Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127388 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiryanti Eko Mekarsari
"Tesis ini mengkaji hubungan antara Napza, remaja, keluarga dan gejala perkotaan dilihat sebagai suatu jaringan sosial yang terbentuk pada remaja pengguna Napza dan orang-orang yang terlibat serta upaya marjinalisasi dari kelompok lain.
Pengkajian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode etnografi, yang memusatkan perhatian pada penyalahgunaan Napza di kalangan pelajar. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam dan penggunaan literatur yang relevan.
Dalam kajian ini ditemukan bahwa terjadinya penyalahgunaan Napza di kalangan pelajar SMU Duren Tiga Jakarta Selatan disebabkan oleh akumulasi antara kompleksitas kehidupan kota dan peran teman sebaya (peer group). Kondisi kota yang sangat kompleks dan sarat beban, ditandai munculnya gejala sosial, kemiskinan, populernya gaya hidup metropolis, banyak menyita perhatian remaja, sehingga mereka ikut arus kehidupan kota, termasuk menyalahgunakan Napza. Dalam hal ini, peran teman sebaya sangat dominan, yakni melalui tindakan mempengaruhi, menyediakan dan mengajarkan bagaimana mengkonsumsi Napza.
Proses sosialisasi Napza berawal dari jenis ringan kemudian ke jenis yang lebih berat. Napza yang banyak digunakan adalah ganja, morphin, dan heroin. Produk ini dikonsumsi secara berkelompok dan individual. Akibat penggunaan Napza tersebut mereka jadi mabuk/teler, bahkan ada yang dirawat di rumah sakit; merosot prestasi akademiknya; menyebabkan tindakan menyimpang. Karena tindakan menyimpang itu, kelompok pengguna Napza cerai berai. Kesolidan mereka terjadi karena jaringan penyalahgunaan Napza dibangun dalam konstelasi hubungan antarpribadi atas dasar sejumlah ukuran: pribadi, kategori, tindakan, dan lapangan.
Penyalahgunaan Napza di kalangan pelajar merupakan proses enkulturasi (budaya), dimana pihak-pihak yang terlibat berusaha dan mengharapkan anggota-anggota baru mengikuti harapan budaya yang nota bene identik dengan harapannya. Dalam konteks ini, penggunaan Napza dengan segenap jaringan dan pola sosialisasinya adalah produk budaya dalam arti dinamis berdimensi negatif bila dilihat dari perspektif medik, moral, sosial, hukum, dan agama.
Sebagai produk budaya, kelompok pengguna Napza mengembangkan gaya hidup yang khas, terutama dalam berpakaian; mengenakan aksesoris; potongan rambut; dan irama musik."
2001
T4466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thourow Matthew Nissiel
"Penelitian ini berfokus pada permasalahan kelebihan penghuni pada Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia serta pemenjaraan penyalah guna narkotika yang menghambat tercapainya tujuan pemasyarakatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu reintegrasi sosial. Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk memjelaskan proses hukum yang harus dihadapi seorang penyalah guna narkotika, menjelajahi pemberian pidana penjara (pemenjaraan) bagi penyalah guna narkotika sebagai faktor penghambat tercapainya reintegrasi sosial dan menganalisa penanganan penyalah guna narkotika dalam lembaga pemasyarakatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian socio legal yang melaksanakan studi dokumen dan studi lapangan untuk mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat celah hukum dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menyebabkan perbedaan perlakuan bagi penyalah guna narkotika. Lebih lanjut, kondisi sebuah lapas yang kelebihan penghuni dapat menghambat tercapainya reintegrasi sosial serta menghasilkan pola interaksi tidak sehat ketika seorang penyalah guna bertemu dengan pelaku tindak pidana peredaran gelap narkotika

This research focuses on prison overcrowding issues in correctional institutions in Indonesia and imprisonment for drug abusers which tends to obstruct the aims and purposes of correctional institutions, which is social reintegration. The purposes of this research is to describe the legal process a drug abuser must proceed, explore the imprisonment of drug abusers as hindering factors to achieve social reintegration and to analyze the treatment of drug abusers in correctional institutions. The method used in this research is socio legal research method, which exercises document studies and field studies in order to answer the problem statement or this research. This research discovered that there are loopholes in Law No 35 of 2009 concerning Narcotics which leads to different treatments for drug abusers. Moreover, the overcrowding situation in correctional institutions hinders the pursuit of social reintegration and creates inhealthy interactions among inmates, especailly when drug abusers were put together with narcotics trafficker."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arisa Tika Wahyuliza
