Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167903 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joyce Magdalena Santoso
"Tujuan: Mengetahui pengaruh penurunan berat badan terhadap kadar asam urat plasma dan urin subjek dengan berat badan lebih.
Tempat: Sebuah pusat kebugaran di Kelapa Gading, Jakarta Utara
Metodologi: Dilakukan penelitian pada 26 perempuan peserta program penurunan berat badan (BB) yang bersedia mengikuti penelitian ini. Penelitian ini merupakan eksperimen kuasi pra dan pasca perlakuan tanpa pembanding. Tiap subjek mendapat diet rendah kalori seimbang dan olahraga aerobik selama 12 minggu. Diet rendah kalori seimbang diberikan berdasarkan pengurangan kalori sebesar 1000 kkal/hari.
Dengan perhitungan keluaran energi selama olahraga aerobik yang diprogramkan berkisar antara 200-400 kkal/hari, diet yang diberikan kira-kira 800-1100 kkal/hari. Sebelum diberikan olahraga aerobik dilakukan tes Cooper untuk menilai kemampuan maksimal tiap subjek dalam berolahraga. Olahraga aerobik diberikan dengan intensitas 60-80% kemampuan maksimal, lama latihan 60 merit; dan frekuensi 5 kali seminggu Pemeriksaan antropometri dan kadar asam urat dilakukan pada awal, minggu ke 2, dan akhir perlakuan.
Hasil Terjadi penurunan BB secara signifikan (p<0,05; uji t berpasangan) dan 74,30 ± 10,48 kg menjadi 65,31 ± 8,56 kg (penurunan 12,10%); penurunan indeks massa tubuh (IMT) secara signifikan (p<0,05) dari 29,79 ± 4,28 menjadi 26,19 ± 3,41 kglm2 (pemmman 12,08%); dan penurunan massa lemak (ML) secara signifikan (p<0,05) Bari 36,21 ± 2,80 menjadi 25,97 ±2,94% (penurunan 28,28%). Pada minggu ke 2 terjadi peningkatan kadar asam urat plasma dan urin, masing-masing dari 5,40 ± 1,29 menjadi 5,96 ± 1,44 mg/dL (peningkatan 10,37%) dan dari 542,23 ± 179,39 menjadi 583,15 ± 202,35 mg/dL (peningkatan 7,55%). Setelah perlakuan 12 minim' terjadi penurunan kadar asam urat plasma dan urin yang signifikan (p<0,05) masing-masing dari 5,40 ± 1,29 menjadi 4,39 t 1,21 mg/dL (penurunan 18,70%) dan dari 542,23 ± 179,39 menjadi 479,06 ± 134,73 rng/dL (pemurumn 11,60%). Penurunan berat badan mempunyai korelasi lemah dengan penurunan kadar asam urat plasma (r = 0,32) dan penurunan kadar asam urat urin (r = 0,33) namun tidak signifikan (p >0,05). Dengan uji multivariat didapat korelasi positif atas peningkatan kadar asam urat plasma minggu ke 2 dengan BB awal. Penurunan kadar asam urat plasma pada akhir penelitian mempunyai korelasi positif dengan person ML akhir perlakuan. Penurunan kadar asam carat urin akhir perlakuan berkorelasi positif dengan asupan protein awal, serta berkorelasi negatif dengan clearance asam urat swat.
Kesimpulan: Pada proses penurunan berat badan dengan diet rendah kalori seimbang dan olahraga aerobik, kadar asam urat plasma dan urin mula-mula akan meningkat, kemudian menurun mencapai kadar yang lebih rendah daripada kadar awal.

Effects of Weight Reduction by Balanced Low-Calorie Diet (LCD) and Aerobic Exercise on Plasma and Urinary Uric Acid Levels of Overweight WomenObjective: To investigate the effects of weight reduction on plasma and urinary uric acid levels of overweight subjects
Place: One fitness centre at Ketapa Gading, North Jakarta
Methods: Twenty six overweight women were studied in a pre and posttest, using control group as the same subjects as the treatment group. Subjects received a balanced LCD and aerobic exercise for 12 weeks. Balanced LCD was given based on energy deficit 1000 kcal/day. Energy expenditure from aerobic exercise was 200 to 400 kcal and the subject were given diet of 800-1100 kcallday. All subjects had to undergo Cooper test for designing the aerobic exercise program. The intensity of the aerobic exercise was 60-80% of maximum capacity with duration of 60 minutes 5 days a week Anthropometric measurements and plasma and urinary uric acid were examined at the beginning, second week and after the treatment
Results: Balanced LCD and aerobic exercise given for 12 week significantly (p<0.05; paired t test) decreased body weight (BW), body mass index (BM), and fat mass from 74.30 ± 10.48 kg to 65.31 ± 8.56 kg (decreased 12.10%), from 29.79 ± 4.28 to 26.1.9 ± 3.41 kg/m2 (12.08%), and from 36.21 ± 2.80 to 25.97 ± 2.94% (28.28%) respectively. In the second week, plasma and urinary uric acid levels increased from 5.40 ± 129 to 5.96 ± 1.44 mg/dL (10.7%) and from 542.23 ± 179.39 to 583.15 ± 202.35 mg/dL (7.55%). After 12 weeks of treatment, plasma and urinary uric acid levels decreased significantly (p<0,05) from 5.40 ± L29 to 4.39 ± 1.21 mg/dL (18.70%), and from 542.23 ± 179.39 to 479.06 ± 134.73 mg/dL (11.60%) respectively. There was a weak correlation between weight reduction and plasma (r = 0.32) and urinary uric acid levels (r = 0.33), but not significant (p X0.05). With multivariate analysis, there was a positive correlation between increased plasma uric acid level with BW before treatment There was a positive correlation between decreased of plasma uric acid after treatment with fat mass after treaatment (%). There was a positive correlation between decreased after treatment urinary uric acid level and before treatment protein intake, and had a negative correlation with before treatment uric acid clearance.
