Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johanes Herlijanto
"Meskipun orang-orang Tionghoa seringkali digambarkan sebagai entitas tunggal yang bersifat statis, namun pengamatan-pengamatan yang dilakukan terhadap tingkah laku mereka justru menghasilkan kesimpulan yang sebaliknya. Serangkaian penelitian terhadap orang-orang Tionghoa yang menyebar di berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memperlihatkan bahwa mereka temyata bukan hanya beragam namun juga memiliki potensi untuk beradaptasi, berubah dan mengusahakan suatu perubahan.
Berdasarkan pemahaman semacam itu pulalah, maka ketika akhir-akhir ini orang-orang Tionghoa di Indonesia (atau lebih tepatnya, orang-orang Indonesia keturunan Tionghoa) membangun suatu gerakan sosial untuk melawan berbagai diskriminasi yang mereka alami, usaha untuk menguak kembali keberagaman identitas, pandangan, dan pola dalam gerakan ini akan memiliki daya tahan tersendiri. Usaha inilah yang dilakukan di dalam penelitian ini.
Pemaharnan terhadap suatu gerakan sosial seyogyanya dimulai dengan sebuah upaya penelusuran kembali hal-hal yang menjadi dasar dari berbagai keresahan dan ketidakpuasan yang memunculkannya. Dan mengingat gerakan orang Tionghoa ini mengusung tema diskriminasi, maka patutlah 'dicurigai' bahwa dicriminate inflate yang menjadi basis dari merebaknya ketidakpuasan mereka. Kecurigaan ini semakin menguat ketika penelusuran sejarah melalui berbagai literatur yang ada memperliharkan bahwa orang-orang Tionghoa pun menjadi korban dari sistem yang diskriminatif yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda dan yang dikembangkan secara lebih sistematis semasa tiga dasawarsa pemerintahan Orde Baru (Orba).
Dalam kurun waktu itulah, hak hak sosial, politik, dan budaya orang Tionghoa dicukur habis dan dikurung di balik tembok-tembok rumah mereka, berbagai peraturan yang oleh seorang tokoh Tionghoa digolongkan sebagai sebuah cultural genocide. Diskriminasi dalam bidang sosial, politik dan budaya inilah yang agakmya mendasari munculnya gerakan sosial ini, sebuah gerakan yang bukan berbasis kepentingan kelas ataupun ekonomi.
Namun keresahan dan ketidakpuasan ini barulah berkembang menjadi perlawanan setelah situasi yang kondusif tercipta. Situasi ini adalah berakhirnya Perang Dingin menyusul bubarnya negara Uni Sovyet, perkembangan situasi pasca Peristiwa Mei, Berita berakhirnya pemerintahan Orba. Selain itu, adanya jaringan yang telah Iama berkembang, yaitu jaringan gerakan pro-demokrasi dan jaringan tradisional Tionghoa yang berlandaskan pun turut mendukung penyebaran gerakan ini.
Yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa gerakan yang dihasilkan oleh ketidakpuasan di atas ternyata tidak seragam. Ada orang-orang Tionghoa yang memahami masalah diskriminasi ini sebagai masalah bagi etnik Tionghoa dan mengharapkan penyelesaian melalui penghidupan kembali identitas dan budaya Tionghoa. Kelompok ini tampaknya dapat dikategorikan sebagai kelompok yang berorientasi lebih banyak ke dalam dan sangat rentan terhadap pengaruh etnosentrisme.