"Penyalahgunaan narkoba masih menjadi masalah yang belum terselesaikan secara global maupun nasional. Hal ini menunjukkan bahwa masalah penyalahgunaan narkoba harus dapat ditekan sampai seminimal mungkin. Survei BNN tahun 2015 menyatakan bahwa terdapat perbedaan angka prevalensi yang cukup besar antara penyalahguna narkoba di rumah tangga umum 1,8 dan khusus 5,9 adalah salah satu alasan mengapa perlu ditilik lebih lanjut faktor apa yang menyebabkan perbedaan prevalensi penyalahgunaan narkoba tersebut. Salah satu faktor yang dinilai paling dominan adalah pengaruh faktor eksternal, yaitu pengaruh dari kondisi lingkungan sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan sosial dengan perilaku penyalahgunaan narkoba di rumah kos pada 6 kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi di Indonesia tahun 2015 dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah penghuni rumah kos yang berdomisili di 6 kota yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar dan Manado.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar risiko penghuni rumah kos yang pernah ditawari narkoba oleh kerabat adalah 140,459 kali lebih besar untuk memiliki perilaku penyalahgunaan narkoba pada tahun 2015 setelah dikontrol variabel memiliki riwayat kerabat yang menggunakan narkoba, keikutsertaan dalam penyuluhan dan status merokok.

Drug abuse is still being a problem that has not been resolved globally or nationally. This suggests that drug abuse problems should be minimized to a minimum. BNN Survey suggests that there is a substantial difference in prevalence rates between drug users in the general household 1.8 and boarding house 5.9 is one of the reasons why further investigation is needed to be done to show what factors cause a different prevalence of abuse such drugs. One of the most dominant factors is the influence of external factors, namely the influence of social environmental conditions.
This study aims to determine the relationship between social environmental conditions with drug abuse behavior in boarding houses in 6 cities in Indonesia. This study uses secondary data from the ldquo Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi di Indonesia rdquo with cross sectional study design. Population and sample in this research is resident of boarding house domiciled in 6 cities Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar and Manado.
The results showed that the risk of occupants of boarding houses who had been offered drugs by relatives was 140,459 times more likely to have drug abuse behavior in 2015 after controlled by variables had a history of relatives who used drugs, participation in counseling and smoking status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah Nur Ocnisari
"Penasun merupakan populasi kunci yang memiliki risiko ganda untuk penularan HIV, yaitu melalui perilaku menyuntik dan perilaku seksualnya. Upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan infeksi lainnya yang terjadi melalui penggunaan napza dengan jarum suntik dan perlengkapannya adalah dengan melalui program pengurangan dampak buruk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan program pengurangan dampak buruk HIV-AIDS dengan perilaku menyuntik. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan data STBP Tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah penasun yang pernah bertemu dengan petugas penjangkau sebanyak 430 responden di kota Yogyakarta, Tangerang, Pontianak dan Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penasun yang menyuntik berisiko dalam seminggu terakhir adalah sebesar 43% dan 45,4% penasun yang tidak mengakses program pengurangan dampak buruk. penasun yang tidak mengakses program pengurangan dampak buruk berisiko 1,2 kali lebih tinggi untuk menyuntik berisiko dibandingkan dengan penasun yang mengakses program pengurangan dampak buruk setelah dikontrol oleh faktor usia, tempat menyuntik, penggunaan kondom, lama menjadi penasun, dan jumlah teman menyuntik. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan program pengurangan dampak buruk secara komprehensif untuk mengurangi perilaku menyuntik berisiko, sehingga penularan HIV-AIDS pada penasun dapat dicegah.

Injection Drug Users (IDUs) are key population that have double risk of HIV transmission, through injecting behaviors and sexual behaviors. The effort to reduce HIV transmission and other infection among IDUs is by implementing harm reduction program. This study was conducted to identify the association between harm reduction program of HIV-AIDS among IDUs with injecting behaviors. This study used cross sectional design and used data of IBBS 2013. The respondents are IDUs who ever met with the outreach workers as many as 430 respondents in Yogyakarta, Tangerang, Pontianak, and Makassar. The result showed that the prevalence of IDUs who inject risky in the past week is 44,3% and 54,1% of IDUs do not access harm reduction program. IDUs who do not accsess harm reduction program has 1,3 time higher chance to inject risky than IDU who accsess harm reduction program after controlled by age, place of injection, condom use, duration of injecting drugs and total number of injecting partner. Therefore, optimalization of comprehensive harm reduction program is needed to decrease injection risk behavior in order to prevent HIV-AIDS transmission among IDUs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Sonniaty Natalya
"Istilah Child Abuse sering diartikan sebagai perlakuan salah terhadap anak, kekerasan terhadap anak, kejahaian terhadap anak atau penganiayaan dan penelantaran (Child abuse and Neglect). Dalam tesis ini seringkali istilah-istilah tersebut dipergunakan secara bergantian.