Conclusions: In the process of weight reduction with balance LCD and aerobic exercise, plasma and urinary uric acid levels increased in the second week, and decreased to the levels lower than the base line at the end of treatment.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T8287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Andewi Resti Anggraheni
"Latar belakang:. Data tahun 2007 menunjukkan prevalensi perempuan dewasa dengan obesitas di Indonesia 13,9% dan terus mengalami peningkatan, yaitu 15,5% pada 2010 dan 32,9% pada 2013. The Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) mendefinisikan obesitas dalam kehamilan sebagai indeks massa tubuh (IMT) >30 kg/m2 pada kunjungan antenatal pertama. Risiko kehamilan terkait berat badan berlebih dan obesitas diantaranya adalah peningkatan risiko hipertensi dalam kehamilan (termasuk preeklampsia), tromboemboli, dan diabetes melitus gestasional. Peningkatan lama persalinan dan peningkatan risiko seksio sesaria juga diketahui terkait dengan berat badan berlebih dan obesitas. Obesitas dalam kehamilan juga meningkatan risiko janin makrosomi, kematian dalam kandungan, dan malformasi kongenital. Tujuan: a. Diketahuinya luaran maternal pada ibu hamil dengan berat badan berlebih dan obesitas yang bersalin di RSCM. b. Diketahuinya luaran perinatal pada ibu hamil dengan berat badan berlebih dan obesitas yang bersalin di RSCM. c. Diketahuinya kualitas Asuhan Antenatal pada ibu hamil dengan berat badan berlebih dan obesitas yang bersalin di RSCM. c. Diketahuinya pandangan tenaga kesehatan terhadap ibu hamil dengan berat badan berlebih dan obesitas, d. Diketahuinya pandangan ibu hamil , serta keluarga terhadap kehamilan dengan berat badan berlebih dan obesitas Metode: Dilakukan studi kuantitatif dan kualitatif pada kasus ibu hamil dengan berat badan berlebih dan obesitas yang bersalin RSCM tahun 2015-2019. Pengambilan data kuantitatif dilakukan dengan telaah rekam medis dan kelengkapan pengisian buku KIA secara umum, dimana akan dilihat untuk luaran maternal, perinatal serta edukasi ANC yang berhubungan dengan kehamilan dengan berat badan berlebih dan obesitas. Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan wawancara mengenai pemahaman ibu hamil dengan berat badan berlebih dan obesitas yang bersalin di RSCM dan tenaga kesehatan pemberi pelayanan asuhan antenatal di fasyankes asal asuhan antenatal serta keluarga Hasil: Terdapat 509 kasus ibu hamil dengan obesitas dan berat badan berlebih yang bersalin di RSCM selama tahun 2015-2019, Dari 509 subjek, diketahui 189 subjek (37,1%) mengalami obesitas dan 320 subjek (62,9%) mengalami berat badan berlebih. Berdasarkan data tersebut, didapatkan insidensi obesitas dan berat badan berlebih persalinan di RSCM periode tahun 2015-2019 masing-masing sebesar 4,28% dan 2,53%.Luaran maternal ibu dengan obesitas dan berat badan berlebih yang bersalin di RSCM, ditemukan morbiditas persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan preeklampsia, dengan jumlah masing-masing 249 (48.9%), 133 (26.1%), dan 121 (23.8%). Luaran Perinatal luaran perinatal patologis yang paling sering dijumpai adalah asfiksia, IUGR, dan IUFD, dengan jumlah masing-masing sebanyak 113 (22.2%), 46 (9.0%), 31 (6.1%). Luaran cara persalinan Mayoritas subjek melahirkan dengan cara seksio sesarea dan pervaginam, dengan jumlah masing-masing 345 (67.8%) dan 154 (30.2%) orang. Secara kualitatif, didapatkan pandangan ibu hamil dengan obesitas dan berat badan berlebih yang bersalin di RSCM dan tenaga kesehatan pemberi asuhan antenatal serta keluraga masih kurang tepat Kesimpulan: Secara kuantitatif dan kualitatif Terjadi kegagalan Identifikasi Kehamilan dengan berat badan berlebih dan obesitas pada kasus-kasus yang dirujuk ke RSCM pada saat dilakukan ANC di faskes primer
. Kata kunci: Luaran maternal dan perinatal. Pandangan Ibu hamil dengan berat badan berlebih dan obesitas, tenaga kesehatan, keluarga, Asuhan antenatal

