Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Utami Pramono
"Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang berlangsung secara alamiah ataupun akibat tindakan manusia (Hudson, 1973). Di daerah tropik basah seperti Indonesia, erosi adalah salah satu faktor yang cukup dominan dalam menurunkan produktivitas lahan. Mengetahui besarnya erosi baik potensial maupun aktual sangat penting untuk merencanakan pembangunan pertanian dan kegiatan konservasi. Mengukur erosi pada Skala yang luas dengan keadaan yang beragam, selain sangat sulit juga memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Oleh karenanya, prediksi erosi adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengetahui bahaya erosi.
Metode prediksi erosi yang digunakan adalah metode Revised Universal Soll Loss Equation (RUSLE) menurut Wischmeier dan Smith (1978). Dalam metode RUSLE diperhitungkan beberapa faktor utama yang merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya erosi, yaitu faktor erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan miring lereng (LS) dan faktor penggunaan dan konservasi lahan (CP).
Penelitian yang dilakukan mencakup wilayah Daerah Aliran Ciliwung bagian Hulu yang mencakup Kecamatan Ciawi dan Kecamatan Cisarua, Propinsi Jawa Barat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terutama adalah peta-peta yang mencakup faktor-faktor yang diperlukan dalam perhitungan, seperti topografi, jenis tanah, penggunaan dan konservasi lahan, lereng dan curah hujan. Untuk pengolahan data digunakan program ArcView versi 3.1, berdasarkan penggunaan Sistem Informasi Geografik (SIG).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode RUSLE, maka di wilayah DA Ciliwung Hulu nilai besarnya erosi yang terjadi sangat beragam, dari yang termasuk kelas erosi ringan sampai dengan erosi berat yang nilainya lebih dari 300 ton/ha/tahun. Hasil uji korelasi parsial dua arah menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai pengaruh paling besar pada nilai erosi adalah faktor penggunaan dan konservasi lahan. Pengukuran erosi di DA Ciliwung Hulu harus tetap dilakukan secara berkala mengingat begitu banyak dan cepatnya perkembangan/perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut. Untuk mencegah semakin besarnya erosi yang terjadi di wilayah tersebut, perlu adanya upaya perlindungan dan konservasi terhadap sumber daya alam di DA Ciliwung Hulu.

Erosion is the moving of soil or parts of soil from one place to other places that happens because of human interference or happens naturally (Hudson, 1973). In a humid and wet tropical region like Indonesia, erosion is one of several dominant factors that reduce land productivity. It is important to be aware of the level for potential or actual erosion in order to develop agriculture and conservation plan. To measure the level of erosion in a huge and various scales is not only very difficult but also takes time. Thus, erosion prediction is one of the alternatives used in anticipating vulnerably erosion.
Erosion prediction method used in this study is Revised Universal Soil Loss Equation (RUSLE) derived from method of Wischmeier and Smith (1978). In RUSLE method, several major factors which influence the level of erosion identified. These factors include; Erosivity (R), Erodibility (K), Long and Declivity of Slope (LS), and land exploration and conservation factor (CP).
The survey conducted will cover all area of Ciliwung River Basin, included Ciawi and Cisarua district, West Java. Spatial data used in this survey are maps needed during evaluation, such topographic map, type of soil map, land use and conservation map, as well as slope map and rainfall data. For data processing, ArcView version 3.1 program is used, based on the use of Geographic Information System (GIS).
