Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Firwandri Marza
"Tujuan perencanaan kebutuhan obat terpadu di kota atau kabupaten adalah untuk mengoptimalkan dana obat melalui peningkatan koordinasi unit-unit kerja yang terkait dengan perencanaan obat sehingga perencanaan obat menjadi lebih efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kesehatan.
Di kota Solok Sumatera Barat telah dibentuk Tim Perencanaan Obat Terpadu pada tahun 1999, Tim ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikota Solok nomor 188.4513431SK-WSL/1999. Kenyataannya tim dimaksud belum dapat bekerja dengan baik hal ini terlihat belum sesuainya jumlah dan jenis obat untuk kebutuhan pelayanan kesehatan dasar di kota Solok.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran sistem mutu perencanaan kebutuhan obat terpadu untuk unit pelayanan kesehatan dasar di kota Solok tahun 2000, yang dilihat dengan pendekatan sistem pemasok, masukan, proses, keluaran, dan pelanggan.
Penelitian ini dilakukan dengan memakai metoda kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada informan pemasok, Tim perencanaan obat terpadu, dan informan pelanggan, serta dilakukan penelusuran dokumen pada pencatatan obat yang ada.
Dari hasil penelitian ini terlihat tingkat ketersediaan informasi (pemasok ) untuk perencanaan kebutuhan obat sudah baik, sudah ada tim perencanaan kebutuhan obat terpadu di kota Solok namun Surat Keputusan Walikota Solok mengenai pembentukan tim belum mencantumkan tugas dan fungsi personil secara, jelas dan tegas. Sedangkan tenaga yang terlibat dalam perencanaan kebutuhan obat terpadu sudah baik, terlihat dari pendidikan formal yang dimiliki, dan mereka telah mengikuti pelatihan pengelolaan obat. Tidak tersedianya dana untuk perencanaan kebutuhan obat terpadu. Data untuk perencanaan kebutuhan obat selalu tersedia, belum adanya mekanismen kerja secara tertulis, dan belum efektifnya koordinasi antara personil tim perencanaan obat terpadu, Panitia pengadaan obat telah mempergunakan lembar perencanaan kebutuhan obat untuk dasar pengadaan obat tahun 2000.
Untuk terlaksananya perencanaan kebutuhan obat sesuai dengan jumlah, jenis dan pengadaannya tepat waktu perlu ditingkatkan pemahaman azas pengelolaan obat terpadu (pemberdayan daerah, koordinasi, keterpaduan) baik pada Pemerintah Kota Solok, maupun pada Tim perencanaan obat terpadu kota Solok.

Quality System Analysis of Integrated Drug Need Plan for Basic Health Service Unit in Solok City in the Year of 2000
The objectives of integrated drug need plan in the city or in the regency is to optimize the drug-fund through increase of job coordination units related to drug plan so that drug plan becomes more effective and efficient in increasing the quality and in extending the scope of public health service
In the city of Solok, West Sumatera has been formed by the integrated drug plan team in 1999. This team is formed based on the decision letter of Solok Mayor No. 188.4513431SK-WSLJ1999. In fact, intended team cannot operate well and this case is seen not accorded with the amount and sort of drugs for the basic health service need in Solok
Hence, this investigation intention is to know the system description of integrated drug need plan quality system for the basic health service unit in Solok in the year of 2000 can be seen by using the approach system (supplier, input, process, output, and customer).
This observation is performed by using the quality method. Data collection is performed by using the deep interview ti the supplier's informant, integrated drug plan team, and customer informant, and the existed record
From this observation result is seen the level of information availability of well-needed drug plan, has provided the integrated drug need plan team in Solok, but the sion Letter of Solok Mayor concerning the formation team not mentioned about the task and function of personnel in detailed, clear, confirmed. While, the involved staffs in the integrated drug need plan has been good which can be seen from owned formal education, has followed the drug management training. The drugs are not provided for the integrated drug need plan. Data for the integrated drug plan is always provided, and unexisted mekanisme jobs in written and uneffectiveness of coordination among the team personnel integrated drug plan, and drug supply committee have utilized the sheet of drug need plan for the basic supply of need in 2000.
