Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168616 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Chryseabacterium indolognes ID6004 has ability to produce protease.Its growth and activiyi of proteolytic enzyme are influenced by carbon source (sugar) and notrogen source (Yeats extract0 which presumably to be repressor
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gyachienta Nuriftitie Pranaditha
"Propolis adalah senyawa resin yang mengandung flavonoid yang memiliki potensi hambat untuk aktivitas enzim glukosiltransferase dalam pembentukan biofilm Streptococcus mutans dan Enterococcus faecalis. Penelitian ini bertujuan menganalisis efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak propolis dan obat kumur yang tidak mengandung ekstrak propolis terhadap bakteri Streptococcus mutansdan Enterococcus faecalis. Biofilm Streptococcus mutansdan Enterococcus faecalisdiinkubasi selama 4 jam, 12 jam dan 24 jam pada suhu 37ºC. Ketiga model biofilm dipapar obat kumur yang mengandung ekstrak propolis dengan konsentrasi 0.1ml/ml, 0.05ml/ml, 0.025ml/ml. Persentase inhibisi dinilai dengan menggunakan MTT assay. Persentase inhibisi tertinggi pada konsentrasi 0.1ml/ml dalam waktu inkubasi 4 jam. Propolis mampu menghambat biofilm Streptococcus mutansdan Enterococcus faecalisdalam berbagai fase pembentukan.

Propolis is a resin compound as an antibacterial agent containing flavonoids which can inhibit glucosiltransferase activity and inhibit the formation of biofilm of Streptococcus mutans and Enterococcus faecalis. Analyzing the effectiveness inhibition of propolis mouthwash against Streptococcus mutans and Enterococcus faecalis bacteria and comparing it with mouthwash that does not contain propolis. Streptococcus mutans and Enterococcus faecalis biofilms were incubated for 4 hours, 12 hours and 24 hours at 37ºC. The three biofilm models were exposed to propolis with a concentration of 0.1ml/ml, 0.5ml/ml, 0.025ml/ml. The inhibition was assessed using the MTT assay. The highest inhibition percentage was at a concentration of 0.1ml/ml in a 4 hour incubation time. Propolis is able to inhibit Streptococcus mutans biofilms and Enterococcus faecalis in various phases of formation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susianni, Author
"ABSTRAK
Tapak liman (Elephantopus scaber Linn.) merupakan terna menahun yang
sangat mudah tumbuh dan telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai obat
tradisional yang memiliki banyak kegunaan. Bagian tumbuhan yang dapat digunakan
adalah herba, daun dan akar dalam bentuk sediaan rebusan tumbuhan tersebut.
Pada penelitian ini, ingin diketahui pengaruh sari air akar tapak liman terhadap
fungsi ginjal melalui pengukuran kadar urea dan kreatinin dalam plasma tikus sebagai
bagian dari uji toksisitas sub kronis.
Penelitian dilakukan menggunakan 32 ekor tik:Us jantan galur Sprague-Dawley
yang dibagi secara acak ke dalam empat kelompok. Kelompok I,II,III masing-masing
diberi do sis sari air akar tapak liman 50 mg, 100 mg, dan 200 mg per 200 g berat
badan tikus, sedangkan kelompok IV adalah kelompok kontrol. Sari air diberikan
sekali sehari secara oral selama 90 hari erus menerus, kemudian plasma tikus diambil
untuk diperiksa kadar urea dan kreatinrnnya secara spektrofotometri. ~
Dari percobaan didapatkan kadar urea rata-rata (mg/100ml)adalah: kelompok I:
7,43 ± 1,77; kelompok IT: 6,61 ± 2,42; kelompok ITI: 6,42 ± 1,49; kelompok IV:
8,86 ± 2,20; dan kadar kreatinin rata-rata (mg/100 ml) sebagai berikut: kelompok 1:
0,45 ± 0, 12; kelompok II: 0,41 ± 0,06; kelompok III: 0,45 ± 0,06; kelompok IV:
0,46 ± 0, 11. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
bermakna dari kadar urea dan kreatinin pada empat kelompok tersebut, sehingga
dapat disimpulkan bahwa sari air akar tapak liman tidak mempengaruhi kadar urea
dan kreatinin dalam plasma tikus yang berarti aman untuk fungsi ginjal."
