Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20173 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ninuk Irawati Kleden Probonegoro
"The assumption that theater functions as a document of the community falls under question. Such an assumption emerges, for example, from the ideas of Paul Ricoeur on theories of the text, which takes textual discourse as an inscription of oral discourse. Social reality is seen as oral discourse, allowing for the view that the narrative aspect of theater presents its textual discourse. The classic study of the ludruk theater by James Peacock demonstrates haw the ludruk holds within it the anxieties of members of the ludruk community in East Java over modernization. In Ricoeur's terms, such anxieties are inscribed in ludruk performances. Holding to the assumption of theater as document, one would expect to see performances related to the reformation movement of the present. However, the 'Gaya Baru' Lenong Theater, performed by the 'Sarkim' group at a wedding occasion on March 20, 1999 in the village of Jelabong, East Buaran, Serpong, displays no significant inclinations toward the reformation. During the performance that ran until 3.45 in the early morning, the author recorded only three pertinent words from the panjak's jokes: krisis, sembako and PHK. This leads to following question: should the assumption of the role of traditional theater in documenting the community be revised; or does the community see no importance in there formation that is occurring at the national level?"
2000
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mutya Mustafa
"ABSTRAK
Penelitian ini mengambil objek Teater tradisional Minangkabau yang disajikan oleh Grup Randai Palimo Gaga dari Runge Tanjung-Tanah Datar. Adapun yang diamati dan diteliti dari objek penelitian tersebut adalah struktur cerita dalam bentuk teks naskah randai Palimo Gaga.
Penelitian bertujuan untuk mengembangkan dan menyebarluaskan kesenian tradisional daerah, sehingga dapat memperoleh informasi tambahan mengenai randai sebagai teater tradisional. Dan mengenal struktur cerita terhadap teks naskah randai.
Ditemukan bahwa prinsip permainan randai dilakukan secara bersama, adanya seni sastra, seni tari, dan seni musik. Cerita-cerita dalam randai diambil dari kaba (sastra lisan) yang terdapat di Minangkabau. Gerak-gerak tari diangkat dari gerakan pencak silat. Dendang-dendang dalam randai mengikuti cerita randai.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kepustakaan, dan wawancara dengan mempedomani sejumlah daftar pertanyaan.
Hasil menunjukkan bahwa randai adalah sebuah teeter tradisional dari Minangkabau yang hidup dan bertolak dari tradisi-tradisi masyarakat Minangkabau.
Analisis struktur cerita ditekankan pada alur, tema, dan penokohan. Alur cerita Palimo Gaga tersusun dalam alur linear. Tema Palimo Gaga yaitu masalah perjudian dan akibatnya. Adapun dalam penokohan hanya menggunakan metode diskursif

"
1995
S11336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Harapan Kita, [1995]
915.98 IND
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Oktira Sujaya
"Kabuki merupakan seni pertunjukan tradisional yang sudah ada di akhir periode Azuchi Momoyama. Dalam perkembangannya Kabuki mengalami banyak perubahan untuk menysesuaikan dengan perkembangan zaman. Tesis ini membahas tentang pelestarian Kabuki yang dilakukan melalui transformasi digital. Pemerintah Jepang pada awal era Meiji menganggap bahwa pelestarian Kabuki sangatlah penting karena merupakan salah satu warisan budaya yang kaya dan untuk menarik wisatawan. Tesis ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang diperoleh dari buku, dokumentasi, arsip, majalah dan media masa online serta media sosial yang berkaitan dengan perkembangan Kabuki. Dengan berbagai perkembangan dan penyesuaian selera agar pertunjukan Kabuki tetap dipertahankan. Hasil dari penelitian menunjukan bentuk revitalisasi Kabuki melalui trasformasi digital seperti Cho Kabuki yang berkolaborasi dengan Vocaloid Hatsune miku dan dibekali dengan berbagai teknologi canggih seperti Kirari, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), Mixed Reality (MR), dan Extended Reality (XR). Teknologi-teknologi ini sampai sekarang masih terus dikembangkan agar dapat menyesuaikan dengan selera dan digemari oleh generasi masa kini.