Namun ada pula sekelompok orang Tionghoa yang menganggap masalah diskriminasi ini semata-mata sebagai salah satu kasus dari intervensi negara yang berlebihan, dan oleh sebab itu upaya penyelesaiannya harus dilakukan dalam kerangka yang lebih luas : hengkangnya negara dari wilayah-wilayah sipil dan pembentukan civil society yang kuat, yang merupakan akar dari suatu masyarakat yang demokratis. Kelompok ini tampaknya lebih tepat dikategorikan sebagai kelompok yang berorientasi keluar. Perbedaan pandangan di antara kelompok-kelompok ini pada gilirannya menghasilkan berbagai variasi pula pada pola-pola gerakan yang mereka kembangkan yang menyebabkan gerakan ini dipenuhi dengan keberagaman. Dengan demikian, fenomena gerakan sosial ini sekali lagi memperkuat pemahaman yang ditampilan pada awal tulisan ini, yaitu bahwa masyarakat Tionghoa adalah masyarakat yang beragam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuan, Zhang Ji
"Tema budaya Tionghoa menjadi salah satu hal menarik dalam khazanah kesusastraan Indonesia. Marginalisasi dan gambaran penderitaan kaum peranakan Tionghoa menjadi bukti bahwa masih terdapat intoleransi dan ketimpangan dalam masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan melihat gagasan diskriminatif yang disampaikan melalui tokoh dan penokohan. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa bentuk diskriminasi sosial yang dialami oleh peranakan Tionghoa pada tiga cerpen dalam kumpulan cerpen Kelurga Tan mengacu kepada diskriminasi gender, fisik, dan status sosial. Faktor diskriminasi sosial pada tiga cerpen dalam kumpulan cerpen Kelurga Tan dipengaruhi oleh aspek politik, pergaulan, dan stereotipe lingkungan sekitar. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi segala pihak yang tertarik pada isu diskriminasi dalam karya sastra, khususnya pada tokoh peranakan Tionghoa.

The theme of Chinese culture is one of the interesting things in Indonesian literature. The marginalization and depiction of the suffering of Chinese-Indonesian descendants is proof that there is still intolerance and inequality in Indonesian society. This research uses descriptive qualitative methods with data collection techniques in the form of literature study. In addition, this study also uses a sociology of literature approach by looking at discriminatory ideas conveyed through characters and characterizations. In this research, it was found that the form of social discrimination experienced by Chinese-breeders in the three short stories in the collection of Tan Family short stories refers to gender, physical and social status discrimination. The factor of social discrimination in the three short stories in the collection of Tan Family short stories is influenced by political aspects, association, and stereotypes of the surrounding environment. This research is expected to be useful for all parties who are interested in the issue of discrimination in literary works, especially the figures of Chinese descent.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Tion Sution
Pontianak: Lembaga Bela Banua Talino (LBBT), 2005
305 THO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Dewi Christina
"Penelitian ini membahas tentang peran Edith Windsor untuk menghapus diskriminasi terhadap kaum homoseksual di Amerika Serikat khususnya menghapus praktik Pasal Ketiga Defence of Marriage Act (DOMA). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran Edith Windsor dalam upaya menggugat praktik Pasal Ketiga Defence of Marriage Act (DOMA) di Mahkamah Agung Amerika Serikat dan bagaimana hasilnya. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teori gerakan sosial baru dan teori queer serta konsep homoseksual digunakan dalam penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini adalah Edith Windsor berhasil memenangkan gugatannya dengan harus melewati berbagai judicial review yang diajukan oleh mereka yang anti-homoseksual. Adapun cara Edith Windsor dalam upaya penghapusan diskriminasi tersebut, yaitu melalui advokasi litigasi (citizen law suit). Dari peran yang dilakukan, Edith Windsor berhasil mengangkat kembali isu diskriminasi hingga terbentuk usulan draft RUU pernikahan yang baru di Kongres. Penelitian ini berkesimpulan bahwa perjuangan Edith Windsor berhasil menyatakan Pasal Ketiga DOMA sebagai sesuatu yang inkonstitusional.

This research discusses about the role of Edith Windsor to eliminate discrimination against homosexuals in the United States in particular eliminate the practice of Article Third Defense of Marriage Act (DOMA). The problem in this research is how the role of Edith Windsor in an attempt to sue the practice of Article Third Defense of Marriage Act (DOMA) in the Supreme Court of the United States and how the results. This research is an explanatory research using qualitative approach. This research employs theory of new social movement, queer theory and also homosexuals concepts.
