Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186455 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Dimas Prabu Wibisono
"Lipase dapat berperan di industri sebagai biokatalis dalam berbagai industri medis, farmasi, kimia dan pangan. Harga lipase komersial biasanya sangat tinggi karena proses produksinya yang sulit dan memakan waktu. Dalam proses reaksi enzimatis, katalis enzim tidak dapat digunakan kembali karena terlarut dalam substrat, sehingga akan menambah mahalnya biaya proses. Teknik recovery enzim lipase dapat dilakukan melalui teknik immobilisasi dengan bantuan support sebagai media pembantu yang dapat mengembalikan lipase untuk dapat direaksikan kembali, sehingga diharapkan biaya proses dapat ditekan. Dalam penelitian ini, immobilisasi dilakukan dengan metode adsorpsi dan lipase yang digunakan berasal dari Candida rugosa. Seleksi dari berbagai macam support (latex, kitin, silika gel, Al2O3, dan CaCO3) dilakukan untuk memperoleh support yang optimal untuk mengadsorp enzim lipase.
Minyak zaitun sebagai trigliserida dihidrolisis oleh lipase dalam sistem emulsi minyak-air menghasilkan free fatty acid dan gliserol. Dilakukan juga pengamatan konversi reaksi hidrolisis untuk free lipase dan lipase terimmobilisasi selama 12 jam. Perubahan pH dan temperatur diteliti untuk melihat pengaruhnya dalam reaksi hidrolisis. Stabilitas lipase ter-immobilisasi diuji dengan menggunakannya kembali dalam reaksi secara berulang. Model matematika sederhana untuk reaksi orde satu dibuat untuk dapat menggambarkan perilaku reaksi hidrolisis.
Hasil penelitian menunjukkan konversi reaksi hidrolisis oleh free lipase pada jam ke-8 adalah sebesar 52 %. Konsentrasi lipase yang ter-immobilisasi pada kitin (CE = 0.677 mg/ml) dan silika gel (CE = 0.602 mg/ml) lebih besar dibanding support Al2O3 (CE = 0.187 mg/ml), CaCO3 (CE = 0.159 mg/ml) dan latex (CE = 0.175 mg/ml), sehingga dapat disimpulkan metode adsorpsi lebih cocok diterapkan pada support kitin dan silika gel. Waktu optimal yang dibutuhkan support kitin dan silika gel untuk mengadsorpsi lipase adalah 3 jam. Dalam reaksi hidrolisis, lipase pada support kitin memiliki aktivitas yang lebih baik dibanding lipase pada support silika gel. Lipase Candida rugosa bekerja optimal pada pH 7.0 dan temperatur 37°C. Penggunaan lipase ter-immobilisasi optimalnya 3 kali, karena pada penggunaan selanjutnya % hidrolisis sudah dibawah 20 % dan dinilai tidak lagi efisien. Data perhitungan hasil pemodelan untuk free lipase dan lipase ter-immobilisasi pada kitin menunjukkan nilai k berbanding lurus dengan aktivitas lipase. Berdasarkan model yang dibuat, konsentrasi trigliserida awal (CT0) merupakan variabel yang independen terhadap kecepatan pembentukan produk FFA (CF).

Lipase playing a great role as a biocatalists in many industries, such as medic, pharmacy, chemical and food. The price of commercial lipase usually very expensive, because the production is quite difficult and time-consuming process. In the enzymatic reaction process, lipase catalysts can only be used once because it is dissolved on the substrate and make the recovery is immposible. This situation will increase the process cost. The technique of enzym recovery can be done by immobilization technique Using support as a binding media, immobilization can bring back lipase for reuse, so that the process cost can be reduce. In this experiment, we use a non specific lipase from Candida rugosa and adsorption method was used for immobilization. This experiment also including the selection from many support (latex, chitin silica gel, Al2O3, and CaCO3) to get the best support for immobilization.
Olive oil as a model of tryaciglyserol hidrolized by lipase on oilwater emulsion system, the reaction product is free fatty acid and glyserol. We also did the hidrolysis reaction using free lipase and immobilized lipase for 12 hours. the variation of acidity and temperature were observed to see the influence toward the conversion reaction. The immoblized lipase stability is tested by using the immobilized lipase for reuse. Simple mathematic model for first order kinetik reaction was made for describe the reaction behaviour.