Child abuse seringkali terjadi karena adanya anggapan bahwa anak merupakan bagian dari keluarga, sehingga hal tersebut merupakan masalah intern keluarga. Disisi lain, anak juga merupakan anggota dari masyarakat dan sebagai anggota, anak tergolong lemah baik dari segi fisik maupun dalam pemenuhan haknya. Sehubungan dengan hal itu, anak selayaknya mendapatkan perlakuan yang baik dengan memenuhi berbagai kebutuhannya, baik yang bersifat fisik, psikis, maupun sosial. Pada kenyataannya masih banyak warga masyarakat belum menyadari tentang hal tersebut, sehingga anak juga mendapatkan perlakuan buruk dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Kondisi ini menimbulkan dampak pada anak sehingga memerlukan perhatian dan penanganan yang serius.
Tesis ini bertujuan untuk mengctahui gambaran tentang dampak yang ditimbulkan pada anak yang mengalami peristiwa perlakuan salah baik terhadap aspek fisik, psikis maupnm sosial. Fenomena ini diambil karena child abuse dalam bentuk kekerasan terhadap anak mempakan masalah yang semakin marak Menumt data dari Yayasan Kesejahteran Angk Indonesia (YKAI) dan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) setiap tahun kasus child abuse ini mengalami peningkatan baik secara kuantitas maupun kualitas, ironisnya kesiapan dari segi sarana dan prasarana untuk membantu para korban masih sangat terbatas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualilatif dengan metode lebih ditekankan pada verstehen, yaitu memberi penekanan interpretatif terhadap pemahaman informan penelitian Pemilihan informan dilakukan dengan non probability sampling yang meliputi keluarga korban, staf dan pendamping dari lembaga yang menangani korban, psikolog yang ditunjuk oleh lembaga untuk menangani korban serta guru korban. Untuk mengumpulkan data dari penelitian ini digunakan teknik ?indepth interview observasi partisipan dan studi dokumentasi. Ketiga teknik ini digunakan untuk saling melengkapi sehingga dapat mengungkap realitas sosial dari berbagai jawaban informan.
Hasil penelitian memmjukkan bahwa bentuk kekerasan yang dialami oleh informan adalah kekerasan seksual, kekerasan fisik dan psikis/emosional serta penelantaran fisik dan psikis/ emosional. Masing-masing informan menunjukkan indikator terhadap terjadinya semua bentuk 'child abuse tersebut diantaranya memar, biru pada bagian tubuh tertentu,kekurangan gizi,pakaian lusuh dan kotor dan lain-lain. Faktonfaktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan dan penelantaran terhadap informan dapat dilihat dari berbagai faktor yaitu faktor keluarga, faktor anak,faktor budaya,dan faktor sosial. Untuk kasus kekerasan seksual, kedua keluarga informan sudah melakukan langkah yang tepat dan cepat yaitu melaporkan kejadian tersebut ke ketua RT dan selanjutnya ke kepolisian. Sementara untuk kasus kekerasan fisik, hanya keluarga dari salah satu informan yang melaporkan sedangkan informan yang lain tidak. Kondisi ini terjadi karena masih ada anggapan bahwa kekerasan terhadap anak merupakan bagian dari pendisiplinan sehingga wajar dilakukan. Pada umumnya kasus kekerasan fisik diikuti dengan kekerasan dan penelantaran psikis/emosional dan ini pun dialami oleh kedua informan Sedangkan untuk kasus penelantaran fisik, kondisi sosial ekonomi yang rendah menjadi alasan.
