Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166056 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nazmil Fuad HRP
"Penggunaan waktu kerja diluar dan didalam gedung pada dokter kepala puskesmas temyata bervariasi, ada dokter kepala puskesmas yang berkerja menggunakan seluruh waktunya di dalam gedung puskesmas dan ada diluar gedung. Dari uraian diatas dapatlah dirumuskan permasalahan yaitu penggunaan waktu kerja didalam gedung lebih banyak dari diluar gedung pada sebagian dokter kepala puskesmas yang ada di Kabupaten Aceh Tengah. Sehubungan dengan masalah-masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan diperolehnya gambaran penggunaan waktu kerja diluar dibandingkan dengan didalam gedung pada dokter kepala puskesmas di Kabupaten Aceh Tengah, serta faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif untuk menggali informasi secara mendalam tentang penggunaan waktu kerja diluar gedung dibandingkan dengan didalam gedung pada dokter kepala puskesmas serta faktor-faktor yang berhubungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dokter kepala puskesmas ternyata ada yang mempergunakan seluruh waktu kerjanya didalam gedung puskesmas dengan alasan sebagai dokter yang melayani kebutuhan orang sakit harus selalu didalam gedung agar masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dapat dilayani bila datang ke dalam gedung puskesmas. Tidak ditemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan waktu kerja didalam gedung dibandingkan dengan diluar gedung pada dokter kepala puskesmas di Kabupaten Aceh Tengah.Dalam penelitian ini, penulis menyarankan agar penggunaan waktu kerja diluar gedung lebih banyak mengingat bahwa upaya pokok puskesmas yang berlokasi di luar gedung lebih dominan dari pada didalam gedung puskesmas.

The Utilization of Outdoor Indoor Working Hours among Heads of Community Health Center in Central Aceh Regency in 1999.The Utilization of Outdoor Indoor Working Hours Amount Heads of Community Health Center. From this explanation we can formulate the problem that the utilization of working hours inside the operation office is more than the working hours outdoor the office among heads of community health in central Aceh regency. With regard to those above mentioned problem, this research was condensed to defect utilization of outdoor indoor working hours among health of community center. A qualitative research has done in order to get reaper information about the utilization of working hours.
The research output indicates head doctor's working hours which, in fact spend most of their working hours indoor the office in-charge as doctor who treatment the patients always be ready that public who need can be treat if they come in door the center of public health. The research output could only show the variety of the utilization of working hours that are indoors at the public health service head doctor's in Central Aceh Regency be less so the utilization of working hours that are outdoors the quantity of more."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T1909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ifran Havson HA
"Pada tahap perkembangan Klinik AQMA terdapat peningkatan jumlah perusahaan dari 25 perusahaan pada tahun 1999, 36 perusahaan pada tahun 2000 dan 37 perusahaan pada tahun 2001, sedangkan jumlah pasien perusahaan meningkat dari 43,291 orang tahun 1999, 45.345 orang pada tahun 2000 dan 48.072 orang pada tahun 2001. Dan Jumlah tagihan perusahaan sebesar Rp. 739.402.300,- pada tahun 1999, Rp. 1.044.027.939 pada tahun 2000, dan Rp. 1.213.43 1.060 pada tahun 2001.
Pendapatan Klinik AQMA yang bersumber dari pasien umum terlihat pula peningkatan jumiah pendapatan sebesar Rp. 2.171.350.100 pada tahun 1999, Rp, 2.855.861.625,- pada tahun 2000, Rp. 3.045.688.600,- pada tahun 2001, dengan jumlah pasien sebesar 79.434 orang pada tahun 1999, 90.703 orang pada tahun 2000, dan 107.110 pada tahun 2001. Walaupun demikian, apabila dilihat pada tahun 2001, pendapatan Klinik AQMA yang diperoleh dari sektor tagihan perusahaan sebesar Rp. 1.213.431.060,- sedangkan budget frnansial yang harus dianggarkan dari sektor tagihan perusahaan tersebut untuk investasi pembangunan gedung dan peraiatan medis dalam mendukung peningkatan pelayanan kepada langganan adaiah sebesar Rp. 1.500.000.000,-. Sementara untuk biaya operasional masih dapat diatasi dari pendapatan pasien umum.
Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan piutang perusahaan yang mengadakan kerjasama dengan Klinik AQMA Cikampek, sehingga diharapkan terjadinya peningkatan income Klinik AQMA yang bersumber dari piutang perusahaan.