The result showed that the conversion reaction for 8 hours is 52%. The concentration of immobilized lipase on chitin (CE = 0.677 mg/ml) and silica gel (CE = 0. 02 mg/ml) were higher than the other support. The adsorption method is best for these two support. The optimum time for lipase adsorption is 3 hours. On hydrolisys reaction, immobilized lipase on chitin have a better activity than immobilized lipase on silica gel. Both free and immobilized lipase have optimum operation conditionon acidity 7.0 and temperatur of 37°C. The optimum reuse of immobilized lipase is 3 times only, because in the next batch reaction the convertion is under 20%, this value is no longer efficient. The result of the kinetic model can describing reaction behaviour well. The model only limited for describing influence of constant reaction rate (k).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Safitrah Setiawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh waktu reaksi dan rasio massa ferrocene terhadap kamper sebagai sumber karbon dalam pertumbuhan carbon nanotube CNT . Ferrocene digunakan sebagai sumber karbon dan katalis dengan stainless steel SS -316 tipe gauze sebagai substrat. Penambahan kamper sebagai sumber karbon alternatif dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hasil sintesis CNT. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa benzena, toluena, dan xylene mendominasi dekomposisi kamper dan penambahannya akan meningkatkan kualitas serta hasil dari CNT yang terbentuk. Variasi rasio massa dari ferrocene terhadap kamper yang digunakan adalah 3: 1, 2: 1, 1: 2, 1: 3 dan variasi waktu reaksi 10,20,30,40, dan 60 menit.
Hasil sintesis CNT dikarakterisasi menggunakan FESEM-EDS sedangkan gas dekomposisi ferrocene dan kamper dianalisis dengan GC-FID. Kualitas CNT terbaik diperoleh pada rasio massa 2: 1 pada waktu reaksi 20 menit dengan yield CNT 0.37 gram CNT/gram sumber karbon, persentase kandungan karbon pada produk 76,98 dan diameter 77-151 nm. Waktu reaksi terbaik diperoleh pada 20 menit dengan yield. Pada menit ke-30, yield menurun dan hasil SEM menunjukan banyak terbentuk nanokarbon berkualitas rendah akibat terjadinya deaktivasi katalis karena inti aktif katalis tertutup karbon amorf sehingga menghambat pertumbuhan CNT.

This research aims to identify the best reaction time and mass ratio of camphor to ferrocene as carbon source in the growth of carbon nanotube CNT . Ferrocene is used as carbon source and catalyst with stainless steel SS 316 type gauze as substrate.Camphor as alternative carbon source is intended to improve the CNT synthesis results. This research has shown that benzene, toluene, and xylene dominate camphor decomposition, so the addition will produce good quality CNT and increase the yield. The variation of mass ratio of camphor to ferrocene was 3 1, 2 1, 1 2, 1 3 and the variation of reaction time was 10,20,30,40, and 60 min.
The synthesis results of the CNT were characterized using FESEM EDS while the ferrocene and camphor decomposition gas was analyzed by GC FID. The best quality of CNT was obtained at 2 1 mass ratio with yield 37, carbon percentage of 76.98 and diameter of 77 151 nm. Increasing the reaction time from 10 to 20 minutes will increase the yield and quality of CNTs. The yield and quality of the CNT decreased after a reaction time of 30 minutes due to the deactivation of the catalyst and the closure of the active sites by nucleation and carbon growth.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Nurul Rachma
"Senyawa keton aromatik dimanfaatkan sebagai senyawa intermediet reaktif untuk menghasilkan suatu produk kimia terutama dalam industri fragrance dan industri farmasi. Mekanisme awal asilasi Friedel-Crafts adalah membentuk senyawa elektrofil dari asil halida dengan menggunakan katalis asam Lewis (AlCl3, FeCl3). Katalis tersebut selain dapat mempercepat reaksi juga dapat menyebabkan masalah lingkungan. Untuk meminimalisir dampak negatif tersebut dicari alternatif katalis lain, yaitu katalis cairan ionik yang disebut sebagai green catalyst. Reaksi asilasi antara naftalena dan asetil klorida direaksikan menggunakan tiga jenis katalis berbeda, yaitu AlCl3, [BMIM]Cl-silika gel dan [BMIM]Cl/AlCl3–silika gel dengan masing-masing reaksi dilakukan pada dua kondisi suhu berbeda (suhu kamar dan suhu dikontrol 0ᵒ-5ᵒC).