Kedua informan dalam penelitian ini mengalami semua bentuk child abuse yang menimbulkan dampak baik pada aspek fisik, psikis dan juga sosial. Untuk dampak fisik dari kasus kekerasan seksual tidak begitu memprihatinkan karena yang terjadi adalah pencabulan dan menimbulkan Iuka luar saja. Begitu juga dengan dampak fisik dari kekerasan fisik yang tidak banyak meninggalkan bekas dan seiring waktu telah hilang. Kondisi yang sangat memprihatinkan adalah dampak psikis/emosional dan sosial dari perlakuan salah tersebut. Walaupun tidak meninggalkan bekas seperti Iuka fisik tapi untuk waktu sekarang ini sudah terlihat dari gangguan atau penyimpangan perilaku informan. Perilaku seperti berbohong,mencuri, kabur dari rumah, cara bicara dan sikap yang kasar, telah tampak pada salah satu informan. Beberapa upaya seperti terapi bermain, konseling, supporting group yang telah dilakukan selama 2 tahun untuk membantu pemulihan informan, tidaklah cukup untuk dapat memulihkan khususnya kondisi psikis dan sosialnya. Ini menunjukkan bahwa proses pemulihan dari dampak ini memerlukan waktu yang cukup lama. Penanganan secara komprehensif sangat dibutuhkan, khususnya dalam kasus seperti yang dialami oleh ke dua infonnan. Apabila hal ini tidak dilakukan maka untuk jangka panjangnya akan menimbulkan masalah yang lebih serius lagi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hart, Carl L.
Boston: McGraw-Hill, 2009
362.29 HAR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gusni Elvira
"Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (Napza) merupakan sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan (adiksi) dan ketergantungan (dependensi). Penyalahgunaan Napza tidak hanya beraldbat buruk terhadap fisik, tetapi juga mental, perilaku dan ekonomi masyarakat. Target utama penyalahgunaan Napza adalah remaja, hal ini disebabkan karena remagia merupakan fase yang sangat rawan dengan kondisi kepribadian yang masih Sangat labil dan mudah terpengaruh lingkungan dan dalam banyak hal mereka biasa memuaskan keingintahuannya dengan coba-coba, termasuk Napza.
Pcnelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan siswa tcrhadap pcnyalahglmaan Napza serta hubunganya dengan faktor sosio-psiko demografi (jenis kelamin, tingkat pengetahuan, konsep diri dan dukungan teman sebaya), faktor persepsi (kerentanan, keseriusan, manfaat dan rintangan) serta faktor dukungan (dari keluarga, sekolah dan media massa). Metode pcnelitian yang digunakan adalah observasional melalui pendekatan kuantitatif dengan disain potong lintang (cross sectional). Data yang digunakan adalah data primer, yang dikumpulkan rnclalui angket. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas satu dan dua di enam SMU di Kota Depok dengan jumlah sampel sebanyak 411 orang dan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2008.
Hasil penelitian menunjukkan lebih separuh dari responden sudah memiliki perilaku pencegahan yang baik (54,5%). Variabel yang ditemukan berhubungan secara bcrmakna dcngan perilaku pencegahan adalah variabel jenis kelamin, konsep diri, tingkat pengetahuan, dukungan teman sebaya, persepsi manfaat, persepsi rintangan dan dukungan keluarga. Faktor yang dominan berhubungan adalah dukungan keluarga,jenis kelamin, dan dukungan teman sebaya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik, akan berpeluang melakukan pencegahan 2,2 kali dibandingkan responden yang rnemiliki dukungan keluarga kurang baik, responden perempuan memiliki peluang 2,0 kali untuk berperilaku pencegahan baik dibandingkan rcspondcn laki-Iaki dan responden dengan dukungan tcman sebaya yang baik berpeluang 1,9 kali untuk melakukan perilaku pencegahan dibandingkan responden yang memiliki dukungan teman sebaya kurang baik.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Depok dan pihak lainnya seperti LSM, komite sekolah dan keluarga bekerjasama dalam meningkatkan perilaku pencegahan terhadap penyalahgmmaan Napza antara lain dengan peningkatan pemberian informasi tentang Napza yang tepat dan benar, melalui mata pelajaran, penyuluhan, konseling, seminar, pelatihan/training of trainers siswa untuk menjadi konselor bagi teman-temannya, serta meningkatkan pengawasan terhadap pergaulan dan perilaku siswa baik disekolah maupun di rumah.

Narcotics, Psychotropics and Others Additive?s Substances (drugs), are the groups of essences that generally have may cause addicted and depended. Drugs abuse not only make physic disorder, but also mental, behavior, and public economic, Main target of drugs abuses is adolescent, it is caused adolescent is a gristle period with personality condition is still really unstable and easy effected by their social life or environmental and In so many occasions, they are so eager to try new things, including drugs abuse.
