Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21533 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Awaludin Martin
"Unjuk kerja dan rotary desiccant dehumidifier dapat diwakili oleh nilai efektivitasnya, dimana secara teoritis efektivitas adalah perbandingan antara jumlah kandungan air yang terserap dengan jumlah kandungan air yang mungkin terserap secara maksimum.
Tulisan ini menghasilkan sebuah formula sederhana untuk menghitung efektivitas ideal rotary desiccant dehumidifier sebagai fungsi koefisien perpindahan massa, kepadatan desiccant, tebal silinder, dan fluks massa udara. Dan persamaan-persamaan yang diturunkan pada proses keseimbangan massa, maka didapat sebuah formula E=1-e Gu. Formula tersebut sebangun dengan formula efektivitas dengan metode E-Ntu pada sebuah heat exchanger dengan aliran counterflow dan juga dengan formula efektivitas pada evaporative cooling dan cooling tower.
Dari data-data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa efektivitas ideal rotary desiccant dehumidifier akan bertambah besar seiring dengan bertambah besarnya temperatur udara masuk yang berada pada kisaran 46.12% sampai dengan 61.49%. Sedangkan pada pengukuran yang dilakukan efektivitas rotary desiccant dehumidifier semakin berkurang seiring dengan bertambahnya temperatur udara masuk.
Efektivitas ideal rotary desiccant dehumidifier tidak terpengaruh oleh besarnya temperatur udara regenerasi, karena formula yang digunakan tidak meliputi properti udara regenerasi. Pada pengukuran yang dilakukan efektivitas semakin berkurang dengan semakin bertambahnya temperatur udara regenerasi. Rasio kelembaban udara keluar proses jumlahnya bertambah seiring dengan bertambahnya rasio kelembaban udara masuk, hal tersebut juga terjadi pada eksperimen yang dilakukan.
Dari penulisan ini dapat diambil kesimpulan bahwa formula yang didapat ini dapat disempurnakan dengan menambahkan properti udara regenerasi.

Performance of the rotary desiccant dehumidifier can be represented by the value of effectiveness, as per theoretical, effectiveness is a ratio of actual moisture extraction with maximum possible moisture extraction.
The result from this paper is a simple formula to account the effectiveness of the rotary desiccant dehumidifier as function from mass transfer coefficient, desiccant compactness, desiccant wheel thickness, and mass flux of the air. The formula can be found by develop muss balance equation and the effectiveness equation is E=1-e Ga. This formula is similar with the effectiveness of counter flow of heat exchanger by E - Ntu method and also similar with the effectiveness of evaporative cooling and cooling tower.
From the experiment, the increasing of ideal effectiveness depends on the increasing inlet process temperature. The range ideal effectiveness is 46.12% to 61.49%. The actual effectiveness will be decreased with increasing inlet process temperature.
The ideal effectiveness of the rotary desiccant dehumidifier doesn't influence by regeneration temperature, because this formula doesn't include the properties of the air of regeneration. On measurement, effectiveness will decrease with increasing regeneration temperature. Humidity ratio of the outlet process of the air will increase with increasing humidity ratio of the inlet temperature, which occurs on the experiment.
From this paper, we can take a summary that this formula can be completed by the properties of regeneration addition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T4541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warner, Cecil F.
Jakarta: Balai Pustaka, 1985
536.7 WAR d (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysius Nugroho S.
"Ada tiga tahap utama dalam pengenalan ucapan yaitu tahap segmentasi untuk menemukan batas-batas fonem, tahap ekstraksi untuk mendapatkan nilai atas segmen-segmen sinyal dan tahap klasifikasi untuk pembandingan nilai segmen dengan nilai acuan. Di antara ketiganya, segmentasi merupakan tahap yang paling menentukan, karena jika keluarannya salah maka dua tahap beriktnya menjadi sia-sia.
Berbagai metode dipergunakan dalam teknik segmentasi. Salah satunya Adapted Local Trigonometric Transforms (ALIT) yang mendekomposisi sinyal suara menjadi partisi-partisi trigonometris dan orthonormal dengan pemanfaatan DCT (Discrete Cosine Transform) yang memang memiliki keunggulan dalam hal kompresi sinyal [7]. Meski demikian, teknik ini juga memiliki kekurangan yaitu sensitif terhadap pergeseran sinyal ucapan.
Teknik lain yang lebih tahan terhadap pergeseran sinyal ucapan dan bahkan derau adalah Parametric Filtering (PF) [8]. Teknik ini menggabungkan parametric filter bank dengan sebuah analisa otokorelasi selisih-satu (lag-one autocorrelation) untuk menghasilkan fungsi karakterisasi yang baru sama sekali dan tahan terhadap perubahan frekuensi dan derau. Otokorelasi selisih-satu merupakan korelasi sinyal terhadap sinyal itu sendiri setelah mengalami penundaan sebesar satu sekuensi. Fungsi ini mampu menampilkan dan menangkap perubahan spektral dan energi walau dalam domain waktu.
Sinyal di-filter dalam sebuah filter bank yang berupa Parametric HR filter all-pole orde satu, lalu dikolerasikan dan didemodulasi untuk diambil yang diperlukan. Sambil dilakukan pengukuran distorsi untuk mencari nilai batas segmen, sinyal dapat ditampilkan sehingga mempermudah analisa. Tesis ini dilakukan dengan mensegmentasikan suku-kata bahasa Indonesia secara hampir real time dengan penundaan maksimum 10 detik.
Analisa dilakukan terhadap performansi sistem dari sisi akurasi, waktu proses dan stabilitas. Diharapkan ini akan menjadi langkah awal yang tepat bagi tahap-tahap pengenalan ucapan selanjutnya dalam merintis sistem Voice To Text yang sesuai untuk suku-kata bahasa Indonesia.

