Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162217 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Riky Defikson
"In Capacity Design for reinforced concrete construction, reinforcement detail of beam column joint take a very important part. Beam-Column joint cores represent most critical area because on this area horizontal force from beams and vertikal force from columns are act 'together'. That is. Beam column joint failure is most reason that maked matured failure of building structure. Bond Stress is most important considerable in detail of reinforcement concrete strucure design which this bond stress act 'together' arround the two materials reinforcing bar and concrete to resisting external load. With this bond stress, load transfer can develop from concrete that resisting external load to bar reinforcing that embedded in the concrete, so that the two material concrete and ban reinforcing can act 'together' to resisting external load until the material failure. One of mechanism of bond stress development is sufficient embedment length of anchorage reinforcing bar to prevent bond failure. On this thesis, will analyzed relation ship between development of bond stress of beam column joint with anchorage lengthening mechanism of deform bars in tension. Where in increasing bond stress capacity, automatically will increased beam column joint performance. In this laboratory testing bond stress for beam column joint performance, will done by pull-out tes method. In this laboratory testing, the design of beam column joint specimen based on Design of Concrete Structure Building Issue of Indonesia, SK-SNI T-15-1991-03 and also according to Method of Design Capacity. Design Capacity Methode is a design method that is guarantee making plastic hinge region on beam, therefore beam failure will happened before column failure that can be anticipated structure failure, the philosophy of Capacity Design is 'Strong column weak beam' which is design of column is stronger than beam.

Dalam perencanaan suatu konstruksi beton bertulang pendetailan sambungan balok kolom merupakan bahagian yang sangat penting. Daerah sambungan balok kolom merupakan daerah yang paling kritis karena dititik ini mempakan pertemuan antara gaya vertikal yang berasal dari kolom dan gaya horizontal yang berasal dari balok. Karena itulah pada kegagalan sambungan balok kolom ini sering menjadi penjadi penyebab kegagalan pada struktur bangunan. Salah satu pendetailan tersebut yakni tegangan lekatan (bond stess) tulangan dengan beton disekelilingnya.yang mempakan salah satu syarat bekerja baiknya tulangan dalam beton bertulang untuk menahan beban Dengan adanya bond stress ini memungkinkan terjadi transfer gaya dengan baik dari beton yang langsung menerima beban pada tulangan yang berada didalamnya, sehingga beton dengan tulangan dapat secara bersama-sama memikul beban yang diberikan sampai pada titik leleh kedua bahan tersebut. Salah satu mekanisme pemasangan tulangan yakni mekanisme penjangkaran (kait) pada ujung batang tarik. Pada skripsi ini, akan dibahas pengaruh peningkatan kapasitas tegangan bond (bond stress) pada sambuugan balok kolom dengan mekanisme penjangkaran pada tulangan tank. Dengan meningkatnya kapasitas dari bond stress ini, otomatis akan meningkatkan kapasitas sambungan balok kolom. Pengujian bond stress ini akan dilakukan dilaboratorium dengan metode pull-out test. Model sambungan balok-kolom pada penelitian ini di disain sesuai dengan Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03 yang merujuk pada metode desain kapasitas. Metode desain kapasitas merupakan suatu metode desain yang menjamin terjadinya sendi plastis di daerah balok sehingga keruntuhan struktur dapat diantisipasi dengan seaman mungkin di mana disini dikenal sebuah filosofi 'Strong column weak beam' yaitu sebuah kolom didisain lebih kuat daripada baloknya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Wiryo
"Pada jembatan, pilar biasa digunakan untuk menerima semua gaya yang diterima oleh jembatan dan menyalurkannya ke pondasi. Tentunya pilar ini juga yang akan menahan gaya apabila pada jembatan terjadi sebuah ledakan bom.
Material dimodelkan nonlinear dengan program Drain-2DX. Untuk permodelannya, struktur dibagi menjadi segmen-segmen dan kemudian dibagi lagi menjadi fiber-fiber.
Struktur diberi beban statik ekivalen secara bertahap sampai runtuh bam kemudian diberi gaya ledak yang besarnya sama dengan penambahan beban statik ekivalen sampai struktur tersebut runtuh. Untuk variabelnya diambil periode gaya ledak yang berbeda-beda.
