Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Paul
"Kontrak Karya sebagai pintu masuk Penanaman Modal Asing Mineral di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1967, dengan diterbitkannya UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan UU No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan Umum.
Dalam perjalanannya, subsektor Pertambangan Umum melalui Kontrak Karya telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia, terutama pada periode Orde Baru, dimana pada saat itu Negara Indonesia sangat diminati oleh investor Kontrak Karya, karena Pemerintah berhasil menciptakan iklim investasi yang sangat kondusif dari segi regulasinya maupun stabilitas politiknya. Namun tidak dapat disangkal, hampir seluruh kewenangan pembinaan, pengelolaan, pengawasan dan pengembangan sub sektor Pertambangan Umum ada pada Pemerintah Pusat, sehingga partisipasi Pemerintah Daerah terbatas pada hal-hal yang kecil saja.
Sejak diberlakukannya Desentralisasi sumberdaya mineral terhitung murai tanggal 1 Januari 2001, terjadi perubahan paradigma yang sangat mendasar dalam pengelolaan sumberdaya mineral. Hampir seluruh wewenang pengelolaan sumberdaya mineral diserahkan pada daerah. Wewenang Pemerintah Pusat hanya yang bersifat strategis saja, antara lain menetapkan standar, prosedur, ataupun kebijakan kebijakan yang makro.
Perubahan pengelolaan sumberdaya mineral tersebut membawa dampak yang besar bagi investasi Kontrak Karya di Indonesia, dimana sejak kebijakan tersebut diberlakukan investasi baru Kontrak Karya tidak ada.
Tesis ini menyusun prioritas kriteria Otonomi Daerah terhadap peluang investasi Kontrak Karya di Indoneia dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T3960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kurniasari
"Penelitian mengenai manfaat dari kandungan informasi mengenai aliran kas lebih berfokus pada kemampuan prediksi terhadap aliran kas (cash flow) dengan dividen masa depan. Maraknya penelitian mengenai manfaat laporan aliran kas dalam hubungannya atau kemampuan prediksinya dividen masa depan membuktikan bahwa laporan aliran kas memiliki manfaat tersendiri.
Informasi aliran kas berguna untuk mengevaluasi perubahan struktur keuangan seperti likuiditas dan solvabilitas serta hubungannya dengan profitabilitas. Dividend cash merupakan arus kas ke luar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup. Informasi aliran kas histroris berguna untuk memprediksi dividen, disamping merupakan indikator untuk menentukan apakah aliran kas yang dihasilkan cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi, serta melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber dana dari luar.
Penelitian ini akan membahas faktor financial yang diukur dengan menggunakan unsur - unsur kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan digunakan sebagai variabel penelitian karena rasio keuangan merupakan salah satu alat analisis yang diperlukan untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu laba bersih. Dengan demikian factual problem dalam implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah arus kas diharapkan menjadi prediktor dividen yang lebih baik dari pada rasio keuangan, karena arus kas kurang tunduk pada manipulasi akuntansi dari pada rasio keuangan.
Penelitian ini menyelidiki masalah untuk melihat apakah arus kas operasi adalah prediktor dari dividen yang lebih baik daripada rasio-rasio keuangan. Disamping arus kas operasi terdapat dua rasio keuangan yang digunakan sebagai variabel independen penelitian ini yaitu Debt Ratio (DR) dan Debt Equity Ratio (DER). Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa variabel Cash Flow Per Share (X1), Debt Ratio (X2), Debt Equity Ratio (X3) secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio namun tidak signifikan.
Nilai R square yang telah disesuaikan. Berdasarkan output diperoleh angka 0,056 atau 5,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel independen yaitu Cash Flow Per Share (X1), Debt Ratio (X2), Debt Equity Ratio (X3) terhadap variabel Dividend Payout Ratio (Y) yaitu sebesar 5,6%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 5,6% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 94,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak informasi lain yang dapat digunakan sebagai indikator kebijakan dividen perusahaan.