In performing the plan of drug need in accordance with the amount and availability on time needs to increase the principle apprehension of integrated drug management (local empowerment, coordination, integration) either in Solok government or integrated drug plan team in Solok
Bibliography: 55 (1981-2001)"
2001
T4605
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Nurdiani
"Di era otonomi daerah dan desentralisasi saat ini, kegiatan perencanaan kabupaten menjadi sangat penting. Hal ini berkaitan dengan mekanisme dan kemampuan melakukan analisis masalah kesehatan daerah secara tepat menetapkan target program kesehatan secara realistis, menjabarkan target program tersebut dalam rencana kegiatan, menghitung biaya yang realistis untuk melaksanakan kegiatan tersebut, menyusun anggaran dari berbagai sumber, mengembangkan upaya mobilisasi dana masyarakat dan efektivitas advokasi Dinas Kesehatan kepada DPRD dan Pemda. Oleh karena itu agar dapat dihasilkan perencanaan obat yang optimal perlu didukung oleh suatu sistem perencanaan dan penganggaran yang baik, meliputi ketersediaan sumber daya yang memadai, tenaga perencana yang profesional, sarana penunjang kerja, dana dan tersediaanya informasi yang akurat serta penggunaan metode yang tepat.
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap sistem perencanaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2003 dengan pendekatan sistem.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada informan pejabat lintas program di Dinas Kesehatan, pejabat lintas sektor terkait, staf teknis maupun anggota panitia pengadaan obat Kabupaten Lampung Selatan. Untuk menjaga validitas data dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metoda. Pengolahan data dibuat dalam dibentuk matriks yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam. Analisis yang dilakukan adalah analisis isi, yaitu analisis sesuai topik atau masalah .
HasiI penelitian menunjukkan bahwa kendala utama dalam penyusunan perencanaan obat adalah data yang kurang akurat dan tidak valid yang disebabkan oleh kurangnya tenaga teknis profesional farmasi di puskesmas dan kurangnya sarana yang menunjang penyusunan perencanaan obat di kabupaten. Perencanaan obat telah dilakukan dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor meskipun SK Tim Perencanaan Obat belum pernah diperbaharui.
Disarankan agar pihak Pemda memberdayakan Tim Perencanaan Obat yang ada, SK Tim diperbaharui dan ditembuskan ke setiap anggota Tim. Dinas Kesehatan meningkatkan advokasi dan lobbying terhadap Pemda dan DPRD dalam upaya pengembangan SDM yang ada, pelaksana teknis diberikan pelatihan di dalam pekerjaan untuk mengolah data, sarana komputer yang ada ditambah.

Analysis on Basic Health Care Drug Planning System Implemented in South Lampung District year 2003In local autonomy and decentralization era, planning activity in district level is unquestionably important. This is related to mechanism and capacity to analyze local health problem appropriately, set health program targets realistically, unravel those targets in activity plans, calculate realistic budget, fetch funding from different sources, develop community fund mobilization efforts, and effectively advocate Local Parliament and Local Government. To produce optimal drug planning, it is necessary to have good planning and budgeting system including adequate resources, professional planners, sufficient facilities and funding, availability of accurate information, and use of appropriate method.
This study analyzed the basic health care drug planning system implemented in South Lampung District year 2003 using system approach. Design of the study was qualitative and data was collected through in-depth interview. Informants included inter-program officers in Health Office, inter-sector officers, technical staff, and members of drug procurement committee in South Lampung District. To maintain the validity, both source and method triangulations were employed. Data was presented in matrix and was analyzed using content analysis approach according to topics.
The results of this study informed that main obstacle in developing drug planning was inaccurate less valid data due to lack of professional technical pharmacist in public health centers and lack of facilities in the district level. Drug planning had already involved other program and other sector, but the legal letter of appointment had never been renewed.