Studi dilakukan untuk membandingkan ketiga katalis ini dalam menghasilkan produk asetil naftalena. Hasil dikarakterisasi menggunakan FTIR, LC-MS dan GC-MS. Berdasarkan hasil karakterisasi terbukti bahwa terbentuk senyawa asetil naftalena. Banyaknya produk dibandingkan atas luas area yang ditunjukkan pada hasil karakterisasi. Diketahui bahwa dari hasil GC-MS reaksi dengan [BMIM]Cl/AlCl3-silika gel pada suhu yang dikontrol pada 0ᵒ-5ᵒC sebesar 20.322% dan pada suhu kamar sebesar 11.753%. Dari hasil spektrum LC-MS dan FTIR dibandingkan atas luas area puncaknya. Didapatkan luas area dari yang paling besar dengan katalis [BMIM]Cl/AlCl3-silika gel (suhu yang dikontrol pada 0ᵒ-5ᵒC ) > katalis [BMIM]Cl/AlCl3-silika gel (suhu kamar) > AlCl3 (suhu yang dikontrol pada 0ᵒ-5ᵒC )> katalis [BMIM]Cl/-silika gel (suhu yang dikontrol pada 0ᵒ-5ᵒC ).

Aromatic ketones as reactive intermediates are used for the production of fine chemicals, especially in the fragrance industry and pharmaceutical industry. The conventional method of preparation of these aromatic ketones is formed electrophile compound from acyl halides with Lewis acid catalyst (AlCl3, FeCl3). Catalyst beside use to accelerate the reaction in addition can also cause environmental problems. To minimize the negative impact of the catalyst, alternative catalyst have been looking for and the catalyst ionic liquid known as a green catalyst have been choice. Acylation reaction between naphthalene and acetyl chloride treated using three different types of catalysts, AlCl3, [BMIM]Cl-silica gel and [BMIM]Cl/AlCl3-silica gel with each reaction was carried out at two different temperature conditions (room temperature and the temperature controlled 0ᵒ-5ᵒC).
The study was conducted to compare the three catalysts in producing acetyl naphthalene. The results were characterized using FTIR, LC-MS and GC-MS. Based on the characterization results proved that acetyl naphthalene compounds are formed. The number of products compared to the area shown in the results of characterization. It is known that the results of GC-MS reaction with [BMIM]Cl/AlCl3-silica gel are 20,322% at 0ᵒ-5ᵒC and 11,753% at room temperature. From the results of LC-MS and FTIR spectrum compared to the peaks area. Obtained from the area of the greatest, catalysts [BMIM]Cl/AlCl3-silica gel (temperature 0ᵒ-5ᵒC) > catalyst [BMIM]Cl/AlCl3-silica gel (room temperature) > AlCl3 (temperature 0ᵒ-5ᵒC) > catalyst [BMIM]Cl-silica gel (temperature 0ᵒ-5ᵒC).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz Rohman Hakim
"Setelah 30 tahun dioperasikan, kinerja menara pendingin RSG-GAS mengalami penurunan. Perlu dilakukan pemodelan perpindahan panas dan massa yang terjadi di dalam menara pendingin. Pemodelan perpindahan panas dan massa dilakukan pada bagian fill menara pendingin. Penelitian ini mengkaji perubahan temperatur air dan udara serta rasio kelembaban udara dari sisi masuk sampai sisi keluar fill. Kajian dilakukan dengan pendekatan Kloppers, Klimanek dan Analogi. Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan data desain menara pendingin. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendekatan Kloppers dan Klimanek 39,26 di bawah desain dan pendekatan Analogi 0,9 di atas desain. Pendekatan Analogi memberikan hasil perhitungan paling mendekati data desain.

After 30 years of operation, the performance of RSG GAS cooling towers has decreased. It is necessary the heat and mass transfer modeling that occurs inside the cooling tower. Modeling of heat and mass transfer is done on the cooling tower fill section. This study examines changes in water and air temperature and air humidity ratio from the inlet side to the outlet fill. The study was conducted using Kloppers, Klimanek and Analogical approach. The results are then compared with the cooling tower design data. The results of the analysis show that the Kloppers and Klimanek approach is 39.26 under the design and the Analogical approach is 0.9 above the design. Analogical approach gives the most closed result of the design data.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwiki Prasetyo
"Perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang kian pesat saat ini menuntut setiap individu untuk terus berkarya. Berbagai institusi juga berlomba-lomba untuk melakukan riset yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu fenomena yang sering dijumpai dalam menunjang keseharian kita adalah fenomena penguapan. Suatu proses penguapan yang terjadi pada bahan bakar cair, yang saat ini masih menjadi sumber energi utama di dunia. Pengujian tetesan merupakan salah satu langkah yang dapat dipergunakan untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kinerja yang efektif dan juga efisien. Salah satu parameter utama dari analogi perpindahan panas dan massa yang dimiliki pada pengujian tetesan adalah nilai dari bilangan Lewis yang dimiliki adalah sama dengan satu. Berbagai model telah dirumuskan guna memperoleh kesesuaian perhitungan perpindahan panas dan massa suatu zat.
