Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susiana Maria
"Permasalahan difokuskan kepada hubungan variabel pengendalian manajemen, proses perundingan, dan kondisi kerja dengan pelaksanaan hubungan industrial di lingkungan perusahaan garmen/ tekstil yang berbeda sumber kepemilikan modal. PT Katexindo mewakili perusahaan penanaman modal dalam negeri dan PT Bitratex Industries mewakili perusahaan penanaman modal asing. Pendalaman atas hubungan tiga variabel tersebut dalam hubungan industrial dimaksudkan untuk membuktikan besaran hubungan yang terjadi sehingga karakteristik faktor-faktor pendorong dari ketiga variabel yang terdapat di kedua perusahaan dapat terdeskrispsi secara spesifik dan dianalisa secara komprehensif.
Dengan sifat populasi yang cenderung homogen, penentuan jumlah sampel berdasarkan label Krejcie cukup dapat merepresentasikan karakteristik sampel. Dan jumlah 341 sampel yang layak uji, menunjukkan bahwa hubungan industrial di kedua perusahaan menghasilkan outcome berbeda dalam hal penerapan pengendalian manajemen, kualitas proses perundingan, dan kualitas kondisi kerja, serta kaitan ketiga variabel tersebut beserta indikator pengukuran yang dipakai.
Hubungan ketiga variabel di Perseroan Terbatas Katexindo menghasilkan suatu kualitas hubungan industrial yang kondusif baik secara proses, kelembagaan, maupun prosedur. Hubungan yang harmonis antara karyawan dan perusahaan menghasilkan suatu sinergi seimbang antara hubungan dua struktur dan fungsi yaitu manajemen dan Pimpinan Unit Kerja. Sebaliknya, hubungan industrial di Perseroan Terbatas Bitratex Industries menunjukkan suatu outcome negatif atas ketiga variabel bebas terhadap kualitas pelaksanaan hubungan industrial. Penanganan ketiga variabel telah mendorong kualitas hubungan industrial menjadi tidak kondusif dan merupakan refleksi atas ketidakseimbangan proses hubungan timbal balik perusahaan dan karyawan.
Sehingga, disimpulkan bahwa status kepemilikan modal perusahaan memiliki kualitas hubungan industrial yang berbeda lebih dikarenakan kebijakan internal perusahaan dalam mengelola komunikasi baik lisan ataupun tertulis sebagai refleksi atas pengendalian manajemen, kemudian proses perundingan, dan pengelolaan kondisi kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajriyanto Y. Thohari
"Bab ini berisi tujuan dan permasalahan penelitian serta latar belakang mengapa masalah tersebut secara akademis relevan dan signifikan untuk diteliti. Juga dikemukakan metode atau prosedur penelitian yang digunakan, dan kajian pustaka atau penelitian-penelitian terdahulu.
Tesis ini memusatkan perhatiannya mengenai bertahannya industri kerajinan batik tradisional. Dalam hal ini terutama untuk memperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif mengenai bagaimana strategi atau upaya bertahannya industri kerajinan batik di desa Simbang Kulon, Pekalongan. Pembahasan akan berpusat pada beberapa aspek, yaltu siapakah dan bagaimanakah profil pengusaha industri kerajinan batik, bagaimana pola dan proses sosialisasi kepengusahaan dilakukan, bagaimana pola pewarisan, bagaimana mereka membina jaringan usaha dan bagaimana usaha lain yang dilakukannya sehingga industri kerajinan batik tradisional itu mampu bertahan.
I.1 Tujuan Penelitian
Tesis ini memusatkan perhatiannya mengenai bagaimana industri kerajinan batik tradisional bertahan untuk tetap survive. Dalam hal ini studi yang dilakukan terutama untuk memperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif mengenai proses bertahannya industri kerajinan batik dengan mengambil kasus pada industri kerajinan batik tradisional di desa Simbang Kulon, Pekalongan. Untuk sampai pada tujuan tersebut maka studi ini difokuskan pada usaha untuk mendapatkan penjelasan mengenai (1) siapakah dan bagaimanakah profil pengusaha batik, serta (2) aspek-aspek yang berkaitan dengan proses sosialisasi, (3) regenerasi (kaderisasi) dan alih peran, (4) pola pewarisan, dan (5) pola-pola hubungan dengan sesama pengusaha dan para pedagang.