There are three major steps in speech recognition which are accordingly segmentation for end-point detection, extraction to get the values upon the segmented signals and classification that yielding the corresponding references. Among the three, segmentation is the most important step since once it's output is incorrect then the next two will be nothing.
There are methods used in this step. Among others are the so-called Adapted Local Trigonometric Transforms (ALIT} which decomposite signals into orthonormal-trigonometrical parts using Discrete Cosine Transform (DC?) that is good in signal compressing [7]. Anyway, this method lacks of sensitivity over unstable signals.
Another method that is robust to such sigwls as well as noise is Parametric Filtering (PF) [8]. This method combines a parametric filter bank and a lag-one autocorrelation analysis to produce a new characterisation function that overcome the frequency shift and noise. Lag-one autocorrelation means correlating the signal toward itself after one-sequence delayed. It also displays and cacthes spectral and energy changes even in time domain.
Signal is filtered in a filter banks which are all-pole first order parametric IIR filter, after which it is correlated by lag-one autocorrelation. Next, signal is demodulated to yield what is needed. While being processed by distortion measures to find end-points, the signal can be displayed to make the analysis visible. Research done by segmenting Indonesia syllabels in almost real time with ten-second maximum delay.
There are analysis upon system performances in accusation, time consuming and stability point of view. Hopefully, this will become fisrt step for the next speech recognition steps and lead to the suitable VoiceToText system for Indonesia syllabels."
2001
T5119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Firdaus
"Salah satu metode yang dapat digunakan pada pengering semprot adalah kombinasi antara pengering semprot dengan dehumidifier. Sistem dehumidifier bertujuan mengurangi kelembaban serta meningkatkan temperatur udara lingkungan sebelum masuk ke sistem pengering semprot, Pemanfaatan sistem ini dapat menghemat konsumsi energi.Tujuan Pada Penelitian kali ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum konsumsi energi spesifik total yang terdapat pada sistem kombinasi antara pengering semprot dengan dehumidifier dengan menggunakan analisa simulasi termodinamika dengan refrijeran R 407 C dan CFD untuk sistem dehumidifier dan ruang pengering pada pengering semprot. Penelitian diawali dengan simulasi termodinamika dan CFD dengan Variasi temperatur udara 60 ?, 80 ?, 100 ?, 120 ?, dan 140 ?. Variasi kelembaban udara 0.00763 kgv/kgda, 0.01065 kgv/kgda, 0.0147 kgv/kgda, dan 0.0227 kgv/kgda variasi temperatur titik embun 10 ?, 15 ?, 20 ?, dan 27 ? . Dan variasi laju udara adalah 150 lpm, 300 lpm, dan 450 lpm.Berdasarkan penelitian yang telah diakukan, didapatkan bahwa dew point, temperatur udara keluar pemanas dan temperatur kondensor berpengaruh terhadap konsumsi energi spesifik total. Laju pengeringan terbesar terjadi pada udara dengan kelembaban udara pada temperatur titik embun 10 ?, laju udara 450 lpm, dan temperatur udara 140? dan Konsumsi energi spesifik terendah dari sistem terbesar didapatkan pada Temperatur Kondensor 60? dan 70?.