Research on the benefits of the information content of cash flow is more focused on the predictive ability of cash flow with future dividends. The rise of research on the benefits of cash flow statements in relation to dividends or the ability to forecast future cash flow statements show that has its own benefits.
Cash flow information is useful to evaluate changes in financial structures such as liquidity and solvability as well as its relationship with profitability. A cash dividend out of cash flow for the company, therefore if the company paying the dividends means must be provided enough cash. Histroris cash flow information is useful for predicting the dividend, as well as an indicator to determine whether the resulting cash flow sufficient to repay loans, maintain the operating capability, as well as make new investments without relying on outside funding sources.
This study will discuss the financial factor is measured using the elements - elements of the company's financial performance. Financial ratios are used as variables for the study of financial ratios is one of the necessary analytical tools to measure the condition and efficiency of company operations in achieving the objectives of the company's net profit. Thus the factual problems in the policy implications of this research is the cash flow expected to be a better predictor of dividends on financial ratios, because cash flows are less subject to accounting manipulation of the financial ratios.
This study investigates the problem to see if the operating cash flow was a predictor of better dividends than the financial ratios. Aside from operating cash flow, there are two financial ratios used as independent variables of this study is the Debt Ratio (DR) and the Debt Equity Ratio (DER). Analysis tool used is multiple linear regression analysis.
Based on the results of multiple linear regression analysis can be concluded that the variable Cash Flow Per Share (X1), Debt Ratio (X2), Debt Equity Ratio (X3) simultaneously (together) have an influence on the Dividend Payout Ratio, but not significantly.
Value of the adjusted R square. Based on the output gained 0.056 points, or 5.6%. This shows that the percentage contribution of independent variables that influence Cash Flow Per Share (X1), Debt Ratio (X2), Debt Equity Ratio (X3) of the Dividend Payout Ratio variable (Y) is equal to 5.6%. Or variations of the independent variables used in the model can explain the 5.6% variation in the dependent variable. While the rest of 94.4% influenced by other variables not included in this study. This shows that there are many other information that can be used as an indicator of a firm's dividend policy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Djunaidi Burhan
"Di negara-negara maju misalnya seperti di Amerika, dimana pasar modalnya relatif efisien, undang-undang "anti trust" dijalankan dengan baik dan investment fund mempunyai banyak saingan. Kondisi ini telah memberikan peluang bagi pemodal kecil yang menginvestasikan dananya dalam invesment fund akan memperoleh keuntungan yang memuaskan. Berbeda dengan situasi di Indonesia, dimana pasar modalnya masih jauh dari efisien, undang-undang "anti trust" belum ada, sedangkan kedudukan investment trust, yang secara hukum tidak lagi merupakan kedudukan yang monopoli, tapi sampai saat ini belum ada saingan yang memasuki pasar, maka keuntungan yang diperoleh oleh pemodal kecil dalam menginvestasikan dananya dalam investment fund, masih sangat diragukan kelayakannya. Perbedaan kondisi tersebut dan kedudukan investment trust di pasar yang masih monopoli di Indonesia, maka timbul pertanyaan apa iya return yang diperoleh oleh pemodal kecil melalui investment fund masih kurang baik.
Tujuan penelitian ini ingin mengevaluasi pengelolaan dana Reksa Dana (investment trust) di Indonesia, dengan penekanan pada analisa efisien pengelolaan, strategi yang dipergunakan dan kinerja pengelolaan yang berhubungan dengan tujuan pembentukan dana. Focusnya untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pengelolaan tersebut.
Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah "Capital Asset Pricing Model" (CAPM), dengan menggunakan beberapa model evaluasi kinerja portfolio yang diturunkan atau berdasarkan konsep CAPM. Alasan kenapa pendekatan dengan CAPM yang dipergunakan : a). CAPM merupakan teori atau konsep yang paling mutakhir untuk investasi moderen dan analisa sekuritas, karena CAPM memerikan keseimbangan umum pasar untuk sekuritas dan portfolio. b). CAPM (misalnya : CML dan SML) memberikan implikasi terhadap tingkah laku harga suatu sekuritas, hubungan antara imbalan dan resiko suatu investasi, dan dianggap merupakan ukuran yang tepat untuk resiko sekuritas dan portfolio. c). Konsep CAPM sudah banyak dipergunakan oleh profesional manajemen untuk penilaian suatu sekuritas, analisa resiko dan pengukuran kinerja suatu portfolio. d). Model - model evaluasi portfolio yang diturunkan dari (berdasarkan) konsep CAPM banyak dipergunakan untuk penelitian terhadap seorang manajer atau beberapa manajer dalam pengelolaan beberapa portfolio.
Dalam penerapan Capital Asset Pricing Model (CAPM), investasi bebas resiko dipergunakan investasi pada deposito rupiah dan investasi pada risky asset (market portfolio) di-proxy dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarata -BEJ. Dipilihnya IHSG-BEJ sebagai portfolio pasar disebabkan : (1) BEJ adalah bursa efek yang terbesar di Indonesia dan paling lama berdiri dibanding Bursa Efek Surabaya, yang berarti volume perdagangan saham-sahamnya terbaik diantara kedua bursa tersebut. (2) PT Dana Reksa sekuritas yang mengelola unit fund untuk kepentingan pemodal kecil, memang merupakan sarana yang disiapkan oleh pemerintah / milik pemerintah untuk mengantisipasi perkembangan pasar modal. (3) Belum tersedianya indeks yang lain yang bisa sebagai pengganti portfolio pasar di Indonesia sampai saat ini. Kemudian imbalan investasi bebas resiko (R1) menggunakan tingkat suku bunga deposito rupiah, disebabkan (I) Investasi dalam deposito rupiah adalah investasi yang paling aman yang dirasakan pemodal kecil. (2) Menyimpan uang dalam deposito sudah memasyarakar secara luas (3) Investasi dalam deposito rupiah paling likuid dibanding dengan investasi pada tanah, valuta asing dan emas. Model atau ukuran yang dipergunakan dalam penilaian dan perbandingan ialah return, standard deviasi, koefisien beta, koefisien korelasi, koefisien alpha, koefisien Treynor dan Sharpe, gross and net selectivity dan koefisien market timing.
Objek penelitian adalah 10 (sepuluh) macam sertifikat dari tiga jenis sertifikat Dana Reksa yang semuanya termasuk kategori unit trust. Semua macam sertifikat tersebut terdiri dari 5 (lima) macam dari Sertifikat Unit Dana Umum (UU), 2(dua) macam dari Sertifikat Unit Dana Pendapatan (UP) dan 3(tiga) macam dari Sertifikat Unit Dana Saham (US). Secara teoritis diharapkan dari ketiga jenis sertifikat unit dana ini, sesuai dengan pembentukan dana adalah : (a) Imbalan yang diharapkan pemodal, untuk Unit Saham (US) akan memperoleh imbalan yang terbesar, diikuti oleh Unit Dana Umum (UU) dan paling kecil akan diperoleh oleh Unit Pendapatan (UP). (b) Resiko yang dihadapi pemodal, baik yang diukur dengan total resiko (σ) atau yang diukur dengan resiko yang berhubungan dengan pasar (ß), untuk Unit Saham (US) akan mernpunyai resiko terbesar (σ, ß), diikuti oleh Unit Dana Umum (UU) dan paling rendah resikonya yang dipunyai oleh Unit Dana Pendapatan (UP).
