Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Susilowati Hadisusilo
"ABSTRACT
Fermentasi susu kedelai dengan L.bulgarious dapat menurunkan kandungan asam fitat sampai 37%. Asam fitat dapat menghambat absorpsi Ca dengan membentuk Ca-fitat, suatu senyawa. yang tidak larut.
Pada penelitian pengaruh fermentasi susu kedelai pada absorpsi Ca ini, digunakan 31 tikus putih strain LMR, jantan berumur 2 bulan. Tikus-tikus ini dibagi kedalam dua kelompok, 10 tikus untuk kelompok pembandingan (kontrol) dan 21 tikus untuk kelompok percobaan. DIet makanan tikus adalah diet D-1 (standar dietyang diperkaya Ca), diet D-2 (diet D-1 + susu kedele) dan diet D-3 (diet D-1 + fermentasi susu kedele).
Perlakuan pada kelompok kontrol diberikan diet D-1 selama 6 minggu sedangkag kelompok percobaan secara berturut-turut diberikan diet D-1 (2 minggu), diet D-2 (2 minggu) dan diet D-3 (2 minggu). Absorpsi Ca pada tikus ditentukan dengan mengukur konsentrasi Ca dalam fesesnya. Pada hari ke 10, 24 dan 38 feses tikus diambil untuk dianalisis.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa absorpsi Ca nada tikus meningkat bila diet yang mengandung susu kedelai diganti dengan diet yang mengandung fermentasi susu kedelai."
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lie, Tek Tjeng
Jakarta : Lembaga Research Kebudajaan Nasional (LIPI), 1971
301.45 LIE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yuzammi
"ABSTRACT
The genus Amydrium belongs to the Araceae family, consists of five species that is A. hainanense H.Li, Y.Shiao & S.L. Tseng, A. sinense (Engl.) H.Li, A. humile Schott, A. medium (Zoll. & Moritzi) Nicolson and A. zippelianum (Schott) Nicolson. The last three species are found in Indonesia whereas the first two species occurs in Vietnam and China. Amydrium humile is found restrictly in Sumatera and Malay Peninsula and considered rare in the wild due to habitat loss by human activities. Bearing no flowers on its climbing shoot A. humile is unique among other member of the genera. The species is collected from Regist 9B Seminung, Mount Lumbok Seminung Protected Forest, West Lampung Regency and cultivated in Bogor Botanic Gardens. "
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya - LIPI, 2017
580 WKR 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Ekarina
"Kedele (Glycine max (L.)Merrill) merupakan tanaman palawija terpenting sebagai sumber protein nabati. Tanaman ini telah lama dibudidayakan di Indonesia, di pulau Jawa dan Bali kedele di tanam sejak tahun 1970. Di Indonesia hasil kedele setiap hektar sebesar 0,7 - 0,8 ton, termasuk rendah jika dibandingkan dengan negara-negara penghasil kedele lainnya, seperti Amerika Serikat, Brazil, Jepang, dan Taiwan. Hasil tanaman ini banyak dimanfaatkan baik sebagai bahan makanan; bahan campuran untuk membuat plastik, cat dan lem; makanan ternak; atau sebagai pupuk hijau.
Akhir-akhir ini sebagian kebutuhan akan kedele di dalam negeri dipenuhi dari impor. Untuk mengurangi impor kedele tersebut, maka perlu peningkatan produksi kedele baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Salah satu peningkatan produksi kedele adalah dengan memberikan perlakuan fotoperiodisitas untuk tanaman tersebut. Dalam penelitian ini dicobakan 4 macam perlakuan fotoperiodisitas, yaitu: 6 jam, 8 jam, 10 jam, dan kontrol (kurang lebih 12 jam). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa waktu pembungaan tercepat adalah pada fotoperiodisitas 10 jam, dan waktu panen tercepat pada fotoperiodisitas 6 jam dan 8 jam. Sedang produksi kedele yang terbaik adalah pada fotoperiodisitas 10 jam dan kontrol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Food diversificatiion is one of the governmental programs to reduce rice demand. Cassava is a good sources of carbohydrate. The Objective of this research was to show the effect of composition of cassava and soybean flour in flake formula. The flake was enriched with soybean (10%,20/%, 30%, and 40%) as source of protein. Hedonic test was test was used to determine the best product. The result indicated that 10 % soybean mixing was the most accepted."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Permata Ayunda Putri