Selanjutnya dalam penelitian ini dilakukanlah perumusan masalah yang didasarkan pada pertanyaan menyangkut faktor-faktor yang dianggap mempunyai hubungan bermakna dengan piutang perusahaan, yaitu jumlah karyawan, proporsi jumlah karyawan berobat terhadap jumlah karyawan, tarif rata-rata karyawan berobat, discount dan lama kerjasama.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab persoalan yang kaitannya dengan upaya pihak manajemen Klinik AQMA dalam mengoptimalkan hubungan kerjasama dengan pihak perusahaan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan untuk para karyawannya, sehingga berdampak kepada meningkatnya piutang perusahaan.
Untuk memperoleh model yang sesuai, dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang bersumber dari data primer Klinik AQMA yang didokumentasikan dan selanjutnya dibandingkan dengan teori yang ada.
Metodologi penelitian yang dipakai menggunakan jenis penelitian survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan bersumber dari data primer yang didokumentasikan dengan pendekatan secara kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor jumlah karyawan mempunyai hubungan bermakna dengan piutang perusahaan, sedangkan faktor lainnya berupa proporsi jumlah karyawan berobat terhadap jumlah karyawan, tarif rata-rata karyawan berobat, discount dan lama kerjasama tidak mempunyai hubungan bermakna dengan piutang perusahaan. Walaupun demikian, faktor-faktor yang tidak mempunyai hubungan bermakna tersebut dengan piutang perusahaan tetap menjadi bagian yang hams diperhatikan agar terciptanya percepatan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan terutama dalarn kaitannya dengan pengalokasian anggaran keuangan untuk investasi gedung dan alat kesehatan.
Implementasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan Klinik AQMA yang bersumber dari piutang perusahaan untuk merespon tuntutan kebutuhan pasien terutama kalangan karyawan perusahaan dalam rangka menunjang kebutuhan medis dan sebagai acuan dalam pengembangan Klinik AQMA pada tahap selanjutnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Kurniadi
"Telah dilakukan penelitian tentang perencanaan strategis Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan R.I. Tahun 2003 - 2007. Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis lingkungan ekstemal dan internal, penyusunan visi dan misi, menetapkan tujuan jangka panjang 2007, menentukan alternatif strategi dan menetapkan strategi terpilih yang sesuai dengan posisi Pusat Promosi Kesehatan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan strategis. Pengumpulan informasi dilakukan melalui wawancara mendalam, sumber data sekunder dan observasi oleh peneliti sendiri.
Teknik penyusunan strategi dilakukan melalui tiga tahapan. Tahap pertama adalah analisis lingkungan eksternal dan internal Pusat Promosi Kesehatan dengan menggunakan matrik External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE) serta menyusun visi dan misi Pusat Promosi Kesehatan. Tahap kedua adalah menetapkan tujuan jangka panjang dan menentukan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT dan IE. Tahap ketiga dilakukan penetapan strategi terpilih Pusat Promosi Kesehatan untuk tahun 2003 - 2007 dengan menggunakan matriks Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Cara pengambilan keputusan menggunakan metode Consensus Decision Making Group (CDMG).
Dari hasil penelitian, evaluasi lingkungan ekstemal menghasilkan nilai total EFE sebesar 2,84 yang berarti kondisi eksternal organisasi berada di atas rata-rata. Pusat Promosi Kesehatan merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada. Nilai evaluasi lingkungan internal menghasilkan nilai total IFE sebesar 2,13 yang berarti secara internal karakteristik kondisi organisasi lemah.
Rumusan visi Pusat Promosi Kesehatan adalah "Pusat Promosi Kesehatan sebagai penggerak dan menjadi rujukan promosi kesehatan tingkat nasional tahun 2007". Untuk mencapai visi tersebut telah disusun misi Pusat Promosi Kesehatan. Kemudian dirumuskan pula tujuan jangka panjang Pusat Promosi Kesehatan yang ingin dicapai tahun 2007 yang meliputi aspek SDM, produk, sarana, promosi kesehatan, kemitraan, kebijakan dan konsep.
Dengan menggunakan QSPM, alternatif strategi yang sesuai bagi Pusat Promosi Kesehatan adalah pertumbuhan intensif yang meliputi strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi tersebut akan digunakan secara bersamaan dalam mencapai visi, misi dan tujuan Pusat Promosi Kesehatan tahun 2003 -- 2007.
