Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153219 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Vaniadika Istamitra
"Penelitian ini membahas tentang deiksis dalam bahasa Korea. Deiksis merupakan kata rujukan yang sifatnya dinamis atau tidak tetap. Deiksis berfungsi sebagai penjelas konteks suatu tuturan atau kalimat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan deiksis dalam bahasa Korea secara umum dan penggunaannya dalam setiap jenisnya. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang mengambil sumber dari beberapa penelitian terdahulu. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana penggunaan deiksis dalam bahasa Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima jenis deiksis paling umum dalam bahasa Korea, yaitu deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Dari kelima jenis ini, dapat dikemukakan bahwa terdapat dua jenis deiksis yang dapat terbagi menjadi beberapa bagian. Deiksis yang dimaksud merupakan deiksis persona yang memiliki pembagian orang pertama, kedua, dan ketiga, dan deiksis waktu memiliki pembagian deiksis kalendrikal dan deiksis non-kalendrikal.

This study discusses deixis in Korean. Deixis is a reference word that is dynamic or not fixed. Deixis functions as an explanation of the context of an utterance or sentence. This study aims to explain deixis in Korean in general and its use in each type. This research is a library research that takes sources from several previous studies. The research question is how to use deixis in Korean. The results of this study indicate that there are five most common types of deixis in Korean: persona deixis, spatial deixis, time deixis, discourse deixis, and social deixis. From these five types, it can be stated that there are two types of deixis which can be divided into several parts. The deixis in question is persona deixis which has first, second, and third-person divisions, and time deixis has calendar deixis and non-calendrical deixis divisions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Syafitri
"Dalam novel-novel Jerman terdapat banyak kajian pragmatik, yaitu tentang makna yang terdapat dalam suatu ujaran atau teks, salah satunya deiksis. Deiksis merupakan hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar bahasa. Penulis meneliti perbandingan kemunculan deiksis persona, tempat dan waktu dalam dua novel Jerman. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan kemunculan deiksis dalam novel Die Blauen und Grauen Tage dan Die Verwandlung dan menganalisis peran deiksis dalam membangun cerita di kedua novel. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif pada novel Die Blauen und Grauen Tage karya Monika Feth pada tahun 1996 dan Die Verwandlung karya Franz Kafka yang diterbitkan pada tahun 1915.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kemunculan deiksis dalam kedua novel Die Verwandlung dan Die Blauen und Grauen Tage memiliki peran yang berbeda-beda. Deiksis persona adalah deiksis yang paling banyak muncul, selanjutnya deiksis tempat dan yang paling sedikit adalah deiksis waktu. Deiksis persona paling banyak muncul karena di kedua teks terdapat banyak dialog. Deiksis secara umum berperan dalam mempermudah pembaca dalam memahami teks.

In German novels there are many pragmatic studies, namely about the meaning contained in a speech or text, one of which is deixis. Deixis is a thing or function that points to something outside the language. The author examines the comparison of the appearance of person deixis, place and time in two German novels. This study aims to describe the differences in the appearance of deixis in Die Blauen und Grauen Tage and Die Verwandlung novels and analyze the role of deixis in building stories in both novels. This research is a qualitative descriptive study on the Die Blauen und Grauen Tage novel by Monika Feth in 1996 and Die Verwandlung by Franz Kafka published in 1915.
