Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123671 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Catharina Suryowati
"ABSTRAK
Pesatnya pembangunan segala bidang di kota Jakarta berakibat kepada peningkatan jumlah penduduk. Untuk melayani aktivitas penduduknya yang sudah terlanjur banyak, Jakarta terpaksa meningkatkan pembangunan fasilitas fisik pada ruang-ruang terbuka hijau kota (RTH kota).
Dampak yang ditimbulkan adalah berkurangnya volume serta kualitas RTH kota, sehingga dikawatirkan dapat menurunkan daya dukungnya terhadap lingkungan.
Seperti diketahui bahwa salah satu komponen penting bagi keberlanjutan ekosistem perkotaan adalah satwa liar, terutama burung. Namun dengan timbulnya masalah fragmentasi RTH serta ketidaksesuaian penataan vegetasi bagi satwa liar perkotaan, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kondisi persebaran burung. Penelitian juga ditujukan terhadap kondisi vegetasi koridor hijau jalan yang diharapkan dapat membantu persebaran burung ke seluruh wilayah kota Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi burung dan vegetasi di lokasi pengamatan; mengetahui hubungan antara jenis burung dan jenis vegetasi dengan tingkat frekuensi yang sama; mengetahui koefisien komunitas burung dan vegetasi; mengetahui hubungan antara kepadatan vegetasi dengan kepadatan komunitas burung; mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan bermotor dengan kepadatan komunitas burung dan mengetahui pola hijau dalam kota yang dapat mendukung persebaran burung.
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah terdapatnya hubungan antara jenis vegetasi dengan jenis burung dengan tingkat frekuensi yang sama; semakin jauh jarak antara dua lokasi maka koefisien kesamaan komunitas burung semakin kecil; terdapat hubungan antara tingkat koefisien kesamaan komunitas vegetasi dengan tingkat koefisien kesamaan komunitas burung; terdapat hubungan antara tingkat kepadatan vegetasi dengan tingkat kepadatan burungnya; terdapat hubungan antara kepadatan kendaraan bermotor dengan kepadatan komunitas burung.
Penelitian ini dilaksanakan di 3 sumber biota yaitu Senayan, Taman Monas, Hutan Mangrove Kemayoran dan di 10 titik koridor yaitu Sudirman-1, Sudirman-2, Kendal, Suropati, Teuku Umar, Cut Meutia, Wahidin, Gunung Sahari, Angkasa dan Benyamin Sueb.
Pemilihan lokasi-lokasi ini selain disebabkan karena ke 3 sumber biota tersebut berdasarkan penelitian sebelumnya merupakan sumber burung, juga disebabkan karena koridor yang menghubungkan telah ditetapkan oleh Pemda DKI Jakarta sebagai koridor persebaran burung.
Data yang diambil di sumber biota adalah jenis dan jumlah jenis vegetasi, jenis, jumlah jenis dan jumlah individu burung. Pengambilan data dengan metode jelajah (cruissing). Di titik koridor diambil jenis, jumlah jenis, jumlah individu burung dan vegetasi. Pengambilan data burung dengan metode point count.
Analisis data menggunakan rumus rumus 'frekuensi', 'koefisien kesamaan komunitas' dan 'kepadatan biota' (Brower dkk, 1990).
Hasil pembahasan dan sekaligus merupakan kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Burung yang ditemukan di seluruh lokasi pengamatan sebanyak 47 jenis. Di Kemayoran sebanyak 37 jenis, Taman Monas 24 jenis, Senayan 15 jenis dan di seluruh titik koridor sebanyak 20 jenis. Burung yang rempunyai persebaran luas (frekuensi tinggi) dan kepadatan
individu tertinggi adalah jenis Burung gereja, Kutilang dan Cabean merah.
2. Di seluruh lokasi pengamatan ditemukan vegetasi sebanyak 95 ,jenis. Di sumber biota Senayan 65 jenis, Taman Monas 61 jenis, Kemayoran
42 jenis dan di seluruh titik koridor sebanyak 27 jenis. Vegetasi yang mempunyai jumlah indvidu tertinggi adalah Mahoni, yaitu 237 pohon dari 423 pohon yang tercatat di 10 lokasi pengamatan.