Pada penelitian ini dituliskan saran dalam mengimplementasikan strategi tersebut yang meliputi ; perlunya visi dan misi menjadi semangat dalam bekerja, perlunya perencanaan strategis sebagai arch dan kebijakan Pusat Promosi Kesehatan, perlunya mensosialisasikan Perencanaan Strategis Pusat Promosi Kesehatan kepada para stakeholder dan perlunya menyusun rencana kegiatan tahunan.
Daffar bacaan : 52 (1981 - 2002)

Strategic Planning for Center of Health Promotion Department of Health R.I 2003 - 2007Research for strategic planning for Center of Health Promotion at Department of Health Republic of Indonesia 2003-2007 has been done. The scope of the research consists of external and internal environment analysis, review over vision and mission statement, define long term objectives until 2007, define strategic alternative, and the chosen strategy which is suitable with the position of Center of Health Promotion.
The kind of this research is descriptive analytic research using information as a base information of taking strategic decision. Information collecting was done through furthest interview, secondary data source, and observation done by the researcher himself.
The strategy composition techniques were done through three stages. Stage I includes external and internal environment analysis of Center of Health Promotion, using EFE and IFE matrix and arrange vision and mission statement of Center of Health Promotion. Stage 2 covers defining long term objective and determine strategy alternative by using SWOT and IE matrix. Stage 3 conducts chosen strategy defining for Center of Health Promotion for the year 2003 - 2007 by using QSPM matrix_ While the decision making uses CDMG (Consensus Decision Making Group) method.
As a result, external environment evaluation produced 2.84 of EFE total value which means that Center of Health Promotion has responded the existing opportunities very well as well as avoided the existing threats. Internal environment evaluation produced 2.13 of IFE total value which means that character of organization condition is internally weak.
The formulae of Center of Health Promotion's vision is "Center of Health Promotion as a motivator and reference for health promotion nationally in 2007". In order to achieve the mission, Center of Health Promotion's mission has been arranged. Moreover, the long term objective 2007 has been formulated covering aspects of Human resource, product, medium, health promotion, partnership, wisdom, and concepts.
By using QSPM, the appropriate strategy alternative for Center of Health Promotion is an intensive growth which covers market penetration and product development. The strategy will be collectively used to achieve vision, mission, and objectives of Center of Health Promotion 2003 - 2007.
This research also contains ideas and suggestions to implement the strategy which consist : vision and mission need become spirit of working, strategic planning need as Health Promotion Centre policy and purpose, it needs to socialize Health Promotion Centre Strategic Planning to stakeholder and to set up yearly activity plan.
References: 52 (1981 - 2002)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10706
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rosdiana
"Cakupan Peran Serta Masyarakat di Kabupaten Subang masih rendah, salah satu penyebab dari permasalahan tersebut berhubungan dengan kemampuan manajerial kepala Puskesmas.
Berkaitan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan manajerial kepala Puskesmas dalam penggerakan masyarakat di Kabupaten Subang pada Tahun 2006. Dengan mempelajari hubungan antara kemampuan manajerial kepala Puskesmas tersebut dengan faktor internal yang terdiri dari Umur, Pendidikan dan Lama kerja serta faktor eksternal yang terdiri dari Supervisi, Pelatihan, Umpan balik dan Sarana kerja.
Dalarn penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dimana data yang dikumpulkan berupa data primer yang didapat melalui kegiatan wawancara mend alam dan Focus Group Discussion dengan informan dari Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas dan Tokoh Masyarakat, sedangkan data sekunder diperoleh melalui kegiatan penelusuran dokumen baik di tingkat Dinas Kesehatan maupun Puskesmas yang menjadi lokasi penelitian.
Dari wawancara mendalam dapat diketahui bahwa rendahnya cakupan peran serta masyarakat dipicu oleh beberapa permasalahan mendasar, selain karena kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan yang ada masih sangat terbatas, kemampuan manajerial kepala Puskesmas sebagai pimpinan tertinggi di wilayah kerjanya juga rata-rata masih kurang, mereka belum mampu memaksimalkan potensi yang ada untuk membantu pelaksanaan program Puskesmas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari ketiga faktor internal yang diteliti ternyata faktor yang tampak cenderung berhubungan dengan kemampuan manajerial kepala Puskesmas dalam penggerakan masyarakat adalah faktor lama kerja. Sedangkan dari keempat faktor eksternal temyata tidak ada satupun yang mempengaruhi kemampuan manajerial kepala Puskesmas dalam penggerakan masyarakat.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini ditujukan kepada pihak Dinas Kesehatan sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor tersebut diatas terutama lama kerja pegawai dalam pengangkatan Kepala Puskesmas di wilayah kerjanya. Disamping itu sebaiknya pihak Dinas lebih menyeimbangkan porsi pelatihan antara pelatihan teknis medis dengan pelatihan manajemen, khususnya mengenai manajemen dalam peningkatan peran serta masyarakat.