Fokus studi semacam ini dipandang sebagai kasus yang diharapkan dapat menjelaskan fenomena kemampuan bertahan industri kerajinan tradisional yang terjadi di tempat lain dan pada jenis usaha kerajinan tradisional yang lain. Dengan Demikian signifikansi penelitian ini terletak pada sumbangsih akademis (=teoritis) yang akan dan dapat diberikan berupa sebuah model penjelasan mengenai bertahannya industri kerajinan tradisional dalam suatu perubahan struktur ekonomi di negara berkembang semacam Indonesia?"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Naomi
"ABSTRAK
Faktor factor industry belum banyak mendapat perhatian pada studi tentang struktur modal, dan masih sangat kurang dieksplor. Penelitian ini memiliki 4 tujuan: 1 menguji pengaruh faktor-faktor industry terhadap struktur modal; 2 menguji peran faktor-faktor industry terhadap struktur modal yang optimal; 3 menguji pengaruh faktor-faktor industry terhadap penyesuaian kearah struktur modal yang optimal, serta 4 menguji pengaruh struktur modal terhadap faktor-faktor industri. Kontribusi utama penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh faktor-faktor industry menggunakan perspektif Organisasi Industri serta memetakan teori dan bukti empiris yang ada berdasarkan pendekatan Structure-Conduct ndash;Performance SCP . Selanjutnya, penelitian ini menguji secara empiris pengaruh imbal balik faktor-faktor industry dan struktur modal. Faktor-faktor industri yang dipilih terdiri dari 3, yaitu: struktur pasar dan persaingan dalam industri; pekerja, dan diversifikasi produk. Ketiga faktorter sebut selanjutnya dikembangkan menjadi 7 variabel. Analisis dilakukan dengan menggunakan Multitrait, Multimethod ndash; MTMM approach. Sampel yang digunakan terdiridari 83 perusahaan yang terdapat dalam 13 sub sektor industri manufaktur di Indonesia. Pada tujuan penelitian yang pertama ditemukan bahwa : 1 jumlah perusahaan dalam industry memiliki pengaruh negative terhadap struktur modal, dan dampaknya berbentuk U terbalik; 2 semakin tinggi dinamika persaingan dalam industry semakin rendah hutang yang dimiliki perusahaan; 3 hipotesis tentang pengaruh negative dari kemampuan perusahaan dalam merespon persaingan dalam industry terhadap struktur modal tidak terbukti; 4 jumlah pekerja dalam industry memiliki pengaruh positif; 5 Employees rsquo; Share of firm Quasi Rents ESQ berpengaruh positif; 6 kategori diversifikasi produk memiliki pengaruh negatif; dan 7 tingkat diversifikasi produk juga berpengaruh negatif. Berkaitan dengan tujuan kedua penelitian ini, ditemukan bahwa median industry bukanlah proxy terbaik dari struktur modal yang optimal, dan dengan memasukkan faktor-faktor industry pada variable independen dengan menggunakan metode cross-section mampu memperbaiki proxy struktur modal yang optimal. Temuan untuk tujuan ketiga penelitian ini adalah dengan memasukkan faktor-faktor industri pada model struktur modal optimal, waktu untuk penyesuaian struktur modal menuju struktur modal optimal lebih pendek disbanding dengan model sebelumnya. Berkaitan dengan tujuan keempat, pengaruh struktur modal terhadap : a struktur pasar dan persaingan mendukung predatory theory; b faktorpekerja, menyatakan bahwa struktur modal memberikan signal dan peringatan kepada pasar tentang pendapatan perusahaan dimasa yang akan datang; c produk diversifikasi, mendukung teori agensi.