"Tulang merupakan salah satu penyusun sistem gerak manusia yang rentan mengalami kerusakan berupa fraktur akibat kecelakaan atau osteoporosis. Mekanisme remodeling tulang dapat membantu memperbaiki struktur tulang, namun bergantung pada kerusakannya. Rekayasa jaringan tulang, perancah, merupakan salah satu penyembuhan yang dapat digunakan untuk membantu regenerasi jaringan tulang. Perancah harus memiliki biokompatibilitas serta osteokonduktivitas yang baik. Biokeramik seperti hidroksiapatit (HAp) dan biphasic calcium phosphate (BCP) digunakan sebagai perancah karena strukturnya yang mirip tulang asli. Temulawak, Curcuma xanthorrhiza (CuX) merupakan tanaman obat yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat antiinflamasi pada perancah. Pada penelitian ini, kitosan (CS), hyaluronic acid (HA), dan ekstrak temulawak (CuX) digunakan sebagai material utama perancah dengan HAp dan BCP sebagai variasinya. Ekstraksi temulawak dilakukan dengan metode Soxhlet dan ekstraksi HAp dan BCP dilakukan dengan metode kalsinasi tulang ikan tuna pada suhu 600 °C dan 1000 °C. Ketiga perancah difabrikasi dengan metode freeze drying dan dikarakterisasi dengan uji viabilitas dan proliferasi sel. HAp dan BCP sebagai variabel bebas menghasilkan viabilitas sel yang lebih baik dibandingkan dengan perancah kontrol pada uji direct selama 4 hari. Namun, tingginya degradasi dari perancah mengakibatkan jumlah sel berkurang drastis dari pertama kali ditanam. Pada uji viabilitas indirect menggunakan MTT assay, HAp pada perancah mendukung viabilitas sel secara signifikan dibandingkan dengan BCP dan kontrol. Secara keseluruhan, ketiga variasi perancah berhasil menyediakan tempat bagi sel untuk hidup dan tidak beracun.

Bones are one of the musculoskeletal systems in humans which vulnerable to damage as fractures because of accidents or osteoporosis. The remodeling mechanism in bone may help to fix the bone structure, but it depends on the extent of the damage. Bone tissue engineering as a scaffold is one of the methods to help bone regeneration. Bone tissue engineering as a scaffold is one of the methods to help bone regeneration. Scaffold must have good biocompatibility and osteoconductivity. Bioceramics such as hydroxyapatite (HAp) and biphasic calcium phosphate are often used as scaffolds because their structure is similar to natural bone. Temulawak, or Curcuma xanthorrhiza (CuX), is a herbal plant that improves anti-inflammation. This study uses chitosan (CS), hyaluronic acid (HA), and temulawak extract (CuX) as the primary materials. This study uses extraction of temulawak using the Soxhlet method and extraction of HAp and BCP using calcination at 600 °C and 1000 °C. Scaffolds with the combination of CS/HA/CuX, CS/HA/CuX/HAp, and CS/HA/CuX/BCP fabricated using the freeze-drying method and characterized with proliferation and viability test. The HAp dan BCP as dependent variables generated better ability in the viability test than CS/HA/CuX scaffold on the direct test for four days. However, the high degradation from the sample yielded to loss of cells. For indirect tests using MTT assay, the addition of HAp in the scaffold showed better performance in the cell viability significantly more than BCP and control scaffolds. Overall, all scaffolds provided good places for the cell to live and showed non-toxic behavior towards the cells."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lie, Tek Tjeng
Jakarta: Karya Unipress, 1983
327.112 LIE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lie, Tek Tjeng
Djakarta: LIPI, 1976
327 LIE t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniar Yusuf
"Untuk mengetahui pengaruh kolkisin terhadap hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) varietas Orba, biji-biji kedelai direndam dalam berbagai konsentrasi kolkisin, masing-masing selama 3, 6, dan 9 jam. Konsentrasi kolkisin yang dimaksud adalah 0, 100, 200, 300, dan 400 ppm. Selanjutnya biji tersebut ditanam dalam kantung polietilen hitam. Metode penelitian adalah rancangan acak lengkap. Analisis variansi 2 faktor pada a = 0,05 menunjukan bahwa lama perendaman biji berpengaruh terhadap jumlah polong dan biji, nilai tertinggi berturut-turut dihasilkan 22,87 polong dan 42,20 biji, yaitu pada perendaman 3 jam. Tingkat konsentrasi kolkisin berpengaruh terhadap jumlah polong, jumlah biji, dan ukuran biji. Ukuran biji tertinggi dihasilkan pada konsentrasi kolkisin 400 ppm, yaitu seberat 16,19 g/100 biji. Jumlah polong dan biji tertinggi dihasilkan pada konsentrasi kolkisin 0 ppm, masing-masing dengan nilai 34,56 polong dan 62,22 biji. Interaksi lama perendaman biji dan tingkat konsentrasi kolkisin hanya berpengaruh terhadap ukuran biji. Ukuran biji tertinggi dihasilkan pada lama perendaman 9 jam dengan tingkat konsentrasi kolkisin 400 ppm, yaitu 19,44 g/100 biji. Persentase protein meningkat sejalan dengan besarnya konsentrasi dan lama perendaman biji dalam larutan kolkisin sedangkan persentase karbohidrat menurun pada semua perlakuan bila dibandingkan dengan kontrol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>