2000
S31213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidha Dwi Anggraeni
"ABSTRAK
Centella asiatica merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat medis, sehingga menjadi salah satu bahan baku penting dalam industri jamu, obat herbal dan kosmetik. Akan tetapi, hampir seluruh pemenuhan kebutuhan C. asiatica sebagai bahan baku industri tersebut diambil secara langsung dari alam, sehingga memiliki berbagai risiko dan ancaman. Oleh karena itu, usaha peningkatan teknologi perbanyakan C. asiatica secara in vitro, salah satunya melalui teknik regenerasi dari kalus dapat menjadi alternatif solusi yang menjanjikan. Dengan demikan, telah dilakukan penelitian induksi kalus dari eksplan lamina dan petiolus C. asiatica pada medium MS yang mengandung 2 dan 4 mgl-1 2,4-D atau Dikamba dengan penambahan kasein hidrolisat 0,1,3,5 gl-1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium yang mengandung auksin tunggal yaitu Dik2CH0 dan Dik4CH0 yang mengandung dikamba 2 atau 4 mgl-1 tanpa penambahan kasein hidrolisat, dapat lebih baik untuk menginduksi kalus remah dari kedua jenis eksplan dalam penelitian ini. Sementara itu, penambahan kasein hidrolisat diketahui tidak dapat mengoptimalkan induksi dan proliferasi kalus C. asiatica. Pertumbuhan kalus justru semakin terhambat atau menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi kasein hidrolisat yang ditambahkan ke dalam medium.

ABSTRACT
Centella asiatica, one of herbaceous plants possessing many medical benefits is one of the important raw material for the herbal medicine and cosmetics industry. Unfortunately, almost the entire C. asiatica used as an industrial raw material is directly taken from nature. Such exploitation of C. asiatica can threaten the extinction in nature and consequently no guarantee of the stability for the supply and quality of raw materials. In vitro propagation of C. asiatica through callus regeneration is expected to be a promising method to overcome this problem. Therefor, a research on the induction of callus derived from lamina and petiolus explants of C. asiatica was conducted on MS medium containing 2 and 4 mgl 1 2,4 D or dicamba with addition of casein hydrolysate 0,1,3,5 gl 1 . The results showed that medium containing single auxin Dik2CH0 and Dik4CH0 containing 2 and 4 mgl 1 Dicamba, gave a better result in inducing fryable callus from both types of explants, in this research. Meanwhile, addition of casein hydrolysate could not optimize callus induction of C. asiatica, since callus growth was inhibited or decreased with increasing concentration of casein hydrolyzate which added into the medium."
2017
S66755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amadea Gunawan
"Latar Belakang COVID-19 berdampak secara signifikan bagi dunia. Tingginya prevalensi dan insidensi, serta banyaknya kasus berderajat keparahan sedang-berat, mendorong dunia dan Indonesia untuk mencari terapi yang tepat. Salah satunya adalah anti-interleukin-6 untuk mengatasi badai sitokin yang kerap terjadi pada pasien COVID-19. Anti-interleukin-6 berupa Tocilizumab yang digunakan untuk mengatasi COVID-19 derajat sedang-berat hingga saat ini masih minim diteliti di dunia maupun di Indonesia. Maka, Peneliti berharap penelitian ini dapat berkontribusi pada perkembangan dunia medis di Indonesia. Metode Penelitian ini dilakukan dengan desain kohort retrospektif yang dilakukan di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan rekam medis pasien COVID-19 berderajat sedang-berat guna menilai hubungan antara pemberian Tocilizumab dengan tingkat mortalitas, lama rawat, dan kadar biomarker inflamasi yaitu C-reactive protein dan D-dimer. Hasil Diperoleh 52 pasien yang diberikan obat Tocilizumab dan 52 pasien kontrol. Pada kelompok pasien yang diberikan Tocilizumab, 48 pasien dirawat pada bulan Januari-Juni dan 4 pasien dirawat pada bulan Juli-Desember. Pada kelompok kontrol, 32 pasien dirawat pada bulan Januari-Juni dan 20 pasien dirawat pada bulan Juli-Desember. Ditemukan sebanyak 40,4% pasien yang memperoleh Tocilizumab hidup dan sembuh, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 16,4% pasien yang sembuh (p=0,014). Rata-rata lama rawat pasien kelompok uji mencapai 20,9±11,5 hari, lebih lama dibandingkan kelompok kontrol yaitu 16,5±12,4 hari (p=0,007). Rata-rata penurunan kadar CRP pada kelompok uji adalah -74,65±72,59 mg/L, sedangkan pada kelompok kontrol meningkat (p=0,001). Kadar D-dimer pasien yang diberikan Tocilizumab mengalami penurunan namun tidak signifikan. Kesimpulan Tocilizumab terbukti menurunkan angka mortalitas, menurunkan kadar CRP, dan cenderung menurunkan kadar D-dimer pada pasien COVID-19 derajat sedang-berat.