The results showed that the differences in deixis occurrence in both Die Verwandlung and Die Blauen und Grauen Tage novels had different roles. Personal deixis is the most common deixis, then place deixis and the least is time deixis. Personal deixis appears most because in both texts there are many dialogues. Deixis generally plays a role in making it easier for readers to understand the text.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Dwija Mumpuni
"Skripsi ini membahas deiksis persona yang muncul dalam teks dialog Babad Kartasura Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan deiksis persona yang muncul dalam teks dan menemukan parameter sosial pemunculan pronomina tersebut Penelitian ini menggunakan metode deksriptif analitis Analisis masalah menggunakan teori deiksis dari Rahyono 2011 serta teori dari Verhaar 1990 dan Sudaryanto 1991 mengenai morfem bebas dan morfem terikat Secara lebih lanjut penelitian ini juga menggunakan teori parameter sosial dalam analisisnya Hasil penelitian yang didapat adalah ditemukannya 16 bentuk pronomina morfem bebas dan 34 pronomina morfem terikat yang mencakup pronominal persona pertama kedua dan ketiga sedangkan hasil parameter sosial penutur merupakan pusat orientasi yang menentukan tinggi rendahnya parameter sosial

This thesis focused on pronoun deixis in Babad Kartasura rsquo s text dialog The aim of this research is to find out pronoun deixis on the text and the impact of social parameter to deixis This study uses descriptive analysis method Pronoun deixis theory and social parameter theory are adopted from Rahyono 2011 free morpheme theory by Verhaar 1990 and bound morpheme theory by Sudaryanto 1991 Moreover this research also uses social parameter theory by Rahyono 2011 As a result 16 free morphemes and 34 bound morphemes are found which covered all pronouns area including first person second person and third person while based on social parameter speaker is the core of a conversation in determining the parameter scale
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fashihatul Lisaniyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji deiksis persona dengan berfokus pada analisis frekuensi kemunculan dan penggunaan maknanya. Data yang berupa novel yang berjudul Gadis Kretek memiliki penceritaan dari dua sudut pandang sehingga kajian deiksis sangat diperlukan. Penulis menggunakan metode penelitian campuran dengan model penelitian paralel konvergen (convergent parallel mixed method) (Creswell, 2019) dengan menghitung kemunculan deiksis menggunakan AntCont dan mendeskripsikan deiksis persona yang ada di dalam novel. Analisis dilakukan dengan empat tahap, yakni pemilihan data, analisis data, interpretasi data, dan validasi data. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 23 bentuk deiksis dari 6 jenis deiksis yang terdiri atas persona pertama tunggal seperti pronomina aku, saya; dan persona pertama jamak seperti pronomina kami, kita; persona kedua tunggal seperti pronomina kamu, engkau; dan persona kedua jamak seperti pronomina kalian; persona ketiga tunggal seperti pronomina dia, ia; dan persona ketiga jamak seperti pronomina mereka. Frekuensi kemunculan deiksis persona terbanyak terdapat pada persona ketiga tunggal dan persona pertama tunggal dengan konteks kemunculan referen yang beragam yang merujuk pada tokoh-tokoh di dalam teks novel maupun di luar novel.

This study aims to examine person deixis by focusing on the analysis of the frequency its occurrence and meaning. The data was form of a novel entitled "Kretek Girl" which tells stories from two perspectives. Therefore, deixis studies are needed. The author uses a mixed research method with a convergent parallel mixed method (Creswell, 2019)by examining the occurrence of deixis using AntCont and describing the person deixis in the novel. The analysis was carried out in four stages, namely data selection, data analysis, data interpretation, and data validation. The results show that there are 23 forms of deixis out of 6 types of deixis consisting of the first person singular such as pronouns aku, saya; and the first person plural such as pronouns kami, kita; second person singular such as pronouns kamu, engkau; and the second person plural such as pronoun kalian; third person singular such as pronouns dia, ia; and third person plural such as pronoun mereka. The highest frequency found in the third persona singular and first persona singular in the context of the appearance of various referents that refer to the characters in the text of the novel and outside the novel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
11-24-15265345
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Syifa Prastina
"Penelitian ini membahas deiksis persona yang banyak muncul dalam lirik kedua lagu Cro yang berjudul “Victoria’s Secret” dan “1 INSTAGRAMM”. Deiksis persona menunjuk pada referen orang dalam lagu dan dari deiksis persona tersebut dapat dipahami hubungan antarpersona dalam lagu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi penggunaan deiksis persona dan referen. Dengan menggunakan teori deiksis Levinson (1983), dilengkapi oleh teori Finkbeiner (2018), teori makna kontekstual Hannapel/Melenk (1979), dan teori karakteristik ruang internet Amichai-Hamburger (2017), penggunaan deiksis persona orang pertama dan kedua serta referennya akan diteliti. Hasil dari penelitian ini adalah kedua lagu tersebut menggunakan deiksis persona ich dan du yang mencerminkan pengguna internet dan media sosial dengan anonimitas, kontrol komunikasi, serta tingkat paparan fisik yang berbeda. Dari hubungan antarpersona dalam kedua lagu ditemukan juga masalah komunikasi digital, yaitu intensitas komunikasi yang menurun, timbul perasaan cemas dan stres, ketidakterbukaan, keagresifan dalam berkomunikasi, dan hubungan parasosial.