One method that can be used in a spray dryer is a combination of a spray dryer with a dehumidifier. The dehumidifier system aims to reduce moisture and increase the air temperature of the environment before entering the spray drying system. Utilizing this system can save energy consumption.The objective of this research is to know the optimum condition of total specific energy consumption in combination system of spray dryer with dehumidifier by using thermodynamic simulation analysis with refrigerant R 407 C and CFD for dehumidifier and spray drying system in spray dryer. The research begins with thermodynamic and CFD simulations with variations of air temperature 60 , 80 , 100 , 120 , and 140 . Air humidity variations are 0.00763 kg kg, 0.01065 kgv kgda, 0.0147 kgv kgda, and 0.0227 kgv kgda dew point temperature variations 10 , 15 , 20 , and 27 . And the variations in air rates are 150 lpm, 300 lpm, and 450 lpm.According in this research, it is found that the dew point, heater exit air temperature and condenser temperature have an effect on total specific energy consumption. The highest rate of drying occurs in air with air humidity at dew point temperature 10 , air rate 450 lpm, and air temperature 140 and the lowest specific consumption of the largest system is found in Condenser Temperature 60 and 70."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafdi
"Pengering semprot memiliki kendala jika beroperasi pada udara lembap atau ketika harus mengeringkan bahan pangan yang sensitif terhadap temperatur.Kelembapan udara sangat berpengaruh terhadap tingginya temperatur udara pengeringan dimana temperatur udara pengeringan juga memiliki pengaruh terhadap tingginya konsumsi energi pengering semprot. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka dalam penelitian ini pengering semprot dikombinasikan dengan sistem dehumidifier. Penambahan sistem dehumidifier pada alat pengering semprot akan mengurangi kelembapan udara pengering dan menghasilkan panas yang terbuang pada kondensor. Panas yang terbuang dari kondensor dapat dimanfaatkan untuk memanaskan udara pengering sebelum masuk ke pemanas listrik sehingga dapat mengurangi beban daya pemanas listrik.
Pada penelitian ini refrijeran yang digunakan untuk sistem dehumidifier adalah R-152a. R-152a dipilih karena merupakan refrijeran yang ramah lingkungan dan merupakan alternatif yang lebih baik dari refrijeran yang dipakai pada penelitian sebelumnya yaitu R-134a. Penelitian dilakukan dengan melakukan simulasi CFD untuk memperoleh laju penguapan air dan konsumsi energi pada pengering semprot terhadap beberapa variasi laju udara, temperatur udara pengeringan dan titik embun udara pengeringan. Penurunan kelembapan udara berpengaruh terhadap meningkatnya laju penguapan air, penurunan temperatur pengeringan, dan penurunan konsumsi energi. Penambahan sistem dehumidifier dikombinasikan dengan pemanas listrik meningkatkan kinerja pengering semprot.

The spray drier has an obstacle if it operates in humid air or when it should dry temperature sensitive material. Humidity of air greatly affects the high drying air temperature where drying air temperature also has an effect on the high consumption of spray dryer energy. To overcome these problems, the spray dryer is combined with the dehumidifier system. The addition of a dehumidifier system to the spray dryer will reduce the humidity of the dryer air and generate the wasted heat on the condenser. The wasted heat from the condenser can be utilized to heat the dryer air before entering the electric heater so as to reduce the electrical heating load.
In this study refrigerant used for dehumidifier system is R 152a. R 152a was chosen because it is an environmentally friendly refrigerant and is a better alternative to refrigerant that used in the previous study of R 134a. The study was conducted by simulating CFDs to obtain the rate of water evaporation and energy consumption in spray drier against several variations of air rate, drying air temperature and drying air dew point. Decreased air humidity affects the increasing rate of water evaporation, decreased drying temperature and energy consumption. The addition of a dehumidifier system combined with an electric heater improves the performance of the spray dryer."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Richard A.M.
"Pengembangan model matematika telah dilakukan untuk memprediksi temperatur selama proses canai panas jenis satu tingkat dari suatu pelat baja karbon rendah, dengan menggunakan model thermal yang ada dan data-data eksperimen di laboratorium. Perhatian utama ditujukan untuk memprediksi model temperatur masuk dan keluar rol dengan mengasumsikan temperatur keluar. Hal-hal yang mempengaruhinya adalah perpindahan panas secara radiasi dan konveksi dari permukaan ketika material dibawa dari dapur ke rol, dan perpindahan panas secara konduksi dari material ke rol, serta kenaikan temperatur akibat kerja mekanis ketika material sedang dicanai.
Hasil dari model tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi temperatur material yang akan dicanai di Iaborastorium tersebut dan dasar untuk pemodelan beban pengerolan dan mikrostruktur. Langkah-langkah untuk memprediksi model temperatur masuk tersebut dapat digunakan sebagai dasar atau pembanding bagi pabrik canai panas untuk mengevaluasi temperatur material.

