Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6952 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Angga Wirahmadi
"ABSTRAK
Latar belakang: Anak dengan penyakit jantung rematik memiliki risiko untuk
terjadinya morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Hal tersebut merupakan masalah
besar dan menimbulkan beban ekonomi pada negara berkembang. Berbagai faktor
prediktor telah diketahui memengaruhi prognosis anak dengan penyakit jantung
rematik, namun belum ada penelitian yang spesifik menilai faktor-faktor prediktor
tersebut pada anak di Indonesia.
Tujuan: (1)Mengetahui angka morbiditas berat pada anak dengan penyakit
jantung rematik. (2)Mengetahui prediktor terjadinya morbiditas berat pada anak
dengan penyakit jantung rematik.
Metode: Penelitian kohort retrospektif dilakukan pada 100 anak dengan penyakit
jantung rematik usia 4-15 tahun yang terdiagnosis pertama kali pada Juli 2010Juni
2015. Manifestasi klinis berupa kelas gagal jantung, jumlah katup jantung
yang terkena, kepatuhan menjalani profilaksis sekunder, jenis serangan demam
rematik dan pemanjangan interval PR dievaluasi untuk menilai hubungan dengan
terjadinya morbiditas berat dan luaran fatal. Faktor prediktor dianalisis secara
multivariat dengan uji Cox regression.
Hasil: Angka morbiditas berat pada anak dengan penyakit jantung rematik
sebesar 54/100 (54%). Pada analisis multivariat didapatkan faktor prediktor
terjadinya morbiditas berat berupa kelas gagal jantung NYHA II (p=0,009; HR
15,3; IK95% 2-119,3), kelas gagal jantung NYHA III-IV (p=0,004; HR 21,2;
IK95% 2,7-167), keterlibatan 3 katup jantung (p=0,005; HR 7; IK95% 1,8-27,6)
dan keterlibatan 4 katup jantung (p=0,008; HR 5,7; IK95% 1,6-20,9).
Simpulan: Angka morbiditas berat pada anak dengan penyakit jantung rematik
sebesar 54%. Faktor prediktor terjadinya morbiditas berat pada anak dengan
penyakit jantung rematik adalah kelas gagal jantung ≥ NYHA II dan jumlah kelainan katup jantung ≥ 3. ;ABSTRACT Background: Children with rheumatic heart disease are at risk of severe
morbidity and mortality. These problems become a major concern and economic
burden in developing countries. Multiple predictors may affect the prognosis of
children with rheumatic heart disease, however there is no specific study
regarding these predictors in Indonesian children.
Aim: (1)To determine the incidence of severe morbidity in children with
rheumatic heart disease (2)To determine the predictor of severe morbidity in
children with rheumatic heart disease.
Methods: A retrospective cohort study was performed in 100 children who have
been diagnosed with rheumatic heart disease from July 2010 to June 2015.
Clinical symptoms in regards to the severity of NYHA, number(s) of cardiac
valve(s) involvement, compliance of prophylactic treatment, type of rheumatic
attack and prolonged P-R interval were evaluated in relation to severity of
rheumatic heart disease and fatal outcome. Predictors were analyzed using Cox
regression model.
Result: Severe morbidity rate was 54/100 (54%). In multivariate analysis,
predictors of severe morbidity were heart failure NYHA class II (p=0,009; HR
15,3; 95%CI 2-119,3), heart failure NYHA class III-IV (p=0,004; HR 21,2;
95%CI 2,7-167), involvement of 3 heart valve (p=0,005; HR 7; 95%CI 1,8-27,6)
and involvement of 4 heart valve (p=0,008; HR 5,7; 95%CI 1,6-20,9).
Conclusion: The severe morbidity rate in children with rheumatic heart disease
was 54%. Predictors of severe morbidity related to rheumatic heart disease were
functional class of heart failure ≥ NYHA II and number of valve involvement ≥ 3."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diadra Annisa Setio Utami
"Latar belakang: Penyakit jantung rematik (PJR) merupakan salah satu penyebab kematian kardiovaskular pada anak yang dapat dicegah. Indonesia merupakan salah satu negara endemis PJR. Data mengenai kesintasan, perbaikan katup, dan faktor-faktor yang memengaruhi pada populasi anak masih terbatas.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan dan perbaikan katup lima tahun setelah terdiagnosis pada anak dengan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhi.
Metode: Penelitian ini merupakan studi prognostik dengan rancangan penelitian kohort retrospektif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan data rekam medis pasien yang terdiagnosis dengan PJR sebelum Desember 2018 dan diikuti selama lima tahun, paling akhir Desember 2023. Subjek yang diteliti adalah anak berusia kurang dari 18 tahun saat terdiagnosis dengan PJR. Faktor yang diteliti untuk kesintasan dan perbaikan katup adalah status gizi, kepatuhan profilaksis penisilin, kelas gagal jantung New York Heart Association (NYHA), fraksi ejeksi, derajat katup, jumlah katup, dan operasi katup.