The results of this study are Edith Windsor won the lawsuit that must passed through various appeals judicial review by those who are anti-homosexual. As for how Edith Windsor in an effort to eliminate such discrimination, which is through litigation advocacy (citizen law suit). Of the role played by, Edith Windsor successfully raised the issue of discrimination and formed the proposed draft new marriage bill in congress. This research concluded that the struggle by Edith Windsor managed to declare Article Third DOMA as unconstitutional.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahala, Sumijati
"Hukum adat yang beraneka ragam banyaknya masih berlaku pada suku bangsa di Indonesia, dan masing-masing mengacu pada sistem kekerabatan yang dianut. Sistem kekerabatan patrilineal seperti pada suku Batak dan Bali, tidak memasukkan anak perempuan sebagai ahli waris dan tidak termasuk penerus keturunan. Pelaksanaan hukum waris yang termasuk bidang hukum keluarga menurut hukum adat Batak khususnya Batak Toba di Jakarta, masih menggunakan hukum adat Batak. Sejak tahun 1961. MA mengeluarkan putusan yaitu Yurisprudensi No.179/K/ST/1961 tentang warisan adat di tanah Batak Karo yang memperhitungkan anak perempuan sebagai ahli waris dan mendapatkan bagian yang sama dengan anak laki-laki terhadap harta kekayaan bapaknya (orang tuanya). Dari Yurisprudensi tersebut terlihat bahwa secara yuridis anak perempuan adalah ahli waris, hak waris anak laki-laki dan anak perempuan tidak dibedakan, namun kenyataannya dalam masyarakat Batak Toba anak perempuan bukan ahli waris apalagi mempunyai hak untuk mendapatkan harta warisan bapaknya (orang tuanya).
Permasalahan utama yang dihadapi adalah apakah warga masyarakat adat Batak masih berpegang pada hak waris dalam hukum adat Batak sehingga menjadi kendala bagi penerapan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. Dalam mengamati kehidupan warga masyarakat Batak Toba di Jakarta, digunakan teori jender, antropologi hukum dikaitkan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Jender manurut Saparinah Sadli merupakan sejumlah karakteristik psikologis ditentukan secara sosial dengan adanya seks lain, dasar hubungan jender itulah diasumsikan dengan adanya perbedaan analisis. Dalam menganalisis peran laki-laki. dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari dalam kenyataannya bekerja, yang rumusan hukum tidak hanya hukum yang tertulis saja tetapi juga aturan yang tidak tertulis, Menurut rumusan von Benda Beckmann hukum merupakan konsepsi kognitif dan normatif termasuk didalamnya prinsip, adat dan norma-norms lainnya.
Bekerjanya hukum dalam kehidupan warga masyarakat Batak juga. dapat dilihat apakah hukum adat itu masih hidup dan diterapkan. Moore dalam penelitiannya terhadap orang Chagga di Tanzania, Afrika. rnengemukakan bahwa betapa pentingnya hukum untuk mengadakan perubahan sosial (Sally Folk Moore ; 1993: 1-18). Hukum yang dimaksud adalah hukum tanah yang merupakan undang-undang dan dapat diterapkan untuk menggantikan pedoman-pedoman yang berlaku tentang kepemilikan tanah, menjadi diawasi melalui sistem kepemilikan yang diambil alih seluruhnya oleh negara. Penelitian Moore ini mirip dengan penelitian tentang hukum waris pada suku bangsa Batak. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan bersifat kualitatif Kami menggabungkan beberapa teknik penelitian, yaitu dalam mengumpulkan informasi diterapkan metode telaah kepustakaan dan beberapa dokumen yang berbentuk keputusan dan tulisan. Untuk melengkapi data tersebut kami juga mengikuti kegiatan adat dalam kehidupan sehari-hari antara warga masyarakat Batak di Jakarta dengan pengamatan terlibat (participation-observation), disamping data yang didapat dari lima orang ketua adat sebagai informan. Data juga didapat dari kuesioner yang disebarkan kepada 40 orang wanita dari marga Simandjuntak dan Pasaribu dan untuk lebih memahami serta menghayati pengalaman wanita dalam masalah warisan, diadakan wawancara secara mendalam (depth-interview) terhadap sepuluh orang ibu yang diambil secara snow-ball.