It is recommended to local government to empower the existing drug planning team and to renew its letter of appointment. To Health Office, it is recommended to improve advocacy and lobby to local government and local parliament, to develop the existing human resources, to provide training for technical staff to manage and analyze the data and to add the number of computers.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wahidah
"Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya, diperlukan pelayanan yang berorientasi kepada pelanggan artinya produk/jasa didesain sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan maka organisasi perlu mengidentifikasi kebutuhan pelanggannya, dengan demikian dapat meningkatkan mutu pelayanan. Ini merupakan tanda bahwa organisasi telah menerapkan sistem manajemen mutu. Dalam menentukan kebutuhan pelanggan terhadap mutu pelayanan dapat digunakan dimensi mutu berdasarkan teori Parasuraman yaitu responsiveness, reliability, assurance, emphaty, dan tangibles.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan (pasien) terhadap mutu pelayanan unit rawat jalan Puskesmas Kecamatan Pademangan tahun 2008, dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif desain cross sectional dan metode kualitatif dengan wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke rawat jalan Puskesmas Kecamatan Pademangan tahun 2008, dengan sampel sebanyak 100 responden yang diambil secara acak untuk mengisi kuesioner dan 20 informan dari 100 responden untuk diwawancarai secara mendalam mengenai kebutuhannya terhadap mutu pelayanan. Analisa data kuantitatif dengan deskriptif univariat sedangkan kualitatif dengan hasil wawancara yang merupakan data primer dan hasil penelusuran studi literatur yang merupakan data sekunder.
Hasil penelitian didapatkan dari 5 dimensi mutu yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah dimensi reliability dengan nilai rata-rata sebesar 3,925 yang terdiri dari kebutuhan akan petugas kesehatan bersikap ramah saat menerima pasien, memberikan informasi yang jelas kepada pasien, memberikan pelayanan yang tepat, pemeriksaan sesuai dengan yang dikeluhkan pasien. Sedangkan tingkat kepentingan terendah adalah dimensi tangibles dengan nilai rata-rata sebesar 3,39 yang terdiri dari kecukupan tempat duduk di ruang tunggu, kebersihan di ruang tunggu, periksa dan toilet, kenyamanan di ruang tunggu dan periksa, ketersediaan AC, TV, kipas angin, tempat parkir, peralatan medis yang layak pakai dan lengkap serta penampilan petugas yang rapi.
Dari hasil penelitian ini menyarankan agar Puskesmas Kecamatan Pademangan memenuhi kebutuhan pasiennya dengan memperbaiki sistem di loket agar tidak terjadi antrian panjang, menerapkan 3S (senyum, sapa, dan salam) dalam melayani pasien, dan public relation dengan memberikan dan menjelaskan informasi yang dibutuhkan pasien, serta pemeliharaan peralatan medis dan fasilitas yang tersedia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Angela Ch.M.N. Abidin
"Dalam menghadapi era globalisasi, rumah sakit di Indonesia menghadapi tantangan untuk bersaing dengan rumah sakit lain, antara lain persaingan dalam hal menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya. Sebagai organisasi formal yang bertanggungjawab terhadap mutu pelayanan medik di rumah sakit, pada tahun 1996 dibentuk Komite Medik di PK St. Carolus.
Untuk memantau dan mengevaluasi kinerjanya, Komite Medik harus didukung dengan informasi yang cukup. Di lain pihak, MEPO (satuan kerja yang bertanggungjawab terhadap sistem informasi) selama ini dianggap sebagai pusat data dan informasi di PK St. Carolus. MEPO membagikan informasi ke unit-unit lain, termasuk untuk Direksi.Namun saat ini Komite Medik belum mendapat informasi yang spesifik yang diperlukan untuk menilai dan meningkatkan mutu pelayanan medik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung Komite Medik dan Direksi dalam menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan medik.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dari wawancara terhadap 11 orang responden yaitu Direktur Medik; Koordinator Medik bidang Penyakit dalam, Bedah, Anak, Kebidanan dan Penyakit Kandungan; Ketua Komite Medik; Ketua Panitia Peningkatan Mutu Pelayanan Medik, staf medik fungsional Penyakit Dalam, Bedah, Anak, Kebidanan dan Penyakit Kandungan, teridentifikasi dua macam informasi yang dibutuhkan. Pertama informasi mengenai aspek organisasi dan kedua informasi mengenai aspek klinik. Pada aspek organisasional (yang disebut indikator organisasional) dibutuhkan informasi mengenai pemanfaatan rumah sakit, mutu pelayanan, kecukupan sumber daya, efisiensi dan kepuasan pelanggan. Pada aspek medik (disebut indikator klinik) dibutuhkan informasi mengenai pemakaian antibiotika, transfusi darah, infeksi luka operasi, lama tunggu sebelum operasi elektif, diagnosa pra dan pascabedah, kematian maternal akibat preeklampsia/sepsis/perdarahan, kematian bayi dengan BBL kurang dari 2500 gram, dan lama hari rawat.