This study discusses the person deixis that often appears in the lyrics of the two Cro songs entitled "Victoria's Secret" and "1 INSTAGRAMM". Person deixis refers to the referent of the person in the song and from the person deixis it can be understood the relationship between persons in the song. The purpose of this study is to identify the use of person deixis and their referents. By using Levinson's theory of deixis (1983), complemented by Finkbeiner's (2018) theory, Hannapel/Melenk's theory of contextual meaning (1979), and Amichai-Hamburger's theory of internet space characteristics (2017), the use of first and second person deixis and their referents will be investigated. The results of this study are that both songs use person deixis ich and du which reflect internet and social media users with different levels of anonymity, communication control, and physical exposure. From the relationships between persons in the two songs, digital communication problems are also found, namely decreased communication intensity, feelings of anxiety and stress, unopenness, aggressiveness in communicating, and parasocial relationships."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kusdaryanti
"Idiom bahasa Arab dalam Sejumlah Ayat al-Qur'an; Suatu Analisis Sintaktis-Semantis. (Di bawah bimbingan Basuni Imamuddin, M.A.). Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005. Penelitian mengenai karakteristik idiom dalam beberapa ayat al-Qur'an telah dilakukan oleh penulis dengan menggunakan 35 ayat al-Qur'an sebagai korpus untuk analisis, pada bulan Februari 2005 hingga Juli 2005, tujuannya ialah untuk mengetahui bentuk-bentuk idiom yang ada dalam al-Qur'an dan pembagian idiom-idiom tersebut berdasarkan kolokasi makna. Penulis juga sedikit membahas penerjemahan idiom. Karena pembahasan idiom tidak dapat lepas dari pembahasan penerjemahannya. Pengumpulan data diambil dari beberapa ayat al-Qur'an yang ada dalam AI_-Qur'an Terjemah Indonesia yang disusun oleh Tim DISBINTALAD. Penulis mengambil sejumlah ayat yang mewakili klasifikasi idiom dari segi bentuk maupun kolokasi makna. Kesimpulan yang penulis dapatkan dari beberapa ayat al-Qur'an yang digunakan sebagai korpus menunjukkan bahwa bentuk idiom-idiom yang ada dalam ayat-ayat tersebut paling banyak ditemukan dalam bentuk frase. Bentuk frase ini lebih khusus lagi berbentuk frase verbal, yaitu frase yang induknya berupa verba, dengan pola verba + preposisi. Dari segi kolokasi makna, idiom bahasa Arab diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu idiom opaque atau idiom mutlak, idiom transparan, dan semi-idiom. Idiom opaque banyak ditemukan dalam bentuk frase. Penulis tidak menemukan idiom opaque dalam bentuk kalimat pada korpus yang digunakan penulis. Idiom transparan banyak ditemukan dalam bentuk frase, klausa, maupun kalimat. Semi-idiom banyak ditemukan dalam bentuk klausa dan kalimat. Ada juga semi-idiom dalam bentuk frase. Penelitian mengenai idiom bahasa Arab masih sangat sedikit. Dari penelitian yang jumlahnya relatif sedikit itu pun, sebagian besar penelitian idiom bahasa Arab tersebut dilakukan oleh para linguis Barat. Baru beberapa orang saja dari para linguis Arab yang melakukan penelitian untuk tema tersebut. Penulis berharap penelitian- penelitian tentang idiom bahasa Arab terus ditingkatkan. Sebagai bahasa yang banyak mengandung idiom, bahasa Arab dapat kita pahami dengan baik bila kita memahami karakteristik dan struktur idiom bahasa Arab."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13415