This research is performed on student first and second class in senor high school at Depok City with the purpose to know behavior preventive student to drug's abuse and its relations to socio-psycho demogtaphy factors (sex, intelligence, self concept and peer group support), perception factors (perceived of susceptibility, and seriousness, perceived of benefits and barriers) and support factors (of family, school and mass media). Data which is utilized is primary data as questionnaire through quantitative observation approach, with design cross sectional. The research perforrned on February to March 2008.
The result show that more than half of respondent has had good prevention behavior (54, 5%). Found variable concerning with variable preventive is sex variable, self concept, intelligence, peer group support, perceived of benefit, and barrier and family support (p<0,05). The dominant factor which is related was family support, sex and peer group support.
The conclusion of this research are respondent who has good family support, will get opportunity to perfomr prevention 2,l time tl1an respondent who have poor family support, female have opportunity 2,0 time to get good prevention behavior than male, and respondent with good peer group support will gets opportunity 1,9 times to do prevention than who have poor peer group support.
Suggested to Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Depok and another party as NGO, school committee and family collaborates to improves prevention behavior to drug?s abuse for example with increasing information distribution concerning about drugs clearly, through studies, counseling, seminar, training/training of trainers student to become counselor for its friend, and increases observation to their social life and behavior even at school and also at the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2008
T33627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Basaku Veronica
"Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika serta Zat Adiktif lainnya (Narkoba) dewasa ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan sehingga menjadi masalah nasional yang sangal mendesak dan memperihatinkan karena korban penyalahgunaan Narkoba cenderung meningkat dan sebagian besar berpendidikan SMU dan berusia sekitar 15 sampai dengan 24 tahun. Penyalahgunaan Narkoba adalah merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, merupakan penyakit yang berulang kali kambuh (43,9%) dan memerlukan upaya penanggulangan secara universal baik dari segi prevensi, terapi maupun rehabilitasi.
Penelitian ini merupakan analisis data primer yang dikumpulkan dari lima SMU Negeri Wilayah Jakarta Timur, dengan rancangan penelitian "Case Control" terhadap 370 kasus penyalahguna Narkoba dan 1480 kontrol bukan penyalahguna Narkoba.
Hasil analisis bivariat dari sejumlah variabel independen terhadap penyalahgunaan Narkoba menunjukkan bahwa variabel kesibukan ayah & Ibu, hubungan interpersonal dengan ayah & ibu pengawasan orang tua, status orang tua, pengetahuan tentang Narkoba, sikap terhadap upaya penanggulangan Narkoba serta pengaruh bergaul dengan teman penyalahguna Narkoba mempunya hubungan yang signifikan ( p value < 0,05).
Analisa multivariat regresi logistik dengan variabel dependen penyalahgunaan Narkoba yang bertahan dalam model, sehingga diperoleh faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penyalahgunaan Narkoba adalah hubungan interpersonal dengan ayah & ibu, kegiatan ibu pengawasan orang tua serta bergaul dengan teman penyalahguna Narkoba ( peer group).

The Effect of Several Factor to Drug Abuse in Five Senior High School in Jakarta Timur Drug abuse is a community health problem in modem society. Today, this advantag problem had spread in senior high school and they need a special intervention in preventive theurapeutics, and rehabilitation.
This research is a case control design. The primary data had collecting in five senior hig school in Jakarta Timur. The number of subject research is 370 case and 1480 control.
The results of bivariate analysis had indicated that the parent activity; the interperson relationship between son and his parent; the parent controlling; the parent states; knowledge ar, attitudes about the drug; and the pair group are shown significance effect at 95% confidenc intervals.
With binary logistic regression analysis, we found that determinant factor of drug abu: problem in senior high school are the interpersonal relationship between son and his parent; t] parent activity; and the pair group.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T9142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Deviyana
"Sejak tahun 2006 terjadi penurunan angka kunjungan di RSKD Duren Sawit khususnya pasien narkoba, yang jika dilihat dari rata-rata kunjungan pasien per hari hanya 1-2 pasien napza. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mendalam mengenai perilaku pengguna jasa dan penyelenggara jasa pelayanan dalam memanfaatkan pelayanan di poliklinik napza. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap lima orang pasien, dua orang mantan pasien, dan petugas rumah sakit yang terdiri atas wakil direktur pelayanan medis, kepala instalasi rawat jalan, kepala rehabilitasi dan dokter poliklnik napza serta melakukan diskusi kelompok terarah kepada lima orang perawat dan dua orang konselor.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa rendahnya pemanfaatan pelayanan di poliklinik napza disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu keberadaan BNN (Badan Narkotika Nasional) yang memberikan pelayanan gratis kepada pasien napza dan faktor internal yaitu sarana dan prasarana yang kurang memadai bagi pasien dan faktor perilaku petugas yang kurang baik dalam memberikan pelayanan Penelitian ini menunjukkan bahwa sarana prasarana yang menunjang dan adanya perilaku petugas yang ramah dan terampil akan dapat meningkatkan kembali pemanfaatan pelayanan poliklinik napza di RSKD Duren Sawit.