Hasil penelitian dari tahun 1990 s/d 1995 (Juni) menunjukan bahwa tingkat diversifikasi portfolio belum baik yang ditunjukan rendahnya nilai R2 (yaitu koefisien determinasi), imbalan yang rendah yang ditunjukan oleh nilai excess return (Rp - Rf) yang negatip, perbandingan kinerja diantara ketiga jenis unit trust fund yang diukur dengan imbalan, standard deviasi, betha, Sharpe dan Turner Ratio belum seperti yang diharapkan, unit fund belum memperoleh kinerja di atas kinerja (hasil) rata-rata ditunjukan dengan belum berhasilnya pemilihan sekuritas, baik dengan "gross selectivity" maupun "net selectivity", dan juga belum berhasil mengikuti pergerakan pasar yang ditunjukan oleh koefisien CX2 yang negatip, dan overall performance mutual fund (σ, TR, SR, α) di atas apa yang diperoleh rata-rata pasar.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini : (1) Efisiensi pengolahan portfolio unit trust masih belum baik, maka resiko yang ditanggung oleh pemodal kecil akan lebih besar dari apa yang seharusnya dapat diusahakan oleh manajemen dalam menyusun komposisi portfolio yang efisien. (2) Strategi yang dipergunakan manajemen dalam mengelola portfolio unit trust fund adalah pasif strategi (buy and hold strategy). " Buy and hold strategy " mungkin besar dalam pasar modal Indonesia yang terus menurun selama periode penelitian ini. (3) Tujuan pembentukan dana diantara ketiga jenis unit trust belum sepenuhnya tercapai. (4) Unit trust dapat mengatasi pasar. (5) Investasi dalam unit trust belum lebih baik dari pada investasi dalam deposito rupiah.
Kesimpulan umum dari penelitian ini ialah bahwa return yang diperoleh oleh pemodal pemodal kecil yang melakukan investasinya pada sertifikat sertifikat investment trust memang masih belum baik. Untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja unit trust diperlukan, peran pemerintah untuk mendorong masuknya (new entry) investment trust, peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dari manajemen yang mengelola dana unit trust, dan peran para akademisi, pengamat ekonomi dan para analyst melalui publikasinya secara periodik mengenai pengelolaan unit trust di Indonesia. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febryantih Tiara Puspita
"Investasi langsung luar negeri adalah salah satu ciri penting dari globalisasi. Indonesia turut berperan menjadi negara tujuan investasi dan negara investor. Sebagai negara investor, penduduk Indonesia melakukan investasi di luar negeri dengan menanamkan modal nya di perusahaan luar negeri, menjalankan usaha di luar negeri melalui cabang di luar negeri, dan atau mendirikan anak perusahaan di luar negeri.
Induk perusahaan yaitu penduduk di Indonesia dan anak perusahaan yang didirikan di luar negeri merupakan entitas terpisah. Sesuai dengan asas yurisdiksi, Indonesia hanya memiliki hak mengenakan pajak kepada induk perusahaan dengan worldwide income basis. Indonesia tidak berhak mengenakan pajak atas penghasilan anak perusahaan di luar negeri, kecuali anak perusahaan telah membaginya dalam bentuk dividen. Penangguhan pembagian dividen dapat dilakukan atas kontrol dari induk perusahaan dengan alasan bisnis atau juga sengaja untuk menghindari pengenaan pajak di Indonesia.
Untuk itu Indonesia mengatur cfc rules dalam Psl 18 ayat (2) Undang-Undang PPh menyatakan bahwa Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan modal paling rendah 50% pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek. Peraturan pelaksanaan adalah KMK No 650/KMK.04/1994 yang di dalamnya menetapkan cfc rules berlaku hanya di 32 negara yang telah ditetapkan. Per 1 Januari 2009 diganti dengan PMK No 256/PMK.03/2008 dengan perubahan signifikan yang menghilangkan batasan 32 negara.