Hasil: Sebanyak 100 anak yang terdiagnosis PJR dengan rerata usia 11,29 (8,42-14,16) tahun dan proporsi jenis kelamin 1:1 dimasukkan dalam analisis. Rerata pengamatan adalah 47,96 bulan (simpang baku 20 bulan). Keterlibatan katup terbanyak adalah regurgitasi mitral (32%). Sebagian besar pasien terdiagnosis dengan derajat katup berat (58%). Kesintasan 5 tahun didapatkan 90% dengan prediktor independen kematian yaitu fraksi ejeksi <55% saat terdiagnosis dengan HR 6,34 (IK95% 1,72-23,46; p = 0,006) dan kelas NYHA III-IV saat terdiagnosis dengan HR 5,33 (IK95% 1,05-27,11; p = 0,04). Proporsi anak dengan PJR yang mengalami perbaikan katup 5 tahun setelah terdiagnosis adalah 60% dengan faktor yang memengaruhi yaitu operasi katup dengan RR 1,40 (IK95% 1,05-1,88; p=0,02). Analisis subgrup pada subjek yang tidak operasi mendapatkan bahwa kelas NYHA I-II dan fraksi ejeksi >55% saat tediagnosis secara signifikan berpengaruh terhadap perbaikan katup dengan RR 3,05 (IK95% 1,33-7,03; p = 0,01) dan RR 1,62 (IK95% 1,28-2,04; p<0,01) secara berturut-turut. Kesimpulan: Kesintasan lima tahun anak dengan PJR adalah 90% dengan faktor yang memengaruhi yaitu fraksi ejeksi <55% dan kelas gagal jantung NYHA III-IV saat terdiagnosis. Sebanyak 60% subjek mengalami perbaikan katup dengan faktor yang memengaruhi adalah operasi katup.

Background: Rheumatic heart disease (RHD) is a major contributor of preventable cardiovascular disease in children. Indonesia is one of the most endemic countries with RHD. However, data on clinical outcomes and prognostic factors are still lacking.
Objective: This study aimed to evaluate the five year survival rate, proportion of valve improvement, and prognostic factors of both outcomes.
Method: We conducted a retrospective cohort study in Cipto Mangunkusumo Hospital which included patients aged below 18 years at diagnosis before December 2018. Subjects were followed for 5 years up to December 2023. Factors analyzed for both mortality and valve improvement were nutrition status, adherence to penicillin prophylaxis, New York Heart Association (NYHA) class, ejection fraction, valve severity, number of valve involved, and valve surgery.
Results: One hundred patients with RHD were included with mean age of 11.29 (8.42-14.16) years. The proportion of female : male was 1:1. Mean duration of follow up was 47.96 (SD 20) months). The majority of valve abnormality was mitral regurgitation (32%). As many as 58% were diagnosed with severe valve disease. Five year survival rate was 90%. Significant prognostic factors for mortality were ejection fraction <55% at diagnosis with HR 6.34 (95%CI 1.72-23.46; p=0.006) and NYHA class III-IV at diagnosis with HR 5.33 (95%CI 1,05-27.11; p=0.04. The proportion of subjects with valve improvement after 5 years was 60%. Multivariate analysis revealed that valve surgery was the only significant factor for valve improvement with RR 1.40 (95%CI 1.05-1.88; p=0.02). Subgroup analysis in subjects who did not undergo surgery showed that NYHA class I-II and ejection fraction >55% at diagnosis significantly affected valve improvement with RR 3,05 (95% CI 1,33-7,03; p = 0,01) dan RR 1,62 (95% CI 1,28-2,04; p<0,01)
Conclusion: The five year survival rate of children with RHD was 90%. Mortality predictors were ejection fraction <55% and NYHA class III-IV at diagnosis. Sixty percent of patients had valve improvement with valve surgery as a predictor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Al-Assaf, Anwar I. S.
"Placental morphology and cellular arrangement can be altered in maternal diseases. Rheumatic heart disease (RHD) is a chronic heart condition that can lead to death in pregnant women. The aim of this study is to determine the histological changes of the placenta in pregnant women suffering from RHD. Methods: Placentae were collected from 10 healthy pregnant women, and 31 pregnant women with heart conditions (26 with RHD and 5 with NRHD) who had been admitted to the Baghdad Teaching Hospital. Placental tissues were fixed in10% formal-saline and were processed for light microscopy. Measurements including the placental weight and diameter of the chorionic villi capillaries were recorded. Results: The results indicate that there are many histological changes in pregnant women with RHD such as hyalinisation, fibrosis of the chorionic villi, proliferation of trophoblastic cells, and thickening of its membrane. Additionally, expectant mothers with RHD experience a reduction in capillary diameter and thickening of the capillary walls, and decreased size and weight of their placenta when compared with the control. Conclusions: Heart diseases, especially RHD, are associated with developmental damage of the placenta in pregnant women by injuring the endothelial cells of the placentas capillaries."