Since 2006 there is a significant decline of patient visitations at Duren Sawit Mental and Drug Regional Special Hospital, especially the drug abuse patients, it is based on the average number of visitations that is only 1-2 patients per day. This research was done to find out information about the recipients and the care givers behaviour in using the services at the drug abuse policlinic. This qualitative research was done by deep interviews to five patients, two expatients, and hospital care givers that consist of vice director of medical services, head of drug abuse rehabilitation department, doctor from drug abuse policlinic, five nurses and two counselors.
The result of this research showed that the low service usage level was caused by external and internal factors. The external factor is, BNN (Badan Narkotika Nasional) that gives free care to drug abuse patients and the internal factors are, infrastructures that are not suitable for the patients need, and the care givers behaviour that are not friendly while performing their services. This research shown that suitable infrastructures, friendly and skillful care givers behaviour, might improve service usage level of the drug abuse policlinic at Duren Sawit Mental and Drug Regional Special Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31357
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ghariza Annisa Samara
"Anak jalanan merupakan salah satu kelompok yang rentan menjadi korban penyalahgunaan NAPZA. Pemerintah melakukan upaya penanganan berupa rehabilitasi medis dan sosial. Yayasan Balarenik menjadi salah satu Lembaga Rehabilitasi Sosial khusus untuk anak-anak jalanan. Penyalahguna NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi tetap memiliki peluang untuk kambuh (relapse). Perilaku relapse pada penyalaguna NAPZA tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah motivasi diri untuk dapat sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi sembuh pada anak jalanan korban penyalahgunaan NAPZA di Yayasan Balarenik. Pengambilan data dilakukan dari bulan Oktober-November 2021 dengan wawancara mendalam kepada 6 orang anak jalanan, 2 orang perwakilan orangtua, 1 orang perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, seorang ketua Yayasan Balarenik, Konselor serta Pekerja Sosial di Yayasan Balarenik. Hasil penelitian didapatkan bahwa lingkungan pertemanan mempengaruhi anak jalanan untuk mengenal, menggunakan, dan mendapatkan NAPZA. Kemauan dalam diri yang kuat menjadi faktor instrinsik anak jalanan untuk dapat sembuh dari penyalahgunaan NAPZA. Adapun faktor ekstrinsik motivasi untuk sembuh anak jalanan adalah adanya pengaruh dari teman yang sudah berhenti menggunakan NAPZA, peran baik dari konselor dan pekerja sosial, serta pemberian reward dari pihak Yayasan. Bentuk dukungan dari orangtua berbeda antara orangtua yang mengetahui anaknya menggunakan NAPZA dengan yang tidak mengetahui. Dukungan dan semangat yang baik lebih diberikan oleh orangtua yang memang mengetahui anaknya menggunakan NAPZA.

Street children are one of the vulnerable groups to become victims of drug abuse. The government has taken steps to overcome this by requiring medical and social rehabilitation. Yayasan Balarenik is one of the Social Rehabilitation Institution especially for street children. Drug abusers who are undergoing rehabilitation still have the opportunity to relapse. Relapse behavior in drug abusers can be influenced by various factors, included self-motivation to recover. This study aims to determine the motivation to recover for street children who are victims of drug abuse at Yayasan Balarenik. Data collection was carried out from October-November 2021 with in-depth interviews with 6 street children, 2 representatives of parents, 1 representative of the Dinkes Provinsi DKI Jakarta, a head of Yayasan Balarenik, and Counselors also Social Workers at Yayasan Balarenik. The results of the study found that the environment of friendship influenced street children to recognize, use, and obtain drugs. A strong will in self becomes an intrinsic factor for informants to be able to recover from drug abuse. The extrinsic motivational factors for recovering street children are the influence of friends who have stopped using drugs, the good role of counselors and social workers, and the provision of rewards from the Foundation. The form of support from parents differs between parents who know their children are using drugs and those who do not know. Better supports given by parents who do know their children are using drugs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>