Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Tigapuluh tiga ekor sapi perah penderita mastitis subklinis dikelompokkan dalam grup A (10 ekor), grup B (12 ekor) dan grup C (11 ekor). Sapi diobati dengan homeopatika dalam bentuk kombinasi dan plasebo, pada minggu ke-4 dan 3 sebelum partus (a.p) dan setiap minggu selama 4 kali berturut-turut setelah partus (p.p).Grup A diobati dengan Coenzyme comp® (minggu ke-4 dan 3 a.p), Lachesis comp®dan Traumeel® (minggu ke-1 dan 2 p.p), Coenzyme comp® dan Carduus comp® (minggu ke-3 dan 4 p.p). Grup B diobati dengan Traumeel ® dan Mucosa comp® (minggu ke-4 dan 3 a.p), Lachesis comp® dan Traumeel® (minggu ke-1 dan 2 p.p), Coenzyme comp® dan Carduus comp® (minggu ke-3 dan 4 p.p). Grup C adalah plasebo. Kasus mastitis subklinis bagi grup A dan C sangat bervariasi sedangkan grup B memperlihatkan insidensi sebesar 33.3 % dan bertahan konstan sampai akhir pengamatan. Kenaikan jumlah sel somatik susu dari grup A dan B satu minggu setelah terapi terakhir selama 2 minggu (minggu ke-5 – 7 p.p) memperlihatkan adanya suatu respon yang nyata terhadap terapi homeopathy. Menjelang kelahiran terjadi peningkatan haptoglobin (Hp) bagi grup B 0.857 mg/ml dan grup A juga plasebo 1.438 mg/ml serta 1.422 mg/ml. Setelah partus sampai akhir pengamatan, grup B memperlihatkan penurunan Hp mencapai 0.074 mg/ml. Kadar Hp darah grup A menurun secara perlahan, kadar terendah dicapai 0.176 mg/ml. Pengamatan produksi susu selama 5 bulan (dari bulan ke-3 sampai ke-7) dalam masa laktasi normal menunjukkan adanya peningkatan 14.5% bagi grup B dan 4.98 % bagi grup A. (Med J Indones 2004; 13: 221-6)

A total of 33 dairy lactating cows suffering from subclinical mastitis were classified into group A (10 cows), group B (12 cows) and group C (11 cows). They were treated with the combination of homeopathic drugs and placebo, applied at the 4th and 3rd week antepartum (a.p), and continuing every week postpartum (p.p), for four times. Group A received Coenzyme comp® (in the 4th and 3rd week a.p), Lachesis comp® combined with Traumeel®(1st and 2nd week p.p) and Coenzyme comp® combined with Carduus comp® (3rd and 4th week p.p). Group B received Traumeel®+ Mucosa comp® (4th and 3rd week a.p), Lachesis comp®+ Traumeel® (1st and 2nd week p.p) and Coenzyme comp®+ Carduus comp® (3rd and 4th week p.p) and group C as a placebo. The incidence of subclinical mastitis in group A and C appeared irregular. In contrast, group B showed a constant percentage (33.3%). Group A and B showed significant response to the homeopathic drugs, expressed as an increasing of the somatic cell count value. At peripartal phase, haptoglobin increased in group B 0.80 mg/ml and group A as well as placebo 1.40 mg/ml. After calving, group B expressed a constant value (0.05 mg/ml), while group A and placebo rose significantly. The milk yield in normal lactation period (the 3rd - 7th month) increased significantly, with an increasing 14.1% for group B and 4.9% A respectively. (Med J Indones 2004; 13: 221-6)"
Medical Journal of Indonesia, 13 (4) October December 2004; 221-226, 2004
MJIN-13-4-OctDec2004-221
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Christie, Agatha, 1890-1976
"The Agatha Christie Express menghadirkan empat karya pilihan Agatha Christie yang melibatkan peristiwa kejahatan di dalam kereta, yaitu: The Mystery of The Blue Train (Misteri Kereta Api Biru) The ABC Murders (Pembunuhan ABC) 4:50 from Paddington (Kereta 4.50 dari Paddington) Murder on The Orient Express (Pembunuhan di Orient Express) Bersama Hercule Poirot dan Miss Marple, para pembaca dibawa bertualang di atas Kereta Orient Express, Kereta Api Biru, dan kereta pukul 4:50 sore dari Paddington, serta memecahkan misteri pembunuhan yang melibatkan buku panduan kereta api ABC. Hanya Agatha Christie, sang ratu penulis criminal, yang bisa membuat kereta menjadi tempat pembunuhan misterius dan menegangkan."