3. Tidak terdapat hubungan antara jenis vegetasi dengan jenis burung
pada tingkat frekuensi jenis yang sama, hal ini hipotesis ditolak.
4. Semakin jauh jarak antara dua Iokasi, koefisien kesamaan komunitas
burung semakin kecil, hal ini hipotesis diterima.
5. Tidak terdapat hubungan antara tingkat koefisien kesamaan komunitas vegetasi dengan tingkat koefisien kesamaan komunitas burungnya, hal ini hipotesis ditolak.
6. Tidak terdapat hubungan antara tingkat kepadatan vegetasi dengan tingkat kepadatan burungnya, hal ini hipotesis ditolak.
7. Terdapat pengaruh tingkat kepadatan kendaraan bermotor terhadap kepadatan burung, hal ini hipotesis diterima.
8. Pola koridor hijau kota yang dapat mendukung persebaran burung adalah yang ditunjang dengan blok-blok penghijauan di sekitarnya, dengan jenis dan stratifikasi tajuk vegetasi yang heterogen.

ABSTRACT
The development of infrastructure in Jakarta causes increase in urban population. The Government inevitably has to provide physical facilities on the green open space. The effects on green area has been reducing its quantity and quality especially the green area carrying capacity.
As we have known that one of the significant components for long-term natural sustainability is wildlife such as population of birds in the city. Green open space fragmentations and unsuitable vegetation arrangements are considered responsible for the existing bird populations in the city and needed to review in order to provide a much better green open space in Jakarta.
The purpose or this study was to observe present condition of birds and vegetation and the relationship of both organisms with the same frequency and to measure community similarity of both communities. The purpose of this study was also to find out the relationship between birds and vegetation densities; the effect of vehicle density on birds density. Moreover, observation of the green corridor pattern in the city which supports the dispersal of bird population was also made.
The hypotheses were measured in many ways; there were relationship between vegetation and birds with the same frequency; the longer distance of their locations, the smaller coefficient of community similarity of the birds. There were relationship between the vegetation and birds coefficient of community; there were relationship between the vegetation and birds densities; there were relationship between the vehicle and birds densities.
The research has been conducted at three bird sources : Senayan, Monas, Hutan Mangrove and ten corridors : Sudirman-1, Sudirman-2, Kendal, Suropati, teuku Umar, Cut Meutia, Wahidin, Gunung Sahari, Arigkasa and Benyamin Sueb.
Data taken from the sources were : the species and the number of vegetation; the species and the number of birds individual. The method used was " cruising". The number of vegetation and bird individuals were counted by Point Count Method at 10 corridors.
The data were analyazed to measure the "frequency", "coefficient of community similarity" and' biotic density" following Brower et al. (1990).
The results showed that :
1. There were 47 species of birds at bird sources; consist of 37 species at Kemayoran, 24 species at Taman Monas, 15 species at Senayan. There were 20 species of birds at entire corridors. The bird which dispersed widely (or had high frequency) and had high population density were Burung Gereja, Kutilang and Cabean Merah.
2. The research found 95 species of plants in the study areas, consist of 65 species at Senayan, 61 species at Taman Monas, 42 species at Kemayoran and at 10 corridor therewere 27 species of plants. The most abundance plant species was Mahoni found at ten locations of the study areas, in which 237 of 423 trees had recorded.
3. There was no relationship between vegetation and birds with the same frequency. So that the hypotheses was rejected.
4. The longer distance of both locations, the lower coefficient of
similarities of the bird community. Hypotheses was accepted.
5. There was no relationship between coefficient of community similarities
of vegetation and birds. Hypotheses was rejected.