2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Tri Harjaningrum
"ABSTRAK
Latar belakang:.Demam reumatik DR dan penyakit jantung reumatik PJR merupakan penyakit kronis yang berdampak terhadap fisik, psikososial, dan akademik. Penting menilai kualitas hidup anak DR dan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhinya, untuk mengetahui prioritas masalah. Tujuan: Mengetahui gambaran kualitas hidup anak DR dan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Metode: Studi potong lintang pada April-Agustus 2017, dengan subyek anak berusia 5-18 tahun. Data didapatkan secara consecutive sampling menggunakan kuesioner PedsQL trade; 3.0 modul jantung dan rekam medis retrospektif. Hasil: Kualitas hidup baik ditemukan pada 53 laporan anak dan 52 laporan orangtua subyek. Skor median laporan anak 79,70 29,7-100 , dan laporan orangtua 77,31 45,03-99,40 . Kepatuhan berobat merupakan kunci penyebab membaiknya kualitas hidup. Tidak ada faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan kualitas hidup. Faktor klinis yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah rute antibiotik. Anak DR dan PJR yang mendapat antibiotik intramuskuler, 3,2 kali laporan anak memiliki kemungkinan kualitas hidup lebih baik dibandingkan yang mendapatkan antibiotik oral p ABSTRACT
Background Rheumatic fever RF and rheumatic heart disease RHD are chronic diseases that affect physical, psychosocial, and academic. Assessment of quality of life in children with RF and RHD and the factors affecting it, is important to identify problems. Objective To identify quality of life in children with RF and RHD and the factors influencing it. Method A cross sectional study on RF and RHD patients aged 5 18 years old, using PedsQLTM 3.0 Cardiac Module questionnaire and retrospective medical records from April 2017 until August 2017. Result High quality of life was found in 53 child report and 52 parent report of subjects. Median score from children rsquo s reports and parents rsquo reports are, 79,70 29,7 100 , and 77,31 45,03 99,40 respectively. Compliance was the key to cause quality of life to increase. Clinical factors affecting quality of life included the route of antibiotic administration, and there were no sociodemographic factors. By child report, children with RF and RHD who received intramuscular antibiotics were 3.2 times more likely to have higher quality of life than children who received oral antibiotics p "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Kekurangan gizi merupakan penyebab umum morbiditas pada anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Data dari negara berkembang memperlihatkan prevalensi malnutrisi penderita dengan PJB sebelum dioperasi mencapai 45%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil anhropometrik dan prevalensi kekurangan gizi pada anak dengan PJB dengan melakukan pengukuran anthropometrik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancang bangun cross sectional pada anak berusia 0-2 tahun dengan PJB di RSCM. Pengukuran antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar kepala) dilakukan pada seluruh pasien. Kekurangan gizi, failure to thrive/FTT, perawakan pendek, mikrosefali dinilai dengan menggunakan rekomendasi WHO tahun 2006, berupa perhitungan z-skor BB/PB, BB/U di 2 titik, PB/U dan LK/U < -2 SD.
Hasil: Total subyek dalam penelitian ini berjumlah 95 orang, 73 orang dengan asianotik dan 22 orang dengan PJB sianotik. Prevalensi kekurangan gizi sebesar 51,1% dengan 22,3% diantaranya adalah gizi buruk. FTT terdapat pada 64,9%, perawakan pendek pada 49,5% dan mikrosefali pada 37% pasien. FTT ditemukan lebih banyak pada pasien dengan lesi asianotik (72,2%) dibandingkan dengan lesi sianotik (42,9). Pada lesi asianotik, berat badan lebih dipengaruhi daripada panjang badan (72,2% dengan 49,3%). Pasien dengan lesi sianotik, berat dan panjang badan akan dipengaruhi secara seimbang (42,9% dengan 54.5%). Konsultasi diet diberikan kepada pasien dengan kekurangan gizi. Terapi obat-obatan, intervensi transkateter atau bedah diindikasikan pada pasien tertentu.
Kesimpulan: Prevalensi FTT lebih tinggi dibandingkan dengan kekurangan gizi pada anak dengan kelainan jantung kongenital. FTT ditemukan lebih banyak pada pasien dengan lesi asianotik. Pada lesi asianotik, berat badan lebih dipengaruhi daripada panjang badan. Pada lesi asianotik, berat badan lebih dipengaruhi daripada panjang badan.

Abstract
Background: Undernutrition is a common cause of morbidity in children with CHD. Previous data from developing country showed prevalence of preoperative undernutrition in children with CHD was up to 45%. The aim of this study are to determine the anthropometric profi les and prevalence of undernutrition in children with CHD by using the anthropometric measurement.