Penelitian ini membahas mengenai latar belakang dibuatnya kebijakan CFC, permasalahan yang ada atas kebijakan ini dan perubahan kebijakan ini jika ditinjau dari kepastian hukum dan netralitas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan gabungan. Jenis penelitian deskriptif analisis, dan merupakan jenis penelitian murni. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, wawancara, kuesioner pertanyaan dan analisis data laporan keuangan BEI tahun 2007-2009. Hasil penelitian adalah ditemukannya beberapa permasalahan terkait implementasi CFC rules dan CFC telah memenuhi kepastian hukum dan netralitas.

Direct foreign investment is one of the prominent characteristic of globalization. Indonesia has been part of the destination country for investment, and also one of the investor countries. As an investor country, many of Indonesian corporations invest its capital in the foreign corporations, or doing their business in foreign countries through a foreign branch or establishing its foreign subsidiaries. Parent company, which is Indonesian resident corporations and her foreign subsidiaries are treated as a separate entity. In line with the residence jurisdiction principle, Indonesian government has the rights to tax the parent company on the worldwide income basis. However Indonesian government does not have the rights to tax the foreign subsidiaries, unless its foreign subsidiaries has distribute its revenue in form of dividend.
For the above reasons, Indonesian government, owns regulates the CFC rules, as stipulated in the Article 18(2) Income Tax Law as follow, the Ministry of Finance has the rights to deem the dividend income of Indonesian Tax Payers who a minimal 50% of shares in a foreign entity, aside from the foreign entity which is listed in the stock exchange. The implementing regulation is Decree of Minister of Finance No 650 Year 1994, which stipulates CFC rules in 32 designated foreign countries; however as per January 1, 2009, the regulation has been amended by the Minister of Finance No 256 Year 2008, with a very significant difference by not including the 32 designated foreign countries limitations.
This study is made to discuss the background of the CFC Rules policy issuance, problems which incurred from the policy, and the amendments of the regulations viewed from the certainty of Law and the neutrality aspects. The approach used in this study is the mixed approach, descriptive analysis, and pure research. Data has been gathered through literature research, interviews, questionnaires, and secondary data in form of Financial Statements of Indonesian corporations listed in the Indonesian Stock Exchange in the periods of 2007-2009. The result of this study is findings of several complications regarding the implementation of the CFC Rules and whether the CFC Rules has fulfilled the Certainty of Law and Neutrality aspects."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27887
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Koetin, E.A. (Erwin Alfred)
Jakarta: Badan Pengawas Pasar Modal, 1994
332.6 KOE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Meyer Agnes Monang
"Sejak tahun 1991 perkembangan pasar modal Indonesia terasa sangat pesat, bahkan pada tahun 1996 Bursa Efek Jakarta merupakan salah satu bursa terbaik di Asia Tenggara. Prospek pertumbuhan pasar modal di Indonesia yang demikian pesat ini temyata didorong oleh minat para investor asing yang masuk ke dalam pasar modal Indonesia. Tingkat penyertaan investor intemasional di pasar modal Indonesia sangat tinggi hila dibandingkan dengan pasar modal negara lain. Sebaliknya kurang dari 0,22% penduduk Indonesia yang turut serta menjadi investor di pasar modal. Investor-investor asing umumnya hanya tertarik pada saham-saham yang blue chip dan sebagai akibatnya dalam batas tertentu pasar modal Indonesia akan mudah terkena goncangan seperti yang terjadi pada pertengahan tahun 1998 di mana para investor asing banyak yang melepas sahamnya di Bursa Efek akarta.
Dengan kenyataan seperti di atas. upaya meningkatkan peran investor lokal di pasar modal Indonesia sangatlah penting. Melalui pemberlakuan Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal, peq~erintah sesungguhnya telah menggalakkan kembali pengumpulan dana dan sekaligus meningkatkan peranan investor lokal dengan pembentukan lembaga investasi yang dikenal dengan reksa dana. Namun. karena reksa dana merupakan salah satu altematif investasi yang masih tergolong baru dan semakin banyak manajer investasi yang menawarkan produk-produk reksa dana dengan berbagai jenis dan komposisinya serta menjanjikan tingkat pengembalian yang sangat menarik, maka seringkali timbul persaingan di antara manajer investasi dalam menarik calon investor. Dan sebagai akibatnya manajer investasi berusaha untuk menghasilkan tingkat pengembalian (return) reksa dananya yang lebih tinggi dari manajer investasi lainnya.