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfita Alfiory
"ABSTRAK
Deiksis dalam bahasa Jerman merupakan bahasan yang menarik yang masih jarang diteliti. Deiksis atau rujukan kepada kata atau frasa dapat ditemukan di dalam bahasa lisan maupun tulisan, salah satunya dalam cerita pendek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis deiksis yang terdapat dalam cerita pendek yang berjudul Tschick karya Wolfgang Herrndorf berdasarkan teori Levinson tentang deiksis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya empat jenis deiksis dalam cerpen Tschick karya Wolfgang Herrndorf sebanyak 58 halaman yang diteliti. Dalam cerpen tersebut terdapat 37 kalimat yang mengandung deiksis. Deiksis tersebut, yaitu deiksis persona sebanyak 13, deiksis waktu sebanyak 10, deiksis tempat sebanyak 10 dan deiksis wacana sebanyak 11.

ABSTRACT
Deixis in German language is an interesting discussion that is still rarely ecxamined. Deixis or references to words or phrases can be found in spoken and written languages, one of them in short stories. This research aims to analyze the deixis in a short story entitled Tschick by Wolfgang Herrndorf based on Levinson s theory of deixis. The research method used is a qualitative method with literature study. The results of this research indicate the existence of four types of deixis in the 58 pages of Tschick s short story by Wolfgang Herrndorf. In the short story there are 37 sentences containing deixis. The deixis, i.e., person deixis as much as 13, place deixis as much as 10, time deixis as much as 10 and discourse deixis as much as 11."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Fitriana
"[Tesis ini mengkaji leksem deiktis dalam bahasa Jawa Kuno berdasarkan perilaku sintaktisnya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah teks Ādiparwa. Data diolah dengan menggunakan peranti lunak Sketch Engine. Peneliti memanfaatkan menu word list (daftar kata) dan baris konkordansi pada peranti lunak Sketch Engine untuk pemerolehan dan pengolahan data. Penelitian ini menggunakan teori deiksis dari Fillmore (1975) dan menggunakan teori sintaksis Dixon (2010), serta didukung oleh penelitian mengenai bahasa Jawa Kuno oleh Zoetmulder dan Poedjawijatna (1992 dan 1993). Analisis sintaktis yang dilakukan pada penelitian ini juga tidak terlepas dari aspek semantik karena aspek semantik tidak dapat dilepaskan dari analisis sintaktis. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku sintaktis leksem yang deiktis dalam bahasa Jawa Kuno pada teks Ādiparwa berbeda satu sama lain. Pada tataran frasa, leksem yang deiktis dalam bahasa jawa Kuno dapat membentuk beberapa frasa, seperti frasa pronominal, frasa nominal, frasa apositif, dan frasa preposisional. Pada tataran kalimat, leksem yang deiktis dapat mengisi fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan, bergantung pada kategori sintaktis leksem yang deiktis. Berdasarkan posisinya, leksem yang deiktis dapat berada di sebelah kiri atau kanan dari kata yang ditunjuk atau dijelaskannya.