Kabuki is a traditional performing art that has been present since the end of the Azuchi-Moyama period. In its development, Kabuki has undergone many changes to adapt to the times. This thesis discusses the preservation of Kabuki is carried out through digital transformation. The Japanese government in the early Meiji era considered the preservation of Kabuki to be crucial because it is one of the rich cultural heritages and to attract tourists. This thesis uses qualitative research methods obtained from books, documentation, archives, magazines, online mass media, and social media related to the development of Kabuki. With various developments and adjustments to suit tastes, Kabuki performances are preserved. The results of the research show the revitalization of Kabuki through digital transformation, such as Cho Kabuki collaborating with Vocaloid Hatsune Miku and equipped with various advanced technologies such as Kirari, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), Mixed Reality (MR), and Extended Reality (XR). These technologies are still being developed to adapt to the tastes and preferences of the present generation."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ramadhawianto
"[Negara Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan budaya, haruslah dijaga dan dilindungi keberadaanya. Saat ini perlindungan akan warisan budaya menjadi isu yang mendesak bagi penduduk Indonesia karena sering dengan perkembagan zaman dan teknologi, ancaman akan eksploitasi terhadap produk ekspresi budaya tradisional sangat mungkin terjadi. Tapi di sisi lain penggunaan atau exploitasi ekspresi budaya tradisional juga penting dilakukan agar nialinya tetap terkandung dimasyarakat. Hal tersebut lah yang mendorong penulis untuk membahas penggunaan ekspresi budaya tradisional secara bebas. Teater I La Galigo adalah contoh nyata dimana exploitasi terhadap ekspresi kebudayaan tradisional berjalan lurus dengan pelestariannya. Dan seabgai sebuah teater yang mengadopsi alur cerita dari warisan budaya, maka penting untuk menuntukan originalitasnya agar karya tersebut dapat diberikan perlindungan dalam ruang lingkup hak cipta. Di sisi lain penting juga menentukan bahwa I La Galigo sebagai modifikasi expresi budaya tradisional tidak melanggar norma-norma yang ada pada masyarakat bugis. Sudut pandang tentang pelanggaran tersebut haruslah sesuai dengan hokum hak cipta dan sesuai dengan rancangan undang-undang tentang pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional yang saat ini menunggu untuk disahkan. Pada akhirnya modifikasi atau penggunaan ekspresi budaya tradisional haurslah bermafaat dan dapat mensejahterakan masyarakat aslinya.

, The Republic of Indonesia, which consists of diverse ethnic and cultural,
the existence must be maintained and protected. Currently, the cultural heritage
protection was become an urgent issue for the people of Indonesia as often with
the times and technological developments, the threat of exploitation of the
products of traditional cultural expression is very possible to happen. But on the
other hand the use or exploitation of traditional cultural expressions are also
important so that its value remains contained in the community. That is what
prompted the authors to discuss the use of traditional cultural expressions freely.
Theater I La Galigo is a real example where the exploitation of the
traditional cultural expression goes straight to its preservation. And as a theater
that adopts the storyline of the cultural heritage, it is important to determine the
originality so the work can be granted protection within the scope of copyright.
On the other hand it is also important to determine that I La Galigo as a
modification of traditional cultural expression does not violate the norms that
exist in Bugis society. Viewpoints on these violations must be in accordance with
copyright laws and corresponding with the draft law on traditional knowledge and
traditional cultural expressions that are currently waiting to be approved. In the
end, modification or use of traditional cultural expressions should be useful and
can giving prosperity to the local communities.]
"
Depok: [Fakultas Hukum Universitas Indonesia, ], 2015
S62276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Cinthya Gani
"Menjadi suatu keunikan bagi bangsa Indonesia sendiri, alat musik yang beragam saat dimainkan dapat terdengar baik oleh pengunjung tanpa harus menambahkan alat akustik. Elemen apa saja yang dapat mempengaruhi sehingga musik tradisional Indonesia dapat menghasilkan suatu pertunjukkan yang baik, apakah dari tata letak alat tersebut, ataukah ada elemen lain yang mendukung.