ABSTRACT
The Industrial factors have not received much attention yet in study of capital structure, and they are still under explore. This research has four purposes, i.e. 1 to examine the influences of industrial factors on the capital structure 2 to examine the role ofthe industrial factors on optimal capital structure 3 to examine the influences of industrial factors on the capital structure adjustment , and 4 to examine the influences of the capital structure on the industrial factors. The main contribution of this research is to explain the influences of the industrial factors on the capital structure by Industrial Organization perspective. I discuss about the influence of the industrial factors on the capital structure by using this perspective and mapping theories and empirical evidences of the previous researchers using the Structure Conduct ndash Performance SCP approach. Moreover, I do the empirical research on the reciprocal influences of the industrial factors and the capital structure, and choose three factors of industrial, namely market structure and industrial competition, employees and labour union, and product diversification. Those tree factors then are developed into seven variables. To analiyzed, this research use Multi trait, Multi method ndash MTMM approach. Sample used are 83 firms of 13 sub sector manufacturing industry in Indonesia.As to the first purpose, I find that 1 Number of Firms in Industry NFI has negative influences on the firm leverage and has an inverse U impact to the leverage 2 the more Industry Competitive Dynamics ICD , the lower the firm debt 3 the hypothesis of negative influences of Firm Responses to Industrial competition FRI on the firm leverage has not been proven 4 the Number of Employees in Industry NEI has positif influences toward the leverage 5 the Employees rsquo Share of firm Quasi Rents ESQ has positif influences on the capital structure 6 the Category of Product Diversification CPD has negative influences on the capital structure and 7 the Degree of Relatedness of Diversification DRD has negative influences on the capital structure. The finding in the second purpose isthat median is not the best proxy and the industrial factors improve the optimal capital structure proxy. In regards with the third purpose, I find that by including the industrial factors to estimate the target leverage, the adjustment speed time to the leverage target is not as long as the adjustment speed time of the previous model. The last purpose, in terms the influences of the capital structure on a market structure and industrial competition support the predatory theory b employees and labour union approve that the capital structure gives information signs and alerts market perception about future returns c product diversification supports the agency theory that managers are contractually bound to repay the interest payments, the creation of debt reduce the amount of available cash for managers to spend on wasteful expenditures."
2016
D1727
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Septiningrum
"Pewarna tekstil mengandung polutan organik yang dapat menyebabkan pencemaran serius pada air. Proses fotokatalisis dapat mendegradasi polutan organik menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Titanium dioksida (TiO2) merupakan material semikonduktor yang sering digunakan sebagai fotokatalis tetapi masih menghasilkan aktivitas fotokatalisis yang rendah akibat energi celah pita yang besar. Modifikasi TiO2 untuk meningkatkan sensitivitasnya pada rentang cahaya tampak telah banyak dilakukan, salah satunya dengan komposit logam mulia seperti perak (Ag) untuk memanfaatkan efek localized surface plasmon resonance (LSPR) yang dimilikinya. Pada penelitian ini, sintesis nanokomposit Ag/TiO2 dilakukan dengan metode hijau yang lebih ramah lingkungan, sederhana dan hemat biaya dengan menggunakan ekstrak kulit buah manggis. Kinerja nanokomposit Ag/TiO2 diuji sebagai fotokatalis dalam mendegradasi zat pewarna metilen biru (MB). Hasil uji aktivitas fotokatalisis dengan nanokomposit Ag/TiO2 dengan konsentrasi Ag 45 mM menunjukkan persentase degradasi sebesar 100% di bawah penyinaran cahaya tampak sedangkan TiO2 murni hanya mencapai 20% tingkat degradasi larutan MB. Peningkatan aktivitas fotokatalisis ini dapat dikaitkan dengan peningkatan penyerapan cahaya akibat efek LSPR yang dimiliki Ag. Dengan demikian, komposit TiO2 dengan Ag memiliki potensi besar dalam meremediasi polutan organik dalam limbah zat pewarna.