Beberapa dari data dan informasi yang dibutuhkan sudah tersedia di MEPO. Dari hasil penelitian ini diharapkan Komite Medik dapat mulai bekerjasama dengan MEPO agar data dan informasi yang dikumpulkan oleh MEPO dapat bermanfaat bagi pelayanan medik dalam mengukur dan mengevaluasi mutu pelayanannya.

Analysis Of Information Needed To Evaluate Quality Of Medical Care At Sint Carolus HospitalFacing this globalization era, hospitals in Indonesia are challenged to enter healthy competition, one among it is the competition in creating and improving better quality in its care and service. Medical Committee, the formal organization structure which is responsible for the above task, has been established in St Carolus Hospital since 1996.
To monitor and evaluate its performance, the committee needs to be backed up with sufficient information. MEPO on the other side (the formal unit which is responsible for the information system) is regarded so far as the source of St. Carolus Hospital data and information. It disseminates its routine information to other units, included to the Directors and Medical Committee. What is lacking is that up to date MEPO could not provide the Medical Committee with specific information needed to support the Medical Committee and the Board of Directors to maintain and evaluate the quality of care.
Data was collected using a qualitative approach. From 11 respondents which are the Medical Director; Medical Coordinators of Internal Medicine, Surgery, Paediatrics, Obstetrics and Gynaecology; Chief of Medical Committee, Chief of Medical Quality Improvement Committee; and medical staffs of Internal Medicine, Surgery, Paediatrics, Obstetrics and Gynaecology, it is identified that two aspects of informations are needed. Firstly is the information on organizational aspects and secondly is the informations on the clinical aspects. On organizational aspects (which is named as organizational indicators), information on hospital utilization, quality of care, hospital resources, efficiency and customer satisfaction are needed. On medical aspects (named as clinical indicators), information on antibiotic use, blood transfusion, infection of post surgery wound, waiting time for elective surgery, difference of pre and post surgery diagnosis, maternal mortality caused by ecclampsialsepticemial haemorrhage, infant mortality with birth weight less than 2500 grams and length of stay are needed.
Some of information and data needed are available at MEPO. Based on this study, it is suggested that the Medical Committee could start to work closely with MEPO so sufficient and precise data and information gathered from MEPO could optimally useful for the medical care unit in assessing and evaluating the quality of its services and care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hambarita
"Prioritas pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas lcbih diarahkan ke bentuk
pelayanan kesehatan dasar dengan jumlah kunjungan terbanyak di Balai Pengobatan (BP)
umum yang memberikan pelayanan mencakup konsultasi, pengobatan, tindakan,
pemeriksaan kesehatan sederhana atau Kir, dan rujukan. Pelayanan diberikan oleh
Dokter Umum dan atau Perawat.
Melihat kondisi puskesmas di Kota Solok saat ini, selama tahun 1999 dan 2000
lelah terjadi penurunan kunjungan rawat jalan, ini sejalan dengan adanya keluhan
masyarakat tenlang lamanya waktu tunggu, petugaf kurang tanggap dan tidak ramah,
bagi pasien mutu yang baik adalah yang dapat memberi kepuasan, sedang bagi
penyelenggara pelayanan adalah yang sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan
otonomi profesi. Ditinjau dari pendanaan puskesmas untuk melaksanakan aktifitasnya
telah mengalami penurunan anggaran dari tahun 1999 ke tahun 2000, pada saat ini
pengembalian retribusi puskesmas oleh pemerintah kota sebagai penunjang biaya
operasinal baru mencapai 75 %.

