Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53863 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saleh Basir
Jakarta: Salemba Empat, 2005
658.15 SAL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Herlina
"Setiap pendirian perusahaan, modal sangatlah diperlukan. Modal tersebut terdiri dari modal dasar dan modal yang ditempatkan/disetor. Modal itu sendiri dapat diperoleh dari investor atau pemegang saham. Bagi perusahaan, penambahan modal untuk pengembangan usaha dapat melalui pinjaman bank ataupun mekanisme pasar modal. Dalam penulisan ini mengkhususkan Perusahaan Terbuka dimana perolehan modalnya melalui mekanisme Pasar Modal. Perusahaan Terbuka dalam pencarian modal dapat melakukan aksi korporasi berupa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Tanpa HMETD). Maka penulisan ini diperlukan untuk menganalisa aksi korporasi yang digunakan pemegang saham mayoritas yang bersifat positif atau negatif kepada pemegang saham minoritas sehingga timbulnya perlindungan hukum. Metode penelitian dalam penulisan ini yuridis normatif yaitu penelitian dengan cara menelusuri dan menganalisis bahan pustaka dan dokumen yang berhubungan dengan subtansi penelitian.
Dapat diambil kesimpulan dari penulisan ini yaitu aksi korporasi didalam suatu perseroan bertujuan untuk kemajuan perusahaan. Mengenai tujuan aksi korporasi ini memiliki 2 (dua) kemungkinan yaitu dari segi positif dan negatif bagi para pemegang saham. Untuk itu peran serta Bapepam-LK dan SRO sebagai pengawas dan pelaksana pasar modal sangatlah diperlukan. Pelaksanaan aksi korporasi harus mempertimbangkan pemegang saham khususnya untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas. Oleh sebab itu disarankan Bapepam-LK melakukan pengawasan ketat dan membuat peraturan yang lebih tegas sesuai dengan kondisi saat ini untuk pelaksanaan aksi korporas.

Every establishment of companies, capital is needed. Capital consists of capital base and capital issued / paid up. Capital itself can be obtained from investors or shareholders. For companies, additional capital for business development may be through bank loans or capital market mechanisms. In writing this public company which specializes capital gains through capital market mechanisms. Company in search of capital can make a corporate action Rights Issue and Without Rights Issue. So the writing is necessary to analyze corporate actions that are used the majority shareholders who are positive or negative to the minority shareholders so that the emergence of legal protection. Research methods in this paper is normative juridical research by tracing and analyzing library materials and documents related to the substance of research.
Conclusions can be drawn from this paper that corporate actions within a corporation aims to advance the company. Regarding the purpose of this corporate action has two (2) the possibility that in terms of positive and negative for shareholders. For that role and Bapepam-LK and the SRO as a supervision and enforcer of capital markets is necessary. Implementation of corporate action shareholders should consider in particular to protect the interests of minority shareholders. Therefore recommended Bapepam-LK to strict supervision and make the regulations more strictly in accordance with current conditions for implementation of the corporate action.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T29305
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Yohanes mvh, Author
"ABSTRAK
Berbagai macam alternatif tindakan korporasi dan transaksi bisnis dilakukan oleh perusahaan, baik itu perusahaan yang go public maupun perusahaan yang sahamnya dimiliki perseorangan atau sekelompok orang, baik lokal maupun asing, yang dilakukan semata-mata agar perusahaan tersebut dapat bertahan dalam menghadapi setiap tantangan, baik dari dalam (internal factors) maupun dari luar perusahaan (external factors) juga agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Dalam melakukan kegiatannya, perusahaan dituntut untuk berpegang pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan secara baik dan benar (good corporate governance). Berangkat dari hal tersebut, dalam upaya melindungi para pemegang saham terutama pemegang saham minoritas atau investor publik atas kerugian yang mungkin timbul dari suatu tindakan korporasi atau transaksi (corporate transactions) yang didominasi oleh pemegang saham mayoritas atau pihak lain yang terlibat, BAPEP AM telah menetapkan Peraturan Nomor IX.E.l tentang "transaksi benturan kepentingan" dan IX.E.2 tentang "transaksi material dan perubahan kegiatan usaha". Adapun salah satu syarat pokok dari kedua peraturan tersebut adalah keharusan menunjuk pihak independen untuk memberikan pendapat atas kelayakan atau kewajaran suatu transaksi yang pada umumnya disebut pendapat kewajaran atas transaksi atau ''fairness opinion transactions".