Textile dyes contain organic pollutants that can cause serious water pollution. The photocatalytic process can degrade organic pollutants into compounds that are not harmful to the environment. Titanium dioxide (TiO2) is a semiconductor material that is often used as a photocatalyst but still produces low photocatalytic activity due to its large band gap energy. Many modifications of TiO2 to increase its sensitivity in the visible light range have been carried out, one of which is by composite with precious metals such as silver (Ag) to take advantage of its localized surface plasmon resonance (LSPR) effect. In this study, the synthesis of Ag/TiO2 nanocomposites was carried out using a green method that is more environmentally friendly, simple and cost-effective using mangosteen rind extract. The performance of Ag/TiO2 nanocomposite was tested as a photocatalyst in degrading methylene blue (MB) dye. The results of the photocatalytic activity test using Ag/TiO2 nanocomposite with an Ag concentration of 45 mM showed a 100% degradation percentage under visible light irradiation, while pure TiO2 only reached 20% of the MB solution degradation rate. This increase in photocatalytic activity can be attributed to the increase in light absorption due to the LSPR effect of Ag. Thus, the modification of TiO2 with Ag has great potential in remediating organic pollutants in dye effluents."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Yosep Subagiyo
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1989/1993
746.09 PUJ p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shefa Myria Khairunnisa
"Realita bekerja dari rumah dan physical distancing akibat pandemi COVID-19 telah menyebabkan pergeseran preferensi konsumen dari kosmetik ke produk personal care. Namun, sebagian besar produk personal care khususnya bath bomb masih menggunakan pewarna sintetis yang dapat menimbulkan berbagai efek samping bagi kulit. Sebagai respons terhadap permasalahan tersebut, penelitian ini akan memformulasi bath bomb dengan menggunakan pewarna alami yang diekstrak dari tanaman saffron (Crocus sativus) melalui metode maserasi, serta dengan penambahan gliserin dan air mawar sebagai bahan baru. Percobaan ini akan mempelajari dan mengevaluasi pengaruh pewarna alami dan sintetis, air mawar, substitusi air dengan minyak, serta perbedaan jumlah gliserin dalam formulasi yang divariasikan pada 0,5% (v/w), 1% (v/w), dan 2% (v/w). Hasil akhir menunjukkan bahwa adanya air dalam formulasi menyebabkan reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat yang didorong oleh panas yang dapat menyebabkan bath bomb kehilangan bentuknya pada suhu kamar. Sampel bath bomb juga terbukti memiliki beragam senyawa terpenoid yang mudah menguap, mampu menghambat aktivitas Escherichia coli, tidak kehilangan berat yang signifikan selama penyimpanan, dan memiliki pH yang berkisar antara 5,40 hingga 6,80.

The realities of working from home and physical distancing due to the COVID-19 pandemic have caused a shift in consumer preference from cosmetics to personal care products. However, the majority of personal care products, specifically bath bombs, are produced using synthetic colorants which can have various adverse effects. This research aims to formulate a bath bomb, using a natural dye extracted from saffron (Crocus sativus) through maceration, with glycerin and rose water as a novelty ingredient, as well as to evaluate the effects of natural and synthetic colorant, rose water, the substitution of water with oil, as well as variations in the glycerin content of 0.5% (v/w), 1% (v/w), and 2% (v/w). Based on the results, the presence of water in the formulation causes a reaction between citric acid and sodium bicarbonate that is facilitated by heat, causing the bath bomb to lose shape at room temperature. Also, the bath bomb samples have pH values ranging from 5.40 to 6.80, lost no significant weight during storage, and retain an abundance of volatile terpenoids which inhibit the activity of Escherichia coli."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapta Dwikardana
"ABSTRAK
Sistem Hubungan Industrial pada waktu tertentu di dalam sejarah perkembangannya terdiri dari aktor-aktor tertentu yaitu serikat pekerja, pengusaha atau asosiasi pengusaha, dan pemerintah; konteks tertentu; dan suatu ideologi tertentu yang mengikat. Sistem Hubungan Industrial Pancasila merupakan konsep mengenai bentuk hubungan kerja yang dianggap mampu menjamin kepentingan pengusaha maupun para pekerja, dan juga. dianggap mampu menjamin stabilitas pembangunan nasional, melalui industrial peace.