Public Cooperation in health sector in Subang distric still far from adequate, one of the causes from those problems related with Puskesmas chief managerial ability.
Related with those cases then done research that aim to get the view about related factors related with Puskesmas chief managerial ability in moving society Subang distric in year 2006. By learn the relation between Puskesmas chief managerial ability along with internal factor that consist of Age, Education, and Working Length and also external factor that consist of Supervision, Training, Feedback and Working tools.
In this research, approach that used is qualitative approach, where collected data is primary data that got from deep interview activity and Focus Group Discussion with informant from Health Agency, Puskesmas Chief and Public Figure, while secondary data got from document study activity whether in Health Agency or Puskesmas that become research location.
From deep interview also known that public cooperation in health sector still far from adequate those cases triggered by some basic problems, besides quality and quantity of health source that still limited, Puskesmas chief managerial ability as highest leader in his working area even still low, they not yet can maximize available potency to help in conduct Puskesmas program.
Research result be known that from three researched internal factor obviously factor that affect Puskesmas chief managerial ability in moving society is working length. While from four external factors obviously no one that affect Puskesmas chief managerial ability in moving society.
Suggestion that can be submitted based on this research result showed to Public Health office is better considering those factors especially employee working length in giving position of Puskesmas Chief in his working area. Besides, Agency should balance training portion between medical techniques with management training, especially about management in improving public role.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Bayu Martanti
"ABSTRAK
Pertumbuhan kota dan meningkatnya jumlah penduduk harus diimbangi dengan penyediaan fasilitas umum yang mencukupi, begitupun dengan fasilitas kesehatan. Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan kewajiban Pemerintah, termasuk Pemerintah Daerah. Pemprov DKI Jakarta sejak tahun 2016 telah membuka RSUD Kecamatan yang merupakan rumah sakit kelas D sebagai lsquo;jembatan rsquo; antara jenjang fasilitas pelayanan primer Puskesmas dengan Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Kota agar dapat merespon peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap akses layanan kesehatan sekunder yang lebih merata. Selain menambah jumlah fasilitas kesehatan milik Pemprov DKI Jakarta, berdirinya RSUD Kecamatan membawa perubahan dalam aksesibilitas dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan di Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aksesibilitas geografis dan utilisasi RSUD Kecamatan di Jakarta Timur serta menjelaskan keterkaitan antara aksesibilitas dengan utilisasinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, dengan dibantu instrumen SIG, dengan menggunakan data sekunder dari masing-masing RSUD. Dari penelitian ini diketahui bahwa hadirnya 3 RSUD Kecamatan di Jakarta Timur secara geografis telah dapat telah dapat menjangkau hampir seluruh wilayah di Jakarta Timur, kecuali sedikit wilayah pada bagian sisi sebelah timur laut kota Jakarta Timur. Hal ini menunjukkan bahwa Pemprov DKI Jakarta telah berhasil memeratakan akses geografis penduduk Jakarta Timur untuk menuju fasilitas pelayanan kesehatan.