A mathematical model has been developed to predict the thermal during a single pass hot rolling of a low carbon steel plate, by using thermal model and data from laboratory experiments. Particular attention was paid to prediction the entry and exit temperature model by assuming the exit temperature. The effects taken into account are radiation and convection from the surface when the material has been reheated until rolled, and conduction to the rolls and the temperature increase due to mechanical work when the material is in the roll gap.
The result of the temperature model can be used for the material temperature evaluation at the laboratory and a basis to predict the rolling force and microstructure evaluation.. The steps of the prediction can be used as a comparison for plants mills to predict their material temperature."
2000
T5114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tatu Mas`udah
"Telah dilakukan pengujian untuk menentukan kapasitas panas sebagai fungsi temperatur terhadap material campuran dengan komposisi bervariasi, menggunakan kalorimeter DSC (Differential Scanning Calorimetry). Sebagai material campuran diambil logam Fe dan Ti sebagai wakil dari material berbasis logam dan ZnO serta TiO2 mewakili material berbasis senyawa oksida. Telah dipelajari kapasitas panas material campuran antara logam-logam, oksida-oksida dan logam-oksida. Kajian diawali dengan validasi metode pengukuran dan komputasi dalam penentuan kapasitas panas dengan mengukur senyawa Al2O3 yang telah diketahui nilai kapasitas panasnya. Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa kapasitas panas material campuran mengikuti secara baik rule of mixture sebagai berikut: Cpmix (T) = ΣXi Cpi (T) dimana Xi adalah fraksi mol dari komponen campuran dan Cpi adalah kapasitas panas komponen campuran. Hadirnya fasa oksida pada campuran berbasis logam memerlukan panas berlebih dalam proses pemanasan material.

Heat capacity at pressure constant as function of temperature for mixture material with different composition has been determined by DSC (Differential Scanning Calorimetry). The mixture materials are divided between Fe and Ti representing metal system and ZnO, Al2O3, TiO2 for an oxide system. Heat capacity mixture materials between metals-metals system, oxides-oxides system and metals-oxides system, prior to determined by validation method and computational method, were confirmed from measurement heat capacity Al2O3, in which Cp(T) value can be found in the literature else where. Heat capacity of mixture materials follows the rule of mixture equation such as : Cpmix (T) = ΣXi Cpi (T) where Xi is a mole fraction of component for the materials and Cpi(T) is heat capacity for respective component for materials. The present of oxides phase in metal base materials require excessive heat during heating material process."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Yuliani
"ABSTRAK
Ekstraksi cair-cair digunakan untuk pemurnian larutan asam sitrat yang dihasilkan dari proses fermentasi. Pengambilan asam ke fasa ekstraktan dapat ditingkatkan dengan proses ekstraksi reaktif, yaitu dengan menambahkan basa organik yang secara kimia mengikat asam dengan membentuk senyawa kompleks dengan asam dalam fasa ekstraktan. Pada penelitian ini, diajukan suatu model untuk memperkirakan distribusi asam sitrat pada kesetimbangan, dengan verifikasi menggunakan data percobaan pada sistem asam sitrat-air-(triisooktil amin (TIOA) + metil isobutil keton (MIBK)).
Sejumlah larutan asam dalam air dengan volume dan konsentrasi tertentu dimasukkan dalam labu erlenmeyer bersama campuran TIOA dan MIBK dengan volume dan konsentrasi tertentu pula. Setelah fasa dan fase organik dipisahkan, kemudian konsentrasi asam dalam setiap fasa dianalisis.
Asam sitrat dalam fasa air berkesetimbangan fasa dengan asam sitrat bebas dalam fasa organik. Selain itu, asam sitrat bebas dalam fasa organik juga berkesetimbangan kimia dengan kompleks yang terbentuk akibat reaksi pembentukan senyawa baru antara asam dan TlOA. Dengan beberapa penyederhanaan, disusun suatu model untuk memperkirakan distribusi asam pada kesetimbangan yang mencakup kesetimbangan fasa dan kimia. Untuk sistem asam sitrat - air - (TIOA + MIBK), didapatkan model yang paling sederhana yang dinyatakan dalam hubungan linier, yaitu:
(lihat file digital untuk melihat persamaan)
model ini sesuai untuk data percobaan dengan konsemrasi TIOA rendah (sampai 0.4 mol/l).
Untuk mendeskripsikan kesetimbangan sistem dengan kisaran konsentrasi TIOA yang lebih luas, dicoba pendekatan kesetimbangan kimia dengan bentuk persamaan yang analog dengan persamaan untuk kesetimbangan fisis. Dengan pendekatan ini diperoleh persamaan:
(lihat file digital untuk melihat persamaan)
model ini sesuai dengan data percobaan dari sistem dengan pelarut MIBK pada kisaran konsentrasi TIOA sampai 0.5 mol/l.

"
2001
S49026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>