PT SMART dalam melindungi asset yang dikelolanya menggunakan berbagai macam strategi bisnis, salah satunya adalah menggunakan instrumen derivatif-swap valuta berjangka yang bertujuan melindungi nilai kewajiban dalam mata uang asing terhadap resiko fluktuasi dalam transaksi mata uang asing.
Dalam rangka hal tersebut diatas, PT SMART Tbk melakukan dua perjanjian swap valuta berjangka dengan pihak BII Bank Limited (BIIBL) masing-masing bernilai USD. 75 juta. Sehingga nilai total perjanjian swap valuta berjangka tersebut adalah sebesar USD. 150 juta.
Pada saat kedua perjanjian swap tersebut akan jatuh tempo, pihak BIIBL meriyatakan tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian swap yang telah disepakati dengan PT SMART Tbk. dikarenakan sedang melaksanakan restrukturisasi keuangan dan hutang dengan para debitumya. Sebagai jalan keluar, Pihak BIIBL menawarkan opsi pengalihan aktiva jaminan milik PT Century Capital Ltd, debitur BIIBL yang gagal memenuhi kewajibannya terhadap BIIBL, berupa kepemilikan 7.650 saham atau sebesar 49,997% kepemilikan di PT. Tapian Nadenggan dan 45 juta saham atau sebesar 9% kepemilikan di PT Ivo Mas Tunggal, yang menurut perhitungan financial analyst (PT Asian Appraisal Indonesia) masing - masing bemilai Rp. 480.086.621.789 ekuivalen USD.46,162,175 untuk 7.650 saham PT Tapian Nadenggan dan Rp. 286.756.560.000 ekuivalen USD.27,572,746 untuk 45 juta saham PT lvo Mas Tunggal.
Tujuan penulisan karya tulis akhir ini adalah memberikan suatu gambaran mengenai kinerja penilaian yang dilakukan financial analyst atau business valuers dalam memberikan suatu opini / pendapat kewajaran atas suatu transaksi bisnis yang dilakukan PT SMART Tbk tersebut dan mengetahui bagaimana penerapan penilaian suatu perusahaan dikaitkan dengan teori penilaian perusahaan yang ada (business valuation theory).
Analisis yang digunakan adalah dengan menganalisa laporan penilaian financial analyst yaitu PT Asian Appraisal Indonesia, dengan mengacu pada berbagai literatur, Undang-Undang dan Peraturan BAPEPAM, bahan seminar business valuers, audit report, appraisal report, laporan kinerja, dan laporan tahunan perusahaan, dan buku-buku acuan lainnya.
Hasil analisis terhadap laporan financial analyst menunjukan bahwa perhitungan yang dilakukan mengacu pada prinsip-prinsip penilaian tetapi masih mempunyai beberapa kelemahan dalam mengkaji lebih dalam faktor-faktor ekstemal yang seharusnya dapat mempertajam proses penilaian.