6. There was no relationship between density of vegetation and birds. Hypotheses was rejected.
7. There was a relationship between density of vehicles and birds. Hypotheses was accepted.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Indrawan
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan satwa burung di Padang Golf Halim (PGH) II. Hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai data pembanding untuk masa mendatang dan sebagai data dasar untuk penelitianpenelitian ekologi burung pada lingkungan hutan kota, khususnya di daerah Jakarta. Metode sensus burung dengan menggunakan pemetaan teritori dipakai dalam penelitian ini, di mana setiap individu yang ditemukan waktu sensus di lapangan posisinya dicatat pada peta. Setelah delapan kali sensus, terlihat pola pengelompokan data pada peta. Berdasarkan data yang terlo— kalisir pada peta, maka kelimpahan masing-masing jenis bu rung dapat ditentukan. Keanekaan jenis burung. di PGH II dihitung dengan menggunakan Indeks Keanekaan Shannon-Wiener. Di samping itu, dilakukan pula ihventarisasi "guild" burung. Sebagai hasil sensus, pada daerah penelitian yang luasnya 79,3 Ha diperkirakan terdapat 710 ekor burung. Jenisjenis burung yang paling melimpah adalah : Peking {Lc-nchura. pi-iria t Li 1 a ta ) , Bentet (Lanins schach} dan Kutilang (PycnanotLis aLirigsster). Keanekaan jenis burung di PGH II ternyata relatif rendah, sebesar 1,557. Hal ini tampaknya dipengaruhi oleh keseragaman kelimpahan jenis burung yang rendah. Komposisi jenis serta kelimpahan masing-masing jenis burung di PGH II dipengaruhi oleh satwa burung pada habitat seke1i1ingnya. Dengan demikian, kelestarian burung dan ha'bitatnya pada daerah sekeliling PGH II perlu diperhatikan"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Rai Suma Intari
"The information about bird community and response guild of each species are required for calculating the ecosystem health in Nusa Penida Island. At present time, the facts about bird species in the island has been known but not the response guild. Respose guild considered necessary to construct a Bird Community Index, thus we can make judgement on the ecosystem health in that region.
Base of this research is animal ecology and ecological indicators. The aims are to develop a regional index of biotic integrity based on bird community composition, apply the index to a probability-based sample of field sites to verify the proportion of the study area exhibiting various categories of biotic integrity, determine the combination of landscape configuration and local vegetation variables that are associated with different levels of biotic integrity, and to verify the bird community index with independent data collected from the same sample locations. The research was held on two parts, from March -May and July - September 2010 on Nusa Penida Island.
This study is classified as a non-experimental study. Point count along the transect was used to collect the information of bird community. The Landsat satellite imagery was personalized by supervised method and overlay with sampling points coordinat. The image was enhanched by buffered the sampling points coordinat 500 m that intersect with landscape configurations to reveal the proportion of land cover type each sampling points. The enhanched imagery was done using ArcGIS 9.3. Linear regression by stepwise method was used to identify the association along with land cover category and bird community. Statistic calculations were counted using SPSS 17.0. The instruments are binocular [Bushnell] 10 x 50, GPS [Garmin 76 CSX], rollmeter, digital camera [Sony DSC P-150], watch, field guide book, note book, pencil, and an image from Landsat satellite path 116 row 66.
The result for bird community on first part of the research are eleven sites classified as high integrity, thirty five sites as moderate integrity, and five sites as low integrity. On the second part of the study showed that four sites as highest integrity, twenty three sites as high integrity, and twenty four sites as moderate integrity. Nevertheless, not all land cover and vegetation variables were significant different on each integrity category.
The conclusions are bird community index in Nusa Penida Island devided into three category, high, moderate, and low; there is a connection between bird community index and disturbance levels; the BCI that used to rank the environmental condition appropriate to land cover in that area; and landscape configuration combination has relationship with every level of biotic integrity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29774
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Caswara
"Perubahan yang begitu cepat pada era globalisasi telah melanda bidang tarnsportasi, khususnya transportasi laut. Teknologi transportasi, khususnya transportasi laut telah menciptakan kapal kontainer generasi al (3.000 TEUSI) dan generasi IV (4.000 TEUS). Kapal-kapal tersebut diciptakan dengan kapasitas 46.000 DWT (generasi IV) dan 80.000 DWT2 (generasi V). yang berarti mampu meningkatkan jumlah daya angkut barang lebih besar dibandingkan kapal-kapal generasi II (2.000 TEUS) atau setara dengan 32.000 DWT. Di lain pihak perkembangan teknologi kapal tersebut telah pula memerlukan percepatan pelayanan di bidang sarana dan prasarana pendukung.