Analisa dilakukan pada regangan dan tegangan pada fiber-fiber untuk setiap periode pembebanan sesaat sebelum runtuh. Analisa juga dilakukan pada Iendutan yield, beban yield, beban runtuh, time history lendutan, kekakuan, dan daktilitas.
Dari analisa ini diketahui bahwa peningkatan/penurunan kekakuan, daktilitas, dan beban runtuh dari pilar beton bertulang terhadap gaya Iedak sangat dipengaruhi oleh perbandingan antara periode pembebanan dan periode struktur. Semakin kecil perbandingan antara peiode beban dan periode stuktur maka responnya semakin kecil sehingga beban dinamik yang bisa ditahan oleh struktur menjadi lebih besar, begitu juga sebaliknya apabila perbandingannya semakin besar maka responnya semakin besar dan beban dinamik yang dapat ditahan hanya sedikit bahkan bisa lebih kecil daripada beban statik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Ajeng Widati H.
"Peminimalisasian luasan tulangan minimum dalam pengedaannya erat kaitannya dengan keterbatasan sumber daya material yang tersedia di pasaran dan keterbatasan biaya yang hares dikeluarkan. Namun, peminimalisasian iuas tulangan ini jugs harus tetap dapat menahan gaya yang mungkin tedadi sesuai dengan rencana. Dalam pelaksanaannya balok (struktur) yang aman adalah yang dapat menahm daktilitas yang cukup besar tanpa menimbulkan keruntuhan yang membahayakan dan memberikan nilai layan yang baik. Daktilitas itu sendiri adalah kemampuan suatu struktur untuk melakukan perubahan bentuk tanpa mengalami kenmtuhan. Pada penelitian ini akan diteliti mengenai pengaruh underrienforced terhadap daktilitas balok. Underreinforced adalah balok yang memiliki persentase tulangan dibawah atau sama dengan tulangan balok dalam kondisi balance. Dalarn penelitian ini digunakan balok beton fc'=33,2 MPa, dengan penampang 200x150 mm dan bentang 2010 mm. Untuk tulangan baja pada balok digunakan tulangan baja ?8 nun polos dengan fy=321,2 MPa dan D10 mm ulir dengan fy=535,3 MPa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Komariyah
"Pada tesis ini dipelajari pengaruh spatter terhadap degradasi material yaitu pengaruhnya terhadap laju korosi serta terhadap kegagalan struktur yang diawali dengan timbulnya retak akibat beban bending fatigue. Beberapa pengujian dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan yang selanjutnya dianalisa.
Uji Vickers dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai kekerasan akibat adanya spatter. Untuk mendapatkan data tentang awal terjadinya retak dilakukan uji bending fatigue. Pengaruh spatter terhadap laju korosi diteliti dengan melakukan pengujian Cyclic Potentiodynamic Polarization.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kekerasan akibat adanya spatter lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa spatter. Awal retak akibat beban fatigue tidak terjadi pada daerah spatter, tetapi terjadi pada mikro notch pada daerah HAZ. Laju korosi pada daerah spatter lebih tinggi dibandingkan dengan daerah tanpa spatter."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T40833
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nursetiawan Suroso
"Balok beton prategang sebagian umumnya dirancang untuk diperbolehkan mengalami
retak pada saat menerima beban kerja. Namun adanya retak ini dapat mengakibatkan korosi pada tulangan sehingga mengurangi kekuatan balok tersebut. Oleh karena im retak harus dikendalikan sedemikian rupa agar Iebamya tidak berleblhan. Untuk dapat mengendalikan lebar retak tersebut maka perlu diketahui terlebih dahulu perilaku dari Iebar retak di balok beton prategang sebagian.