Kondisi-kondisi tersebut diciptakan oleh aktor-aktor di dalam sistem Hubungan Industrial Pancasila, yaitu Pekerja Pengusaha Pemerintah yang diwakilkan kepada SPSI , APINDO, DEPNAKER Jadi, kekuatan relatif dari ketiga aktor tersebut menentukan proses maupun prosedur untuk pembuatan keputusan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan ketenagakerjaan, seperti kondisi kerja, upah, jam keija, jaminan sosial, kesehatan dan kcselamatan kerja, serta tunjangan dan fasilitas lainnya. Sebagai realisasi, Pemerintah dan Jegislatif telah menyetujui UU Jamsostek, menetapkan Upah Minimum Regional (UMR), serta membentuk Lembaga Tripartit yang bersifat otonom berikut perangkat kelengkapannya, seperti Dewan Produktivitas Nasional, Dewan Penelitian Pengupahan dan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional.
Di samping mewajibkan setiap perusahaan menyelenggarakan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dan membentuk Lembaga Bipartit di lingkungan kerjanya bersama-sama dengan PCTK-SPSI. Pada kenyataannya, hasil catatan sementara menunjukkan sepanjang tahun 1990-1992 situasi masyarakat industri di Indonesia ditandai oleh masalah perselisihan perburuhan. Dimana telah terjadi ratusan pemogokan dan unjuk rasa dari para pekerja dalam rangka mempenjuangkan nasibnya. Pergolakan itu tidak lagi bersifat lokal, tetapi telah melanda seluruh pelosok Pulau Jawa.
Dari data Departemen Tenaga Kerja sepanjang tahun 1990 ditunjukkan bahwa sebab-sebab terjadinya pemogokan dan unjuk rasa didominasi oleh masalah pengupahan, masalah jaminan sosial, masalah KKB, masalah SPSI, serta masalah syarat kerja. Dari kasus unjuk rasa dan pemogokan yang terjadi, hampir seluruhnya menyangkut tuntutan para pekerja atas hak-hak yang bersifat normatif, karena adanya pelanggaran para pengusaha terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti tidak dipenuhinya ketentuan upah minimum dan tidak mengikutsertakan para pekerja dalam program ASTEK.
Pada umumnya, aksi-aksi tersebut dilakukan tanpa didahului musyawarah, baik melalui forum Bipartit maupun Tripartit. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa konsep Hubungan Industrial Pancasila belum secara efektif dilaksanakan. Secara umum, kajian mengenai sistem Hubungan Industrial di Indonesia harus diletakan pada kerangka hubungan antara sistem politik dan sistem ekonomi.
Tujuan langsung dari penelitian ini adalah memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang apa dan bagaimana sistem hubungan industrial di Indonesia, melalui investigasi terhadap sejarah pergerakan buruh berikut konteks ekonomi, politik dan ideologi-nya. Serta bagaimana sejarah melahirkan suatu konfigurasi strategis Pemerintah-Pengusaha-Pekerja. Dari konfigurasi tersebut akan dikenali distribusi kemasan dan kekuatan antar aktor yang secara langsung mempengaruhi efektivitas pelaksanaan Kebijaksanaan Hubungan Industrial Pancasila di tingkat nasional maupun perusahaan.
Informasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman komprehensif dan perspektif alternatif bagi para aktor yang terlibat di dalam dinamika hubungan industrial di Indonesia, sehingga pada proses formulasi, penetapan strategi dan implementasi kebijaksanaannya di tingkat nasional, telah mempertimbangkan akibat langsung serta dampak yang mungkin terjadi. Manfaaat bagi praktisi manajemen sumber daya manusia di tingkat per!ahaan adalah mempertimbangkan hasil-hasil yang diperoleh dari implementasi dan monitoring di PT Unilever Indonesia dan Indofood.
Penelitian lapangan dan kepustakaan dilaksanakan sejak Januari 1992 sampai dengan Juni 1993 oleh Sapta Dwikardana, mahasiswa program Pascasarjana Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Lokasi penelitian konteks makro secara kualitiatif dilakukan di Jakarta, yaitu : Departemen Tenaga Kerja, DPP-Asosiasi Pengusaha Indonesia, DPP-Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Lembaga Bantuan Hukum, Centre for Strategic and International Studies, serta berbagai perpustakaan di Jakarta dan Bandung. Sedangkan penelitian pada unit analisa mikro dilakukan pada 2 (dua). perusahaan PT Unilever Indonesia dan Indofood Group (PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd).