Konstelasi geografis Indonesia yang berwujud kepulauan terbesar di dunia dengan dua pertiga luas wilayah berwujud perairan dan letaknya sebagai posisi silang dunia dengan jumlah penduduknya lebih dari 200 juta jiwa, telah menjadikan Indonesia sebagai negara Maritim terbesar di dunia. Dengan demikian aspek transportasi laut di Indonesia memiiki nilai strategis yang tinggi, baik pada masa damai sebagai sarana mencapai kesejahteraan (bidang ideologi, politik ekonomi, sosial-budaya), maupun pada masa perang sebagai sarana pertahanan keamanan negara. Kondisi demikian merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi sistem pelayaran nasional Indonesia."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T1224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Irham
Jakarta: LIPI Press, 2009
598.095 MOH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Husna
"Keanekaragaman burung di suatu wilayah menjadi perhitungan dalam peran burung sebagai bioindikator. Penelitian mengenai keanekaragaman burung di hutan kota di Pontianak telah dilakukan, khususnya di Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura. Meskipun demikian, masih sedikit penelitian mengenai keanekaragaman burung di Pontianak dan di luar Arboretum Sylva Untan. Penelitian ini dilaksanakan untuk membandingkan komposisi jenis burung di Arboretum Sylva Untan dan Pendopo Gubernur Kalimantan Barat sebagai pembanding, serta menganalisis perbedaan keanekaragaman burung di dua hutan kota berbeda beserta faktor penyebab perbedaannya. Pengamatan dilakukan pada pagi dan sore hari dengan metode point count. Data yang dianalisis berupa indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan, dan indeks dominansi. Dilakukan uji t Hutchinson terhadap indeks keanekaragaman Shannon-Wiener kedua lokasi. Hasil yang diperoleh yaitu jenis-jenis burung yang ditemukan di Arboretum Sylva Untan dan Pendopo Gubernur Kalimantan Barat memiliki perbedaan. Kedua lokasi memiliki jumlah jenis Passer montanus tertinggi. Terdapat beberapa jenis yang hanya teramati di Pendopo Gubernur Kalimantan Barat, yaitu Anthreptes malacensis, Eurystomus orientalis, dan Amaurornis phoenicurus. Jenis Anthreptes rhodolaemus, Geopelia striata, dan Dinopium javanense hanya teramati di Arboretum Sylva Untan. Hasil uji t Hutchinson kedua lokasi pengamatan menunjukkan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener yang signifikan berbeda, dengan nilai indeks tertinggi ditemukan di Pendopo Gubernur Kalimantan Barat. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena banyaknya orang yang berlalu lalang di lokasi pengamatan serta preferensi habitat jenis-jenis burung yang bermukim.