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019
823 CHR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Robi Sanjaya
"ABSTRAK
Dalam rangka meningkatkan kebutuhan kapasitas tempat penyimpanan yang terpusat dan dapat di akssess dimana saja dengan beberapa user serta meramingkan pengelolaan hardware maka di buatlah IT infrastruktur berupa server yang menggunakan system berbasis network attached storage (NAS), ini menrupakan prototype internal dalam hal cloud storage yang memiliki jaringan tersendiri serta berfungsi sebagai pusat penyimpanan data dan sharing data menggunakan internet tanpa keterbatasan yang harus membawa alat penyimpanan data tambahan saat berpergian.

ABSTRACT
In order to increase the need of centralized storage capacity and enhance the accessing in anywhere with multiple users and streamline hardware management, IT infrastructure is made in the form of server using a network attached storage (NAS) based system, this is an internal prototype in terms of cloud storage that has separate network and server as a center for data storage and data sharing using the internet without limitations that must carry additional data storage tools when traveling."
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Secara klinis, diabetes tipe 1 (DM 1) mungkin tampak seperti diabetes tipe 2 dan kedua hal tersebut seringkali sulit untuk dibedakan. Hanya pemeriksaan petanda autoimun kerusakan sel β yang dapat membedakan kedua keadaan klinis tersebut. Karena harganya yang amat mahal (±$150/pemeriksaan), pemeriksaan anti-GAD65-abs tidak dapat dilakukan secara rutin di sebagian besar atau bahkan di semua laboratorium di Indonesia. Oleh sebab itu, produksi reagen anti GAD65-Abs di Indonesia mungkin dapat mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan diabetes di Indonesia. Kami membuat reagen untuk mendeteksi anti-GAD65-Abs dengan memanfaatkan otak sapi sebagai sumber enzim dalam 3 tahap. Tahap 1, mengisolasi dan memurnikan enzim GAD65 dari jaringan otak sapi, mengenali sifat-sifat fisika dan kimiawi, dan menggunakannya sebagai antigen primer untuk menstimulasi pembentukan anti-GAD65 di tikus Wistar. Tahap 2, memurnikan dan menggunakan anti-GAD65 hasil pemurnian sebagai antibodi sekunder untuk menginduksi pembentukan anti-antibodi-GAD65 pada tikus Wistar dan kelinci. Tahap 3, memberi label fosfatase alkali dan peroksidase pada anti-antibodi-GAD65 dan menggunakannya untuk mengenali anti-GAD65-Abs diabetes tipe 1 yang sebelumnya telah diidentifikasi dengan menggunakan “kit” komersial. Reagen anti-antibodi-GAD65 yang diproduksi di laboratorium kami dapat mengenali anti-GAD65-abs yang sebelumnya telah dideteksi oleh “kit” komersial. (Med J Indones 2005; 14: 197-203)

Clinically, type 1 diabetes may presents as type 2 diabetes which sometimes not easily differentiated. Perhaps only autoimmune markers of b-cells destruction could differentiate those two clinical conditions. Due to extremely high cost ( $ 150/test), examination of anti-glutamic acid decarboxylase-65 auto-antibodies (anti-GAD65Abs) may not be routinely performed in most, if not all, clinical laboratories in Indonesia. Hence, the production of anti-GAD65 Abs reagent in Indonesia may reduce the cost and improve the quality of diabetes care in Indonesia. We produce reagent to detect anti-GAD65-Abs using bovine brain tissue as source of GAD enzyme in 3 steps. Step 1, isolation, purification of GAD65 from bovine brain tissue and used it as a primary antigen to stimulate the generation of anti-GAD65 antibodies in Wistar rat. Step 2, the purified GAD65 antibodies were than used as a secondary antibody to induce the production of anti-anti-GAD65-antibodies in Wistar rat and rabbit. Step 3. Labeling anti-antiGAD65-antibodies with alkaline phoshpatase and peroxidase, and detecting anti-GAD65Abs previously detected using commercial kit. The anti-anti-GAD65-antibodies reagent produced in our laboratories successfully identify anti-GAD65-Abs of type 1 diabetic patients previously detected with commercial reagent. (Med J Indones 2005; 14: 197-203)"
Medical Journal Of Indonesia, 14 (4) October December 2005: 197-203, 2005
MJIN-14-4-OctDec2005-197
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sarah Rafika Nursyirwan