ABSTRACT
The city growth and the increased number of population should be balanced with sufficient public facility, as well as health facility. The provision of health facility is an obligation of the government, including regional government. Since 2016, the provincial government of the Special Capital Region of Jakarta has opened District General Hospital, which is a class D hospital, as a lsquo bridge rsquo between primary service facility Public Health or Puskesmas and City General Hospital in order to respond the increase of the community rsquo s need of secondary healthcare service more equally. In addition to increase the number of health facilities owned by the provincial government of the Special Capital Region of Jakarta, the establishment of District General Hospital brings change in the accessibility and utilization of health service facility in Jakarta. The aim of this research is to find out geographical accessibility and utilization of District General Hospital in East Jakarta, as well as to explain the relationship between the accessibility and utilization. This research uses analytical descriptive method, helped by GIS software, using secondary data of each hospital. Based on the research, it can be seen that the establishment of 3 District General Hospitals in East Jakarta geographically has been able to reach almost all areas in East Jakarta, except for a few areas on the northeast side of East Jakarta. It indicates that the provincial government of the Special Capital Region of Jakarta has successfully eased the geographical access of the East Jakarta residents to the health service facility. "
2018
T51515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Sudirman
"Pada saat ini tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu semakin meningkat seiring dengan perbaikan tingkat pendidikan masyarakat. Oleh sebab itu sebagai upaya antisipasi terhadap perubahan-perubahan yang sangat cepat terjadi, maka Departemen Kesehatan telah melaksanakan jaminan mutu di puskesmas melalui proyek kesehatan IV bantuan Bank Dunia. Puskesmas dilatih dalam dua tahapan yaitu tahapan pelatihan analisa sistem dan tahapan pelatihan team based. Kedua pelatihan ini merupakan satu rangkaian pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja tim puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat_ Sebagai tindak lanjutnya tim puskesmas yang dilatih dapat menerapkan hasil pelatihan di puskesmas. Kinerja tim jaminan mutu diukur dengan melihat hnsil-hasil yang telah dicapai oleh puskesmas sesuai dengan indikator keberhasilan jaminan mutu di puskesmas menurut Departemen Kesehatan. Laporan tahunan proyek kesehatan IV propinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa masih rendahnya kinerja tim jaminan mutu puskesmas di Kabupaten Ketapang.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi bagaimana gambaran kinerja tim jaminan mutu puskesmas setelah melaksanakan program jaminan mutu. Di samping itu dilihat juga bagaimana gambaran komitmen pimpinan dinas kesehatan, pelaksanaan supervisi, kepemimpinan kepala puskesmas, motivasi, pengetahuan, sikap dari petugas serta dinamika kerja tim jaminan mutu puskesmas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap pimpinan, staf yang sudah dilatih dan staf yang belum dilatih jaminan mutu di Puskesmas Sei Awan dan Puskesmas Sukabangun masing-masing 5 orang. Pengolahan data dibuat dalam bentuk matriks yang diperoleh dari transkrip wawancara mendalam, sedangkan analisis data dilakukan terhadap isi dengan melakukan eksplorasi sesuai dengan teori kemudian dibandingkan antara harapan dengan kenyataan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja tim jaminan mutu Puskesmas Sukabangun dan Puskesmas Sei Awan pada tahapan analisa sistem sudah baik. Tetapi tingkat adopsi pelayanan kesehatan dasar masih statis. Tim jaminan mutu Puskesmas Sukabangun telah mampu menemukan dan memecahkan dua masalah kompleks sejak dilaksanakan program jaminan mutu di puskesmas. Komitmen pimpinan yang masih kurang, supervisi yang kurang efektif serta pengetahuan yang kurang memadai tentang jaminan mutu menjadi alasan yang dapat mempengaruhi kinerja tim jaminan mutu pada puskesmas.
Komitmen pimpinan yang terus menerus dalam pelaksanaan program jaminan mutu di puskesmas sangat diharapkan. Oleh sebab itu disarankan seiring dengan telah dimulainya pelaksanaan otonomi daerah maka kegiatan yang dapat meningkatkan motivasi perlu diperhatikan seperti upaya menciptakan sistem penghargaan dan imbalan untuk meningkatkan kinerja tim jaminan mutu puskesmas, sehingga kesinambungan program jaminan mutu tetap berlangsung dengan baik

Qualitative Analysis to Performance Quality Assurance Team of Public Health Center at Sei Awan and Sukabangun, in Ketapang District on 2000This recent time quality health service demand has increase as well as level educational of community. That is way anticipation efforts toward the changes are going faster, so that Department of Health employed quality assurance in Public Health Center or called Puskesmas by Health Project IV contributed by World Bank.
Puskesmas is trained by two stages are system analysis training and team based training. Both of them is a chain of expecting training to increase team performance of puskesmas in health service, in priority at basic health services to community. The Puskesmas team trained is expecting to implement their knowledge at Puskesmas. The performance of quality assurance team assessed by the achievement results of the puskesmas according the success of quality assurance by the Department of Health. Annual report of Health Project IV on 1999/2000 in West Kalimantan showed the performance of quality assurance team of puskesmas in Ketapang District is still low.