Last but not lease, dapat diambil suatu saran singkat bahwa dalam melakukan penilaian terhadap suatu badan usaha diperlukan bermacam-macam penyesuaian yang mungkin saja berbeda dengan penerapan teori yang ada yang disebabkan oleh perbedaan jenis karakter perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun ekstemal perusahaan itu sendiri, sejauh hal tersebut tidak menyimpang dari kaidah-kaidah peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah selaku regulator.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Bramantio Yuliarto
"Pada masa krisis perekonomian Indonesia mengalami kegoncangan dalam berbagai bidang industri. Gejala ini dapat terlihat pada perkembangan dalam pasar modal Indonesia. Bagi para investor terutama yang berinvestasi pada saham tentu mempertimbangkan kembali keputusan investasinya. Salah satu pertimbangan investor untuk mau berinvestasi di perusahaan tersebut yaitu dengan melihat kinerja dari perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada tiga industri dengan market capitalization terbesar, yaitu industri barang konsumsi; industri dasar dan kimia; serta industri infrastruktur, utilitas, dan telekomunikasi. Penelitian ini untuk menguji apakah pada periode tahun 1999-2001 masih ada saham dari perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian yang menguntungkan sehingga bisa dimasukkan ke dalam portofolio investasi. Metode pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen yang melibatkan unsur risiko. Model Sharpe (excess return to variability) dengan risiko fluktiiasi return sebagai pembagi, kemudian model Treynor (excess return to beta) dengan beta sebagai ukuran risiko atau yang sering disebut sebagai systematic risk. Sedangkan pendekatan yang terakhir lebih sebagai perluasan dan konsep CAPM yaitu dengan melihat kemampuan portofolio menghasilkan return di atas return pasar (differential return), atau yang lebih dikenal dengan sebutan model Jensen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan pada ketiga industri tersebut masih mempunyai kinerja di atas kinerja pasar. Perhitungan kinerja menujukkan kinerja industri terbaik yang berbeda-beda pada setiap tahun. Pada tahun 1999 yang terbaik adalah industri barang konsumsi, sedangkan tahun 2000 yang terbaik adalah industri dasar dan kimia, dan yang terakhir pada tahun 2001 yang terbaik adalah industri infrastruktur, utilitas, dan telekomunikasi. Sedangkan industri dengan kinerja terbaik untuk keseluruhan periode adalah industri dasar dan kimia. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat return sangat mempengaruhi perhitungan kinerja perusahaan. Tingkat return yang besar pada suatu tahun dapat mempengaruhi hasil kinerja untuk keseluruhan periode. Selain itu penelitian menunjukkan adanya kecenderungan yang menurun pada garis CML dan SML, karena return pasar (IHSG) lebih rendah daripada risk free rate (SBI)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryata Giripati
"Industri rokok di Indonesia merupakan salah satu industri yang terus berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan membaiknya daya beli masyarakat. PT. HM Sampoerna (PT HMSP), sebagai salah satu produsen rokok kretek di Indonesia, sangat mengerti akan hal ini sehingga secara serius menggarap potensial pasar ini baik melalui modemisasi fasilitas yang ada maupun dengan pengembangan brand image dari produkĀ­ produknya. Tidak hanya itu saja, PT. HMSP juga mulai memperdalam bisnisnya dengan masuk ke dunia ritel melalui jaringan minimart Alfamart.
Usaha PT. HMSP ini memberikan hasil yang positif yang ditandai dengan meningkatnya harga saham PT. HMSP ini dari waktu ke waktu Sejak dilakukannya stock split pada September 2001, harga saham PT. HMSP terus mengalami peningkatan. Dari harga awal sebesar Rp. 3.300,- pada akhir September 2001, harga saham PT. HMSP sudah berada pada kisaran Rp. 4.475,- pada akhir Desember 2003, atau naik scbesar 35,6%. Hal inilah yang menyebabkan saham PT. HMSP merupakan salah satu saham unggulan di pasar bursa.
Untuk melihat sejauh mana harga saham ini dapat terus bergerak naik atau bahkan turun, maka diperlukan penelitian yang mendalam mengenai penilaian (valuation) nilai intrinsik saham melalui faktor-faktor fundamental pemsahaan. Oleh karena itu, dalam karya tulis ini, penulis menggunakan fundamental analysis di samping juga melakukan analisis keuangan perusahaan untuk memberikan dukungan dalam asumsi-asumsi yang digunakan dalam menghitung nilai intrinsik saham PT. HMSP.
Dari sekian banyak metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian (valuation) harga saham, penulis memilih metode Free Cash Flow Equity (FCFE) dan Abnormal Earnings untuk melakukan penilaian harga saham PT. I-WSP. Pemilihan metode ini lebih didasarkan pada karakteristik keuangan perusahaan (dalam hal ini karakteristik keuangan PT. HMSP), di mana pada dasarnya, masing-masing metode penilaian akan bekerja baik untuk tipe/karakteristik keuangan tertentu. Beberapa hal yang mendasari pemilihan metode di atas adalah karena cashflow (arus kas) perusahaan yang selalu positif sehingga dapat diestimasi, serta growth dari leverage perusahaan yang relatif stabil dari waktu ke waktu.