Lebar retak pada balok beton prategang sebagian dipengaruhi oleh banyak fhktor. Hal
ini menyebabkan kerumitan dalam penyusunan persamaan untuk menghitung lebar retak yang dilakukan oleh para peneliti. Namun secara umum pendekatan yang digunakan oleh peneliti- peneliti tersebut untuk menghitung lebar retak dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) metode, yaitu metode yang berdasarkan tegangan tarik khayal beton dan metode yang berdasarkan tegangan baja setelah tahap dekompresi. Masing~masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Metode yang didasarkan pada tegangan tarik khayal beton sangat sederhana dalam proses perhitungannya tetapi mengasumsikan penampang balok dalam kondisi yang tidak retak, meskipun sebenarnya tegangan tarik beton ini sudah melampaui kekuatan tarik beton (modulus keruntuhan baton). Sedangkan perhitungan untuk metode yang
didasarkan pada tegangan baja cukup rurnit tetapi menggunakan penampang balok yang retak dalam analisanya sehingga menyerupai keadaan balok yang sebenamya.
Tulisan ini membahas kedua metode tersebut di atas bersama-sama dengan beberapa
persamaan untuk menghitung lebar retak yang telah dibuat oleh para peneliti dan batasan lebar retak yang diijinkan oleh peraturan. Untuk mengetahui seberapa jauh persamaan-persamaan tersebut dapat memberikan hasil yang memadai maka dilakukan pula perbandingan antara hasil yang didapat dari perhitungan dengan hasil yang didapat dari percobaan yang dilakukan di laboratorium oleh beberapa peneliti. Selain itu akan dilakukan simulasi untuk mengetahui pengaruh dari beberapa parameter pada balok beton prategang sebagian terhadap perilaku lebar retak yang muncul. Parameter-parameter tersebut meliputi bentuk penampang balok, tingkat
prategang, kombinasi tulangan prategang dan non-prategang, jumlah tulangan, indeks
penulangan, dan letak/kedalaman tulangan prategang."
1996
S34603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"In a reinforced concrete structure, the beam-column joint area is the most important area of the structure, because the joint is the place where the forces working on beams are transferred to the column.It became so important that it needs good detailing to ensure that the collapse of the structure does not happen because of the failure of the joint. This condition is added by the fact that some architect would design exterior beams that is not located at the center line of the column, thus producing eccentricity on the column which in turn will cause the torsion force. In this final assignment, the writer will focus on the problems stated earlier, which is the effect of eccentricity of beams on column. The writer conducted an experiment at the laboratory to study this effect on the beam-column joint and to observe the cracking pattern that resulted from it. The specimen tested will be designed using the Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03, with reference to the design capacity method . The design capacity method is used to make sure that the plastic hinge mechanism will happen on the beam, which also known as the 'Strong column weak beam' mechanism.

Pada suatu struktur beton bertulang, daerah pertemuan balok dan kolom merupakan bagian yang sangat penting karena bagian tersebut merupakan bagian yang mentransfer gaya-gaya yang bekerja yaitu gaya aksial, momen lentur dan gaya geser. Daerah pertemuan tersebut menjadi suatu titik kritis dari suatu struktur sehingga dipedukan suatu pendetailan yang baik sehingga dapat menjamin bahwa keruntuhan suatu bangunan terjadi bukan akibat dari kegagalan sambungan. Keadaan tersebut kemudian ditambah lag! dengan adanya desain dari seorang Arsitek yang mendesain suatu balok exterior rata permukaannya dengan kolom, dimana hal ini menyebabkan balok menjadi eksentris terhadap sumbu kolom sehingga terjadi tambahan gaya yaitu torsi. Pada skripsi ini, penults memfokuskan pada masalah tersebut di atas yaitu pengaruh dari eksentrisitas balok terhadap kolom. Penulis melakukan suatu penelidan di laboratorium untuk mengetahui pengaruh dari eksentrisitas balok tersebut terhadap kekuatan sambungan balok-kolom dan mengetahui pola retak yang terjadi akibat keadaan ini pada saat menerima pembebanan. Pembebanan dilakukan dari pembebanan yang terkecil sampai pembebanan yang menyebabkan keruntuhan struktur tersebut. Model sambungan balok-kolom pada penelitian ini didisain sesuai dengan Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03 yang merujuk pada metode desain kapasitas. Metode desain kapasitas merupakan suatu metode desain yang menjamin terjadinya sendi plastis di daerah balok sehingga keruntuhan struktur dapat diantisipasi dengan seaman mungkm di mana disini dikenal sebuah filosofi 'Strong column weak beam' yaitu sebuah kolom didisain lebih kuat daripada baloknya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>