Bird diversity in a region can be counted as bioindicator to measure environment. Research about bird diversity in Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura as one of the urban forest in Pontianak has been accomplished, but there is still only a few of the research. Bird diversity research in Pontianak outside Arboretum Sylva Untan has yet to be accomplished. This paper is written to report comparison of bird species composition in Arboretum Sylva Untan and Pendopo Gubernur Kalimantan Barat, and to analyze the differences of bird diversity in both locations and what factors influence the difference. Observation is done in morning and evening with point count method. Analyzed data includes Shannon-Wiener index diversity, evenness index, and dominance index. Hutchinson t test based on Shannon-Wiener diversity index is used to calculate how significant the difference between Arboretum Sylva Untan and Pendopo Gubernur Kalimantan Barat. The result is bird composition in both places have differences, despite both of place owns high numbers of Passer montanus. There are some species only observed in Pendopo Gubernur Kalimantan Barat; Anthreptes malacensis, Eurystomus orientalis, and Amaurornis phoenicurus. Some species unique to Arboretum Sylva Untan are Anthreptes rhodolaemus, Geopelia striata, and Dinopium javanens. Result of Hutchinson t test shows that both locations have different Shannon-Wiener diversity index, with Pendopo Gubernur Kalimantan Barat has the highest index. The result may occur because of few people found in Pendopo Gubernur Kalimantan Barat. The habitat preference of birds also influences the composition of birds observed in both locations."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suksmahadji
"Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dengan luas kawasan keseluruhan kurang Iebih 1800 hektar, dan 3/4 dari keseluruhan luas kawasan bandar udara merupakan ruang terbuka. Lokasi bandar udara tersebut relatif berdekatan dengan Pulau Rambut dan Pulau Bokor, serta Hutan Lindung Angke dan Cagar Alam Muara Angke yang kesemuanya tersebut ditetapkan sebagai daerah konservasi kehidupan burung yang dilindungi serta dilestarkan. Burung-burung tersebut setiap hari secara rutin melakukan pergerakan migrasi harian untuk mencari makan ke Pulau Jawa pada pagi hari dan kemudian pada waktu sore harinya kembali lagi ke pulau-pulau tersebut.
Kawasan di sekitar bandar udara merupakan kawasan jelajah burung-burnng yang sejenis dari konservasi untuk mencari makan di kawasan sekitar bandar udara. Pergerakan burung di sekitar bandar udara sangat membahayakan keselamatan penerbangan karena dapat mengakibatkan terjadinya tabrakan pesawat udara dengan burung (bird strike).
Tesis ini meneliti konflik kawasan kehidupan burung di sekitar bandar udara dengan kawasan pergerakan pesawat udara. Hipotesis penelitian yang dikemukakan yaitu:
1. Semakin tinggi jumlah pergerakan pesawat udara, maka semakin tinggi resiko kecelakaan pesawat udara akibat tabrakan dengan burung.
2. Semakin tinggi populasi burung di kawasan sekitar bandar udara, maka semakin tinggi resiko kecelakaan pesawat udara akibat tabrakan dengan burung.
Metode penelitian menggunakan deskripsi eksplanatori dan analisis data menggunakan uji statistik korelasi. Data penelitian merupakan data primer dan data sekunder, data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan yaitu populasi burung di kawasan sekitar bandar udara, dan data sekunder adalah data jumlah pergerakan pesawat udara dan jumlah kejadian tabrakan pesawat udara dengan burung diperoleh dari data produksi Divisi Pelayanan Lalu-lintas Udara dan Aerodrome Control.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel yang diuji, masalah ini dapat dikemukakan yaitu:
Jika penelitian dilakukan lebih lama terhadap populasi burung, maka koefisien korelasi antara populasi dan kejadian tabrakan pesawat udara dengan burung akan terlihat.
Akan lebih terlihat jika yang diamati adalah populasi burung yang melakukan pergerakan ke arah jalur penerbangan. Dengan demekian kedepan penelitian harus diarahkan pada variabel ini.
Peristiwa tabrakan pesawat udara dengan burung biasanya terjadi pada sore atau menjelang petang hari dan umumnya pada saat pesawat udara sedang melakukan pendekatan untuk mendarat. Peristiwa tersebut sering terjadi di landasan pacu nomor 2, arah 2500 sebelah kanan (Runway 25 Right), yaitu arah landasan pacu yang memiliki jumlah pergerakan pesawat udara terpadat. Tabrakan pesawat udara dengan burung tersebut terjadi dimungkinkan oleh pergerakan burung-burung saat kembali ke pulau Rambut pada sore atau menjelang petang hari dari kawasan Hutan Lindung Angke dan Muara Angke serta dari kawasan bandar udara.