Berangkat clan teori pasar yang efisien, John C Bogle seorang investor Amerika yang dikenal sebagai Bapak Reksa Dana Indeks dalam bukunya Bogle on Mutual Funds menyampaikan salah satu kiat untuk mendapatkan reksa dana saham dengan tingkat pengembalian yang lebih baik dari reksa dana saham lainnya, yaitu dengan strategi investasi yang pasif. Strategi mi diterapkan dengan membentuk reksa dana saham yang portofolionya meniru indeks pasar atau yang dikenal sebagai reksa dana indeks. Karena reksa dananya dibuat persis, maka kinerjanya sama dengan kinerja indeks pasar. Dan kenyataannya, indeks pasar berkinerja lebih baik dari sebagian besar reksa dana saham, sehingga reksa dana saham yang meniru indeks pasar mi juga berkinerja lebih baik dan sebagian besar reksa dana saham lainnya.
Penelitian mi bertujuan untuk meneliti apakah kiat investasi pada reksa dana saham di pasar modal Indonesia dengan cara meniru portofolio indeks seperti yang dilakukan oleh John C Bogle dapat membenikan tingkat pengembalian yang lebih baik bila dibandingkan dengan reksa dana saham lainnya yang dibentuk secara strategi aktif.
Analisis yang digunakan di dalam penelitian mi adalah analisis perbandingan kinerja dari lima reksa dana saham yang telah efektif sebelum Januani 1997 dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan ( [HSG) dan indeks LQ-45 yang diasumsikan sebagai reksa dana indeks. Adapun data untuk pengukuran kinerja reksa dana saham digunakan Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/UP) harlan dan data indeks 1HSG dan LQ-45 harian untuk reksa dana indeks. Selanjutnya untuk perhitungan kinerja digunakan dua metode yaitu metode Tingkat Pengembalian dengan Memperhatikan Risiko (Return-Risk Adjusted Method) dan metode Holding Period Return (HPR) yang tidak memperhatikan faktor risiko.
Penelitian mi dibagi atas dua periode yaitu periode Januari sampai Juli 1997 dan periode Januari sampai Desember 1997. Hal mi dilakukan karena pada pertengaban tahun 1997 Indonesia mengalami suatu krisis ekonomi yang diperkirakan mempengaruhi baik kinerja reksa dana yang diteliti maupun indeks.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa umumnya reksa dana saham yang diteliti memiliki kinerja di atas indeks atau pembandingnya, namun perbedaan return yang ada tidaklah signifikan. Dengan demikian data empiris tidak mendukung conventional wisdom yang menyatakan bahwa portofolio yang dikelola pakar investasi akan memberikan risk adjusted return yang secara signifikan lebih tinggi dari portofolio pasar. Selain itu belum berhasilnya kinerja reksa dana indeks yang dibentuk secara pasif untuk mengalahkan reksa dana saham yang dibentuk secara aktif seperti yang terjadi di negara-negara yang pasar modalnya telah maju dapat disebabkan kondisi pasar modal Indonesia yang belum terlalu lama dibandingkan pasar modal negara-negara lain yang Iebih dulu berkembang yang mengakibatkan harga sekuritas seringkali belum mencerminkan informasi yang sesungguhnya dan pengambilan keputusan investasi masih sering terpengaruh issue atau rumor yang beredar di samping informasi yang ada belum cukup transparan. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Tulus
"Foreign Direct Investment (FDI) is urgent to national economy of Indonesia as a generating factor of economic growth. In practice,however , there are many obstacles that become entry barrier for FDI tominvest in Indonesia..... "
Jakarta: Hukum Bisnis, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Trisya Novalia Wijayanti
"ABSTRAK