This research purpose is to get information on how the performance of quality assurance team of puskesmas after employ quality assurance program. Beside, it also observe the commitment of leader, the realization of supervision, the leadership of puskesmas leader, motivation, knowledge, attitude of puskesmas officer and also work dynamics of quality assurance team in puskesmas.
This research used qualitative approach by interviewed and observed the head, trained staff and untrained staff in Puskesmas Sei Awan and Puskesmas Sukabangun, 5 people for each. Data processed in metric which get from the interview transcript, while data analyzed by doing theoretical exploration then compared between actual and expectation.
The results showed performance of quality assurance team at both puskesmas in system analyse stage is quite good. But the adoption level of basic health services still static. Quality assurance team in Puskesmas Sukabangun can find and solve two complex problems since the realization of quality assurance program in puskesmas. The less of head commitment, less effectiveness of supervision and unknowledgeable to quality assurance become the reason influenced the force of quality assurance team.
The continually of head commitment in realization of this program is really expecting. As the regional autonomy begins, the activity to increase the motivation is suggested to be noticed as well as the efforts to create recognition and reward system to increase the performance of quality assurance team in puskesmas. At last the continually of quality assurance program in Puskesmas can be held adequately."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T7741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Azwar
"Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk program pokok. Program kesehatan ibu dan anak (IQA) merupakan salah satu program pokok di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil, menyusui , bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian (Departemen Kesehatan, 1992). Dalam mengayomi kelompok rentan ini banyak kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian, salah satunya melalui kegiatan antenatal care (ANC) yang adekuat. ANC yang adekuat ditunjukkan dengan salah satu indikator yang terdapat dalam suatu sistem pemantauan wilayah setempat program KIA yaitu indikator K4 ibu hamil.
Diduga rendahnya cakupan K4 ibu hamil ini mungkin dipengaruhi oleh somber daya yang tersedia di puskesmas, peran lintas sektor, luas wilayah kerja, status puskesmas, jumlah penduduk, rencana kerja tahunan (POA) puskesmas, rencana kerja petugas pelaksana program, pemantauan dan penilaian. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran karakteristik puskesmas yang berhubungan dengan cakupan K4 ibu hamil. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Besar tahun 1999 dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap pimpinan puskesmas dan bidan pengelola KIA di 6 (enam) puskesmas terpilih dalam Kabupaten Aceh Besar. Selain itu informasi dari bidan di desa sebagai pengelola MA di pedesaan diperoleh melalui diskusi kelompok terarah. Dengan demikian, untuk meningkatkan validitas data peneliti telah melakukan triangulasi sumber data, triangulasi metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik puskesmas ternyata mempunyai peran terhadap pencapaian cakupan K4 ibu hamil antara lain tenaga pelaksana ANC, baik jumlah maupun mutunya masih kurang, ketersediaan sarana pelayanan yang belum memadai, dukungan/peran lintas sektor belum berjalan, serta rencana kerja petugas pelaksana program puskesmas yang belum dibuat (tidak ada). Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian ini, maka disimpulkan bahwa puskesmas dengan karakteristik sumber daya dan dukungan lintas sektoral yang memadai mempunyai cakupan K4=60%. Berdasarkan simpulan tersebut pula, peneliti menyarankan antara lain diperlukan upaya peningkatan mutu tenaga pelaksana program melalui pelatihan teknis fungsional, pemanfaatan sumber daya yang tersedia di puskesmas secara optimal, membuat rencana kerja puskesmas secara menyeluruh serta pimpinan puskesmas harus lebih bersifat proaktif untuk mendapatkan dukungan peran lintas sektor. Sebagai alat manajerial program MA, pemantauan wilayah setempat-kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA) hendaknya terus dapat, digunakan dalam upaya melakukan pemantauan dan evaluasi program.

Health center is a functional health organization designed as a development center for public health, aimed to build community participation in addition to delivering comprehensive and integrated community services in its region in the form of basic health services. Maternal and child health is one of basic services in health center, with a high priority. It is to say that pregnant and lactating mothers, babies and children are high-risk groups of morbidity and mortality (MOH, 1992). In order to protect these mothers and their coming babies, mothers should adequately do antenatal care. Adequate antenatal care is pointed out by an indicator, in a local visit area monitoring system of maternal and child health program (MCH), namely K4. K4 is the fourth ANC visit with a certain criteria.
