Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57422 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
"Untuk meningkatkan kualitas pendidikan IPA di SD langkah pertama yang dilakukan adalah meningkatkan kualitas guru dan calon guru IPA di SD, khususnya di lembaga pendidikan guru, salah satunya adalah di UT. Penelitian ini bertujuan untuk pertama mendeskripsikan model implementasi pembelajaran integratif dalam kegiatan tutorial matakuliah Materi dan Pembelajaran IPA SD dengan konsep dasar IPA pada mahasiswa S-1 PGSD pokjar Kabupaten Tuban. Kedua untuk mendeskripsikan efektifitas implementasi pembelajaran integratif dalam kegiatan tutorial matakuliah Materi dan Pembelajaran IPA SD dengan konsep dasar IPA dalam meningkatkan penguasaan konsep dasar IPA dan kemampuan membuat perencanaan pembelajaran pada mahasiswa S-1 PGSD pokjar Kabupaten Tuban. Ketiga untuk mendeskripsikan besar pengaruh implementasi pembelajaran integratif dalam kegiatan tutorial matakuliah Materi dan Pembelajaran IPA SD dengan konsep dasar IPA terhadap prestasi belajar matakuliah Materi dan Pembelajaran IPA SD pada mahasiswa S-1 PGSD Pokjar Kabupaten Tuban. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran yang berupa: Rancangan Aktivitas Tutorial (RAT), Satuan acara Tutorial (SAT), Rancangan Evaluasi (RE), dan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM). Pengembangan perangkat mengacu pada four D model yang dikemukakan oleh Thiagarajan dan Semmel (1974:6). perangkat pembelajaran membuat RPP dan hasil belajar mahasiswa. "
JPUT 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
"Tulisan ini memang mengundang tanggapan karena setiap orang boleh menjawab sesuai pendapatnya,Mereka yang berkaprah di bidang pendidikan/pembelajaran dan telah memanfaatkan internet serta merasak manfaatnya,akan menjawab"sudah waktunya dan telah ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiansyah
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) perbandingan perkuliahan Akuntansi Manufaktur secara tatap muka di kampus (live synchronous learning) dengan tatap maya di Zoom (virtual synchronous learning); dan 2) efektivitas virtual synchronous learning melalui pemanfaatan Zoom cloud meeting dalam perkuliahan Akuntansi Manufaktur. Metode pengumpulan data melalui kuesioner dengan teknik analisis data deskriptif. Responden penelitian ini adalah mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan Akuntansi Manufaktur selama 1 (satu) semester. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 6 (enam) metode pembelajaran yang efektif untuk mata kuliah Akuntansi Manufaktur baik live synchronous learning maupun virtual synchronous learning, yaitu: 1) Discovery Learning (studi kasus); 2) Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif); 3) Small Group Discussion (diskusi kelompok); 4) Collaborative Learning (pembelajaran kolaboratif); 5) Project-Based Learning (pembelajaran berbasis proyek); dan 6) Problem-Based Learning (pembelajaran berbasis masalah). Terdapat 3 (tiga) bentuk pembelajaran yang efektif untuk dikolaborasikan dalam mencapai Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK) Akuntansi Manufaktur, yaitu: 1) Kuliah; 2) Respons dan Tutorial; dan 3) Praktikum. Metode dan bentuk pembelajaran tersebut sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Pasal 14 ayat 3 dan ayat 5. Terkait efektivitas virtual synchronous learning via Zoom cloud meeting, 6% responden menyatakan kurang paham, 78% paham, dan 17% sangat paham. Adapun dalam hal perbandingan live synchronous learning dan virtual synchronous learning via Zoom cloud meeting, 22% responden menjawab bahwa lebih baik dijelaskan langsung oleh dosen pada kuliah tatap muka, sedangkan 78% menjawab sama saja baik kuliah tatap muka maupun tatap maya."
Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi, 2022
371 TEKNODIK 26:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Purwanti
"Banyak tokoh pendidikan Indonesia berpendapat bahwa praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih mcnggunakan pendekatan yang lebih berfokus pada peran tunggal guru sebagai pemegang tanggung jawab penuh proses pembelajaran (teacher centered). Siswa adalah obyek pembelajaran yang pasif, guru adalah tokoh maha tahu sebagai pemberi materi, dan proses pembelajaran didominasi oleh kegiatan menghafal. Beberapa upaya pembaharuan yang diusulkan yang sebenarnya mengarah pada pendekatan baru, yang lebih berfokus pada peran siswa (learner centered) tampaknya belum dapat heljalan secara optimal. Diduga, peran guru belum diperhatikan dalam upaya pembaharuan ini, sehingga kesiapan mereka baik secara konseptual maupun teknis (ketrampilan) masih meragukan. Melalui penelitian ini penulis berupaya mengungkap belief guru tentang pembelajaran, dan aktivitas praktis yang dipilihnya untuk diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Belief guru tentang pembelajaran adalah segala pengetahuan/konsep yang dimiliki guru yang telah diyakininya tentang makna pembelajaran. Sedangkan aktivitas praktis guru adalah segala tingkah laku yang dipilih untuk diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Penelaahan belief dan aktivitas praktis guru ini dimaksudkan guna mendapat gambaran tentang kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran. Sekaligus diungkap hambatan-hambatan yang dihadapi guru untuk mengimplementasikan belief yang dianutnya pada aktivitas praktis sehari hari. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap terbentuknya belief dan aktivitas praktis tertentu juga turut dikaji dalam penelitian ini. ‘Model berpikir dan bertindak guru’ dari Clark dan Peterson (1986) menjadi titik tolak landasan teoritis yang dipakai pada penelitian ini. Penelitian dilakukan terhadap 137 guru dari lima SMU di Jakarta, yang masing-masing diasumsikan membawa ciri khasnya sendiri, yaitu SMUN Unggulan, SMUN Pendamping, SMUN Non unggulan/non pendamping, SMU Swasta. Alat pengumpul data adalah 'skala belid’ dan ‘skala aktivitas praktis’dilengkapi dengan wawancara dengan 15 orang guru. Korelasi Pearson Product Moment, uji-t, dan one way anova adalah teknik statistik utama yang dipakai untuk menganalisis data yang diperoleh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebenarnya para guru telah menganut belief yang cenderung learner centered, dan telah melakukan aktivitas praktis yang sifamya cenderung learner centered pula. Namun kadar learner centered keduanya berbeda, dan menghasilkan kesenjangan yang bermakna.
Melalui wawancara terungkap, kualitas siswa yang kurang baik dan fasilitas yang kurang mendukung adalah hambatan yang dihadapi para guru di SMU non unggulan/non pendamping dalam rangka mewujudkan belief ‘learner centerednya. Upaya realistis dengcn menurunkan idelialisme yang berdampak pada menurnnya tingkat learner centered dan belief yang dianut. adalah cara yang dilakukan untuk menghadapi masalah ini. Sedangkan pada SMU unggulan/pendamping, hambatan yang muncul dalam menerapkan belief ‘learner centered’ adalah keraguan terhadap kemampuan guru untuk ‘meladeni‘/mengelola kekritisan siswa- Beban kurikulum, materi baru dan kesejahteraan yang kurang memadai, adalah hambatan yang dirasakan oleh guru secara umum.
Mengenai dugaan berpengaruhnya beberapa faktor terhadap terbentuknya belief dan aktivitas praktis tertentu, hasil penelitian menunjukkan bahwa, memang terjadi perbedaan belief dan aktivitas praktis di antara para guru yang bcerbeda asal sekolah. Perbedaan belief juga muncul di antara guru yang berbeda dalam pengalaman. Bahkan terbukti semakin berpengalaman seorang guru (semakin lama bekerja di suatu sekolah, semakin lama berprofesi sebagai guru, dan semakin tua usianya), tingkat learner centered dari belief nya menurun. Dalam hal perbedaan materi yang diajar, perbedaan dalam belief tidak ditemukan, namun perbedaan dalam aktivitas praktis terbukti. Para guru pengajar mata pelajaran inti bidang studi IPA, IPS, dan lain-lain memiliki belief yang sama tingkat learner centered-nya. Namun para guru pengajar mata pelajaran inti bidang studi IPA cenderug lebih teacher centered pada aktivitas praktis yang dipilih, dibanding guru yang mengqar mata pelajaran inti bidang studi IPS dan pengajar mata pelajaran 1ainnya
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kualitas guru memang harus ditingkatkan. Cara yang terbaik adalah dengan menanggapi berbagai hambatan yang dirasakan guru. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk juga menelaah beliq dan strategi belajar siswa, sebagai elemen yang berpengaruh timbal balik pada belief dan aktivitas praktis guru. Perbaikan instruxnen berupa skala belief dan aktivitas praktis juga disarankan, agar lebih akurat dan representatifdalam menterjemahkan sampcl pcrilaku."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>