Background: Data shows in 2007 the prevalence of obese adult women in Indonesia is 13.9% and continues to increase, namely 15.5% in 2010 and 32.9% in 2013. The Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG) defines obesity in pregnancy as body mass index (BMI) >30 kg/m2 at the first antenatal visit. Obesity-related pregnancy risks include an increased risk of hypertension in pregnancy (including preeclampsia), thromboembolism, and gestational diabetes mellitus. Increased length of labor and increased risk of cesarean section are also known to be associated with obesity. Obesity in pregnancy also increases the risk of fetal macrosomy, stillbirth, and congenital malformations Aim: (1) To determine the maternal outcomes in overweight and obese pregnant women who give birth in RSCM. b. To determine perinatal outcomes in overweight and obese pregnant women who give birth in RSCM. c. To know the quality of Antenatal Care in pregnant women with overweight and obesity who gave birth in RSCM. c. To determine the views of health workers on pregnant women with excess weight and obesity, d. To determine the views of pregnant women, as well as their families towards overweight and obesity pregnancies Method: A set of Quantitative and qualitative studies were conducted on cases of overweight and obese pregnant women who gave birth to RSCM in 2015-2019. Quantitative data retrieval was carried out by reviewing medical records and the completeness of filling out the ANC book in general which to see for maternal, perinatal and ANC education related to pregnancy with overweight and obesity. Qualitative data was collected by deep interviewing about the understanding of pregnant women with excess weight and obesity who gave birth at the RSCM and health workers who provide antenatal care services in health facilities from antenatal care and families. Result: There were 509 cases of pregnant women with obesity and overweight who gave birth at the RSCM during 2015-2019. From 509 subjects, 189 subjects (37.1%) were obese and 320 subjects (62.9%) were overweight. Based on these data, the incidence of overweight and obesity in labor at the RSCM for the 2015-2019 period was 4.28% and 2.53%, respectively. preterm, premature rupture of membranes, and preeclampsia, with a total of 249 (48.9%), 133 (26.1%), and 121 (23.8%). Perinatal Outcomes The most common pathological perinatal outcomes were asphyxia, IUGR, and IUFD, with a total of 113 (22.2%), 46 (9.0%), 31 (6.1%). Outcomes of mode of delivery The majority of subjects gave birth by caesarean section and vaginally, with a total of 345 (67.8%) and 154 (30.2%) people, respectively. Qualitatively, it was found that the views of pregnant women with obesity and overweight who gave birth at the RSCM and health workers who provided antenatal care and their families were still inaccurate. Conclusion : Quantitatively and qualitatively there was a failure to identify pregnancies with excess weight and obesity in cases referred to the RSCM at the time of ANC at primary health facilities. Keyword: Maternal and perinatal outcomes. Views of pregnant women with excess weight and obesity, health workers, families, antenatal care"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veranika Darmidy
"Latar belakang : Periode kritis peningkatan berat badan terjadi pada masa transisi dari SMU ke perguruan tinggi. Aktivitas fisik diduga berkurang dan waktu sedentary bertambah.
Tujuan: Mengetahui perbandingan tingkat dan pola aktivitas fisik antara siswa SMU dengan mahasiswa FK sebagai upaya awal mengidentifikasi berat badan lebih pada populasi mahasiswa FK.
Metode: Dari tiap kelompok dipilih 62 subyek. Dilakukan penelitian pendahuluan untuk menyusun pedoman aktivitas fisik modifikasi Bouchard. Dikumpulkan data berat badan, tinggi badan, IMT, data aktivitas fisik, dan data asupan energi.
Hasil: Seluruh subyek memiliki tingkat aktivitas fisik ringan, dengan pola aktivitas fisik yang sama (p>0,05). Proporsi berat badan lebih kedua kelompok tidak berbeda (p>0,05), jumlah waktu sedentary sama (p>0,05) dengan waktu screen time sedentary yang lebih lama pada kelompok siswa SMU (p<0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat aktivitas fisik, pola aktivitas fisik, dan jumlah waktu sedentary antara kelompok siswa SMU dengan mahasiswa FK.

