internal perusahaan berdampak pada perbaikan sistem manajemen lingkungan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah (1) Kegiatan spot PTFI menghasilkan lebih dari 20 jenis limbah dengan jumlah, jenis dan karakteristik yang berbeda, diantaranya dapat menjadi sumberdaya bermanfaat bila dikelola melalui pendekatan reduce, reuse dan recycle (2) Program minimisasi limbah secara komprehensif dan integral berdampak pada pengurangan biaya pengangkutan dam beban landfill, memiliki nilai manfaat ekonomi berdampak social bila mengikutsertaan masyarakat. (3) Regulasi pemerintah rnemacu PTFI untuk melakukan usaha-usaha perbaikan lingkungan melalui kebijakan lingkungan dan praktek di lapangan.
Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah (I) Guna mengoptimalkan program minimisasi limbah 3R, perlu dilakukan tindakan pegelolaan secara terpadu dan terintegrasi dengan memandang limbah sebagai sumber daya yang dapat memberi manfaat bagi lingkungan, ekonomi dan masyarakat; (2) Dalam mendukung program minimisasi limbah 3R, perlu dilakukan tindakan segragasi limbah mulai dari sumber penghasil limbah dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang arus limbah (waste stream) keberhasilan pengelolaan lingkungan; (3) Regulasi pemerintah dan kebijakan perusahaan yang dibuat hendaknya dapat memberikan dukungan operasional sehingga dapat diimplementasikan secara tepat sesuai kebijakan tersebut.

Development is one of the needs in human lifecycle and natural resources are limited. There are needs as well as limitations; there are benefits as well as impacts of development. Increasing number of development activities poses risks of pollution and environmental damage that may have impacts on the structure and basic functions of the ecosystem as part of the life support system. Mining industry makes use of natural resources as primary materials, produce minerals with economically and technologically high value, and generate waste capable of affecting the environment.
Industrial output of waste will multiply in the next decades due to increasing activities of industries, including mining. With already more than 35 years of mining, PTFI's contract will still be valid for another 25 years. Its activities generate both production and non-production waste currently dumped into the environment. Generated waste is fairly great in types, volumes and characteristic differences. Improper management will result in possible future problems which will bring in international issue.
In order to promote an environment-oriented mining industry, efforts to prevent pollution and damage to the environment due to waste need to be given top priority. The company has not done its best in dealing with the problem and efforts should be made to ensure that waste is not piled up on the ground. The strategy of minimizing waste by reducing, reusing and recycling should be put in operation soon as part of environmental recovery, efficiency increase, cost reduction as well as social relation initiative and corporate image improvement endeavors. Reduce, reuse. recycle will save natural resources and materials, prolong material period of usage, reduce pressure on lands and incinerators, and substantially save energy and protect public health.
This research aimed at identifying types of waste produced from activities of mining operation support facilities or sarana panda/rung operasional tambang (spot); finding out impacts of 3R waste minimization program on the environment and economic and social conditions of the community as well as studying the effects of government regulations and internal corporate policies on successful application of waste minimization program at PTFI as they would potentially change the way stakeholders would look at the image projected by the company.
Quantitative as well as qualitative approaches were used here, with descriptive analytical discussion and writing method. Samples came from workshop. power generator and laboratory activities. A total of 40 respondents were involved in measuring public perception. To measure impacts of waste minimization on the environment as well as on economic and social conditions of the community, a discussion was conducted into types of waste that could be exploited by performing a reduce, reuse, recycle routine. An analytical descriptive technique was applied in presenting usage alternatives. Impacts of government regulations and internal policies were discussed and studied based on facts and conditions found in the field.
Research results suggest that 1) there are more than 20 types of waste produced by PTFI, and by performing reduce, reuse, recycle, 2) some of them can be made usable as resources, and environmentally, economically and socially profitable, saving 2,1 landfill and 6,5 USD money. Quite often, articles in a number of government regulations (PP 8511999 jo PP 1811999) are not operationally applicable, so that needed good improvement on successful implementation of the waste minimization program, whereas company's internal policies may affect the environmental management system.
Conclusions to draw from the research include (1) Types and amount of waste produced by mining operation support facilities (spot) were quite significant and waste management had not been at an optimum level; (2) A comprehensive and integral waste minimization program is capable of reducing the cost of transportation and load on landfill, and will be economically feasible and socially beneficial when community members take part in it; (3) Government regulations race the PTFI to doing improvement for environment by practice adan all of internal regulations.
The research recommends that (1) An optimum 3R Waste Minimization Program requires an integrated management system that considers waste as resources that can give benefits to the environment, the economy and the community; (2) In order to support the 3R Waste Minimization Program it will be necessary to initiate waste segregation starting from waste sources and to conduct a further study into waste stream; (3) Government regulations and company policies should be operationally applicable for proper implementation.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T20280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>