Investasi asing langsung di industri pariwisata pada saat ini sedang berkembang, dimana hotel dan restoran adalah contoh yang sangat nyata, meskipun diskusi diantara investasi asing langsung dan pariwisata tidak begitu menjadi perhatian di studi-studi yang telah lampau dan suatu hal yang tidak mudah untuk menentukan dengan tepat tujuan dari pariwisata yang mengartikan investasi asing langsung. Skripsi ini mencoba untuk mempelajari hubungan diantara investasi asing langsung dan jumlah turis di Indonesia pada ruang lingkup yang kecil dan besar. Ruang lingkup yang kecil yang dimaksud adalah untuk melihat apakah adanya hubungan antara investasi asing langsung dan jumlah turis di setiap provinsi di Indonesia, sedangkan ruang lingkup yang besar adalah untuk melihat apakah adanya hubungan antara investasi asing langsung dari berbagai negara dan pariwisata dari negara yang sama. Skripsi ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan sekunder data sebagai sumber utama, untuk jangka waktu tiga bulanan pada tahun 2011 ? 2013. Hasil dari regresi menunjukkan hubungan yang positif dalam jumlah turis di setiap provinsi di Indonesia maupun dari berbagai negara pada investasi asing langsung di Indonesia.
ABSTRACT
Foreign direct investment (FDI) in tourism industry is currently developing with hotel and restaurant as the most obvious examples, even though the discussion between FDI and tourism was not really much in the interest of past studies and not easy to determine exactly the objective of tourism that defines FDI. This thesis attempts to study the relationship between FDI and the number of tourists in Indonesia within the small and large scope. The small scope is to see whether there is a relationship between FDI and number of tourists in each province in Indonesia, whereas the large scope is the relation between FDI from a certain country and number of tourists from that same country. This thesis uses quantitative research with secondary data as the main source, for quarterly time period in 2011 ? 2013. The regression results indicate that the number of tourists both in each province in Indonesia and from a certain country positively related to the FDI in Indonesia."
2014
S59345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhariandi Rachmatullah
"Penelitian ini berusaha untuk membandingkan imbal hasil dan risiko berdasarkan Nilai Aktiva Bersih dari reksa dana syariah dengan reksa dana konvensional periode Juli 2007 ? Juni 2008 dengan menggunakan metode Sharpe dan metode Treynor. Penelitian ini juga mengamati bagaimana batasan syariah dari reksa dana Syariah mempengaruhi market timing ability.
Pemilihan Reksa dana Mega Dana Obligasi Syariah, Reksa dana Mega Dana Syariah, Reksa dana Mega Dana Obligasi Dua, dan Reksa dana Mega Dana Kombinasi sebagai objek dari penelitian ini didasarkan dari keidentikan dari keempatnya yang merupakan discretionary fund dan juga dikeluarkan oleh manajer investasi yang sama.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Reksa dana Mega Dana Obligasi Syariah, Reksa dana Mega Dana Syariah menghasilkan imbal hasil dan rata-rata Nilai Aktiva Bersih yang lebih tinggi daripada Reksa dana Mega Dana Obligasi Dua dan Reksa dana Mega Dana Kombinasi, dan batasan syariah pada Reksa dana Mega Dana Obligasi Syariah dan Reksa dana Mega Dana Syariah tidak memberikan efek yang negatif pada imbal hasil dan risiko.
This research tried to compare the return and risk based Net Asset Value of Islamic mutual fund with the conventional mutual fund through period July 2007 ? June 2008 by used Sharpe?s method and Treynor Method. This research also observed how the Islamic limitation on the Islamic based mutual fund effect to its market timing ability.