The results from RUSLE method indicate that in the area of Ciliwung upper course, there are a few levels of erosion, from very light to more than 300 ton/ha/year. The results of two directions of partial conflation test show that the most influence factors in erosion score are exploration and conservation land. Measurement of the area of Ciliwung upper course has to be recorded periodically as there are fast and a large number of changes in land use of the area. To avoid from high erosion that happens in that area, protection and conservation of natural resources in the area of Ciliwung upper course is necessary.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Yudha Bhakti
"Permasalahan lingkungan seperti perubahan kawasan menyerap air menjadi lahan kedap air, erosi tanah dan timbulan sampah yang meningkat akan memberikan dampak negatif terhadap fungsi hidrologis DAS Ciliwung (Degradasi DAS Ciliwung). Untuk mewujudkan perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan yang berpedoman pada keseimbangan lingkungan (DAS Ciliwung yang sehat) maka diperlukan pengendalian terhadap erosi, timbulan sampah dan luasan lahan kedap air. Metode-metode perhitungan laju erosi & laju timbulan sampah yang ada memerlukan proses yang panjang dan membutuhkan berbagai jenis data.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat persamaan matematis yang praktis dan relatif akurat dalam memprediksi laju erosi & laju timbulan sampah berbasis luasan lahan kedap air (impervious cover) di DAS Ciliwung. Pemodelan dilakukan dengan software sistem informasi geografis ArcGis Versi 10.1 Lisensi Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia.
Perhitungan laju erosi menggunakan metode USLE dan laju timbulan sampah menggunakan proyeksi laju timbulan sampah berdasarkan data kepadatan penduduk & laju timbulan sampah per orang per hari sedangkan perhitungan luasan lahan kedap air menggunakan aplikasi ArcGis 10.1. Analisa korelasi antar variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi antar variabel.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat kuat antara luas lahan kedap air dengan nilai laju erosi potensial & nilai laju timbulan sampah potensial, persamaan matematis yang mewakili adalah persamaan regresi non linier eksponensial masing-masing sebagai berikut Y=6892 e-0,07x dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,936 dan Y=53,30 e 0,090x dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,868.

Environmental problems such as changes in the pervious area becomes impervious, soil erosion and increased waste generation will have negative impacts on hydrological functions of Ciliwung Watershed. To carry out the planning and management of land use based on the balance of the environment (healthy Ciliwung watershed) it is necessary to control erosion, waste generation and impervious cover.
Methods for computation the rate of erosion and waste generation requires a long process and various types of data. This research aims to create mathematical equation that are practical and relatively accurate in predicting of erosion rate and waste generation rate based on impervious land cover on Ciliwung Watershed. Modeling using ArcGIS software version 10.1 License Department of Geography FMIPA University of Indonesia.
Computation of erosion rate using USLE method and waste generation rate using projected based on data density of population and the rate of waste generation per person per day, while computation of impervious land cover area is based on application of ArcGIS 10.1. Analysing correlation between variable in this research was conducted by using regression and correlation analysis.
The conclusion of this research is that there is a very strong relationship between impervious land cover area and the value of potential erosion rate and potential waste generation rate as well. The mathematical equation that represent the relation are exponential non linear regression equations as the following : Y = 6892 * e-0,07x with coefficient of determination (R2) = 0,936 for relation between impervious land cover area and potential erosion rate; and Y = 53.30*e 0,090x with coefficient of determination (R2) = 0.868 for relation between impervious land cover area and potential waste generation rate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rokhmatuloh
"Daerah Aliran Ci Beureum merupakan salah satu bagian dari Daerah Aliran Ci Peles yang melewati kota Sumedang dan terus mengalir ke arah timur bertemu dengan Ci Manuk di bagian timur Kabupaten Sumedang. Ci Manuk ini bermuara di pantai utara Jawa tepatnya di Kabupaten Indramayu. Bagian hulu DA Ci Beureum terletak di kaki selatan Gunung Tampomas yang terletak di Kab. Sumedang Jawa Barat. Luas DA Ci Beureum kira-kira 2.481 Ha.
Berdasarkan pemantauan, muatan sedimen yang terangkut Ci Beureum setiap tahunnya terus bertambah karena bertambahnya kegiatan penggalian pasir dan batu gunung di kaki gunung Tampomas. Sedimen inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab proses pendangkalan Ci Peles terus berlangsung dari tahun ke tahun.
DA Ci Beureum memiliki karakteristik fisik sebagai berikut curah hujan tahunan cukup tinggi antara 2.400 mm - 3.700 mm per tahun, kemiringan lereng sebagian besar antara 2 % - 15 %, ketinggian sebagian besar > 600 m dpl, jenis tanahnya sebagian besar regosol, memiliki kedalaman efektif antara 0 - 60 cm dan sebagian besar bertekstur lempung.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah berapa besar tingkat erosi di Daerah Aliran Ci Beureum dan bagaimana distribusinya serta bagaimana kaitan antara karakteristik fisik wilayah terhadap tingkat erosi yang terjadi.