Abstract
Service priority which given by Puskesmas is directing to basic health care
services with the most often visited is clinic (Balai Pengobatan/BP) which its services
including, consultation, medical treatment, action, medical check-up, and reference.
Sen/ices are giving by doctors and/or nurses.
Between 1999-2000 routine check-up visiting to the Puskesmas in Solok was
decreasing, along with a lot of public complaints to the services such as, queuing tin-ie,
low anticipation statis, for patients, good quality means things are satisfying, and for the
service provider is meet the science and technology and profession autonomy-
Puskesmas budgeting has decrease between 19998-2000, and currently retribution tram
Puskesmas to City government as operational budget is 75%."
2001
T2523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellya Niken Prastiwi
"Sebagai penyedia layanan publik, RSUD lebih berorientasi kepada efisiensi dan produktifitas dibadingkan profit, salah satu ukuran keberhasilan adalah mutu layanan yang memenuhi standar pelayanan minimum (SPM). Pendekatan komprehensif tentang mutu layanan mencakup struktur input, proses, dan output. Komponen struktur input meliputi sumber daya manusia, standar prosedur operasional dan peralatan, struktur proses meliputi pelayanan medis dan pelayanan paramedis, struktur output merupakan perubahan kondisi dan status kesehatan pasien setelah mendapatkan akses fasilitas yang ada di dalam input dan proses.
Untuk Rumah Sakit, salah satu indikator penting kualitas layanan adalah net death rate (NDR). Salah satu unit pelayanan sentral pada rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan adalah unit intensive care unit (ICU). Selama periode 2007-2009, tingkat kematian pasien di ICU RSUD Bekasi berada di atas standar pelayanan minimum (SPM) Departemen Kesehatan, dan belum pernah dilakukan penelitian terhadap kesenjangan tersebut.
Penelitian lain yang relevan menunjukkan adanya hubungan antara mutu layanan dan pelaksanaan layanan, sumber daya manusia, standard operating procedures (SOP), dan peralatan penunjang medis. Penelitian lainnya menunjukkan kinerja yang rendah pada aspek manajemen, SDM, pelaksanaan pekerjaan, dan pengembangan.
Penelitian ini menggambarkan distribusi kematian, dan hubungan struktur input dan proses terhadap sruktur output kematian pasien di atas 48 jam di ICU RSUD Bekasi. Desain penelitian yang digunakan adalah deskripsi analitis kualitatif dengan metode pengukuran retrospektif berupa audit kematian pasien ICU di atas 48 jam tahun 2009. Data primer yang digunakan adalah dari wawancara dan data sekunder dari dokumen rekam medik.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi terbanyak kematian pasien di atas 48 jam adalah sebagai berikut:
- Menurut cara bayar adalah pasien umum
- Menurut asal masuk adalah pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)
- Menurut lama perawatan pasien adalah 5-7 hari
- Menurut resume audit adalah kasus terminal dan kasus infeksi nosokomial
- Menurut keahlian dokter adalah dokter dengan keahlian saraf
Berdasarkan hubungan struktur input, proses, dan struktur output, hasil penelitian mendukung kesimpulan bahwa output mutu layanan ICU yang rendah, yang diindikasikan dengan tingkat kematian di atas standar berlaku, sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang kurang memadai secara mutu dan jumlah, SOP yang tidak lengkap, peralatan medis yang kurang lengkap, dan proses penatalaksanaan medis serta paramedis yang kurang memadai.

As a public service provider, RSUD must be more efficiency and productivity oriented rather than profit. One of result measurements is service quality compliance to minimum service standard. Comprehensive approach on service quality covers input structure, process, and output. Component of input structure comprises human resource, standard operating procedures, and equipment. Process structure comprises medical and paramedical services. Output structure is change in patient?s health condition and status after accessing facilities in input and process.
Service quality measurement is performed by comparing performance indicators to health service standard which is stipulated previously. Health service standard is a standard, indicator, or limit which enables measurement on service quality by group of input structure, process, and output. Service quality measurement can be performed using prospective measurement (before servicing), concurrent measurement (while servicing), and retrospective measurement (after servicing).