Introduction COVID-19 has a significant impact globally. The high prevalence and incidence, also the large number of moderate-severe cases, encouraged the world and Indonesia to look a better therapy. One of them is anti-interleukin-6 to overcome cytokine storm that occurs in COVID-19 patients. Today, there is minimal research that learn about anti-interleukin-6, Tocilizumab. This research hope could contribute to the development of the medical sector in Indonesia. Method This research conducted with a retrospective cohort design at Universitas Indonesia Hospital. This study used medical records of COVID-19 moderate-severe patients to assess the relation between Tocilizumab administration and mortality, length of stay, and levels of C-reactive protein and D-dimer. Result There were 52 moderate-severe COVID-19 patients receiving Tocilizumab and 52 control patients. In the test group, 48 patients treated in January-June and 4 patients treated in July-December. In the control group, 32 patients treated in January-June and 20 patients treated in July-December. It was found that 40,4% of patients who were given Tocilizumab survived, while in the control group only 16,4% of patients survived (p=0,014). The average length of stay for test group reached 20,9±11,5 days, longer than the control group, which was 16,5±12,4 days (p=0,007). The average CRP levels decrease in test group was -74.,65±72,59 mg/L, while it increased in the control group (p=0,001). The D-dimer levels of patients given Tocilizumab decreased but not significant. Conclusion Tocilizumab has been proven to reduce mortality rates, lower CRP levels, and tends to reduce D-dimer levels in moderate-severe COVID-19 patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seti Listiani
"Logam berat Cu dan Cd yang berlebihan memberikan dampak negatif bagi tanaman. Mikoriza adalah simbiosis antara akar dan fungi mikoriza yang dapat meningkatkan kemampuan tanaman bertahan di bawah cekaman logam berat dan mengurangi dampak toksisitasnya. Berdasarkan penlitian sebelumnya, mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Paraserianthes falcatariadi bawah cekaman Pb.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan P. falcatariapada media tanam yang mengandung logam berat Cu (tembaga) dan Cd (kadmium). Tanaman P. falcatariadiinokulasi mikoriza dengan dosis 0, 15, dan 25 gram dan diberi perlakuan logam berat dengan dosis CuSO4150 mg/kg dan CdSO415 mg/kg pada media tanam. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, berat basah, dan warna daun pada usia 43 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman P. falcatariapada perlakuan Cu dan Cd. Pengukuran berat basah pada perlakuan Cu dan Cd menunjukkan bahwa kelompok perlakuan yang diberi mikoriza memiliki berat basah lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi mikoriza.
Berdasarkan hasil pengamatan warna daun, ditemukan tanaman mati pada kelompok perlakuan tanpa mikoriza pada kedua perlakuan logam berat tersebut. Selain itu, ditemukan perubahan warna pada hampir semua daun terbawah tanaman pada perlakuan Cu yang diinokulasi mikoriza dan tanpa mikoriza. Pada perlakuan Cd, tanaman yang daunnya berwarna normal jumlahnya semakin banyak pada dosis mikoriza yang semakin tinggi. Pemberian mikoriza dapat membantu meringankan dampak toksisitas yang ditimbulkan oleh konsentrasi logam berat Cu dan Cd berlebih.

Excessive heavy metals Cu and Cd has negative effect on plants. Mycorrhizae is a symbiosis between roots and mycorrhizal fungi which can improve plant’s ability to survive under heavy metal stress and reduce its toxicity. Based on previous study, mycorrhizae can increase the growth of Paraserianthes falcatariaunder Pb stress.
The aim of this study is to reveal the effect of mycorrhizae on growth of P. falcatariain artificial growing media containing heavy metals Cu (copper) and Cd (cadmium). P. falcatariainoculated with 0, 15 and 25 grams of mycorrhizae and treated with 150 mg/kg of CuSO4and 15 mg/kg of CdSO4. Parameters observed in this study were plant height, fresh weight, and leaf color at 43 days after planting. The results showed that mycorrhizal inoculation did not significantly increase the height of P. falcatariatreated with Cu and Cd. Fresh weight of P. falcataria in Cu and Cd treatment showed higher in mycorrhizal plants than without mycorrhizae.