Penelitian kualitatif mengandalkan kepada information rich-cases dalam rangka studi yang mendalam. Informasi kunci diperoleh dari berbagai kalangan pejabat pemerintahan, pengurus organisasi serikat pekerja, organisasi pengusaha, lembaga swadaya masyarakat, NGO, serta pengumpulan data sekunder. Sedangkan pemilihan sampel di tingkat perusahaan, dilakukan berdasarkan kepada extreme and deviant case sampling, yaitu Unilever Indonesia dan Indofood. Teknik wawaneara mendalam secara terstruktur dan tidak terstruktur, serta penggunaan kuesioner bagi para pekerja di dalam perusahaan yang ditentukan sampelnya secara purposive, merupakan teknic pengumpulan data dalam penelitian ini.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idun Karomidin
"Pelaksanaan proyek konstruksi, melibatkan banyak pihak seperti pemilik, kontraktor, subkontraktor, konsultan perencana, konsultan pengawas, supplier dan lain sebagainya, memakai berbagai jenis sumber daya, dan juga menghadapi masalah yang sulit atau bahkan tidak bisa dikendalikan, sehingga diperlukan adanya alat atau metode perencanaan yang dapat menggantisipasi seawal mungkin permasalahan-permasalahan yang akan timbul pada waktu pelaksanaan. Pihak-pihak tersebut diatas merupakan tim proyek atau peserta yang berkepentingan dan terlibat dalam penyelenggaraan dan hasil proyek. Keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi akan ditentukan oleh kemampuan para peserta atau pelaku utamanya, tersedianya perangkat yang lengkap dan berkualitas, dan terpenuhinya hubungan yang baik antara peserta proyek, juga dengan adanya pengendalian dan pengawasan yang baik.
Subkontraktor mernpunyai peran yang signifikan dan juga memainkan peran yang vital dalam dunia industri konstruksi. Subkontraktor adalah seorang atau beberapa orang yang dinyatakan dalam kontrak sebagai subkontraktor untuk bagian pekerjaan atau, seorang atau beberapa orang kepada siapapun bagian pekeajaan disubkontrakkan. Kontraktor utama menyerahkan sebagian pekerjaan kepada subkontraktor karena alasan-alasan efisiensi dan produktivitas, tidak mempunyai tenaga ahli yang produktif dan peralatan konstruksi yang memadai. Proses pemilihan hampir sama dengan pemilihan kontraktor utama, dengan penekanan pada beberapa aspek karena jenis pekerjaan yang spesifik dan lingkup kerjanya terbatas. Tujuan dalam penyeleksian subkontraktor, untuk menjamin agar biaya pelaksanaan sesuai/dibawah rencana, waktu pelaksanaan sesuai/dibawah rencana dan mutu yang akan diserahkan sesuai gambar dan spesifikasi.
Dalam penelitian ini, mengambil hubungan atau jenis kontrak yang sering dipraktekkan di Indonesia, yaitu menggunakan jasa kontraktor dan konsultan, yang disebut pendekatan tradisional dengan kontrak harga menyeluruh (lumpsum). Dan penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian seberapa besar pengaruh kualitas subkontraktor pada pelaksanaan proyek konstruksi bangunan pabrik terhadap kinerja proyek di wilayah Jabotabek, serta seberapa jauh model regresi dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara pengarah kualitas subkontraktor dengan kinerja biaya dan waktu.
Hasil-hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel-variabel kualitas subkontraktor pada pelaksanaan proyek konstruksi bangunan pabrik terhadap kinerja biaya dan waktu di wilayah Jabotabek. Diperoleh 3 variabel penentu untuk model hubungan kualitas subkontraktor terhadap kinerja biaya adalah faktor penyediaan dana pinjaman, proposal yang diajukan oleh subkontraktor dan pengadaan peralatan segi kualitas. Dan juga diperoleh 3 variabel penentu untuk model hubungan kualitas subkontraktor terhadap kinerja waktu adalah: pengalaman subkontraktor, kemampuan tenaga kerja dari segi kualitas dan pengawasan pemakaian material dari segi kualitas.