Saran: Pengelolaan lingkungan bandara dalam upaya mencegah burung di kawasan sekitar bandar udara, yaitu meniadakan kawasan yang disenangi burung melalui perbaikan infrastruktur kawasan terbuka bandar udara.
Pengelolaan lingkungan di luar kawasan bandar udara seharusnya dilakukan Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat untuk menciptakan atau melestarikan kawasan habitat yaitu kawasan yang disenangi burung yang lokasinya jauh dari kawasan bandar udara, seperti kawasan hutan mangrove di pesisir Kepulauan Seribu, Pantai utara Banten, Pantai utara Jakarta, Pantai utara Jawa Barat, sehingga burung dapat memperoleh makanan secara alami. Dengan demikian burung-burung tidak mencari makanan ke kawasan sekitar bandar udara sehingga keselamatan penerbangan dapat terjaga.

Soekarno-Hatta International Airport covers an overall area of approximately 1800 hectares, and three quarters of it is an open space. Its location is relatively close to the islands of Rambut and Bokor, and to Angke Protected Forest and Muara Angke Nature Reserve, both of which have been determined as areas for the conservation of protected and preserved bird species. These birds migrate daily to Java in the morning in search for food and return to the islands in the evening.
Birds of a species similar to the one in the conservation travel for food across areas, which include the airport. Bird movement around the airport is extremely dangerous for flight safety due to possible bird strikes.
This thesis studies conflicting bird habitats and airplane movement spaces. It proposes the following hypothesis:
1. The higher the flight frequency, the greater the risks of airplane crashes resulting from bird strikes.
2. The larger the bird population in areas surrounding the airport, the greater the risks of airplane crashes resulting from bird strikes.
The research used an explanatory-descriptive method, and data were analyzed using statistical correlation assessment. Research data consisted of primary and secondary data; primary data were collected through direct in-field observations of bird population in the airport area, while secondary data were those produced by the airport's Air Traffic Service Division and Aerodrome Control.
Conclusion: research results showed that there were no significant relations between studied variables. The following explains how:
a). Longer period of bird population observations could have shown more clearly the coefficients of bird population and airplane crash frequency correlation.
b). Research would come up with better results if observations were focused on the population of birds moving toward airstrips. Future researches should aim at this variable.
Higher frequency of bird strikes was usually recorded in late afternoon or early evening while airplanes were approaching landing strips. Most frequent occurrence was at Runway 25 Right, which is the runway with the highest number of traffic. These possible bird strikes were due to birds returning to the island of Rambut in late afternoons or early evenings from Angke and Muara Angka protected forests and also from areas surrounding the airport.
Recommendation: airport management should include measures to prevent bird from coming to the area by eliminating their favorite spots, and this would be possible through improvement of airport open space infrastructures.
Zones outside the airport should be managed jointly by the Local authority and communities, the management of which should target preserving or establishing birds' habitats far away from the airport, such as the mangrove forest on the coast of Kepulauan Seribu as well as the coastlines of Northern Banten, Northern Jakarta and Northern West Java, to ensure that these birds are provided with their natural food. Such management will prevent them from searching for food in the areas surrounding the airport and guarantee safety of all flights.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramantya Prayoga Nugraha
"Urbanisasi mengakibatkan habitat alami lenyap tergusur oleh bertambahnya luas wilayah pemukiman dan perkotaan dan mengakibatkan perubahan pada burung, baik pada tingkat individu, populasi, maupun komunitas. Urbanisasi mengakibatkan perubahan distribusi area pada burung: Urban Exploiter, Urban Adapter, dan Urban Avoider. Perlu ada penelitian untuk melihat distribusi burng di wilayah Kampus UI. Penelitian dilakukan untuk mengetahui parameter laju urbanisasi yang terjadi di wilayah kampus Universitas Indonesia Depok dan wilayah di sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-September 2013 di kampus UI dengan metode point count dan studi habitat. Tabulasi data disajikan dalam bentuk grafik dan tabel dan data diolah dengan menggunakan metode Distance Sampling, Principal Component Analyisis dan Chi-Square.