Hasil penelitian dapat disimpulkan sbb ; walaupun secara normatif anak perempuan tidak termasuk dalam kelompok ahli waris, namun dalam perkembangannya, keluarga yang berasal dari warga masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal di Jakarta sudah memasukkan anak perempuan mereka sebagai ahli waris, sedangkan bagian yang diterima anak perempuan sangat bervariasi, yaitu bagian anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan, bagian anak perempuan tergantung dari saudara laki-lakinya atau bagian anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Hal yang utama dapat dilihat pada bidang pendidikan, dimana anak laki-laki dan perempuan mendapat prioritas utama dengan tidak ada perbedaan. Satu hal yang ditemui dalam penelitian ini adalah bahwa pengertian perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan pada warga masyarakat Batak Toba di Jakarta tidak pada hal yang negatif saja, lebih jauh perbedaan peran tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan dan keamanan (emotional security) bagi anak perempuan mereka, baik yang masih lajang maupun yang sudah berkeluarga."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna G.S.D. Poerba
"[ ABSTRAK
Pada tahun 1998 terjadi dua peristiwa yang memberikan dampak penting terhadap warga etnis Tionghoa di Indonesia.Peristiwa pertama adalah Kerusuhan Mei 1998 yang dilanjutkan oleh peristiwa berikutnya yaitu turunnya Soeharto dari kursi presiden yang menandai berakhirnya pemerintahan Orde Baru. Kerusuhan Mei 1998 yang sarat akan sentimen anti-Tionghoa dan memakan banyak korban warga etnis Tionghoa justru menciptakan sebuah titik balik dalam gerakan warga Tionghoa. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui proses berdirinya organisasi massa bernama Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) dan sejauh apa kiprahnya dalam upaya integrasi dengan warga etnis lainnya serta upaya pemenuhan hak WNI keturunan Tionghoa. Sumber-sumber data untuk penelitian ini diperoleh dari buku-buku, jurnal, koran, serta arsip yang didapatkan dari berbagai sumber seperti Arsip Nasional Republik Indonesia dan arsip Perhimpunan INTI. Kontribusi dari Perhimpunan INTI tidak begitu disorot dalam koran-koran nasional pada masa awal berdirinya sehingga sumber utama berasal dari wawancara dengan beberapa pendiri organisasi.Tidak semua upaya sepenuhnya dilakukan oleh warga Tionghoa semata tetapi juga terdapat kontribusi dari tokoh-tokoh dengan latar belakang etnis yang berbeda.Ini pun menunjukkan bahwa Perhimpunan INTI berhasil meraih simpati dari berbagai kalangan yang menjadi sebuah langkah awal yang penting dalam upaya integrasi.