Dari hasil penelitian, didapat bahwa secara umum, kinerja keuangan PT. HMS menunjukkan hasil yang memuaskan bila dibandingkan dengan para kompetitor yang ada di dalam industri rokok kretek nasional dalam bebarapa tahun terakhir. Dari basil penilaian harga saham pun didapat hasil, baik dengan menggunakan metode FCFE maupun Abnormal Earnings, bahwa saham PT. HMSP berada pada posisi undervalued atau lebih rendah dari ni1ai intrinsiknya. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT. HMSP masih mempunyai peluang untuk terus meningkat di masa yang akan datang.
Dengan menggunakan metode FCFE, didapat nilai intrinsik saham Pl. HMSP sebesar Rp 6.474,- atau terdapat perbedaan sebesar Rp. 1.999,- dari harga saham tersebut di BEJ pada saat penutupan (30 Desember 2003) yang sebesar Rp. 4.475,-. Di lain pihak, dengan menggunakan metode Abnormal Earnings, didapat nilai intrinsik saham PT. HMSP sebesar Rp. 4.763,- atau hanya lebih besar Rp. 288,- dari harga saham tersebut di BEJ pada sa:tt penutupan.
Dalam hal ini, berdasarkan analisa yang telah dilakukan, penulis melihat bahwa harga saham PT. HMSP tidak saja dapat menembus ke level Rp. 4.763,- melainkan dapat menembus hingga ke level Rp. 6.474,-. Oleh karena itu, bagi para investor, penuhs menyarankan untuk mengambil posisi buy (beli) terhadap saham PT. HM Sampoema saat ini mengingat prospeknya yang besar untuk meningkat di masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13535
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairil Amri
"Sebagai salah satu perusahaan minyak tertua di Indonesia, PT.X terus menerus melakukan pencarian-pencarian sumber minyak bam serta menggunakan teknologi-teknologi mutakhir untuk meningkatkan produksinya. PT. X merupakan produsen minyak mentah terbesar saat ini di Indonesia dengan jumlah produksinya sekitar 680,000 barrel per hari.
Setelah didapatkannya minyak mentah dari hasil penambangan minyak tersebut, dan hasilnya disimpan dalam tangki penyimpan, selanjutnya PT. X dihadapkan kepada suatu proses lifting atau pengangkatan minyak untuk dijual kepada pembeli akhir, yaitu dengan menggunakan kapal tanker atau melalui pipa. Proses lifting ini dilakukan oleh para offtakers atau fihak-fihak yang mempunyai hak (entitlement) dalam rangka kontrak bagi hasil antara kontraktor dengan Pertamina / Pemerintah. Untuk mencapai hasil lifting yang maksimal, perusahaan harus menerapkan strategi maksimisasi lifting untuk jumlah minyak yang dikangkat atau dikapalkan, agar didapatkan jumlah revenue yang maksimal pula sehingga bisa meningkatkan pendapatan perusahaan.
Untuk mendapatkan angka lifting yang maksimal tersebut, PT. X dihadapkan kepada beberapa batasan yang harus digunakan dalam menghitung perkiraan entitlement / lifting, antara lain jumlah produksi yang diperkirakan per hari, jumlah cost recoverable yang akan digunakan dan berapa harga minyak mentah yang akan dipakai dalam perhitungan.
Kemungkinan-kemungkinan untuk bisa mendapatkan angka maksimal untuk lifting yang menjadi hak bagi PT. X, yang dalam hal ini adalah sebagai kontraktor, bisa dilihat dari asumsi-asumsi yang dipakai dalam perhitungan. Sebagai perhitungan dasar (base-case) dalam tahun 2001 - 2005, penulis memakai perkiraan produksi, cost recoverable dari harga minyak mentah sama seperti yang dipakai oleh PT. X dalam perhitungan untuk periode tahun 2001 - 2005, seperti yang terlihat pada Lampiran 2-6. Sedangkan untuk perkiraan harga minyak yang aktual adalah seperti yang terlihat pada Tabel 1.2. Dengan mengganti harga pada perhitungan awal dengan perkiraan harga rainyak yang aktual ini, untuk kontraktor akan didapatkan angka entitlement / lifting yang baru yang jumlahnya lebih kecil dari angka entitlement /lifting sebelumnya. Hal ini mengakibatkan kontraktor akan berada pada posisi overlift. Kalau overlift tetap terjadi selama satu triwulan, hal ini akan mengakibatkan kontraktor harus membayar jumlah overlift ini dikalikan dengan harga yang terjadi pada bulan ketiga, kepada Pertamina / Pemerintah. Pembayaran ini akan mengurangi revenue perusahaan dan dengan sendirinya akan mengurangi pendapatan perusahaan. Untuk tahun 2001 - 2005 penulis akan menghitung jumlah pembayaran overlift setiap triwulannya, dan dihitung nilai sekarangnya (present value) pada tahun 2000. Discount factor yang dipakai adalah 6.99% per tahun yang merupakan biaya modal rata-rata (weighted average cost of capital) dari PT.X, dan dihitung secara triwulanan.