Data menunjukkan bahwa terdapat pembagian urbanisasi yang jelas antara 3 tipe habitat di kampus UI, dan terdapat 25 jenis burung di kampus UI dengan 12 diantaranya urban avoider, 7 Urban adapter, dan 6 Urban exploiter. Variabel habitat yang berpengaruh terhadap distribusi komunitas burung ini adalah, Tutupan Tajuk, Jumlah pohon dan pancang, DBH pohon dan pancang, Jumlah Bangunan, Laju Kendaraan dan pejalan kaki, jalan setapak dan Jalan Raya. Adanya asosiasi ini menunjukkan bahwa urbanisasi mempengaruhi komunitas burung di kampus Universitas Indonesia.

Urbanization can causing natural habitats disappearance & displaced by residential and urban area. Habitat change has resulted in changes of birds, both at the individual, population, or community. Urbansasi gradient changes due process has resulted in changes in the distribution area of the bird. Bird community is divided into 3 : Urban Exploiter, Urban Adapter, and Urban Avoider. Research is needed to see bird distribution in the area of University of Indonesia. The study was conducted to determine the parameters of urbanization that occurred in the campus of the University of Indonesia in Depok and surrounding areas. The study was conducted in the month of May to September 2013 in the area of University of Indonesia using point counts and habitat studies . Tabulation of the data presented in the form of graphs and tables and the data processed using Distance Sampling method, Principal Component Analyisis and Chi - Square.
From these data shows that there are difference between urbanization gradient in 3 habitat type on campus. Data shows there are 25 species of birds on the UI campus with 12 of them urban avoider, 7 Urban adapters, and 6 Urban exploiter. Habitat variables that influence the distribution of the bird community is, canopy cover , number of Sapling, number of trees, DBH of Tree, DBH of Sapling number of buildings, rate vehicles, rate of pedestrian, and pedestrian road & vehicle road The existence of this association suggests that urbanization affects bird community at the University of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Anisafitri
"Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan daerah dengan penduduk terpadat di Indonesia. Keberadaan burung memiliki keterkaitan terhadap habitat yang ditinggali oleh burung tersebut. Komunitas burung di daerah perkotaan memiliki nilai keanekaragamaan dan kelimpahan jenis yang lebih rendah dibandingkan di lingkungan yang lebih alami. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas burung di Kelurahan Kayu Putih dan Kelurahan Jati, serta untuk menganalisis perbedaan struktur komunitas burung di kedua kelurahan dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Metode digunakan adalah Point Count untuk pengamatan burung dan Point Centered Quarter untuk pengambilan data vegetasi. Analisis data burung menggunakan Indeks Shannon-Wiener, Indeks Kemerataan, Indeks Dominansi, dan Uji Mann-Whitney. Analisis vegetasi menggunakan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon dengan INP tertinggi pada dua kelurahan berjenis sama, yaitu Pterocarpus indicus. Indeks Shannon-Wiener Kelurahan Kayu Putih dan Jati, masing-masing sebesar 1.483 dan 1.503. Indeks Kemerataan Kelurahan Jati lebih tinggi dibandingkan Kelurahan Kayu Putih, yaitu 0.653 dan 0.578. Tidak ada jenis burung yang mendominasi di kedua kelurahan. Indeks Kesamaan Jenis kedua kelurahan sebesar 64.29%. Keanekaragaman jenis burung memiliki perbedaan yang signifikan berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney. Hal tersebut dapat disebabkan oleh jumlah jenis pohon Kelurahan Jati lebih beragam.