Background: The critical period of weight gain occurred during the transition from high school to college. Presumably physical activity reduced and sedentary time increased.
Objective: To determine the comparison of the level and pattern of physical activity between high school students and medical students as an initial study to identify overweight in medical students population.
Methods: From each group 62 subjects were selected. Preliminary research was conducted to develop guidelines for modified Bouchard physical activity record. Data were collected: weight, height, BMI, physical activity, and energy intake.
Results: All subjects had a low level of physical activity, with the same pattern of physical activity (p> 0.05). The proportion of body weight over the two groups did not differ (p> 0.05), the sedentary time was the same (p> 0.05) with screen time sedentary was longer in high school students group (p <0.05).
Conclusion: There were no difference in physical activity level, physical activity patterns, and the amount of sedentary time between the two groups.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Phellia Emirza
"Kelebihan berat badan memiliki dampak pada pertumbuhan dan perkembangan remaja. Remaja yang kelebihan berat badan memiliki risiko tinggi menjadi orang dewasa yang kelebihan berat badan dan mengalami penyakit degeneratif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan asupan makanan dan faktor lain dengan kejadian kelebihan berat badan pada remaja berusia 10 - 12 tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan metode simple random sampling dengan actual subject 107 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, recall (2x24 jam), dan pengisian self administered questionnaire oleh responden. Kuesioner diberikan kepada responden untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang kelebihan berat badan, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi-square, odd ratio, dan independen T-test.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kelebihan berat badan adalah 53,3%. Terdapat hubungan bermakna (p = 0,031; OR: 2.9) antara kebiasaan mengonsumsi serat dengan kelebihan berat badan. Selain itu terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan energi (p = 0,000), asupan karbohidrat (p = 0,000), konsumsi protein (p = 0,000), asupan lemak (p = 0,000), dan aktivitas fisik (0,046) antara siswa yang kelebihan berat badan dengan siswa yang tidak kelebihan berat badan. Kerja sama antara lembaga kesehatan, sekolah, dan orang tua untuk mencegah dan mengatasi masalah ini sangat diperlukan yaitu dalam membiasakan siswa melakukan pola hidup sehat yang diantaranya mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mengonsumsi serat dalam jumlah yang cukup, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur.

Excess body weight has an impact on adolescents?s growth and development. Adolescents who are excess body weight have a higher risk to be adults who are excess body weight and have degenerative diseases. This research was conducted to figure out the relationship of food intake and other factors with the incidence of excess body weight in adolescents aged 10- 12 years. This research was using a cross-sectional design and simple random sampling method with actual subject 107 respondents. Data were collected through anthropometric measurements, recall (2x24 hours), and self administered questionnaire. Questionnaires were given to respondents to know of any family member who is excess body weight, eating habits, and physical activity. Statistical tests used in this study are chisquare, odd ratio, and independent T-test.
The result showed that the prevalence of excess body weight is 53,3%. There is significant relation (p=0,031;OR: 2,9) between fiber consumption habits with excess body weight. Moreover there are statistically significant difference between energy intake (p=0,000), carbohydrate intake (p=0,000), protein intake (p=0,000), fat intake (p=0,000), and physical activity (0,046) between students who are excess body weight with students who are not excess body wight. Therefore to prevent and resolve this problem required the cooperation between health agencies, schools, and parents to accustom students have healthy lifestyle including eating a balanced nutritious diet, consuming adequate amounts of fiber, and regular physical activity.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Anggraini Pradityaningsih
"Berat badan lebih (BB Lebih) saat ini menjadi permasalahan umum di masyarakat yang dapat meningkatkan morbiditas anak ketika dewasa. Diperlukan identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kondisi BB lebih ini. Tujuan penelitian ini untuk menurunkan proporsi BB lebih pada anak usia sekolah dasar. Desain yang digunakan adalah studi potong lintang (cross-sectional). Sampel yang digunakan sebanyak 288 siswa yang berasal dari SDN Duren Sawit 08 Pagi, Jakarta Timur. Data diambil dengan melakukan pengukuran antropometri dan pembagian kuesioner kepada sampel penelitian. Dari penelitian, didapatkan hasil sebanyak 25,7% responden mengalami berat badan berlebih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor gaya hidup, yakni lama menonton televisi, lama waktu tidur, lama bermain games atau komputer, serta kegiatan di luar sekolah tidak berhubungan dengan kejadian berat badan lebih pada anak usia sekolah dasar di DKI Jakarta. Sementara ti, faktor akses dari sekolah berhubungan dengan kejadian berat badan lebih pada anak usia sekolah dasar di DKI Jakarta (p < 0,05).