Hasil-hasil penelitian tersebut didapat dari 23 sampel yang telah dapat memenuhi persyaratan statistik Sampel tersebut didapatkan dari 30 angket yang diberikan atau diisi oleh responden dari pimpinan-pimprnan proyek pihak kontraktor pada proyek-proyek pabrik di wilayah Jabotabek dan sekitarnya. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi, analisis faktor, analisis variabel penentu, dan analisis regresi berganda (multiple regression). Semua analisis tersebut diolah dengan menggunakan bantuan paket software Statistical Program for Science Release 9.0 atau SPSS 9.0 for Window.

The construction process, involve many parties as an owner, contractor, subcontractor, design consultant, supervision consultant, supplier and others, with use the various of resources type, and also to face the complex problems or even can not be controlled, until the needed of equipment or planning method available that can anticipate for the problems early. The mentioned parties as a project team or an important participant and involved in the process and result of project. The success of project completion will be determined with capability of participant or the main performer, availabilities of complete and quality tools, and compiled with good relation between the project participants, and also exist of the good controlling and supervision.
The subcontractors have a significant role and play a vital role in the construction industry. Subcontractor means any person named in the contract as a subcontractor, or any person appointed as a subcontractor, for a part of works; and the legal successor in tide to each of these persons. The main contractors award a part of works for subcontractor to be efficient and economical in the use of available resources, are not always sufficiently extensive to afford full-time employment of skilled craftsmen in each of the several trade classifications needed in the field, and another common reason for subcontracting is when the project requires construction equipment; the prime contractor does not have. The selecting process almost the same with selecting for prime contractor, with the emphasizing of several aspects, because the the limited works scope and specific works type. The purpose of the subcontractor selecting is to ensure so that completion as budget, finished in time, and as quality.
In this observation, takes of the relationship or the contract that the most commons are used in Indonesia was an approach of traditional (owner, consultant and contractor), with lumpsum contract price. And the purpose of this observation was to view as much as of large of impact of subcontractor quality on the industrial construction building to project performance in Jabotabek region, and as much as of far of regression model can be used to describe relationship between impact subcontractor quality to performance of budget and time.
The results of the observation finding indicate that be found several variables of subcontractor quality on the industrial construction building to project performance in Jabotabek region. Obtained three variables of determinant for relationship model of subcontractor quality to budget performance are: factor of supplying of loan fund, submitted proposal by subcontractor and procurement of equipment to quality aspect. And also obtained three variables of determinant for relationship model of subcontractor quality to time performance are: experience of subcontractor, capability of manpower to quality aspect and supervision of material use to quality aspect.
And the results of the mentioned observation, obtained from 23 samples have been compiled with statistical requirement. The samples are obtained from 30 questionnaires sent or contained by respondent from project manager of contractor party on the projects of industrial building (factory) in Jabotabek region. The analysis was executed in the observation used analysis of correlation, analysis of factor and analysis of multiple regressions. The all analysis was processed with helping of Software package of Statistical Program for Science Release 9.0 or SPSS 9.0 for Window.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T3819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Hasanuddin D.
"Hubungan Industrial Pancasila adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan jasa yaitu pekerja, pengusaha dan pemerintah yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi dari ideologi negara Indonesia.
Sistem hubungan industrial Pancasila' merupakan konsep mengenai bentuk hubungan kerja yang dianggap mampu menjamin kepentingan aktor-aktor yang terlibat yaitu pekerja dan pengusaha , dan dianggap mampu menjamin stabilitas pembangunan nasional, melalui industrial peace.
Kondisi-kondisi tersebut diciptakan oleh aktor-aktor di dalam hubungan industrial pancasila dimana masing-masing diwakili oleh SPSI, APINDO dan DEPNAKER . Jadi, kekuatan relatif dari ketiga aktor tersebut akan menentukan proses maupun prosedur untuk pembuatan keputusan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan ketenagakerjaan baik yang bersifat normatif seperti: upah, kondisi kerja,, waktu kerja, jamsostek, keselamatan kerja, kesehatan, makan dan fasilatas lainnya. Pemerintah dan DPR telah menyetujui jamsostek, UMR serta membentuk lembaga Tripartit yang bersifat otonom dan perangkat kelengkapannya , antara lain Dewan produktivitas nasional, Dewan penelitian pengupahan, Dewan keselamatan dan kesehatan kerja nasional.