The chosen of Reksa dana Mega Dana Obligasi Syariah, Reksa dana Mega Dana Syariah and Reksa dana Mega Dana Obligasi Dua, Reksa dana Mega Dana Kombinasi as the object of this research were based on the identical between them that both are discretionary funds, and also based on the same investment manager.
The result of this research shows that Reksa Dana Mega Dana Obligasi Syariah and Reksa dana Mega Dana Syariah produced higher return and average NAV rather than Reksa dana Mega Dana Obligasi Dua and Reksa dana Mega Dana Kombinasi and islamic limitation on Reksa dana Mega Dana Obligasi Syariah dan Reksa dana Mega Dana Syariah does not give any negative effect on the return and risk.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kuntari Sunarto
"Investasi pada saham untuk saham-saham yang telah go-public di pasar modal akan memberikan return (hasil) dan risk (risiko) bagi investornya. Sehubungan dengan return dan risk ini maka investor harus memilih kombinasi saham yang dapat memberikan return dan risk yang optimal. Pengamatan pada saham-saham yang paling aktif tiap bulannya di Bursa Efek Jakarta antara bulan Oktober 1993 sampai dengan September 1994 terpilih 20 saham sebagai saham kandidat, yaitu saham-saham: 1. Argha Karya Prima Industry (disingkat AKPI), 2. Astra International Incorporation (ASII), 3. Bank Danamon (BDMN), 4. Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI), 5. Bank Internasional Indonesia (BNII), 6. Barito Pacific Timber (BRPT), 7. Duta Anggada Realty (DART), 8. Dharmala Intiland (DILD), 9. Gajah Tunggal (GJTL), 10. Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP), 11. Indah Kiat Pulp and Paper (INKP)5 12. Intl Indorayon Utama (INRU), 13. Indocement Tunggal Perkasa (INTP), 14. Jakarta International Hotel and Development (JIHD), 15. Japfa Comfeed Indonesia (JPFA), 16. Pan Brothers Tex (PBRX), 17. Panin Bank (PNBN), 18. Surabaya Agung Industry Pulp (SHIP), 19. Smart Corporation (SMAR) dan 20. Tjiwi Kimia (TKIM).
Model penentuan proporsi portfolio optimal yang digunakan pada penelitian ini adalah Model Single Index: (disingkat Model SI) dan Model Constant Correlation (Model CC). Dengan mengamati data Indeks Harga Saham Individual (IHSI) diperoleh return saham individu. Dari data suku bunga deposito / bulan pada bank-bank pemerintah diperoleh return untuk risk free assets. Dari data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperoleh return pasar.
Pengolahan data di atas, dengan menggunakan Model Single Index, terpilih 5 saham terpilih, yaitu saham-saham: 1. HMSP, 2. INTP, 3. INKP, 4. BDNI dan 5. TKIM; dengan proporsi optimal untuk masing-masingnya adalah: 1. 80,90175%, 2. 8,65353%, 3. 6,89664%, 4. 1,88740% dan 5. 1,46068%. Sedangkan dengan menggunakan Model Constant Correlation, terpilih 3 saham terpilih, yaitu saham-saham: 1. HMSP, 2. INKP dan 3. INTF; dengan proporsi masing-masingnya adalah: 1. 91,70473%, 2. 7,80834% dan 3. 0,486937..
Setelah penentuan proporsi portfolio optimal dengan kedua model di atas, kemudian dihitung: expected return portfolio, variance return portfolio dan standard deviation portfolio untuk masing-masing model. Pada Model Single Index, di mana 5 saham terpilih, menghasilkan return (yang ditunjukkan oleh expected return portfolio) yang lebih kecil dengan risk (variance dan standard deviation return portfolio) yang lebih kecil pula. Sedangkan pada Model Constant Correlation, dengan 3 saham terpilih, menghasilkan return yang lebih besar dan risiko yang lebih besar pula.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T7226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>