For hospital, one of important health service indicators are net death rate (NDR). As health service provider, one of hospital?s central service units is intensive care unit (ICU). As of 2007-2009 period, death rate at RSUD Bekasi ICU was above minimum service standard stipulated by ministry of health, and no research regarding to the gap has ever been conducted previously.
Another relevant research showed considerable correlation between quality service and service process, human resource, standard operating procedures (SOP), as well as medical support equipment. The other one showed low performance on management, human resource, process, and development aspects.
This research depicts death distribution of ICU patient, and relation of input structure and process to over 48 hours death ICU patient output structure at RSUD Bekasi. Research design applied here is qualitative analytical description using retrospective measurement method in form of over 48 hours ICU patient death audit in 2009. Primary data used in this research is sourced from interview, and secondary data comes from medical records.
Research result shows that the largest proportion of over 48 hours death ICU patient grouped by term of payment, patient origin, nursing period, audit resume, and doctor specialty are as follows:
- By term of payment is common patients
- By patient origin is emergency unit originated patients
- By nursing period is 5-7 nursing days patients
- By audit resume is terminal case and nosokomial infection patients
- By doctor specialty is neurolog related patients
Based on relation of input structure and process to output structure, the result supports conclusion that low quality ICU service, which was indicated by higher death rate above the prevailing standard, is considerably determined by inadequacy of both human resource quality and quantity, insufficiency of standard operating procedures and medical support equipment, as well as lack of medical and paramedical process.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28456
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nursyam Ibrahim
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mendalam tentang pengawasan dan pengendalian pimpinan terhadap pelaksanaan kalakarya perbaikan umum di Seksi Pemulihan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Penelilian ini dilakukan dengan menggunakau metode kualitatif pada unit analisis meliputi Seksi Pemulihan Kesehatan, infonnan dari pimpinan struktural di Dinas Kesehatan serta kelompok Kepala Puskesmas yang keselumhannya berjumlah 11 orang. Pengampuian data dilakukan dengan menggunakan wawancara mendaiam, kegiatan observasi dan melalui kajian dokumen. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pengawasan dan pengendalian pembuatan reucana kerja yang disepakati pada pelatihan kalakaxya dan pelaksanaannya yang meliputi pengendalian awal dengan melakukan pengukuran standar kelja yang hanxsnya dilakukan bersarna staf, menilai atau mengendalikan proses pembuatan dan tindak Ianjut POA serta mengevaluasi hasil dengan tindakan korektif belum dilaksanakan. Selain itu yang penting lagi adalah belum dilakukarmya pengawasan melekat dari atasan ke bawahan yang mesiinya dikoordinir oleh Kepala Dinas. Dengan kondisi seperti ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil pelaksanaan manajemen di Seksi Pemulihan Kesehatan setelah kalakarya dilakukan belum maksimal dalam kaitan kegiatan fungsi peugawasan dan pengendalian. Hal ini dapat disebabkan oleh :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi serta tanggung jawab masing-masing pemimpin dalam melakukan pengawasan secara hierarki.
2. Hasil dari pelatihan yang diikuti Lidak diapllkasikan pada pelaksanaan rencana kelja yang disusun karena adanya sikap penolakan serta kurangnya motivasi Kasi Pemulihan Kesehatan terhadap kegiatan kalakarya
3. Adanya masalah pada sistem dan rata cara berkomunikasi serta koordinasi yang dijalankan dimana kegiatan rapat dan pertemuan tidak terdokumentasi berupa laporan atau notulen dari hasil kegiatan. Sehingga, untuk memberi hasil yang maksimal terhadap perbaikan manajemen yang berorientasi ke manajemen mutu terpadu disarankan pada kalakarya berikutnya perlu mengendalikan perllaku manajerial/individu pada kesiapannya terlebih dahulu.