Tingkat erosi pada DA Ci Beureum - Tampomas, Sumedang - Jawa Barat yaitu tingkat erosi rendah sebesar < 1.500 mg/m3 terletak pada sub DAS 5, tingkat erosi sedang sebesar 1.500 - 3.000 mg/m3 teletak pada sub DAS 4 dan tingkat erosi tinggi sebesar > 3.000 mg/m3 berada sub DAS 1, sub DAS 2 dan sub DAS 3. Analisis statistik uji beda rata-rata yang didapat menunjukkan bahwa nilai tingkat erosi antar sub DAS terdapat perbedaan yang signifikan.
Hasil analisis kualitatif overlay peta menunjukkan kaitan antara tingkat erosi dengan karakteristik wilayah cukup bervariasi. Persamaan regresi linearnya adalah Y = -4430,8 + 3090,6736 X, dimana Y = tingkat erosi, dan X = erodibilitas tanah. Variabel karakteristik wilayah erodibilitas tanah merupakan variabel bebas utama atau faktor yang paling menentukan adanya perbedaan kenaikan tingkat erosi di DA Ci Beureum, dengan nilai r 0,996 dan nilai r2 sebesar 0,993."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Nugroho
"Di daerah tropik basah seperti Indonesia, erosi adalah salah satu faktor yang cukup dominan dalam menurunkan produktivitas lahan. Mengetahui besarnya erosi baik potensial maupun aktual sangat penting untuk merencanakan pembangunan pertanian dan kegiatan konservasi. Mengukur erosi pada skala yang luas dengan keadaan yang beragam, selain sangat sulit juga memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Oleh karena itu prediksi erosi adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengetahui bahaya erosi.
Metode prediksi erosi yang digunakan adalah metode Geospatial of Water Erosion Prediction Project (GeoWEPP). Besaran erosi dan hasil sedimen hasil simulasi GeoWEPP adalah sebesar 18543,7 ton/tahun atau 41,3 ton/ha/tahun untuk erosi dan untuk laju hasil sedimen adalah sebesar 124,7 ton/ha/tahun.
Hasil korelasi statistik dengan metode pearson product momen didapatkan bahwa rasio memanjang DAS tidak memiliki hubungan signifikan terhadap besaran erosi dan hasil sedimennya, sedangkan untuk rasio membulat DAS terdapat hubungan signifikan dengan besaran laju erosi dan hasil sedimen dengan perbandingan terbalik yaitu semakin besar rasio membulat semakin kecil besaran laju erosi dan hasil sedimennya. Berdasarkan titik elevasi yang diamati, Tingkat bahaya erosi di DA Ci Lember berdasarkan model GeoWEPP didapatkan pola yang mirip dengan wilayah ketinggian terutama pada perhitungan Sub-DAS ordo 1.

In the tropical region such as Indonesia, erosion is the one of the dominant factors for decreasing of land productivity. Knowing the rate of factual and actual erosion is important for development planning of agriculture and conservation activity. Measuring the rate of erosion in a wide scale with variety condition is very difficult matters and need more time. Therefore, prediction of the erosion rate activity could solve this problems.
Predicting of the erosion rate methods which use in this research is Geospatial of Water Erosion Prediction Project (GeoWEPP). Output from GeoWEPP method in Ci Lember Watershed for erosion rate is 18543,7 ton/year or 41,3 ton/ha/year and sediment yield is 124,7 ton/ha/year.
The results of statistical correlation with Pearson Product Moment method shows that the ratio of elongated watershed has no significant relationship to amount of erosion and the sediment yield, while the ratio of rounded of watershed have significant relationship with sediment yield rate and erosion rate with reversed ratio. Based on the observed elevation point, the danger level of erosion have a similar pattern to the altitude region.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42980
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Umar Sadik
"Erosi yang terjadi di DAS Ci Tarum di Propinsi Jawa Barat terjadi sebagai akibat perubahan penggunaan lahan dan aktifitas manusia di lahan pertanian di wilayah aliran Ci Tarum. Penelitian ini bertujuan mengkaji distribusi erosi pada beberapa penggunaan lahan sehingga diketahui lokasi erosi terpusat.