"Latar belakang Kardiotoksisitas subklinis merupakan kondisi yang sering terjadi pada anak dengan keganasan yang mendapat kemoterapi, tetapi belum dapat terdeteksi menggunakan pemeriksaan ekokardiografi konvensional. Pemeriksaan global longitudinal strain menggunakan ekokardiografi speckle tracking dilaporkan dapat mendeteksi disfungsi ventrikel kiri lebih awal dibandingkan ekokardiografi konvensional. Namun, belum banyak penelitian terkait pemeriksaan kuantitatif fungsi jantung dengan ekokardiografi speckle tracking pada anak dengan keganasan. Studi ini diharapkan dapat membantu deteksi dini gangguan fungsi jantung. Metode Penelitian ini merupakan studi potong lintang di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta terhadap 49 subyek anak berusia 6 bulan sampai 17 tahun 10 bulan pada September-November 2022. Subyek penelitian adalah anak yang baru terdiagnosis keganasan, tidak memiliki masalah jantung sebelumnya, dan mendapatkan kemoterapi kemudian dievaluasi pemeriksaan kuantitatif fungsi jantung dengan pemeriksaan kuantitatif ekokardiografi (konvensional, Doppler jaringan, speckle tracking) sebelum dan sesudah mendapat kemoterapi 3 bulan. Pasien yang mengalami reduksi relatif GLS >15% dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa biomarker jantung troponin I. Hasil ekokardiografi speckle tracking dapat dipertimbangkan untuk deteksi disfungsi sistolik ventrikel kiri lebih dini dengan sensitivitas 100% (IK 95% 82,35-100) dan spesifisitas 60% (IK 95% 40,60-77,34). Subyek yang mengalami kardiotoksisitas subklinis didapatkan sebanyak 63,3% ditandai dengan reduksi relatif GLS>15% setelah kemoterapi 3 bulan. Didapatkan penurunan bermakna nilai LPSS ventrikel kiri segmen mid dan segmen apikal serta GLS dari median -18,4 (RIK -17,3 sd. -19,6) % sebelum kemoterapi menjadi -15,3 (RIK -13,65 sd. -17,85) % (p<0,0001) sesudah kemoterapi 3 bulan dengan median dosis kumulatif antrasiklin 150 (RIK 120-300) mg/m2. Reduksi relatif GLS>15% ini ditemukan di saat yang bersamaan belum ditemukan penurunan EF/FS sampai di bawah batas normal. Tidak terbukti usia, jenis kelamin, status nutrisi, dan regimen kemoterapi memengaruhi kardiotoksisitas subklinis pada pasien anak dengan keganasan yang mendapat kemoterapi selama 3 bulan pada penelitian ini. Kesimpulan Pemeriksaan ekokardiografi speckle tracking dapat dipertimbangkan untuk dilakukan dalam mendeteksi kardiotoksisitas subklinis. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 100% (IK 95% 82,35-100) dan spesifisitas 60% (IK 95% 40,60-77,34).

Background Subclinical cardiotoxicity is a condition that often occurs in children with malignancy who receive chemotherapy, but it has not been frequently detected using conventional echocardiography. Global longitudinal strain examination using speckle tracking echocardiography is reported to be able to identify left ventricular dysfunction earlier than conventional echocardiography. However, there are not many studies related to quantitative examination of cardiac function by speckle tracking echocardiography in children with malignancy. This study is expected to help early detection of impaired heart function. Methods This research is a cross sectional study at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta on 49 child subjects aged 6 months to 17 years 10 months in September-November 2022. The research subjects were children who had just been diagnosed with malignancy, had no previous heart problems, and received chemotherapy. Then they were evaluated by quantitative echocardiography (conventional, tissue Doppler, speckle tracking) before and after 3 months of chemotherapy. Patients who experienced a relative reduction of GLS > 15% underwent further examination of troponin I.Results Speckle tracking echocardiography can be considered for early detection of left ventricular systolic dysfunction with 100% sensitivity (95% CI 82.35-100) and 60% specificity (95% CI 40.60-77.34). Children with subclinical cardiotoxicity were found to be 63.3% characterized by a relative reduction in GLS>15% after 3 months of chemotherapy, with a significant decrease in mid and apical segment left ventricular LPSS values and GLS from a median -18.4 (IQR -17.3 sd. -19.6) % before chemotherapy to -15.3 (IQR -13.65 sd. -17.85) % (p<0.0001) after 3 months of chemotherapy with a median cumulative dose of anthracycline 150 (IQR 120-300) mg/m2. This relative reduction of GLS> 15% was found at the same time that there was no decrease in EF/FS below normal limits. There was no evidence that age, gender, nutritional status, and chemotherapy regimen had an effect on subclinical cardiotoxicity in pediatric patients with malignancy who received chemotherapy for 3 months in this study. Conclusion Speckle tracking echocardiography can be considered for detecting subclinical cardiotoxicity. This examination has a sensitivity of 100% (95% CI 82.35-100) and a specificity of 60% (95% CI 40.60-77.34)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>