By hypothesis, a low coverage of K4 of pregnant mothers maybe influenced by the available power resources of health center, participation of inter-sector, working area, health center status, public population, plan of action of health center, plan of action officer program, monitoring and evaluation. Therefore, the researcher want to know how health center characteristics influence K4 coverage of pregnant mothers. This study was conducted in Aceh Besar District in 1999 using qualitative approach. The data was collected through in depth interviews to the chief of health center and senior midwives of 6 (six) selected health centers in Aceh Besar District. While information from midwives in village was obtained through focus group discussions (FGDs). In order to get valid data, the researcher applied triangulation on data resources and data collection method. Through the method the data were rechecked not only once.
The results of this study show that the health center characteristics actually have roles toward K4 coverage of pregnant mothers, ANC staff lack off in number and quality, the availability of service facility is not sufficient, the role of inter-sector is not well run yet, and the plan of action of health center program of officer is not produced. Thus it can be concluded that health centers with sufficient resources and inter-sector support have K4 coverage more than 60 %. Based on the conclusion, the author suggests some improvement effort of through a functional technique training, the available optimal utilization of resource of the health center, production and improvement of the plan of action of health center more proactive action of and the chief of health center to have inter-sector support. As managerial tools of maternal and child health program, local area monitoring-maternal and child health (LAM-MCH) should be permanently used in monitoring and evaluating the program."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Dwi Yanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen pelaksanaan program kesehatan jiwa di Kota Depok Tahun 2015 dengan melihat pencapaian program kesehatan jiwa, sumber daya, dan proses manajerial. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, dari 20% target Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk program kesehatan jiwa di Provinsi Jawa Barat, cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas Jatijajar hanya 2.83%, Kedaung 0.92%, dan Rangkapan Jaya 0.08%. Selain itu, dari target 100%, cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa Puskesmas Jatijajar hanya 41.68%, Kedaung 33.21%, dan Rangkapan Jaya 148.48%.
Hasil penelitian tersebut secara umum belum mencapai target SPM. Kondisi ini dikarenakan sumber daya dan proses manajerial yang belum dilaksanakan secara maksimal. Oleh karena itu, disarankan agar ada penyamaan pengetahuan terlebih dahulu antara pihak-pihak yang terlibat untuk kemudian dilakukan optimalisasi sumber daya dan proses manajerial.

This study aims to describe the implementation of the management of mental health program in Depok City in 2015 by looking at the achievement of mental health programs, resources, and managerial processes. This study used a qualitative research design.
The result shows, 20% of the West Java Minimum Health Care Standard target, coverage early detection of mental health disorders in Jatijajar Public Health Center only 2.83%, Kedaung 0.92%, and Rangkapan Jaya 0.08%. Moreover, 100% of the target, the coverage of handling patients diagnosed with mental health disorders in Jatijajar Public Health Center only 41.68%, Kedaung 33.21%, and Rangkapan Jaya 148.48%.
Generally, this result hasn't reached out for SPM's target. These conditions are due to the resources and managerial processes which have not been implemented optimally. It is suggested to ensure common understanding among everybody and sectors related to mental health program and optimalize the available resources and managerial process.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Purwandini
"Adanya penambahan jumlah peserta ASKESKIN di Kota Tangerang dari quota yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI yaitu sebesar 134.438 jiwa peserta menjadi 245.628 jiwa setelah pendataan yang dilakukan pemerintah Kota Tangerang (Rekapitulasi Kartu Multiguna per Kecamatan tahun 2008). Oleh karena itu Pemerintah Kota Tangerang meningkatkan jumlah anggaran untuk pemberian jaminan pembiayaan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat miskin yang pada tahun 2007 sebesar Rp. 1.516.359.752,- menjadi Rp. 4.000.000.000,-. Dimana pemberian jaminan pembiayaan kesehatan dengan Kartu Multiguna anggarannya 100% berasal dari APBD Kota Tangerang. Dengan Kartu Multiguna ini diharapkan 15% dari jumlah penduduk Kota Tangerang masih tergolong penduduk miskin dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang kualitasnya sama dengan yang diquotakan Departemen Kesehatan RI. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Program Kartu Multiguna bagi masyarakat miskin di Dinas Kesehatan Kota Tangerang di tahun 2008 pada bidang kesehatan. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang bulan Mei dan Juni 2008.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis sistem yang mencakup faktor input, proses, dan output. Faktor input terdiri dari tenaga, dana, sarana dan metode. Faktor proses terdiri dari validasi data, pembuatan SKB antara Dinkes Kota Tangerang dan Rumah Sakit, penerbitan surat jaminan, utilisasi review, verifikasi klaim, dan pembayaran klaim. Faktor output mencakup utilisasi pelayanan kesehatan oleh peserta pemegang Kartu Multiguna pada bulan Januari-April 2008. Penelitian ini dilakukan melalui proses wawancara mendalam dengan para informan, observasi, serta pengumpulan data sekunder Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Selanjutnya dilakukan tahap analisis data yang kemudian dibahas dengan menganalisis hasil yang disesuaikan dengan teori yang ada.