The aim this study was obtain an in-depth information on the implementation of supervision and control to the chief handling concerning to the accomplishment on job the training of quality revision in Health Recovery Section of Pontianak Health Service. The study was qualitative design with analysis unit consisted of health recovery section, informant fiom structural chief at health service and community healthcare chief group that totality ll persons. ln depth interview technique, observation activity and the document analysis have been used to collect data. The result of the study shows the process of management in the area of supervision and control of work plan production that have been agred to on the job training and the realization that covering beginning handling by standard determination, work output measurement and evaluation as well as corrective action, had not been supposed to be done with the start; the handling process of production and ?Plan Of Action? continuation and evaluating the result by corrective action not realized. Besides that the other important thing is haven?t doing to get the attached supervision from the superior to the inferior that suppose to coordinated by the chief of department. Furthermore, this condition shows that the result of the management accomplishment becomes higher at the health recovery secnon after conference done haven?t maximally interlaced to function of controlling and handling activity. These happened were caused by :
1. Lack knowledge and understanding to the duty and own principal to the leadership responsibility doing the supervision way
2. The trainee eifect is not apply to the realization of work plan that been sets because of refusal attitude and less motivation from the chief of health recovery section to the conference action.
3. Problem with the system and manners of communication and coordinati on that been doing where the meeting activity doesn?t preserved by report from the activity. In order to maximize result to the management revision in which toward Total Quality Management orientation suggested to the next on job the training activity needs to controlling the individual behavior prepared to accept modernization by doing dissemination information first.
"
2001
T3240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jati Berandini Prastiwi
"Rumah sakit sebagai penyedia jasa layanan kesehatan dituntut untuk selalu dapat menyediakan pelayanan yang berkualitas, cepat, menyenangkan dan memuaskan pelanggan. Karena banyaknya rumah sakit saat ini, meningkatnya arus informasi dan tingkat pendidikan membuat masyarakat semakin kritis dan memilih rumah sakit yang dapat berkualitas.
Kunjungan pasien di unit rawat jalan RS. Marinir Cilandak pada tahun 2001-2003 yang semakin menurun, di sisi lain adanya keluhan pasien poliklinik yang diterima oleh manajemen dan adanya pasien yang batal berobat karena kecewa terhadap pelayanan di Poliklinik membuat peneliti ingin melihat bagaimana gambaran kepuasan pasien di unit rawat jalan RS.Marinir Cilandak.
Masalah dalam penelitian ini adalah belum adanya pengukuran kepuasan pasien di Unit Rawat Jalan RS. Marinir Cilandak sehingga tujuan penelitian ini untuk mengukur kepuasan pasien / keluarganya di Unit Rawat Jalan RS.marinir Cilandak dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan. Janis penelitian yang dilakukan adalah cross sectional survey, dengan pendekatan analisa kuantitatif dan kualitatif. Peneliti menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas menggunakan Korelasi Pearson Product Moment (r) dan diuji reliabilitas menggunakan nilai Alpha. Kuesioner diedarkan kepada 400 responden yang berobat di unit rawat jalan RS.Marinir Cilandak pada April - Juni 2004.
Dari penghitungan distribusi frekuensi didapatkan karakteristik responden yang paling banyak datang berobat adalah wanita, usia 21-35 tahun, tidak bekerja/ibu rumah tangga, pendidikan SMA, dengan gaji 1-2 juta per bulan, status pasien militer/keluarganya, tempat tinggal di jakarta selatan, cara pembayaran dengan biaya dinas dan datang ke rumah sakit dengan alasan rumah sakit dinas. Untuk mengetahui gambaran kepuasan digunakan metode servqual dengan menghitung servqual score. Hasilnya adalah pada dimensi reliability (- 0,92), kemudian dimensi responsiveness (-0,80), dimensi tangible (-0,62), dimensi assurance (-0,56) dan terakhir dimensi empathy (-0,51). Dui 400 orang responden yang puas terhadap terhadap dimensi tangible 19%, Reliability 13.5%, Responsivenes 19.8%, assurance 23,5% dan empathy 33%.