Overweight nowadays is a common problem in the community that can increase child morbidity. Thus, identification of the factors that affect this condition is needed. The purpose of this study is to decrease proportion of child`s overweight and obesity. The study design is cross-sectional. The samples were 288 students which taken from SDN Duren Sawit 08 Pagi, Jakarta Timur. Data was obtained by doing anthropometric measurements and distributing questionnaire to the samples. This study found that 25,7% respondence are overweight. This study shows that lifestyle factor, which is tv watching, nighttime sleep duration, playing games or computer, and physical activity is not related to overweight in school-aged children. Otherwise, access to school has significant difference with overweight in school-aged children in DKI Jakarta (p >0,05)."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Dianasari Devana
"

Defisiensi vitamin D rentan terjadi pada tenaga kesehatan dan berakibat pada gangguan sintesis cathelicidin, peptida antimikrobial dengan efek proteksi terhadap virus. Studi terdahulu menunjukkan adanya korelasi positif antara 25-OH-D dengan cathelicidin, sementara data terkait pada populasi obesitas masih terbatas. Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan di Rumah Sakit rujukan pasien COVID-19 di Jakarta dan Depok. Consecutive sampling dan randomisasi dilakukan untuk memperoleh sampel. Asupan makronutrien dan vitamin D dinilai menggunakan Food recall 24 jam dan semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Kadar 25-OH-D dan cathelicidin serum dianalisa dengan metode Chemiluminescence Immunoassay (CLIA) dan Enzyme Linked Immunosorbentassay (ELISA). Uji Mann Whitney dan Kruskal Wallis dilakukan untuk menilai perbedaan rerata kadar cathelicidin, sementara korelasi 25-OH-D dan cathelicidin serum dinilai dengan regresi linear setelah penyesuaian terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT). 80 subjek usia 22 hingga 47 tahun dianalisa, dengan 70% subjek memiliki status gizi obesitas dan 30% berat badan lebih. 93.7% subjek belum mencukupi kebutuhan asupan harian Vitamin D dengan median asupan Vitamin D 2.8 µg per hari. Median kadar 25-OH-D dan cathelicidin subjek 14.3 ng/ml dan 211.6 ng/ml. 85% subjek tergolong defisiensi vitamin D dan subjek dengan obesitas II memiliki kadar cathelicidin yang lebih tinggi. Tidak didapatkan korelasi antara kadar 25-OH-D dengan cathelicidin serum pada subjek tenaga kesehatan dengan berat badan lebih dan obesitas (p 0.942 𝛃-0.077 95% CI -2.182-2.029). Hasil penelitian ini membutuhkan analisa lebih lanjut mengingat peningkatan kadar cathelicidin dapat dipengaruhi oleh variabel perancu sehingga efek protektif dari cathelicidin belum dapat disimpulkan.


Vitamin D deficiency is prevalent among healthcare workers, resulting in impairment of cathelicidin, an antimicrobial peptide with antiviral properties. Former studies show a positive correlation between 25-OH-D and cathelicidin, yet data on the obese population is still scarce. We conducted a cross-sectional study in the COVID-19 referral hospitals in Jakarta and Depok. Samples were collected using consecutive sampling followed by randomization. A repeated 24-hour food recall and a semi-quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ) were used to estimate intake. The Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) and Chemiluminescence Immunoassay (CLIA) were used to measure serum cathelicidin and 25-OH-D. Mann Whitney and Kruskal Wallis analyses were done to assess the mean difference of cathelicidin, and linear regression adjusted for body mass index was done to assess the correlation between 25-OH-D and cathelicidin. 80 subjects aged 22 to 47 years were included, where 70% of the subjects were categorized as obese and 30% were overweight. 93.7% of the subjects did not meet their daily intake of vitamin D requirements, with a median intake of vitamin D of 2.8 µg daily. The subject’s median serum of 25-OH-D and cathelicidin were 14.3 ng/ml and 211.6 ng/ml, respectively. 85% of the subjects were classified as vitamin D deficient, and subjects with class II obesity had significantly higher levels of cathelicidin. Serum 25-OH-D and cathelicidin did not correlate in overweight and obese healthcare workers (p 0.942 𝛃-0.077 95% CI -2.182-2.029). Further research is essential to better understand the findings of this study since the protective effects of cathelicidin cannot be determined because confounding factors may cause cathelicidin levels to rise.

"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Win Johanes
"Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian diet rendah kalori seimbang selama 14 hari terhadap berat badan (BB), indeks massa tubuh (IMT), tebal lipatan kulit total. (TLK), massa lemak tubuh (ML), massa tubuh bebas lemak (MBL), rasio lingkar pinggang-lingkar panggul (R Lpi-Lpa) , dan kadar leptin serum.
