Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5051 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Priatmadji
"Tesis ini membahas mengenai pajanan radiasi RF dan dampak dari pajanan tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai intensitas radiasi RF di dekat antena BTS dan apakah ada dampak dari radiasi RF tersebut terhadap pekerja. Penelitian ini bersifat analitis kuantitatif, menggunakan metode pengukuran dengan desain penelitian potong lintang. Hasil penelitian diperoleh bahwa hasil pengukuran kerapatan daya yang jauh di bawah NAB yaitu sebesar 1,860 W/m2 + 1,842 W/m2. Efek fisik yang dirasakan pekerja adalah rasa pusing, penurunan daya ingat dan sulit tidur. Dari hasil pengukuran mean kadar MDA pada kelompok terpajan adalah 0.302 mMol + 0,078 mMol dan mean kadar TNF-a 4,404 pg/mL + 0,504 pg/mL. Dari uji statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar MDA dan TNF-a pada kelompok terpajan dengan kelompok tanpa pajanan, namun tidak terdapat korelasi antara MDA dan TNF-a dengan usia dan masa kerja. Dari hasil pengukuran dan analisa dapat diambil kesimpulan bahwa meskipun hasil ukur nilai intensitas radiasi RF masih jauh di bawah NAB, namun kadar MDA dan TNF-a pada kelompok terpajan radiasi RF lebih besar secara signifikan dibandingkan pada kelompok tanpa pajanan.

This thesis discusses the RF radiation exposure and the impact of such exposure. The purpose of the study was to determine the value of RF radiation intensity near the antenna base stations and whether there are effects of RF radiation to workers. The research is a quantitative analytical, using measurement method with cross-sectional research design. The result showed that the power density measurement results are well below the TLV, which is 1.860 W/m2 + 1.842 W/m2. Workers perceived physical effects are dizziness, memory loss and difficulty sleeping. The MDA measurements result in the exposed group was 0.302 mMol + 0.078 mMol and mean levels of TNF-a was 4,404 pg/mL + 0.504 pg/mL. Statistical tests resulted significant differences between the MDA and TNF-a levels in the exposed group with no exposure group, but there is no correlation between MDA and TNF-a with age and years of service. It can be conscluded that from measurement and analysis that although the results of measuring the value of RF radiation intencity is still far below the TLV, but the levels of MDA and TNF-a on RF radiation-exposed group was significantly greater than in the group without exposure"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathaniel Nicholas Norvin Lambok Mangatas
"Pengukuran antena dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik radiasi sebuah antena, dengan proses pengukuran dilakukan di ruang laboratorium Prof. Fitri Yuli Zulkifli di DTE Universitas Indonesia. Proses pengukuran masih dilakukan secara manual dan beberapa parameter seperti pola radiasi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan pengambilan data. Dengan demikian, dibutuhkan sistem pengukuran antena secara otomatis yang dapat mengendalikan instrumen pengukuran antena yang sudah tersedia untuk mempermudah proses pengambilan data untuk pengukuran antena. Dalam penelitian ini, dirancang sistem pengukuran karakterisasi antena secara otomatis dengan menggunakan library libFTDI dan R&S VISA untuk mengendalikan instrumen pengukuran Vector Network Analyzer (VNA ) dan rotator antena. Hasil implementasi dan pengujian aplikasi menunjukkan bahwa sistem pengukuran yang diajukan dapat mempermudah dan mempersingkat proses pengukuran antena dimana hasil pengukuran pola radiasi pada tahapan sudut 10 dan 5 derajat berturut-turut membutuhkan waktu 3 dan 5 menit.

Antenna measurements are conducted to determine radiation characteristics of the antenna. Measurements conducted in Prof. Fitri Yuli Zulkifli laboratory DTE Uniiversity of Indonesia is still done manually, and some parameter such as radiation pattern is labor-intensive and takes a lot of time to collect the data required. An automated measurement system required to control instrument measurements in the laboratory to measure radiation characteristics of the antenna automatically. This research proposed an automatic antenna radiation characteristics measurement system with libFTDI and R&S VISA library used to control and communicates Vector Network Analyzer (VNA) and antenna rotator. The result showed that the proposed system could facilitate users to measure antenna under test, where the measurement results of radiation pattern at 10 and 5 degrees respectively takes 3 and 5 minutes to run."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggy Pradiftha Junfithrana
"Antena merupakan elemen fundamental dalam sistem komunikasi nirkabel. Sebagai sebuah konduktor, antena akan mengubah gelombang listrik menjadi gelombang elektromagnetik yang diradiasikan diudara maupun sebaliknya. Kinerja sebuah antena ditentukan oleh karakteristik radiasi yang dihasilkan meliputi pola radiasi, gain, direktivitas, polarisasi, impedansi, VSWR, dan bandwidth.