Kemudian dilakukan uji chi square untuk melihat kemaknaan perbedaan proporsi antara karakterisitik responden dengan kepuasan. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan signifikan hanya tingkat pendidikan dengan kepuasan responden dimensi assurance dengan nilai p = 0,012. Rata-rata nilai persepsi dan harapan pasien kemudian dipetakan kedalam diagram kartesius yang terdiri dari 4 kuadran dimana masing-masing kuadran dapat menggambarkan harapan dan persepsi responden terhadap pelayanan serta prioritas perbaikannya. Ketepatan waktu dimulainya pelayanan, kecekatan perawat dan penjelasan dokter tentang penyakit merupakan atribut yang terletak di kuadran A dan merupakan prioritas utama untuk segera diperbaiki. Untuk mencari akar masalah dari faktor pada kuadran A dilakukan pengamatan dan wawancara.
Dengan menggunakan diagram fishbone didapatkan penyebab terjadinya faktor-faktor yang terletak di kuadran A adalah keterlambatan dokter, sarana belum memadai, berkas status terlambat masuk poli, kurangnya waktu tatap muka antara dokter dan pasien, tidak ada SOP perawat di poli, kurangnya ketrampilan komunikasi pada perawat dan kurangnya fungsi pengawasan. Diakhir penelitian disarankan menunjuk koordinator unit rawat jalan, membuat komitmen dengan dokter, membenahi medical record, mengoptimalkan fungsi Kepala Sub Departemen Perawatan, membuat SOP dan alur proses di poliklinik, menjadwalkan pelatihan dan melengkapi kebutuhan yang belum tersedia.

Hospital as the public health service is required to always provide a quick, qualified, comfort and satisfied services to the public. As today, there already many hospital existing and increasing in the information field as well as education, making people are getting critical in choosing a good and qualified hospital.
Outpatient visiting to the Marinir Hospital Cilandak during year 2001 - 2003 are getting decreased, and on the other side there have been complaining of the patient to the hospital and been accepted by the management, also some patient have been cancelled their treatment at the hospital due to the unsatisfaction toward the hospital services and this has become a reason for the surveyor to see the description of how is the satisfaction of the patient in having the services at the Marinir Hospital Cilandak.
The main problem in this survey is that there is no certain measurement of the patient satisfaction at the Marinir Hospital, so that the aim of this survey is to make certain satisfaction measurement of the patient and their family in having services in this hospital and to upgrade the quality of the services as well. The type of the survey that will be doing in this hospital is cross sectional survey, by analyzing quantitative and qualitative approach. The surveyor is using questioner that has been tested its validity using Pearson Product Moment r correlation and reliability tested using Alpha value. The questionnaire were circulated to 400 respondent that have their treatment at the Mariner Hospital Cilandak during April - June 2004.
From the frequent distribution calculation, the most characteristic respondent is coming from women by age of 21 - 35, jobless 1 house maker, senior high school that earn 1-2 million per month, patient status military / the family, living in south Jakarta, term of payment by military service and visiting hospital as to military service hospital.
To find out of satisfaction description, there will be using servqual method by calculate servqual score. Which in result at the reliability dimension (- 0,92), then responsiveness dimension (-0,80) tangible dimension (-0,62), assurance dimension (-0,56) and latest empathy dimension (-0,51). From 400 respondent those who satisfied with tangible dimension is 19%, Reliability 13,5%, Responsiveness 19,8%, Assurance 23,5% and empathy 33%. Following is chi square test to find out the proportional different between respondent characteristic and satisfaction. The significant relation is only showed on the education grade with respondent satisfaction at the assurance dimension with value p = 0,012. The average perception and patient desire will be mapped into kartesius diagram which is consist of 4 quadrant where in each quadrant describe wishes and perception respondent toward the service and its priority mending. Punctuality in servicing, nurses alertness and doctor's explanation / diagnosis in regard with its disease are all in the A quadrant and are main priority to have its mend immediately. To find out the main reason from the A quadrant there has been a surveyed and interviewed.
By using fishbone diagram they can find out the reason of the factors which are in the A quadrant such as doctor who come late, inadequate service, file /medical record that is being late to reach the poll, lack of time between doctor and patient, no SOP at the poll, lack of communication among nurses and lack of supervision. At the end of the survey, it is suggested to appoint the coordinator for outpatient unit, making commitment with doctor, organize medical record, optimal the function of head of nursing dept, preparing SOP, making regulation at the poli, scheduling the training and completing the necessary things that has not been provided.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>