;This thesis discussed about the deictic lexeme in Old Javanese based on its syntactic behavior. This research used Ādiparwa text as the data. The data was processed by software Sketch Engine. Researcher used wordlist and concordance menu in Sketch Engine to acquire and process the data. This research also used the deixis theory by Fillmore (1975), the syntax theory by Dixon (2010), and the research of Old Javanese by Zoetmulder and Poejawijatna (1992 and 1993). The syntactic analysis in this research was related with semantic aspect, because the semantic aspect cannot be separated from the syntactic analysis. The result of the analysis showed that the syntactic behavior of deictic lexeme in Old Javanese on Ādiparwa text was different from one deixis and the others. In the phrase level, the deictic lexeme can establish some phrases, such as pronominal phrase, nominal phrase, appositive phrase, and prepositional phrase. In the sentence level, the deictic lexeme can be function as subject, predicate, object, complement, and adjunct depended on syntactic category of deictic lexeme. Based on the position, the deictic lexeme can be placed in the right or left side the word that was referenced or explained.
, This thesis discussed about the deictic lexeme in Old Javanese based on its syntactic behavior. This research used Ādiparwa text as the data. The data was processed by software Sketch Engine. Researcher used wordlist and concordance menu in Sketch Engine to acquire and process the data. This research also used the deixis theory by Fillmore (1975), the syntax theory by Dixon (2010), and the research of Old Javanese by Zoetmulder and Poejawijatna (1992 and 1993). The syntactic analysis in this research was related with semantic aspect, because the semantic aspect cannot be separated from the syntactic analysis. The result of the analysis showed that the syntactic behavior of deictic lexeme in Old Javanese on Ādiparwa text was different from one deixis and the others. In the phrase level, the deictic lexeme can establish some phrases, such as pronominal phrase, nominal phrase, appositive phrase, and prepositional phrase. In the sentence level, the deictic lexeme can be function as subject, predicate, object, complement, and adjunct depended on syntactic category of deictic lexeme. Based on the position, the deictic lexeme can be placed in the right or left side the word that was referenced or explained.
]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T44421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Prasetiani
"Penelitian ini bertujuan tmtuk mendeskripsikan masalah deiksis dalam bahasa Arab dan untuk meugetahui kata-kata dalam bahasa Arab apa saja yang dapat diidentifikasikan bersifat deiksis juga untuk mengetahui kapan kata-kata tersebut bersifat deiktis atau nondeiktis.
Ancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah ancangan kualitatif . Penelitian ini terbatas pada analisis kosakata bahasa Arab ragam standar ahalm yang terdapat pada Al-Qur'an dan surat kabar. Data diperoleh dari beberapa sumber data seperti Al-Qur'an, beberapabuku pelajaran bahasa Arab, dan surat kabar.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa deiksis dalam bahasa Arab mencakup lima jenis deiksis yaitu deiksis persona, ruang, waktu,, social, dan wacana. Pada deiksis persona, semua bentuk pronomina persona dalam bahasa Arab dapat dikategorikan sebagai deikais, sedangkan pada deiksis ruang dan waktu, tidak semua kosakata yang mempunyai makna ruang dan waktu dapat dikategorikan sebagai deiksis. Dalam kosakata bermakna ruang, yang termasuk deiksis adalah pronomina demonstra of dan beberapa verba yang menyatakan perpindahan lokasi.
Pada deiksis waktu, bahasa Arab mengenal kosakata yang menunjukkan waktu yang absolut dan tidak absolut. Konteks kalimat sangat mempengaruhi kosakata- kosakata yang bermakna ruang atan waktu tersebut dalam menentukan sifat kedeiktisannya Acuan kata-kata yang bersifat deiktis harus bertitik labuh pada pembicara.
Bahasa Arab juga mengenal tingkatan sosial yang mempeugaruhi pegggunaan beberapa kata yang berhubungan dengan penghormatan terhadap Para petiuggi pemerintahan dan bersifat deiktis. Dalam wacana berbahasa Arab terdapat beberapa ungkapan yang merupakan penghubung antar tema dalam wacana dan penggunaan ungkapan tersebut bertitik labuh pada penulis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>