Pada simulasi kedua dalam perhitungan perkiraan entitlement / lifting untuk tahun 2001 - 2005, penulis merubah harga minyak mentah dari US$ 23 (SLC) dan US$ 21 (DC) menjadi US$26 (SLC) dan US$24 (DC). Sedangkan angka produksi dan cost recoverable sama dengan perhitungan awal (base-case). Besaran harga ini masih dibawah harga yang terjadi pada tahun 2000 dan dianggap cukup konservatip. Dari sini didapatkan angka entitlement I lifting buat kontraktor. Kemudian dengan mengganti harga minyak mentah dengan perkiraan harga aktual, akan didapatkan angka entitlement / lifting yang baru yang ternyata juga lebih kecil dari angka semula. Hal ini juga mengakibatkan kontraktor akan berada dalam posisi overlift. Jumlah pembayaran overlift selama tahun 2001 - 2005 akan dihitung nilai sekarangnya pada tahun 2000.
Pada simulasi ketiga aalam perhitungan perkiraiin entitlement I lifting untuk tahun 2001 - 2005, penulis menggunakan cost recoverable yang diturunkan sebesar US$ IV periode tahun 2001 - 2005, seperti yang terlihat pada Lampiran 2-6. Sedangkan untuk perkiraan harga minyak yang aktual adalah seperti yang terlihat pada Tabet 1.2. Dengan mengganti harga pada perhitungan awal dengan perkiraan harga minyak yang aktual ini, untuk kontraktor akan didapatkan angka entitlement / lifting yang baru yang jumlahnya lebih kecil dari angka entitlement /lifting sebelumnya. Hal ini mengakibatkan kontraktor akan berada pada posisi overlift. Kalau overlift tetap terjadi selama satu triwulan, hal ini akan mengakibatkan kontraktor hams membayar jumlah overlift ini dikalikan dengan harga yang terjadi pada bulan ketiga, kepada Pertamina / Pemerintah. Pembayaran ini akan mengurangi revenue perusahaan dan dengan sendirinya akan mengurangi pendapatan perusahaan. Untuk tahun 2001 - 2005 penulis akan menghitung jumlah pembayaran overlift setiap triwulannya, dan dihitung nilai sekarangnya (present value) pada tahun 2000. Discount factor yang dipakai adalah 6.99% per tahun yang merupakan biaya modal rata-rata (weighted average cost of capital) dari PT.X, dan dihitung secara triwulanan.
Pada simulasi kedua dalam perhitungan perkiraan entitlement / lifting untuk tahun 2001 - 2005, penulis merubah harga minyak mentah dari US$ 23 (SLC) dan US$ 21 (DC) menjadi US$26 (SLC) dan US$24 (DC). Sedangkan angka produksi dan cost recoverable sama dengan perhitungan awal (base-case). Besaran harga ini masih dibawab harga yang terjadi pada tahun 2000 dan dianggap cukup konservatip. Dari sini didapatkan angka entitlement I lifting buat kontraktor. Kemudian dengan mengganti harga minyak mentah dengan perkiraan harga aktuaf, akan didapatkan angka entitlement / lifting yang baru yang ternyata juga lebih kecil dari angka semula. Hal ini juga mengakibatkan kontraktor akan berada dalam posisi overlift. Jumlah pembayaran overlift selama tahun 2001 - 2005 akan dihitung nilai sekarangnya pada tahun 2000.