Metode yang digunakan yaitu Persamaan Umum Kehilangan Tanah atau Universal Soil Lost Equation mengggunakan Sistem Informasi Geografi untuk mempelajari distribusi erosi di DAS Ci Tarum yang dipengaruhi oleh faktor perubahan penggunaan lahan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan memanfaatkan teknik kuantitatif. Peubah yang digunakan yaitu laju erosi tahunan, penggunaan lahan, bentuk lahan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa distribusi erosi di DAS Ci Tarum pada tahun 1978 sampai tahun 2013 terpusat di wilayah dengan penggunaan lahan sawah irigasi 69.831 ton/tahun pada tahun 1978, 119.266 ton/tahun pada taun 2013. Sedangkan penggunaan lahan tanah terbuka dengan besar erosi pada tahun 1978 sebesar 12.724 ton/tahun, dan sebesar 26.583 ton/tahun pada tahun 2013.

Erosion in the watershed Ci Tarum in West Java province occurred as a result of land use changes and human activities on agricultural land in the region of Ci Tarum flow. This study aims to assess the distribution of erosion on some land use in order to know the location of a centralized erosion.
The method used is Eq Public Land or Universal Soil Loss Equation Lost mengggunakan Geographical Information Systems to study the distribution of erosion in the watershed Ci Tarum are influenced by land use changes. This research is a quantitative research by using quantitative techniques. The variables used are the annual erosion rate, land use, land forms.
The study concluded that the distribution of erosion in the watershed Ci WTC in 1978 until 2013 centered in the region with the use of irrigated land 69 831 tonnes / year in 1978, 119 266 tonnes / year in 2013. While the epidemic of land use with a large open land erosion in 1978 amounted to 12.724 tonnes / year, and amounted to 26.583 tonnes / year in 2013.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astisiasari
"Skripsi membahas kaitan perubahan penggunaan tanah di Daerah Aliran (DA) Ci Tanduy dan DA Segara Anakan dengan penyusutan luas perairan Laguna Segara Anakan (LSA) tahun 1994?2006 melalui analisis erosi dan sedimentasinya. Variabel yang digunakan: perubahan penggunaan tanah, erosi, sedimentasi, dan penyusutan luas perairan laguna. Diperoleh hasil: tegalan/ladang dan belukar/semak yang peningkatan luasnya besar, menghasilkan peningkatan erosi yang besar pula. Peningkatan luas penggunaan tanah tersebut dihasilkan dari perubahan hutan, yang banyak terjadi di DA Ci Tanduy.
Kesimpulannya:
peningkatan erosi akibat berkurangnya luas hutan dikedua DAS, meningkatkan angkutan sedimen ke sungai-sungai yang bermuara di LSA, sehingga terjadilah penyusutan luas perairan LSA.

This research discuss the relation between landuse change in Ci Tanduy and Segara Anakan drainage area with the decreasing area Segara Anakan Lagoon during 1994?2006 by using erosion and sedimentation analysis. Variables in this research are: landuse, erosion, and sedimentation. The result of this research: Changes in forest area, mostly in Ci Tanduy drainage area, creates not only wider area of tegalan/ladang and shrubs/bushes but also higher eroded area.
The conclusion:
The increasing of eroded area, due to the decreasing of forest area in
both drainage areas, create higher sedimentation in the rivers that flow to Segara Anakan Lagoon resulting smaller area of the lagoon."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Rakasiwi
2007
T39426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Annisa Daniswara Santoso
"Fenomena alih fungsi lahan dan kerusakan hutan telah menyebabkan erosi yang besar yang terjadi di bagian hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) . Erosi mengakibatkan lahan terdegradasi sehingga menurunkan daya dukung lingkungan. DA Ciwilung Hulu termasuk salah satu dari 13 DAS dalam kondisi sangat kritis. Pemilihan DA Ciliwung hulu sebagai wilayah penelitian dikarenakan fakta tren erosi dan lahan kritis yang terus meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sebaran erosi serta luasannya di DA Ciliwung Hulu, menganalisis produktivitas lahan DA Ciliwung Hulu, serta menganalisis hubungan antara erosi dan produktivitas lahan. 