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan Program Kartu Multiguna bagi masyarakat miskin masih mengalami beberapa kendala. Diantaranya kurangnya jumlah tenaga pelaksana, pembuatan SKB antara Dinkes Kota Tangerang dan Rumah Sakit, dan verifikasi klaim. Kurangnya jumlah tenaga pelaksana Kartu dirasa kurang efisien karena dengan banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan membuat beban kerja petugas menjadi bertambah, sehingga petugas membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan tugasnya. Selain itu dengan banyaknya pekerjaan cukup menguras energi petugas sehingga membuat petugas menjadi kurang fokus dengan pekerjaannya.
Dalam pembuatan SKB antara Dinkes Kota Tangerang dan Rumah Sakit belum ditemukan aturan yang berkaitan dengan ketepatan waktu dan kelengkapan dokumen tagihan klaim Rumah Sakit serta aturan yang berkaitan dengan penghindaran penyalahgunaan Kartu Multiguna oleh pemegang kartu Multiguna. Dalam proses verifikasi klaim diketahui terkadang ditemukan beberapa ketidaklengkapan dokumen dari rumah sakit yang akan diverifikasi, sehingga petugas yang menangani pelaksanaan Program Kartu Multiguna di Dinas Kesehatan Kota Tangerang harus menghubungi pihak rumah sakit dan mengembalikan dokumen-dokumen tersebut agar dilengkapi, tetapi terkadang pihak rumah sakit memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengembalikannya lagi ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah menambah jumlah tenaga pelaksana Program Kartu Mutiguna, mengadakan pelatihan untuk petugas agar pelaksanaan program menjadi lebih terarah, menambah sarana dan prasrana, perlu dibuat adanya aturan yang berkaitan dengan pemakaian Kartu Multiguna agar tidak disalahgunakan oleh pemegang Kartu Multiguna, Perlu adanya ketentuan yang disepakati bersama antara pihak Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit yang mengatur tentang ketepatan waktu dan kelengkapan dokumen pengajuan klaim oleh Rumah Sakit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruri Virdiyanti
"Masalah kesehatan anak usia sekolah membutuhkan perhatian dalam penanggulangannya. Salah satunya dengan meningkatkan partisipasi guru dalam pelaksanaan program UKS dan usaha kesehatan siswa di sekolah yang komprehensif. Pelaksanaan program UKS di sekolah belum memperhatikan ekspektasi guru. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan ekspektasi dan karakteristik guru dengan pelaksanaan program UKS tingkat sekolah dasar di Pontianak, Kalimantan Barat. Desain penelitian ini adalah kuantitatif non-eksperimental dengan jenis korelasional. Penentuan responden dilakukan dengan accidental sampling dengan jumlah sampel 227 guru. Analisis dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ekspektasi guru dengan pelaksanaan program UKS di sekolah dasar (p = 0.039). Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan program UKS sebaiknya memperhatikan ekspektasi guru sehingga didapatkan hasil lebih optimal.

Health problems of school age children require attention in overcoming them. One of them is by increasing teacher participation in the comprehensive UKS program and student health efforts in schools. The implementation of the UKS program in schools is still far below teacher expectations. The implementation of the UKS program has so far not paid attention to needs through teacher expectations. Teachers are still oriented towards academic achievement without seeing the causes of problems with academic achievement related to children's health. This study aims to identify the relationship between teacher expectations and the implementation of the UKS program at the elementary school level in Pontianak, West Kalimantan. The design of this research is non-experimental quantitative with correlational type. Respondents were determined by accidental sampling with a sample size of 227 teachers. The analysis was performed using the chi square test and multiple logistic regression. The results showed that there was a significant relationship between teacher expectations and the implementation of the UKS program in elementary schools (p = 0.039). This shows that in implementing the UKS program, it is better to pay attention to teacher expectations so that optimal results can be obtained."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>