Berbagai peneliti juga telah melakukan percobaan menggunakan cairan yang berbeda. Permasalahan yang ditemukan adalah cairan yang memiliki nilai Lewis tidak sama dengan satu akan menunjukkan korelasi yang kurang baik. Pada penelitian kali ini, dilakukan analisis lebih mendalam mengenai fenomena yang dapat menyebabkan korelasi kurang baik tersebut. Didapatkan hasil bahwa korelasi yang kurang baik tersebut timbul karena pengaruh dari stagnan film model yang digunakan. Konsentrasi cairan pada stagnan film menuju lingkungan tampak patah dan hal tersebut dirasa tidak natural.

The development of science and technology which is rapidly increasing now requires each individual to continue working. Various institutions are also competing to conduct research that can benefit human life. One phenomenon that is often found in supporting our daily life is the phenomenon of evaporation. An evaporation process that occurs in liquid fuels, which is still the main energy source in the world. Drop test is one step that can be used to determine the characteristics possessed so as to improve effective and efficient performance. One of the main parameters of the analogy of heat and mass transfer in the droplet test is that the value of the Lewis number is equal to one. Various models have been formulated in order to obtain a suitable calculation of the heat transfer and mass of a substance.
Various researchers have also conducted experiments using different liquids. The problem found is a liquid that has a Lewis value not equal to one will show a bad correlation. In this study, a more in-depth analysis of the phenomena that can cause such unfavorable correlations. The results show that the unfavorable correlation arises because of the influence of the stagnant film model used. The concentration of fluid in the stagnant film into the environment seems broken and this is not natural.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nora Wulandari
"Pengobatan pada pasien lansia sangat kompleks karena biasanya bersifat multipatologi sehingga menyebabkan peningkatan jumlah obat yang digunakan (polifarmasi) untuk kondisi klinis yang berbeda-beda. Terdapatnya hipertensi, diabetes dan/atau dislipidemia menyebabkan pengobatan yang berpotensi menimbulkan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), karena umumnya pengobatan pada pasien dengan hipertensi, diabetes dan/atau dislipidemia bersifat jangka panjang dengan menggunakan beberapa jenis obat. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh umur lansia terhadap kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki pada pasien dengan hipertensi, diabetes dan/atau dislipidemia di Puskesmas Pancoran Mas, Puskesmas Tanah Baru, dan Puskesmas Beji kota Depok. Penelitian menggunakan rancangan kohort prospektif. Sampel penelitian terdiri dari 62 pasien lansia sebagai kelompok kohort dan 62 pasien non lansia sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan selama Januari-Juni 2014. Sampel dimonitoring keadaannya setiap minggu selama satu bulan. Manifestasi klinik ROTD merupakan hasil evaluasi terhadap keluhan-keluhan yang dialami pasien yang dievaluasi menggunakan skala Naranjo. Manifestasi klinik ROTD yang didapat pada kedua kelompok dianalisis menggunakan uji kaikuadrat dan uji regresi logistik. Pasien dengan hipertensi, diabetes dan/atau dislipidemia yang mengalami kejadian ROTD 30,6% dengan frekuensi kejadian 39 kali, presentase terbesar adalah batuk kering karena kaptopril (56,3%), dan tingkat keparahan manifestasi klinik ROTD yang terjadi pada mayoritas (53,8%) pasien tersebut adalah level 2 (mild/sedang). Risiko umur lansia 3,577 kali lebih besar untuk terjadinya ROTD.