Based on observation of leaf color, there were dead plants that were without mycorrhizal inoculation in both heavy metal treatment. Discoloration also found in most of the lowest leaves in Cu treatment plants inoculated with mycorrhizae and without mycorrhizae. Plants with normal colored leaves in Cd treatment increased at higher mycorrhizal amount. The inoculation of mycorrhizae can improve plant’s ability to alleviate the effects of toxicity caused by excessive concentrations of heavy metals Cu and Cd.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra
"ABSTRAK
Limbah lindi hitam memiliki nilai Chemical Oxygen Demand COD yang tinggi dan sukar untuk didekomposisi. Salah satu cara penanganan lindi hitam yang menjanjikan dan bersifat biodegradable yaitu dengan menggunakan jamur. Jamur yang digunakan dalam penelitian yaitu Trametes versicolor F200. Jamur ini dapat mendekolorisasi lindi hitam karena mengandung enzim ligninolitik. Dalam penelitian ini, dilakukan penentuan kondisi optimum dekolorisasi lindi hitam dengan cara membuat variasi agitasi, mediator dan inducer. Setelah didapatkan kondisi optimum dekolorisasi, selanjutnya dekolorisasi dilakukan dengan cara melakukan imobilisasi jamur dan imobilisasi isolat enzimnya. Hasil dekolorisasi lindi hitam menggunakan sel bebas jamur Trametes versicolor F200 akan dibandingkan hasil dari dekolorisasi dengan metode imobilisasi. Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran dekolorisasi, aktivitas enzim, konsentrasi glukosa, berat misel dan COD. Pengukuran dekolorisasi lindi hitam dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, dimana merupakan perbandingan konsentrasi sebelum dan setelah dekolorisasi.

ABSTRACT
ABSTRACTBlack liquor has high Chemical Oxygen Demand COD value and difficult to decompose. One way for handling this waste that adventage and biodegradable is using mushrooms. The fungus used in this study is Trametes versicolor F200. This fungus can decolorize black liquor because containing ligninolytic enzymes. In this study, we will be determined the optimum condition for decolorization black liquor by variation of agitation, mediator and inducer. After obtaining the optimum condition of decolorization, then decolorization is done by immobilization of fungus and immobilization the isolate of enzyme.The result of decolorization black liquor using Trametes versicolor F200 will be compared with the result of decolorization with imobilization method. Decolorization, enzyme activity of fungus, glucose concentration, micelle weight and COD during decolorize black liquor also measured. Measurement of decolorization black liquor using UV Vis spectrophotometer, which the ratio of concentration before and after decolorization. "
2017
T47894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Strelitsia Tiurma Ida
"ABSTRAK
Pembentukan kalus dari Jasminum sambac dapat diperoleh dengan menanam potongan batang muda tanaman tersebut dalam medium padat Murashige & Skoog 1962 yang dimodifikasi dengan variasi kadar 2,4-D dan kinetin masing-masing sebesar 0,5 ppm - 1,5 ppm, dengan interval 0,5 ppm.
Pengamatan kualitatif terhadap jenis dan warna kalus memperlihatkan bahwa jenis kalus yang terbentuk pada semua perlakuan adalah sama, yaitu friabel kompak dengan warna kalus yang sama pada semua perlakuan tetapi berubah sesuai dengan umur kalus. Pada minggu ke-2 kalus berwarna hijau muda, pada minggu ke-4 berwarna hijau keputihan dan pada minggu ke-6 dan ke-8 berwarna putih kekuningan.
Pengamatan kuantitatif dilakukan terhadap berat basah dan berat kering kalus. Hasil uji Kruskal Wallis dan uji Pembandingan Berganda menunjukkan bahwa pemberian 2,4-D dan kinetin masing-masing sebesar 0,5 ppm - 1,5 ppm tidak memberikan perbedaan nyata terhadap pertumbuhan berat basah kalus pada semua perlakuan, tetapi memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan berat kering kalus pada minggu ke-8 yaitu pada pemberian 1,5 ppm 2,4-D dan 0,5 ppm kinetin, dimana berat kering kalus meningkat dari 0,0623 gram menjadi 0,1554 gram.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>