Metodologi penentuan tingkat bahaya erosi adalah Universal Soil Loss Equation (USLE) menggunakan ArcGIS 10.1. Selain itu dilakukan survei lapang untuk verifikasi data penggunaan lahan, pengelolaan lahan maupun produktivitas lahan. Tingkat erosi sangat tinggi ini berada wilayah topografi agak curam hingga sangat curam dengan erodibilitas tanah sangat tinggi dan didominasi oleh penggunaan lahan pemukiman. Sementara erosi tingkat berada di wilayah erodibilitas tanah sangat rendah dengan topografi datar. Penurunan ini diiringi dengan peningkatan luasan yang terjadi pada erosi tingkat sangat tinggi. Produktivitas lahan tanaman pangan sangat tinggi berada di sub DA Ciesek dan Ciliwung Hulu dengan hasil responden rata-rata 4,65 ton/ha/tahun. Sementara untuk produktivitas lahan holtikultura, tingkat tertinggi ada pada sub DA Ciseuseupan dan Cisukabirus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkatan erosi dengan produktivitas lahan holtikultura. 

The phenomenon of land use change and forest destruction has caused large erosion that occurs in the upper reaches of the watershed. Erosion causes degraded land to reduce the carrying capacity of the environment. The Upper Ciwilung Watershed is one of the 13 watersheds in very critical conditions. The selection of Upstream Ciliwung Watershed as a research area is due to the fact that erosion trends and critical land continue to increase. The purpose of this study was to analyze the distribution of erosion and its area at Upstream Ciliwung Watershed, analyze the productivity of Upstream Ciliwung Watershed land, and analyze the relationship between erosion and land productivity.
The methodology for determining the level of erosion is Universal Soil Loss Equation (USLE) using ArcGIS 10.1. In addition, a field survey was conducted to verify land use data, land management and land productivity. This very high level of erosion is in a rather steep to very steep topographic area with very high soil erodibility and is dominated by residential land use. While level erosion is in very low erodibility areas with flat topography. This decrease was accompanied by an increase in the area that occurred at very high levels of erosion. The productivity of land for food crops is very high in sub Watershed Ciesek and Ciliwung Hulu with respondent` average yield of 4.65 tons / ha / year. While for horticultural land productivity, the highest level is in sub watershed Ciseuseupan and Cisukabirus. The results showed that there is a relationship between the level of erosion and the productivity of horticultural land.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Widiyono
"ABSTRAK
Embung adalah dam air buatan yang dibangun pada ?outIet' daerah tangkapan air untuk menampung air hujan dan aliran permukaan. Sebuah embung mempunyai kapasitas tampung Iebih kurang 30.000 m3 air yang digunakan untuk memenuhi keperluan konsumsi rumah tangga, irigasi pertanian skala kecil dan minum ternak. Selama periode tahun 1981 hingga 2006, telah dibangun 350 embung oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang tersebar di Pulau Timor, P. Sumba, and P. Flores, be-berapa di antaranya adalah embung di Oemasi, Oelomin, dan Oeltua, Kupang.
Permasalahan pelestarian embung meliputi tutupan vegetasi daerah tangkapan air yang rendah dan pengeiolaan masih kurang sehingga mengakibatkan Iaju erosi dan sedimentasi yang tinggi, dan pemanfaatan air masih kurang efisien.
Teiah dilakukan penelitian secara terpadu dengan pendekatan eko-hidrologi pada tiga buah embung, yaitu Oemasi, Oelomin and Oeltua-Kupang pada tahun 2000l2001, dan penelitian Ianjutan pada embung Desa Oemasi-Kupang serta beberapa embung di Pulau Timor, sejak tahun 2002 hingga tahun 2005.
Tujuan penlitian ialah untuk mendapatkan konsep model yang mengkaji hubungan antara vegetasi dan aliran permukaan, erosi dan kontribusinya terhadap neraca air embung sebagai pengetahuan dasar untuk konservasi ekosistem embung.