ABSTRACT During 1998, there were two events that had important impacts on Chinese ethnic in Indonesia. The first was May 1998 Riot, which followed by the second event, i.e. the fall of Soeharto and the end of the New Order government in Indonesia. Mei 1998 Riots, which was filled with anti-Chinese sentiment and took a lot of victims of Chinese ethnic, created a turning point in the Indonesian Chinese movement. This research aims to explore the process of the establishment of the Association of the Indonesian Chinese (Perhimpunan INTI) and its contribution tothe integration of the Indonesian Chinese ethnic with other ethnicsas well as thefulfillment ofthe Indonesian Chinese rights. Data is coming from books, journals, newspapers, and archives, which is provided in libraries of ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) and Association of the Indonesian Chinese. However, its contribution to the above goals is hardly found in national newspapers at the beginning of its foundation; therefore this research will use interviews with some Association of the Indonesian Chinese founders as its main data (information). It is clear from this research that the success of Association of the Indonesian Chinese does not result from Indonesian Chinese efforts alone, but also from other ethnic supports. Those supports have become proves that Association of the Indonesian Chinese has been winning a sympathy from many people.;During 1998, there were two events that had important impacts on Chinese ethnic in Indonesia. The first was May 1998 Riot, which followed by the second event, i.e. the fall of Soeharto and the end of the New Order government in Indonesia. Mei 1998 Riots, which was filled with anti-Chinese sentiment and took a lot of victims of Chinese ethnic, created a turning point in the Indonesian Chinese movement. This research aims to explore the process of the establishment of the Association of the Indonesian Chinese (Perhimpunan INTI) and its contribution tothe integration of the Indonesian Chinese ethnic with other ethnicsas well as thefulfillment ofthe Indonesian Chinese rights. Data is coming from books, journals, newspapers, and archives, which is provided in libraries of ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) and Association of the Indonesian Chinese. However, its contribution to the above goals is hardly found in national newspapers at the beginning of its foundation; therefore this research will use interviews with some Association of the Indonesian Chinese founders as its main data (information). It is clear from this research that the success of Association of the Indonesian Chinese does not result from Indonesian Chinese efforts alone, but also from other ethnic supports. Those supports have become proves that Association of the Indonesian Chinese has been winning a sympathy from many people.;During 1998, there were two events that had important impacts on Chinese ethnic in Indonesia. The first was May 1998 Riot, which followed by the second event, i.e. the fall of Soeharto and the end of the New Order government in Indonesia. Mei 1998 Riots, which was filled with anti-Chinese sentiment and took a lot of victims of Chinese ethnic, created a turning point in the Indonesian Chinese movement. This research aims to explore the process of the establishment of the Association of the Indonesian Chinese (Perhimpunan INTI) and its contribution tothe integration of the Indonesian Chinese ethnic with other ethnicsas well as thefulfillment ofthe Indonesian Chinese rights. Data is coming from books, journals, newspapers, and archives, which is provided in libraries of ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) and Association of the Indonesian Chinese. However, its contribution to the above goals is hardly found in national newspapers at the beginning of its foundation; therefore this research will use interviews with some Association of the Indonesian Chinese founders as its main data (information). It is clear from this research that the success of Association of the Indonesian Chinese does not result from Indonesian Chinese efforts alone, but also from other ethnic supports. Those supports have become proves that Association of the Indonesian Chinese has been winning a sympathy from many people.;During 1998, there were two events that had important impacts on Chinese ethnic in Indonesia. The first was May 1998 Riot, which followed by the second event, i.e. the fall of Soeharto and the end of the New Order government in Indonesia. Mei 1998 Riots, which was filled with anti-Chinese sentiment and took a lot of victims of Chinese ethnic, created a turning point in the Indonesian Chinese movement. This research aims to explore the process of the establishment of the Association of the Indonesian Chinese (Perhimpunan INTI) and its contribution tothe integration of the Indonesian Chinese ethnic with other ethnicsas well as thefulfillment ofthe Indonesian Chinese rights. Data is coming from books, journals, newspapers, and archives, which is provided in libraries of ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) and Association of the Indonesian Chinese. However, its contribution to the above goals is hardly found in national newspapers at the beginning of its foundation; therefore this research will use interviews with some Association of the Indonesian Chinese founders as its main data (information). It is clear from this research that the success of Association of the Indonesian Chinese does not result from Indonesian Chinese efforts alone, but also from other ethnic supports. Those supports have become proves that Association of the Indonesian Chinese has been winning a sympathy from many people.;During 1998, there were two events that had important impacts on Chinese ethnic in Indonesia. The first was May 1998 Riot, which followed by the second event, i.e. the fall of Soeharto and the end of the New Order government in Indonesia. Mei 1998 Riots, which was filled with anti-Chinese sentiment and took a lot of victims of Chinese ethnic, created a turning point in the Indonesian