Tempat : Rumah Sakit Sumba Waras, Grogol
Bahan dan cara: Penelitian ini merupakan studi eksperimentai pra dan pasca pemberian diet rendah kalori seimbang 915,23 kkal dengan komposisi 55,81% karbohidrat, 19,46% protein dan 24,73% lemak selama 14 hari terhadap 39 subyek perempuan obes (19-55 tahun) yang telah memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Data yang dikumpulkan meliputi data karateristik demografi, data asupan energi dan makronutrien, antropornetri, komposisi tubuh, dan kadar leptin serum.
Hasil : Terjadi penurunan berat badan secara bermakna (p<0,05) dari 70,99 ± 8,62 menjadi 68,81 ± 8,36 kg (3,07%); penurunan IMT secara bermakna (p<0,05) dari 30,20 ± 3,11 kg/m2 menjadi 29,36 ± 2,94 kg/m2 ( 3,04%); penurunan TLK secara bermakna (p<0,05) dari 99,32 ± 12,07 mm menjadi 91,29 f 10,85 mm (8,08%); penurunan ML secara bermakna (p<0,05) dari 35,41 ± 2,75 % menjadi 33,65 ± 2,73% (1,76 %) peningkatan persentase MBL secara bermakna. (p<0,O5) dari 64,59 2,74 menjadi 66,35 2,73% (2,72%);penurunan Lpi secara bermakna (p<0,O5) dari 85,87 7,31 menjadi 83,35 ± 7,09 cm (2,93%); penurunan Lpa secara bermakna (p<0,05) Bari 107,59 ± 6,67 menjadi 106,49 f 6,37 cm (1,02%); penurunan R Lpi-Lpa secara bermakna (p(O,O5) dari 0,80 ± 0,05 menjadi 0,78 ± 0,04 (2,24 %); penurunan kadar leptin serum secara bermalma (p<0,05) dari 23,31 (12,06-71,22) menjadi 18,18 (7,90-65,11) pg/mL (22,01 %); ditemukan korelasi positif antara kadar leptin serum dengan ML secara bermakna (p<0,05) sebelum perlakuan 0=0,47 ; p t,003) dan sesudah perlakuan (r3,57 ; p=0,001).
Simpulan : Pemberian diet rendah kalori seimbang sebesar 915,23 kkal/h selama 14 hari dapat dengan efektif menurunkan berat badan, IMT, tebal lemak bawah kulit, persentase lemak, meningkatkan persentase massa bebas lemak, menurunkan rasio lingkar pinggang lingkar panggul dan kadar leptin serum, serta ditemukan korelasi positif bermakna antara massa lemak tubuh dan leptin serum baik sebelum maupun sesudah perlakuan.

Objective : To identify the effect of balanced low-calorie diet for 14 days on body weight (BW), body mass index (BMI), total skin fold thickness (SFT), fat mass (FM), fat-free mass (FFM), waist to hip ratio (WHR) and serum leptin level.
Place : Sumber Waras Hospital, Grogol
Material and Method : This study is a pre- and post-experimental balanced low-calorie diet 915.23 kcallday with the composition of 55.81 % carbohydrate, 19.46 % protein and 24.73 % fat for 14 days on 39 obese-women subjects (19-55 years old) who have met the inclusion and exclusion criteria. The collected data include demographic characteristic, macronutrient and energy intake, as well as of anthropometry, FM, FFM, and serum leptin level.
Results : Body weight reduction occurs significantly (p<0.05) from 70.99 ± 8.62 to 68.81 ± 8.36 kg (3,07%), BMI reduction is significant (p<0.45) from 30,20 + 3,11kglm2 to 29,36 ± 2,94 kghn' (3,04%); significantly reduced SFT (p<0.05) from 99,32 ± 12,07 mm to 91,29 ± 10,85 mm (8,08%); significantly reduced FM (p<0,05) from 35.41 ± 2.75% to 33.65 ± 2.73% (1.76%); significantly increased FFM percentage (P<0.05) from 64.59 ± 2.74 to 66.35 ± 2.73 (2.72%); significantly reduced WC (waist circumference) (p<0.05) from 85.87 ± 7.31 to 83.35 ± 7.09 (2.93%); significantly reduced HC (hip circumference) (p<0.05) from 107.59 ± 6.67 to 106.49 ± 6.37 (1.02%); significantly reduced WHR (p<0.05) from 0.80 ± 0.05 to 0.78 ± 0.04 (2.24%); significantly reduced serum leptin level (p<0.05) from 23.31 (12.06 - 71.22) to 18.18 (7.90 - 65.11) (22.01%); positive correlation is observed between serum leptin level and FM significantly (p<0,05) before treatment (r= 0.47; p = 0.003) and after treatment (r=0,57;
Conclusions : Balanced low-calorie diet may effectively reduce body weight, BMI, skin fold thickness, percentage of fat mass, to increase percentage of fat free mass, to reduce waist to hip ratio and serum leptin level. There is a statistically significant positive correlation between serum leptin and body fat mass both before and after treatment.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T12428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Bagus Astawa
"ABSTRAK
Obesitas atau kelebihan berat badan adalah suatu kondisi kesehatan berupa
kelebihan berat badan yang memiliki dampak serius berupa potensi timbulnya
berbagai macam penyakit. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi obesitas/kelebihan berat badan diantaranya adalah melakukan
pengaturan makanan dan aktivitas fisik, sehingga berat badan menjadi terkontrol.