Treatment in elderly patients is very complex, because it is usually multiphatology thus causing an increase in number of drugs used (polypharmacy) for every clinical conditions. The presence of hypertension, diabetes and/or dyslipidemia will increase the risk of cause Adverse Drug Reaction (ADR) because of polypharmacy and long term of treatment. This study aimed to assess the effect of elderly age on the incidence of ADR in patients with hypertension, diabetes and/or dyslipidemia at Puskesmas Pancoran Mas, Beji, and Tanah Baru Depok. The design of the study is cohort study. The Sampling was conducted at January- June 2014. 62 elderly patients was collected as a risk factor group and 62 non- elderly patients as a control group. Sample was monitored every weeks in a month. Clinical Manifestation of ADR event was an evaluation result of the recording complaints experienced by the sampel using Naranjo scale. Clinical manifestation of ADR events obtained in the both group were analyzed using Chi- Square and Logistic Regression test. Patient with hypertension, diabetes and/or dyslipidemia experienced ADR event 30,6% with a frequency of accurrence was 39 times. Dry cough because of captopril (56,3%) was the most common clinical manifestation found, while severity level clinical manifestation ADR which occured in most of patient (53,8%) was at level 2 (mild). The risk of elderly age was 3,577 times greater for ADR event.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T42976
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elgar Dimaspria Widodo
"Geokimia dalam eksplorasi geotermal memiliki peran yang sangat penting, termasuk memprediksi suhu reservoir sebagai penilaian potensi suatu lapangan geotermal. Daerah Penelitian merupakan salah satu lapangan geotermal di Indonesia yang berada dalam perbatasan dua sistem geotermal, dimana penelitian lebih lanjut akan dilakukan di bagian selatan lapangan yang memiliki sistem dominasi air dan daerah yang kurang tereksploitasi. Metode yang umum digunakan untuk menentukan suhu adalah geotermometer, dimana perkiraan suhu didasarkan pada ketergantungan kesetimbangan kimia yang telah didefinisikan persamaan kesetimbangannya untuk suhu itu sendiri. Pada kenyataannya reaksi kimia antara fluida dan mineral batuan dari reservoir ke permukaan mengalami beberapa gangguan yang harus dianalisa lebih mendalam.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui estimasi kesetimbangan kimia antara batuan dan fluida yang terjadi di reservoir geotermal sebelum terjadinya proses cooling, boiling, dan mixing. Estimasi ini dilakukan dengan metode CO2 Discharge Method yang membentuk asam karbonat di reservoir, yang muncul di permukaan dan digunakan sebagai perhitungan pH aktual di reservoir. Nilai pH dihitung dari koefisien aktivitas ion hidrogen yang sangat bergantung pada suhu. Dalam reaksi kesetimbangan fluida-batuan, terjadi proses hidrolisis mineral hidrotermal dimana energi bebasnya dapat dihitung menggunakan hukum termodinamika Gibbs dan menghasilkan perbandingan ion Na+ dan K+ dengan ion hidrogennya. Hasilnya pH fluida reservoir adalah cukup basa pada 290 °C, dan rasio Na+ dan K+ sangat tidak sensitif terhadap perubahan suhu. Model plotting data menunjukkan tiga kelompok mineral hidrotermal yaitu kelompok Kaolinit, kelompok K-Mica/K-Feldspar, dan kelompok Albit/Kuarsa, dengan kestabilan aktivitas ion yang tinggi. Hal ini menunjukkan perhitungan geotermometer Na-K-Ca menjadi valid yaitu 290°C. Dari hasil perhitungan geotermometer, pH fluida, dan letak reservoirnya menunjukkan area tengah-selatan Daerah Penelitian layak untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut.

Geochemistry in geothermal exploration has a very important role, including predicting reservoir temperature as an assessment of the potential of a geothermal field. The Research Area is one of the geothermal fields in Indonesia which lies within the borders of two geothermal systems, where further research will be carried out in the southern area of the field which has a water-dominated system and less exploited area. The common method used to determining the temperature is geothermometer, where the approximate temperature is based on chemical equilibrium dependence which has defined its equilibrium equation for the temperature itself. In fact, the chemical reaction between fluids and rock minerals from reservoir to the surface experiences some disturbances that must be analyzed more comprehensively.
This study was made to determine chemical equilibrium estimation between rocks and fluids that occur in the geothermal reservoir before the occurrence of the cooling, boiling, and mixing processes. This estimation is carried out using CO2 Discharge Method which forms carbonic acid in the reservoir, that appears on the surface and is used as a calculation of the actual pH in the reservoir. The pH value is calculated from the coefficient of hydrogen ion activity which is very dependent on temperature. In the reaction of fluid-rock equilibrium there is a hydrolysis process of hydrothermal minerals where its free energy can be calculated using Gibbs' law of thermodynamics and makes a ratio of Na+ and K+ ions with their hydrogen ions.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>