Setiap perusahaan diwajibkan untuk menyelenggarakan Kesepaktan Kerja Bersama (KKB) dan membentuk lembaga Bipartit di lingkungan kerjanya bersama-sama dengan PUK SPSI. Pada kenyataannya , menurut informasi dari Depnaker Kodya dan Kabupaten Bandung pada tahun 1994//995 sampai bulan September 1995 telah terjadi kasus sebanyak 203 di Kodya dan 265 kasus di Kabupaten Bandung, Adapun masalah perselisihan perburuhan terjadi karena masalah yang bersangkut paut dengan: pengupahan, jaminan sosial KKB, SPSI serta syarat kerja yang pada umumnya bersifat normatif., yaitu adanya pelanggaran pengusaha terhadap ketentuan ,peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Dalam penelitian hubungan industrial pancasila ini adalah dipergunakan pendekatan mikro dan sedikit makro untuk mengkaji bagaimana implementasi hubungan industrial pancasila khususnya di perusahaan tekstil di Bandung. Informasi ini dimaksudkan untuk dapat memberikan pemahaman komprehensif dan perspektif altematif para aktor yang terlibat di dalam hubungan industrial pancasila tersebut., sehingga proses formulasi, penetapan strategi dan implementasi kebijaksanaannya , melalui studi kasus di PT Unilon dan PT Trisulatex. Penelitian ini dilaksanakan sejak Februari 1995 sampai dengan Februari 1996 oleh Amir Hasanuddin a, mahasiswa program Pasca Sarjana llmu Sosial Universitas Indonesia. Lokasi Penelitian : Depnaker Kodya dan Kabupaten Bandung, PT Unilon dan PT Trisulatex.
Penelitian dengan melakukan wawancara dan rnenyebarkan kuesioner kepada pejabat Depnaker, perusahaan, dan karyawan perusahaan yang merupakan obyek penelitian. Sedangkan pemilihan sampel berdasarkan purposive non-random sampling. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur industri lokal (spesialisasi, diversifikasi, dan kompetisi) terhadap produktivitas perusahaan di kawasan industri. Dengan menggunakan unbalanced data panel dari perusahaan industri besar dan sedang di Indonesia Tahun 2010-2015 serta metode estimasi fixed effect, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh struktur industri lokal terhadap produktivitas perusahaan. Pengaruh tersebut berbeda antara perusahaan di luar kawasan industri dengan perusahaan di kawasan industri. Spesialisasi menurunkan produktivitas baik perusahaan di kawasan industri maupun di luar kawasan industri, dengan penurunan yang lebih besar pada perusahaan di kawasan. Diversifikasi memberikan pengaruh positif pada peningkatan produktivitas perusahaan di kawasan industri. Sedangkan bagi perusahaan di luar kawasan, diversifikasi berpengaruh negatif pada produktivitas perusahaan, namun pengaruhnya kurang signifikan. Sementara untuk kompetisi, berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas perusahaan di luar kawasan, namun pengaruhnya tidak signifikan untuk produktivitas perusahaan di kawasan industri. Dari bukti empiris ini, maka perusahaan di kawasan industri mendapat manfaat dari struktur industri lokal yang terdiversifikasi.

This study aims to determine the effect of local industry structure (specialization, diversification, and competition) on firm productivity in the industrial estates. By using unbalanced panel data from large and medium-sized industrial companies in Indonesia in 2010-2015 and the fixed effect estimation method, the results show that local industry structure influences firm productivity. The effect differs between firms outside the industrial estate and firms in the industrial estate. Specialization decreases the productivity of both firms in the industrial estate and outside the industrial estate, with a greater decline to firms in the industrial estate. Diversification has a positive effect on increasing firm productivity in industrial estate. As for firms outside the industrial estate, diversification has a negative effect on firm productivity, but the effect is less significant. For competition, it has a positive and significant effect on firm productivity outside the industrial estate, but the effect is not significant for firms within industrial estate. From this empirical evidence, firms in industrial estates benefit from a diversified local industry structure."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T55016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>