Methods: A cross-sectional study was carried out in children aged 0-2 years old with CHD in Cipto Mangunkusumo hospital. All patients underwent an anthropometric evaluation (weight, length and head circumference) at presentation. Undernutrition, failure to thrive /FTT, short stature and microcephaly were determined according to WHO, weight-forlength, weight-for-age at 2 points, length-for-age, head circumference-for-age z-score < -2SD accordingly.
Results: We had total of 95 patients, 73 patients with acyanotic and 22 patients with cyanotic lesions. Prevalence of undernutrition in CHD was 51.1%, with 22.3% severe undernutrition. FTT was found in 64.9%, short stature in 49.5% and microcephaly in 37% patients. FTT was found higher in acyanotic (72.2%) compared to cyanotic lesions (42.9%). In acyanotic, weight was affected more than length (72.2% vs 49.3%). In cyanotic, weight and length affected equally (42.9% vs 54.5%). Diet counseling were done in patients with undernutrition. Medicines, transcatheter or surgery intervention were indicated in selected patients.
Conclusions: Prevalence of FTT was higher than undernutrition in children with CHD. FTT was found higher in acyanotic lesions. In acyanotic, weight was affected more than length. In cyanotic, weight and length affected equally. "
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Astri Sulastri Prasasti
"Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah kondisi yang menyebabkan kerusakan permanen pada katup jantung akibat episode berulang demam reumatik akut (DRA), yang disebabkan oleh reaksi autoimun terhadap infeksi bakteri Streptococcus b Hemolitikus Grup A (GAS). Insidens tertinggi pada usia 12 tahun. Faktor sosioekonomi, seperti rendahnya pendidikan dan pendapatan, status gizi, ketidaktahuan, kualitas lingkungan yang buruk, serta akses layanan kesehatan yang sulit meningkatkan risiko PJR serta reaktivasi DRA.
Mengetahui hubungan antara status gizi dengan episode serangan ulang DRA pada pasien anak dengan PJR di RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang di RSCM. Variabel yang dinilai antara lain status gizi dan episode serangan ulang PJR.
Dari 58 subyek dengan PJR, sebanyak 32 subyek (55,2%) berusia 10-15 tahun dengan median 12 tahun. Pasien dengan episode serang ulang DRA 21 subyek (36,2%), dengan gizi buruk 4 subyek (19%), gizi kurang 2 subyek (14,2%), dan gizi baik 14 subyek (66,7%). Tidak terbuki terdapat hubungan antara status gizi dengan episode serangan ulang DRA (p=0,59 (OR -0,13; IK 0,13-1,00). Faktor yang yang terbukti memengaruhi episode serangan ulang DRA adalah jenis kelamin (p=0,016; aOR 0,052; IK 95% 0,05-0,057), dan peningkatan LED (p=0,04; aOR 8,47; IK 95% 1,09-65,5).
Tidak terbukti terdapat hubungan antara status gizi dengan episode serangan ulang DRA pada pasien dengan PJR di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Jenis kelamin dan peningkatan LED merupakan faktor yang terbukti memengaruhi episode serangan ulang DRA pada pasien dengan PJR.

Rheumatic heart disease (RHD) is a condition that causes permanent damage to the heart valves due to recurrent episodes of acute rheumatic fever (ARF), which results from an autoimmune reaction to infection with Group A Hemolytic Streptococcus (GAS) bacteria. The highest incidence occurs at age 12. Socioeconomic factors, such as low education and income, nutrition status, ignorance, poor environmental quality, and difficult access to health services, increase the risk of RHD and recurrent episode of ARF.
This study aims to determine the correlation of nutritional status with recurrent episodes of ARF in pediatric patients with RHD at RSUPN Cipto Mangunkusumo.
This research employed a cross-sectional design at RSCM. The variables assessed included nutritional status and recurrent episodes of ARF.
Among the 58 subjects with RHD, 32 subjects (55.2%) were aged 10-15 years, with a median age of 12 years. Patients with recurrent episodes of ARF comprised 21 subjects (36.2%), with 4 subjects (19%) categorized as poorly nourished, 2 subjects (14.2%) as malnourished, and 14 subjects (66.7%) as well-nourished. There was no significant correlation found between nutritional status with reccuret episode of ARF (p=0.59; OR -0.13; CI 0.13-1.00). The factors that significantly influenced ARF reactivation episodes were gender (p=0.016; aOR 0.052; 95% CI 0.05-0.057) and elevated ESR levels (p=0.04; aOR 8.47; 95% CI 1.09-65.5).
No significant correlation exists between nutritional status with reccurent episodes of ARF. Gender and elevated ESR levels are factors shown to influence episodes of ARF reactivation in patients with RHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>