Chinese movement. This research aims to explore the process of the establishment of the Association of the Indonesian Chinese (Perhimpunan INTI) and its contribution tothe integration of the Indonesian Chinese ethnic with other ethnicsas well as thefulfillment ofthe Indonesian Chinese rights. Data is coming from books, journals, newspapers, and archives, which is provided in libraries of ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) and Association of the Indonesian Chinese. However, its contribution to the above goals is hardly found in national newspapers at the beginning of its foundation; therefore this research will use interviews with some Association of the Indonesian Chinese founders as its main data (information). It is clear from this research that the success of Association of the Indonesian Chinese does not result from Indonesian Chinese efforts alone, but also from other ethnic supports. Those supports have become proves that Association of the Indonesian Chinese has been winning a sympathy from many people.;During 1998, there were two events that had important impacts on Chinese ethnic in Indonesia. The first was May 1998 Riot, which followed by the second event, i.e. the fall of Soeharto and the end of the New Order government in Indonesia. Mei 1998 Riots, which was filled with anti-Chinese sentiment and took a lot of victims of Chinese ethnic, created a turning point in the Indonesian Chinese movement. This research aims to explore the process of the establishment of the Association of the Indonesian Chinese (Perhimpunan INTI) and its contribution tothe integration of the Indonesian Chinese ethnic with other ethnicsas well as thefulfillment ofthe Indonesian Chinese rights. Data is coming from books, journals, newspapers, and archives, which is provided in libraries of ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) and Association of the Indonesian Chinese. However, its contribution to the above goals is hardly found in national newspapers at the beginning of its foundation; therefore this research will use interviews with some Association of the Indonesian Chinese founders as its main data (information). It is clear from this research that the success of Association of the Indonesian Chinese does not result from Indonesian Chinese efforts alone, but also from other ethnic supports. Those supports have become proves that Association of the Indonesian Chinese has been winning a sympathy from many people.;During 1998, there were two events that had important impacts on Chinese ethnic in Indonesia. The first was May 1998 Riot, which followed by the second event, i.e. the fall of Soeharto and the end of the New Order government in Indonesia. Mei 1998 Riots, which was filled with anti-Chinese sentiment and took a lot of victims of Chinese ethnic, created a turning point in the Indonesian Chinese movement. This research aims to explore the process of the establishment of the Association of the Indonesian Chinese (Perhimpunan INTI) and its contribution tothe integration of the Indonesian Chinese ethnic with other ethnicsas well as thefulfillment ofthe Indonesian Chinese rights. Data is coming from books, journals, newspapers, and archives, which is provided in libraries of ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) and Association of the Indonesian Chinese. However, its contribution to the above goals is hardly found in national newspapers at the beginning of its foundation; therefore this research will use interviews with some Association of the Indonesian Chinese founders as its main data (information). It is clear from this research that the success of Association of the Indonesian Chinese does not result from Indonesian Chinese efforts alone, but also from other ethnic supports. Those supports have become proves that Association of the Indonesian Chinese has been winning a sympathy from many people., During 1998, there were two events that had important impacts on Chinese ethnic in Indonesia. The first was May 1998 Riot, which followed by the second event, i.e. the fall of Soeharto and the end of the New Order government in Indonesia. Mei 1998 Riots, which was filled with anti-Chinese sentiment and took a lot of victims of Chinese ethnic, created a turning point in the Indonesian Chinese movement. This research aims to explore the process of the establishment of the Association of the Indonesian Chinese (Perhimpunan INTI) and its contribution tothe integration of the Indonesian Chinese ethnic with other ethnicsas well as thefulfillment ofthe Indonesian Chinese rights. Data is coming from books, journals, newspapers, and archives, which is provided in libraries of ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) and Association of the Indonesian Chinese. However, its contribution to the above goals is hardly found in national newspapers at the beginning of its foundation; therefore this research will use interviews with some Association of the Indonesian Chinese founders as its main data (information). It is clear from this research that the success of Association of the Indonesian Chinese does not result from Indonesian Chinese efforts alone, but also from other ethnic supports. Those supports have become proves that Association of the Indonesian Chinese has been winning a sympathy from many people.]"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firma Nanda Lestari
"Penelitian ini mencoba menganalisis kontra-stereotipe dari orang kulit hitam dan kulit putih pada film Black or White (2014). Bagaimana mereka digambarkan akan menjadi fokus pada penelitian ini. Dengan menggunakan analisis tekstual, penelitian ini menemukan bahwa orang kulit hitam digambarkan sebagai orang yang berpendidikan, berkualitas dan sukses. Sementara, orang kulit putih digambarkan sebagai orang yang tidak baik, pecandu alkohol dan penurut. Penelitian ini berkontribusi pada studi tentang representasi ras dengan memperlihatkan bahwa film ini menghadirkan kontra-stereotipe antara orang kulit hitam dan kulit putih, yang mana itu berarti diskriminasi ras masih terdapat pada masyarakat.