Kajian secara langsung tentang akustik pada penelitian ini yaitu membandingkan tata letak panggung pertunjukkan dengan jenis musik yang dimainkan dalam pertunjukan tersebut. Jenis tata letak pertunjukkan berdasarkan sejarah pertunjukkan musik tradisional Indonesia yang sering kali ditampilkan pada kegiatan adat tersebut.
Pengukuran kenyamanan terhadap elemen akustik tidak berdasarkan dari subyek (pendengar) melainkan lebih ditekankan dari obyektifnya. Perhitungan dan pengkajian yang dilakukan tidak hanya berdasarkan reveberation time (RT) melainkan berdasarkan response impulse (tiap titik dari tempat duduk pengunjung). Dengan menghitung response impulse maka dapat dilihat seberapa besar gelombang suara yang sampai pada pendengar dibandingkan dengan gelombang suara yang dihasilkan dengan dari sumber suara. Metode untuk penyelesaian penelitian ini menggunakan sofware akustik yang disebut CATT-Acoustic. Dengan simulasi tersebut kita dapat mengetahui tata letak yang optimal bagi pertunjukkan musik tradisional di Indonesia.

Become a uniqueness for the Indonesian traditional music, diverse musical instrument can sound good when played by the visitors without having to add an acoustic instrument. What kind of element that can affect traditional music of Indonesia can produce a good performance, whether from the layout of stage, or whether there are other elements that support.
Studies about acoustics in this research is to compare the layout of the stage performances with the type of music played in the show. This type of layout based on the historical performance of Indonesian traditional music performances that are often displayed on the customary activities.
Measurement of acoustic comfort against the elements not on the basis of the subjects (listeners), but with more emphasis than objectives. Calculations and assessments are conducted not only by reverberation time (RT) but by the impulse response (each point of the booth visitors). By calculating the impulse response can then be seen how big the sound waves to the listener than the sound waves generated by the sound source. Methods for completion of this research using acoustic software called CATT-Acoustic. With this simulation we can find the optimal layout for performances of traditional music in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30151
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"This article discusses the spcial context of traditional theater performance in Surabaya, during the period 1950 - 1968. The discussion focuses on the transformation of traditional theater from street performance to panggung performance...."
PATRA 10 (3-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Panakajaya Hidayatullah
"Artikel ini merupakan hasil penelitian antropologi seni dengan menggunakan metode etnografi. Secara komprehensif menyoroti persoalan mengenai pengalaman relijiusitas masyarakat Madura di Situbondo dalam pertunjukan teater tradisional: Drama Al Badar dan Tabbhuwân Wali Sanga. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengalaman relijiusitas masyarakat Madura melalui seni lebih bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Dibuktikan dari beberapa pengalaman pelaku seni dan penonton yang memaknai seni teater tradisional sebagai bagian dari laku spiritualnya. Internalisasi nilai nilai Islam kepada masyarakat Madura cenderung lebih mudah diterima melalui seni tradisi. Relijiusitas melalui teater tradisional ini menunjukkan kecenderungan Islam tradisional, bisa dikatakan juga Islam kultural, atau Islam yang bisa integral dengan budaya lokal (sinkretis). Pengalaman relijiusitas ini juga dapat dijelaskan melalui sifat seni tradisi yang mampu menghadirkan peristiwa ambang pada pelaku seni dan penontonnya. Peristiwa ambang memberikan pengalaman yang kompleks, ambigu, pelik, serta membuka kemungkinan alternatif dan cara pandang yang baru dalam memahami dunia dan kehidupan. Melalui pengalaman relijiusitas yang dihadirkan oleh peristiwa ambang inilah masyarakat Madura menemukan momen perjumpaannya dengan Tuhan."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2018
959 PATRA 19:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>