Pengukuran antena dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik radiasi sebuah antena. Proses pengukuran pola radiasi dan gain antena di ruang Anechoic chamber DTE Universitas Indonesia masih dilakukan secara manual, hal ini berakibat pada kecepatan proses pengukuran yang cukup lama dan ketelitian hasil pengukuran yang berbeda-beda untuk setiap pengukuran. Pada penelitian ini, dibangun sebuah sistem pengukuran karakteristik radiasi antena secara otomatis dengan menggunakan Network Analyzer HP8753E, rotator antena jenis Roll-Over-Azimuth, komputer dan sebuah program aplikasi. Rancang bangun rotator antena menggunakan mikrokontroler AT-Mega328 (Arduino) sebagai pengendali dua buah motor stepper, dan pembuatan program aplikasi menggunakan software LabVIEW sebagai antarmuka dengan pengguna. Sistem diimplementasikan pada pengukuran antena jenis dipol, mikrostrip patch segi empat, dan mikrostrip array 4x1 elemen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem yang dibangun dapat memberikan hasil pengukuran yang lebih akurat, dengan mengurangi kesalahan pembacaan sudut pada rotator antena dan pembacaan nilai parameter S12/S21 pada Network Analyzer. Disamping itu, waktu pengukuran menjadi lebih cepat bila dibandingkan dengan pengukuran secara manual, dimana hasil pengukuran pola radiasi pada tahapan sudut 11,250, 4,50 ,dan 2,250 berturut-turut membutuhkan waktu 1, 2, dan 5 menit, sedangkan hasil pengukuran gain pada rentang sudut radiasi utama 360 membutuhkan waktu 4 menit.

Antenna is a fundamental element in a wireless communication system. As a conductor, the antenna will change the electrical waves into electromagnetic waves and then radiated in the air. Performance of an antenna is determined by the characteristics of the resulting radiation including radiation pattern, gain, directivity, polarization, impedance, VSWR, and bandwidth.
Antenna measurements are conducted in order to determine the radiation characteristics of an antenna. Measurement process of antenna radiation patterns and gain in Anechoic chamber DTE University of Indonesia is still done manually, therefore the measurement process takes longer time to finish and the measurement result can be not to accurate. In this research, constructed an automatically system to measure antenna radiation characteristics by using Network Analyzer HP8753E, antenna rotator Roll-Over-Azimuth, a computer and an application program. The Design of the antenna rotator is using AT- Mega328 microcontroller (Arduino) as controlling two stepper motors and application program using LabVIEW software as the interface with user. Implemented systems for measuring dipole antenna, rectangular microstrip patch, and 4x1 microstrip array elements.
The results showed that the system could provide a more accurate measurement results, by reducing reading errors from antenna rotator angle, and parameter values on the Network Analyzer S12/S21. In addition, the measurement time is faster when compared to manual measurement, where the measurement results of phase angle radiation pattern at 11,250, 4,50, and 2,250 respectively takes 1, 2, and 5 minutes, while the gain measurements in the main radiation angle range 360 takes 4 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendry Steven Joshua Julius Monang
"Transportasi udara menjadi transportasi dengan peningkatan jumlah penumpang yang signifikan karena menawarkan perjalan yang cepat, efisien, dan ekonomis. Namun, dalam perkembangannya terdapat kejadian yang berbahaya seperti aksi terorisme dan sabotase dalam penerbangan. Hal tersebut menjadikan faktor keamanan menjadi salah satu parameter penting yang perlu diperhatikan dalam dunia aviasi. Sebagian besar aksi teror yang terjadi dikarenakan kelalaian dalam melakukan deteksi barang berbahaya yang umumnya terbuat dari logam. Saat ini, dalam prosedur keamanan di bandar udara, terdapat dua teknologi yang umumnya digunakan untuk dapat mencitrakan barang berbahaya yang disembunyikan pada tubuh penumpang. Teknologi x-ray backscatter dan teknologi milimeterwave bekerja dengan mencitrakan barang berbahaya pada tubuh manusia tanpa harus dilakukan pemeriksaan secara manual terlebih dahulu. Namun pada penerapannya, kedua teknologi tersebut menimbulkan masalah-masalah baru seperti masalah kesehatan, privasi, dan keakuratan sistem. Berdasarkan riset dan penelitian, pencitraan dengan gelombang Terahertz dinilai mampu menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Penggunaan spektrum frekuensi di antara teknologi x-ray backscatter dan teknologi milimeter wave, membuat pencitraan THz tidak mengeluarkan radiasi ionisasi yang berbahaya, memiliki resolusi spasial yang cukup tinggi, namun rentan akan efek difraksi. Pada penelitian ini, dilakukan studi difraksi dan simulasi pencitraan logam dengan menggunakan gelombang Terahertz. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak CST Microwave Studio. Sebagai objek citra, digunakan logam kotak yang terbuat dari nikel dan memiliki panjang, lebar, dan tebal yakni 300 µm, 300 µm, dan 10 µm. Sensor yang digunakan dalam simulasi adalah antena bowtie terkopel bolometer. Antena bowtie terkopel bolometer sebagai sensor digunakan karena memiliki desain yang simpel dan bandwith yang lebar. Simulasi pencitraan dilakukan dengan variasi jenis antena yang memiliki frekuensi kerja 1 THz, 3 THz, dan 5 THz. Variasi jenis polarisasi plane wave (polarisasi Ex & Ey) juga dilakukan untuk masing-masing jenis antena. Simulasi dengan peningkatan frekuensi menghasilkan citra yang lebih akurat karena memiliki efek difraksi yang lebih kecil dan resolusi spasial yang lebih besar. Simulasi dengan polarisasi Ex menghasilkan citra yang lebih baik dalam kontras dibandingkan dengan polarisasi Ey karena memiliki arah pergerakan medan listrik (medan E) yang sejajar.

Air transportation is becoming transportation with a significant increase in the number of passengers because it offers fast, efficient, and economical trips. However, in its development, there are dangerous events such as acts of terrorism and sabotage in flight. This makes the safety factor an important parameter that needs to be considered in the world of aviation. Most acts of terror occur due to negligence in detecting dangerous goods which are generally made of metal. At present, in the security procedures at the airport, there are two technologies that are generally used to be able to image dangerous goods that are hidden in the body of a passenger. X-ray backscatter technology and millimeter-wave technology work by imaging dangerous goods on the human body without having to be manually checked first. But in its application, both of these technologies cause new problems such as health problems, privacy issues, and system accuracy. Based on research, imaging with the Terahertz wave is considered to be an alternate way to the problem. The use of the frequency range between x-ray backscatter technology and millimeter-wave technology makes THz imaging not emit harmful ionizing radiation, has a high enough spatial resolution but is vulnerable to diffraction effects. In this study, diffraction studies and metal imaging simulations were carried out using Terahertz waves. The simulation is done with CST Microwave Studio software. As an object in the imaging system, a metal box made of nickel and has a length, width, and height of 300 µm, 300 µm, and 10 µm is designed. The sensor used in the simulation is the bowtie antenna coupled bolometer. A bowtie antenna coupled bolometer as a sensor is used because it has a simple design and wide bandwidth. Imaging simulations performed with variations of antenna types that have working frequency of 1 THz, 3 THz, and 5 THz. Variations in the type of plane wave polarization (Ex & Ey polarization) were also performed for each type of antenna. Simulations with increased frequency produce more accurate images because they have smaller diffraction effects and greater spatial resolution. Simulation with Ex polarization produce better image in contrast compared to Ey polarization due to the parallel movement of electric fields (E field) direction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Fahrudin
"Sistem Global System for Mobile Communication (GSM) dalam teknologi komunikasi seluler terus berkembang dengan pesat dan disesuaikan dengan kebutuhan dari pengguna yang ada. Dalam perkembangannya sistem ini membutuhkan optimalisasi jaringan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap para pengguna. Melakukan perubahan sudut kemiringan antena (tilting adjustment) merupakan salah satu metode yang digunakan dalam melakukan optimasi performansi sinyal GSM yang direpresentasikan dalam parameter kualitas sinyal serta kekuatan sinyal.
Dalam penelitian ini dilakukan kajian pengaruh dari perubahan sudut kemiringan antena terhadap performansi sinyal GSM dengan variasi sudut 0,24,6, dan 8 derajat. Performansi sinyal GSM yang baik bilamana parameter kualitas serta kekuatan sinyal yang diterima memenuhi standar kriteria yang ditentukan berdasarkan nilai parameter tersebut.
Dari hasil penelitian menunjukkan kondisi optimal layanan pada cell GSM900 dicapai pada sudut kemiringan antenna base station mencapai 2 derajat, sedangkan untuk cell DCS1800 kondisi optimal dicapai pada kondisi sudut mencapai 6 derajat.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
" Recently,the needs of communication for many life aspects are increasing. Communication system that expected are fast,wide coverage area and efficient....."
COJUTEK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S38239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2003
TA358
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
TA80
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>