This research attempts to analyse the counter-stereotype of Blacks and Whites in Black or White (2014). How Blacks and Whites are portrayed will be the focus of this study. By using textual analysis, this study finds that Blacks are represented as educative, qualified and successful. Meanwhile, Whites are portrayed as bum, alcoholic and submissive. This study contributes to the study of racial representation by showing that this film represents counter-stereotype of Blacks and Whites, which means racial discrimination still exists in the society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Reza Aryaswara
"Isu diskriminasi sosial terhadap kaum minoritas masih menjadi permasalahan sensitif yang masih sulit untuk diselesaikan. Selaras dengan hal itu, Prancis menjadi salah satu negara dengan tingkat diskriminasi rasial yang masih terbilang tinggi (RFI, 2023) Kery James, seorang rapper, kerap kali mengangkat isu rasisme dalam lagunya, seperti dalam “Le Poète Noir” yang secara implisit menampilkan kritik terhadap diskriminasi rasial terhadap kaum minoritas. Dalam hal ini, musik dapat menjadi media penyampaian kritik atas isu sosial yang terjadi di masyarakat, termasuk permasalahan diskriminasi rasial. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan adanya resistensi wacana diskriminasi sosial melalui pemilihan diksi dan penggunaan gaya bahasa sebagai media fokalisasi kaum minoritas yang terdiskriminasi di dalam lirik lagu “Le Poète Noir” karya Kery James. Melalui metode kualitatifdengan teknik studi kepustakaan, penelitian ini menggunakan teori struktural puisi Schmitt & Viala (1982), teori analisis komponen makna Leech (1982), dan teori aktivitas diskriminasi Baron & Byrne (1997). Ditemukan bahwa eksistensi kritik sosial atas diskriminasi ditunjukkan melalui dominasi penggunaan aliterasi, asonansi, dan metafora pada lagu untuk mendukung pemberian makna penderitaan dan perjuangan sebagai bentuk kritik atas tindakan diskriminasi rasial.

The issue of social discrimination against minorities is still a sensitive issue that is still difficult to resolve. In line with this, France is one of the countries with a high level of racial discrimination (RFI, 2023) Kery James, a rapper, often raises issues of racism in his songs, such as in "Le Poète Noir" which implicitly criticizes racial discrimination against minorities. In this case, music can be a medium to convey criticism of social issues that occur in society, including the problem of racial discrimination. This research aims to show the resistance of social discrimination discourse through the selection of diction and the use of language styles as a medium of focalization of discriminated minorities in the lyrics of the song "Le Poète Noir" by Kery James. Through qualitative method with literature study technique, this research uses Schmitt & Viala's structural theory of poetry (1982), Leech's theory of componential analysing of meaning (1982), and Baron & Byrne's theory of discrimination activity (1997). It was found that the existence of social criticism of discrimination is shown through the dominant use of alliteration, assonance, and metaphor in the song to support the meaning of suffering and struggle as a form of criticism of acts of racial discrimination."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Djoni
"Tesis ini merupakan penelitian tentang kebijakan diskriminasi harga minyak tanah untuk keperluan industri dan rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak disriminasi harga minyak tanah untuk keperluan industri dan rumah tangga degan menggunakan model permintaan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder di peroleh dari PT Pertamina, BPS dan instansi terkait Iainnya. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; pertama, analisis deskriptif yaitu untuk menggambarkan kondisi tentang minyak tanah. Kedua , analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat pengaruh permintaan minyak tanah terhadap kebijakan diskriminasi harga minyak tanah. Program SPSS digunakan untuk memperoleh model permintaan minyak tanah dan Metode Eksponensial Smoothing untuk melakukan peramalan variabel bebas terhadap permintaan minyak tanah. Parameter yang dipakai dalam analisis permintaan adalah elastisitas harga dan elastisitan permintaan.