Pada simulasi ketiga aalam pe^hitungan perkiiaar* entitlement I lifting untuk tahun 2001 - 2005, penulis menggunakan cost recoverable yang diturunkan sebesar US$ 1,500,000 per bulan. Angka ini diambil dan perbedaan rata-rata antara angka perkiraan dengan angka aktual dari cost recoverable pada tahun 1999 dan 2000. Sedangkan angka produksi dan harga minyak mentah sama dengan perhitungan awal (base-case). Dari sini didapatkan angka entitlement I lifting buat kontraktor. Kemudian dengan mengganti harga minyak mentah dengan perkiraan harga aktual, dan mengembalikan cost recoverable kepada posisi semula, maka akan didapatkan angka entitlement / lifting yang baru yang ternyata lebih kecil dari angka semula. Hal ini juga mengakibatkan kontraktor akan berada dalam posisi overlift. Jumlah pembayaran overlift selama tahun 2001 - 2005 akan dihitung nilai sekarangnya pada tahun 2000.
Dari ketiga simulasi diatas maka nilai sekarang yang paling kecil untuk nilai overlift adalah pada simulasi kedua dimana harga perhitungan awal entitlement I lifting menggunakan harga US$26 (SLC) dan US$24 (DC). Simulasi yang kedua ini adalah sebagai alternatif cara perhitungan yang paling tepat bagi PT. X dalam menentukan strategi lifting untuk tahun 2001 -2005 dibanding kedua cara yang lain, dimana dicapainya nilai revenue yang maksimal, sehingga pendapatan perusahaan juga akan menjadi maksimal."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Munir M. Ali
"Tujuan penelitian adalah pertama untuk mengetahui apakah untuk keperluan security analysis, laporan keuangan perusahaan yang telah go-public perlu disesuaikan dan bentuk-bentuk penyesuaian apa saja yang perlu dan sering dilakukan. Kedua adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang erat antara rasio keuangan perusahaan yang telah go-public dengan harga sahamnya dan rasio keuangan apa saja yang menentukan. Metodologi penelitian yang diterapkan adalah test persepsi dan test pasar. Test persepsi adalah pengujian statistik dengan t-test terhadap jawaban 27 kuesioner yang disebarkan kepada para analis keuangan untuk mengukur persepsi mereka tentang berbagai bentuk penyesuaian terhadap laporan keuangan yang perlu dan sering dilakukan dan keeratan hubungan berbagai rasio keuangan dengan harga saham. Test pasar adalah pengujian statistik dengan multiple regression untuk mencari korelasi antara 12 rasio keuangan (berdasarkan laporan keuangan tahun 1989 dari 40 perusahaan) dengan harga sahamnya (harga saham harian tertimbang terhadap volume perdagangan harian selama tahun 1990). Hasil peneli tian tersebut (2 hasil test persepsi dan 1 hasil test pasar) adalah pertama analis keuangan berpendapat bahwa penyesuaian yang lebih perlu dan lebih sering dilakukan adalah penyesuaian yang mempengaruhi secara langsung dan material penyaj ian laba akuntansi (proper measurement of income) relatif dibandingkan penyesuaian yang mempengaruhi posisi keuangan (proper valuation of balance sheet). Kedua analis keuangan berpendapat bahwa rasio-rasio profitabilitas (terutama yang diukur secara relatif terhadap "kepentingan investor" misalnya return on equity) memiliki hubungan yang lebih erat dengan harga saham secara relatif dibandingkan rasio keuangan lainnya. Ketiga persamaan regresi linier menunjukkan bahwa pergerakan rasio profitabilitas (roe, eps dan earning growth) dan current ratio secara bersama-sama menentukan 53% dari pergerakan harga saham. Kesimpulan penelitian yang utama adalah terdapat kesesuaian antara hasil test persepsi (pendapat analis keuangan) dengan hasil test pasar (penguj ian aktual) tentang beberapa rasio keuangan yang relatif memiliki hubungan lebih erat dengan harga saham dibandingkan rasio-rasio keuangan lainnya, yaitu return on equity, earning per share dan earning growth. Saran yang diajukan antara lain adalah penyempurnaan standar pelaporan publik dan peningkatan keterbukaan informasi dari perusahaan publik. Dengan demikian diharapkan penyesuaian terhadap laporan keuangan (social costs) menjadi minimal dan efisiensi pasar modal (dalam arti informational efficiency) segera dapat terwujud."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>