Penelitian dibagi dalam 3 (tiga) sub topik dan tujuan masing-masing adalah:
1. Model simulasi neraca air dan analisis vegetasi daerah tangkapan air embung
Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui keanekaragaman hayati tumbuhan, struktur dan komposisi vegetasi, dan hubungannya dengan neraca air dan sustainabilitas embung. Analisis neraca air embung dibagi dalam sub model cadangan, sedimentasi, pemanfaatan air. Parameter yang diamati ialah hujan, aliran permukaan, evaporasi, perkolasi, air Iimpasan dari embung dan konsumsi air. Untuk mendukung analisis sumberdaya air embung, dilakukan survei vegetasi dan tata guna lahan, erosi dan sedimentasi, dan pemanfaatan air. Hasil simulasi neraca air embung dan beberapa sub model tersebut digunakan untuk: (1) memprediksi kedalaman air embung maksimum; (2) memprediksi rasio suplai dan keperluan air yang harus dipenuhi; dan (3) memprediksi tanggai kekurangan air.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, model simulasi neraca air embung dapat digunakan untuk mengkaji fluktuasi cadangan air dan memprediksi sustainabilitas embung. Keanekaragaman spesies flora di daerah tangkapan air embung sangat berpotensi untuk mengendalikan aliran permukaan dan erosi.
2. Hubungan antara vegetasi dan aliran permukaan erosi
Tujuan penelitian ialah untuk mendapatkan model hubungan antara vegetasi dan aliran permukaan-erosi pada skala plot dan skala daerah tangkapan air sebagai upaya untuk memprediksi aliran permukaan dan erosi apabila terjadi perubahan Iansekap daerah tangkapan air.
Pada penelitian ini diamati karakter aliran permukaan dan erosi dalam 7 plot percobaan, yaitu: Plot 1 ?bambu' (Bambusa multiplex), Plot 2 rumput ?hunaka? (Diohantium caricosum), Plot 3 pohon ?dadap? (Erythrina orientalis), Plot 4 semak ?sufmuti? (Chromofaena odorata), Plot 5 budidaya ?jagung?, (Zea mays), dan Plots 6 & 7 pohon ?gmelina? (Gmelina arborea). Pada masing-masing plot tersebut, volume hujan, aliran permukaan dan erosi diamati setiap kejadian hujan dan dianalisis. Setiap tipe vegetasi dipasang sebuah plot aliran permukaan dan erosi, kecuali pada 'gmelina? diulang dua kali untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian
Skenario dampak perubahan lansekap terhadap aliran permukaan dan erosi adalah:
(1). Skenario 1, jika diasumsikan terjadi penggundulan vegetasi termasuk penebangan bambu, pohon dan bahkan semak belukar sehingga menjadi padang rumput yang mudah terbakar,-akan meningkatkan aliran permukaan dan 66.325 m3 menjadi 71.703 m3 atau meningkat 8 %.
(2). Skenario 2, jika diasumsikan terjadi program penghutanan daerah tangkapan air dengan penanaman pohon ?gmelina? akan dapat menurunkan aliran permukaan dari 66 325 m3 menjadi 56 559 ma atau menurun 15 %
Total erosi masing-masing plot pada musim hujan 2005-2006, yang diprediksi dengan menggunakan model adalah:
(1). Prediksi total erosi terendah dihasilkan oleh Plot 4 semak ?sufmuti? (C. odorata) sebesar 3.064 kglha.
(2). Prediksi nilai erosi pada Plot 1' B.multiplex dan Plot 3 pohon Eorienfalis keduanya tidak berbeda mencolok, tetapi lebih tinggi dari pada nilai prediksi erosi pada Plot 4 semak C. Odorata dan memiliki nilai prediksi erosi Iebih rendah dari pada Plot 5 Z. mays dan Plot 2 rumput D. canfscosum.
(3). Prediksi erosi pada Plot 6&7 G. arborea hanya berbeda dengan nilai prediksi erosi pada PIot4 semak ?sufmuti? (C. odorata).