Hasil Analisis
Elastisitas harga minyak tanah di DKI Jakarta untuk sektor industri -0,642 dan sektor rumah tangga - 0,857. Sedangkan di Jawa Barat elastisitas harga minyak tanah untuk industri -0,591 dan sektor rumah tangga - 0,935. Berdasarkan elastisitas harga tersebut dapat dijelaskan dampak diskriminasi harga minyak tanah untuk sektor industri dan rumah tangga."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triastama Wiraatmaja
"ABSTRAK
Tesis ini menunjukkan penggambaran rasisme oleh sutradara Lee Daniels dalam film The Butler (2013). Penulisan tesis ini dilakukan untuk menunjukkan penggambaran rasisme, yang disertai sikap prejudis, dan perilaku diskriminasi terhadap kelompok kulit hitam Amerika sesuai dengan konteks film The Butler(2013) yang mengambil konteks waktu 1920-an sampai 1960-an. Saya sebagai penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai Auteur Theory, analisis mise-en-scene, dan thick description, kemudian saya memperlakukan film sebagai teks yang kemudian dianalisis berdasarkan adegan dan dialog dalam film tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa sesuai dengan konteks film The Butler, rasisme yang disertai prejudis dan diskriminasi terhadap kaum kelompok kulit hitam terjadi karena ada stereotipe budak yang menegaskan status kulit hitam sebagai inferior, dan kulit putih, yang menjunjung konsep white supremacy, sebagai superior. Lee Daniels melalui film The Butler(2013), seakan ingin menunjukkan bahwa kebijakan publik maupun aturan pemerintah yang mengatur tentang hak-hak sipil warga negara maupun perbudakan masih dirasa kurang untuk mengekang atau menghapus rasisme terhadap masyarakat kulit hitam Amerika. Film ini seakan merupakan respon dari Lee Daniels, walaupun Barack Husein Obama Jr. terpilih sebagai presiden Amerika dari keturunan kulit, rasisme terhadap kaum kulit hitam Amerika masih tetap ada. Di sisi lain, film ini juga menunjukkan bahwa profesionalisme dan etos kerja serta sikap dari seorang butler kulit hitam mampu merubah stigma negatif yang disematkan terhadap masyarakat Afrika-Amerika. Serta untuk menjembatani perbedaan serta hubungan antar ras tersebut diperlukan adanya kesepahaman atau Cross Cultural Understanding antar ras maupun budaya yang berbeda.

ABSTRACT
This study is intended to expose the portrayal of racism shown by producer Lee Daniels within The Butler(2013). The objectives of this study are to show the depiction of racism, which are followed by prejudice and discrimination towards black Americans based on context-relationship with The Butler(2013) during 1920s until 1960s. I, as a writer used a qualitative method with auteur theory, mise-en-scene and thick description, thus those theories were utilised to analyse shots and dialogs in the movie. Based on The Butler(2013), this study show that racism, which were followed by prejudice and discrimination towards blacks, emerged caused by slave-stereotyping which stressed blacks as inferior and whites that uphold white-supremacy concept, as superior. Apparently that through The Butler, Lee Daniels wants to highlight that public policies or government laws which regulate citizens? civil rights and slavery are not adequate to restrain or eradicate racism towards blacks American. This movie also might perceived as the response from its? director, Lee Daniels, even though Barack Husein Obama Jr. was elected as the first African-American Presiden of the United States, racism towards blacks America still exist. On the other hand, this movie also shows that hard-work and professional work-ethic and positive attitude from a butler is considered able to alter the negative stigma possessed by African-American. Hence, to overcome the differences and intercultural relations Cross Cultural Understanding is pivotal key which act as a link among different races or cultures.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>