Secara umum kendala yang dialami penderita obesitas/kelebihan berat badan
adalah kesulitan melakukan pengontrolan berat badan secara rutin dan kesulitan
mengontrol kalori yang masuk melalui asupan makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk membantu program penurunan berat badan
dengan menggunakan teknologi machine-to-machine (M2M) dan menggunakan
timbangan khusus yang dapat meng-upload hasil penimbangan ke server. Selain
itu juga dilengkapi dengan website dan aplikasi Android yang dapat memberikan
rekomendasi jenis makanan yang dapat di konsumsi setiap hari berdasarkan
perhitungan kalori oleh sistem dengan menggunakan standar Body Mass Index
(BMI) yaitu perbandingan berat badan dalam satuan kilogram dibagi dengan
tinggi kuadrat dalam satuan meter . dimana untuk standar orang asia BMI > 23
didefinikan sebagai kelebihan berat badan, BMI >30 didefinisikan sebagai
obesitas.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah studi literatur, Tahapan
desain, perancangan sistem, pembuatan database menu makanan, validasi menu
makanan, pemrograman Android, dan pembuatan algoritma perhitungan kalori,
pengujian dan evaluasi terhadap rancang bangun sistem yang dibuat.
Hasil penelitian ini adalah suatu prototype system Machine to Machine
(M2M) yang mampu memberikan rekomendasi jenis makanan berdasarkan
jumlah kalori yang dibutuhkan oleh penderita kelebihan berat badan / obesitas,
yang telah dilakukan uji coba kepada 11 orang, setiap orang diminta untuk
mematuhi asupan kalori yang boleh dimakan setiap harinya sehingga perilaku dari
setiap orang dalam melakukan diet ini sangat berperan penting dalam mencapai
hasil yang diharapkan sesuai rekomendasi yang diberikan.
Dari hasil pengujian tersebut diperoleh hasil semua pasien bisa
menurunkan berat badan mereka 2,7 sampai dengan 5,8 kg dalam waktu 9-10
minggu, dengan 6 di antaranya berhasil mencapai berat badan ideal.

ABSTRACT
Obesity oroverweight is a health condition such as overweight which has
seriously affected the form of the potential emergence of various diseases. There
are several ways that can be done to tackle obesity / overweight of which is to
dietary and physical activity, so the weight be controlled. In general constraints
experienced by the obese / overweight is a difficulty making weight control
routine and difficulty controlling calories taken in through food intake.
This study aims to help weight loss programs by using the technology of
machine-to-machine (M2M) and using special scales that can upload to the server
weighing results. It is also equipped with a website and Android app that can give
recommendation types of food that can be consumed on a daily basis based on the
calculation of calories by the system using the standard Body Mass Index (BMI)
which is the ratio of weight in kilograms divided by height squared in meters.
Asian people where to standard BMI> 23, defined as overweight, BMI> 30 is
defined as obese.
The result of this research is a prototype system of Machine to Machine
(M2M) capable of providing recommendation types of food based on the number
of calories needed by people with overweight / obesity, which has been tested to
11 people, each person was asked to comply with caloric intake may eat each day
so that the behavior of any person in doing this diet is very important in achieving
the expected results according to the recommendations given.
From the test results obtained by the results of all patients can reduce their
weight by 2.7 to 5.8 kg within 9-10 weeks, with 6 of them managed to reach the
ideal weight."