Jakarta is the most densely populated area in Indonesia. The presence of birds has strong relationship with the habitat inhabited by those birds. Bird communities in urban areas have lower diversity and species abundance than those in natural environments. The purpose of this study was to determine the structure of the bird communities in Kayu Putih and Jati subdistricts, also to analyze the differences of the bird communities between the two subdistricts and the factors that affect them. The method used to collect data were Point Count Method and Point Centered Quarter. The indices used to analyze the bird communities were Shannon-Wiener, Evenness, Dominance, and Mann-Whitney Test. Vegetation Analysis were calculated by Importance Value Index (IVI). The result for the highest IVI in both subdistricts was the same species, namely Pterocarpus indicus. Shannon-Wiener result for the Kayu Putih and Jati are in moderate range, namely 1.483 and 1.503. Evenness for Jati was higher than Kayu Putih, namely 0.627 and 0.562. No dominating species in both subdistricts. The Similarity Index for subdistricts was 64.29%. The diversity of birds between the two subdistricts were significantly different based on Mann-Whitney Test. Jati subdistrict has higher tree diversity compared to Kayu Putih subdistrict."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Aqliyah Putri
"Penelitian mengenai komunitas burung pada habitat kebun karet di Universitas Indonesia sudah pernah dilakukan sebelumnya. Setelah beberapa tahun, UI telah banyak berubah akibat pembangunan infastruktur dan diduga dapat mempengaruhi komunitas burung di habitatnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dampak pengurangan lahan pada kebun karet terhadap komunitas burung yang terdapat di kawasan UI.
Pengambilan data burung dilakukan di empat subtipe habitat kebun karet dengan menggunakan metode point count yang dilakukan pada waktu pagi, siang, dan sore. Penentuan jumlah unit sampling dilakukan dengan menggunakan metode kurva. Hasil penelitian mencatat 16 jenis burung dari 12 suku di habitat kebun karet. Terdapat perubahan komposisi jenis yang menyusun habitat kebun karet, dimana hanya terdapat 6 jenis yang sama dengan penelitian Pradana 2007 dari 16 jenis burung yang ditemukan.
Indeks keanekaragaman mengalami kenaikan dari penelitian sebelumnya yaitu dari 2,02 menjadi 2,06 dengan indeks kemerataan yang dikategorikan ke dalam kategori cukup merata yaitu sebesar 0,75. Terjadi perubahan jenis burung yang dominan dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya dimana jenis burung yang dominan pada penelitian ini adalah Collocalia linchi, Pycnonotus aurigaster, Dicaeum trochileum, Nectarnia jugularis, Hirundo sp., Passer montanus, dan Pericrocotus cinnamomeus.
Subtipe 1 dan 2 serta penelitian pada tahun 2007 dengan penelitian ini 2016 memiliki nilai indeks kesamaan jenis Sorensen terendah. Sedangkan subtipe 2 dan 3 serta penelitian pada tahun 1989 dengan penelitian ini 2016 memiliki nilai indeks kesamaan jenis Sorensen tertinggi. Tidak ada korelasi antara luas lahan subtipe dengan jumlah jenis yang ditemukan pada habitat kebun karet.

Previously, the study about bird community which habits rubber plantation in Universitas Indonesia, Depok has done several times. Several years later, UI has built some infrastructures that might affect population of the bird community. Therefore the aim of this study is to investigate the effect of the land reduction of rubber plantation to the bird community.
The method used to survey the bird was point count in 4 subtype of rubber plantation in UI which was done in the morning, afternoon, and evening. The number of sampling units was determined by curve method. A total number of 16 species from 12 families were found. The composition of species in rubber plantation have been changed, which only 6 of 16 species found is similar with Pradana 2007.
The diversity index was increased from 2,02 in Pradana 2007 to 2,06 in this study and the evenness index was 0.75, showing the distribution of the birds is spread evenly. The dominant species of birds compared to previous studies have been changed, which the dominant species of birds in this study is Collocalia linchi, Pycnonotus aurigaster, Dicaeum trochileum, Nectarnia jugular, Hirundo sp., Passer Montanus, and Pericrocotus cinnamomeus.
Subtype 1 and 2 as well as research in 2007 with this study 2016 has the lowest index value of the similarity. While, subtypes 2 and 3 as well as research in 1989 with this study 2016 has a highest index value of the similarity. There was no correlation between the land area with the total bird species found in rubber plantation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>