(4). Prediksi erosi pada Plot 5 Z. mays dan Plot 2 rumput D. cariscosum keduanya hampir sama, dan bemilai paling tinggi di antara plot-plot yang lainnya.
Hasil penelitian memperoleh nilai Indek erosi tahunan sebesar 8,7 ton per ha.
Skenario dampak perubahan lanskap terhadap erosi berdasarkan Index erosi tersebut di atas, dapat diprediksikan sebagai berikut:
(1). Skenario 1, diprediksikan akan meningkatkan erosi secara significan sebesar 50% dari Index erosi.
(2). Skenario 2, akan dapat meningkatkan erosi secara signitikan sebesar 30% dari Index erosi.
3. Lansekap daerah tangkapan air dan implikasinya terhadap aliran permukaan-erosi dan neraca air ?embung?
Tujuan penelitian iaiah (1) untuk memberikan gambaran umum Iansekap dan mendeskripsi komunitas vegetasi daerah tangkapan air, (2)untuk memprediksi pengaruh kondisi landscape terhadap runoff-erosi dan neraca air 'embung'.
Penelitian ekologi kuantitatif telah dilaksanakan pada embung Desa Oemasi-Kupang. Pengarnatan daerah tangkapan secara kualitatif pada beberapa embung di Pulau Timor, yaitu: Embung Isa Oeiomin dan Oeltua (Kabupaten Kupang), Desa Bu?at (Kab. Timor Tengah Selatan), Desa Sasi dan Desa Benkoko (Kab. Timor Tengah Utara), dan Desa Leosama (Kab. Belu).
Dari hasil penelitian disimpulkan kondisi Iansekap di daerah ini terutama tersusun oieh matrik semak belukar (78 hingga 86 %), diselang-seling oleh bercak kebun, pertanian Iahan kenng, Iadang, dan hutan sekunder. Kondisi vegetasi dan Iansekap daerah tangkapan air embung Oemasi pada tahun 2000/2001 dan 2005, tidak banyak berubah. Hanya terdapat 18 spesies pohon per ha pada daerah tangkapan air embung Oemasi-Kupang. Perubahan yang mencolok terlihat pada tumbuhan bawah, disebabkan oleh kekeringan dan kebakaran.
Mealui Peta Spasiai Satelit Citra TM dan pengecekan di Iapangan dapat ditampilkan kondisi tutupan Iansekap embung Desa Oemasi tersusun oleh komunitas padang rumput, semak belukar, bambu, pohon alami, pohon penghijauan, dan lahan teiantar.
Dari hasil validasi aliran permukaan dan erosi dapat disimpulkan:
(1). Terdapat hubungan yang signifikan antara potensi aliran permukaan hasil prediksi dan masukan aliran permukaan hasil estimasi pada oadangan air embung.
(2). Prediksi erosi hasil penelitian sebesar 8,7 ton per ha, terbukti hampir sama dengan prediksi eros? berdasarkan metode USLE, sebesar 9.22 ton per ha.
Dari hasil sintesis 3 sub topik penelitian di atas, dapat disimpulkan:
(1). Lansekap dan vegetasi daerah tangkapan air mempunyai peranar: yang tinggi daiam menngendalikan aliran permukaan, erosi, dan neraca air, dan sustainabilitas embung;
(2). Model hubungan matematis di dalam penelitian ini secara nyata mampu untuk memprediksi potensi aliran permukaan dan erosi pada skala plot, skala daerah tangkapan, dan masukan aliran permukaan ke dalam embung dengan skenario perubahan Iansekap yang disebabkan oleh faktor alam dan manusia;
(3). Model ini berguna untuk mengkaji dampak perubahan Iansekap, mengevaluasi sustainabilitas sumber daya air embung, dan mengkaji studi kelayakan untuk pembangunan embung-embung yang baru;
(4). Untuk pengembangan dan peningkatan akurasi hasil prediksi, di masa mendatang model ini perlu ditambahkan pengamatan karakteristik spesies tumbuhan (kerapatan, kanopi, sistem perakaran), sifat tanah, dan kelerengan.
"
2007
D1236
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>