Lengkap +
2016
T45398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risky Dwi Rahayu
"Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di dunia meningkat dalam tiga dekade terakhir. Pada usia muda, lebih banyak laki-laki yang mengalami kelebihan berat badan daripada wanita. High-Intensity Interval Training adalah alternatif latihan fisik yang membutuhkan komitmen waktu lebih singkat. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi protokol untuk mengetahui efektivitas latihan dalam memperbaiki komposisi tubuh dan kebugaran kardiorespirasi serta tingkat keamanan dan kesenangan yang ditimbulkan pada laki-laki dewasa muda dengan kelebihan berat badan. Penelitian ini memiliki desain eksperimental dengan uji pre-post. Subyek adalah laki-laki dengan berat badan berlebih sesuai klasifikasi WHO berusia 18-30 tahun yang sehat dan tidak terlatih. Durasi intervensi 12 minggu dengan jumlah latihan 3 kali per minggu. Dalam satu set, subyek melakukan 5 gerakan (lari lurus, zigzag, dan kotak serta jumping jackdan burpees) dalam waktu masing-masing 8 detik. Waktu istirahat aktif antar gerakan 25 detik dan antar set 2 menit. Jumlah set ditingkatkan per minggu dari 3 hingga 14 set. Hasil penelitian menunjukkan penurunan persentase lemak, lemak viseral, lingkar pinggang namun tidak bermakna. Indeks Massa Tubuh meningkat tidak bermakna dan massa otot meningkat bermakna {p-value 0,03; CI -1,7 (-3,21 – [- 0,19]}. VO2max meningkat namun tidak bermakna. Terdapat laporan 3 insiden yang digolongkan sebagai cedera musculoskeletal ringan dan intoleransi latihan. Rerata skor PACES adalah 83,79 ± 8,14 dengan tren skor yang menurun seiring peningkatan jumlah set. Kesimpulannya, High-Intensity Interval Training efektif dalam memperbaiki komposisi tubuh dan kebugaran kardiorespirasi pada laki-laki dewasa muda dan overweight, aman, dan menyenangkan.

Worldwide prevalence of overweight and obesity is increasing in the last three decades. Prevalence overweight in young males is higher than females at the same age. High-intensity interval training is an alternative of exercise which need less time commitment. We modify the protocol to identify the its effect on body composition and cardiorespiratory fitness, its safety and enjoyment in overweight young males. This is an experimental study with pre-post assessment. Subjects are healthy untrained male aged 18 – 30 years old with overweight according to WHO classification. Duration of intervention is 12 weeks, 3 times per week. During one set, the subjects perform 5 movements (straight running, zig zag running, squared running, jumping jack, burpees) in 8 seconds interval, active recovery 25 seconds between movements and 2 minutes between sets. The number of sets is increased weekly from 3 to 14 sets. The fat percentage, visceral fat, and waist circumference are decreased after intervention. Body mass index is increased and muscle mass is increased significantly (p-value 0,03; CI -1,7 (-3,21 – (- 0,19)) after intervention. VO2max is increased but not significant. There are 3 reports of minor musculoskeletal injuries and exercise intolerance, all categorized as mild injuries. The average PACES score is 83,79 ± 8,14 and the score tends to decrease with weekly set increments. High-Intensity Interval Training is effective to improve body composition and cardiorespiratory fitness in overweight young males. It is also safe and provide enjoyment."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R. Siti Ratna Mulia
"Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan pegawai di RSUD Karawang padatahun 2015 diketahui prevalensi berat badan lebih yaitu 30 . Tujuan daripenelitian ini untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian beratbadan lebih setelah dikendalikan dengan variabel jenis kelamin, umur, riwayatkeluarga, pendidikan, perilaku konsumsi buah dan sayur, perilaku konsumsimakanan berlemak, kebiasaan sarapan, durasi tidur, pengetahuan dan sikap padaPegawai RSUD Karawang. Penelitian ini dilakukan di RSUD Karawang padabulan Maret 2017. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional.Pengambilan sampel dilakukan dengan sampel random sampling. Pengumpulandata dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner pada 122 responden.
Hasilpenelitian ini menemukan sebanyak 54,9 responden di RSUD Karawang yangmemiliki berat badan lebih IMT >25kg/m2 . Responden yang memiliki beratbadan lebih adalah 34,3 yang melakukan aktivitas fisik secara aktif dan65,7 aktivitas fisiknya kurang aktif. Hasil regresi logistik menunjukkanhubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian berat badan lebihsetelah dikendalikan variabel durasi tidur dan perilaku konsumsi makananberlemak. Aktivitas fisik yang kurang merupakan faktor risiko terjadinya beratbadan lebih, risiko ini meningkat jika durasi tidur kurang dan perilaku konsumsimakanan berlemak yang sering.

Based on the results of medical examination of employees in RSUD Karawang in2015 known overweight prevalence of 30 . The purpose of this research is toknow the relationship of physical activity with the Overweight after controlled bysexes, age, family history, education, consumption behavior, sleeping time,knowledge and attitude on RSUD Karawang employee. This research wasconducted at RSUD Karawang in March 2017. The research used design crosssectional study. Data collection was done through interview with questioner on122 respondents. Sampling was done by random sampling sample.
The results ofthis study found some 54.9 respondents in RSUD Karawang suffers from beratbadan lebih BMI 25kg m2. Respondents suffers from overweight is 34.3 who do physical activity actively and equal to 65,7 physical activity lessactive.The logistic regression results showed significant relationship betweenphysical activity and overweight after controlled variable sleeping time and highconsumption behavior of fatty food. Less physical activity become the risk factorof overweight status. The risk can be increaseddue to lack of sleeping time andhigh consumption behavior of fatty food.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>