Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141900 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Rachmat Kusmiadi
"Wilayah Bandung luasnya k.l. 400.000 ha. berpenduduk l. 3,5 juta jiwa, terdapat 1.379 buah industri/pabrik, yang memanfaatkan air bawah tanah dari 1.900 buah sumur bor. Keseimbangan neraca air di wilayah ini sudah defisit, karena berbagai pelanggaran yang dilakukan pemakai air, antara lain perizinan (SIPA dan SIPPAT); pembayaran retribusi; pengambilan air yang melebihi batas; pembayaran retribusi; pencemaran lingkungan. Defisit neraca air ini semakin dipercepat dengan adanya pembangunan villa, rumah mewah, hotel dan obyek wisata secara besar-besaran oleh "developer" yang menanam modalnya di kawasan Bandung Utara yang ditetapkan Pemerintah sebagai kawasan tangkapan/peresapan air hujan.
Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi kebijaksanaan pengawasan dan pengendalian pengambilan air bawah tanah di wilayah Bandung, yang dijadikan subyek dalam menyusun instrumen penelitian, yaitu : (1) Kamunikasi dan koordinasi; (2) Sumberdaya; (3) Sikap aparat pelaksana dan masyarakat yang terkait; serta (4) Struktur Birokrasi instansi pelaksana kebgaksanaan.
Metoda penelitian yang digunakan ialah penelitian empirik berupa studi kasus dengan metoda deskriptif analitis. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, observasi, dan mengajukan kuesioner kepada beberapa pejabat. Sebagai pengontrol, penulis mengajukan kuesioner kepada pengusaha, pakar dan masyarakat. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif terhadap jawaban kuesioner.
Hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa penyebab masalah serta alternatif pemecahannya antara lain sebagai berikut :
1. Perubahan Kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh Dept. Pertambangan dan Energi; Dirjen GSM/Dit. GTL tentang pengelolaan air bawah tanah terutama mengenai :
· Lebih memperjelas dan mempertegas mengenai batasan/pengertian industri ;
· Wewenang pemberian SIPA industri dan pertambangan galian golongan C, serta pengawasan dan pengendaliannya diserahkan kepada Daerah Tk. II;
2. Merubah Perda Propinsi DT. I Jawa Barat No. 3/1988, terutama yang menyangkut mekanisme dan prosedur perizinan agar lebih disederhanakan dan diserahkan kepada Daerah Tingkat II;
3. Perlu dibuat Perda Propinsi DT. I Jawa Barat, yang mengatur pelestarian dan konservasi sumber daya air disertai dengan sanksi yang tegas baik berupa denda maupun ancaran hukuman kurungan.
4. Upaya kongkrit lainnya yang perlu dilaksanakan oleh aparat dalam rangka implementasi kebijaksanaan agar lebih efektif antara lain ialah :
· Upaya pemasyarakatan dan komunikasi yang lebih meluas sampai ke tingkat aparat pemerintahan terendah (Kelurahan dan Kecamatan);
· Meningkatkan frekuensi penyelenggaraan rapat koordinasi antar instansi;
· Mengadakan penataran singkat tentang kebijaksanaan pengelolaan air bawah tanah bagi aparat yang langsung melayani masyarakat, untuk menjadi media komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat industri, penduduk dIl. Penyesuaian tarif retribusi air yang terlalu rendah. Hasilnya, selain meningkatkan PAD, perlu disisihkan sebagian guna membiayai kegiatan usaha pelestarian sumber daya air. Formulasi kebijaksanaannya perlu dipertimbangkan secaramatang agar tidak ada pihak yang dirugikan. Untuk itu perlu ada konpensasi berupa pemberian insentif pengembalian sebagian retribusi bagi pengusaha yang mengolah air limbah sendiri dan mengembalikannya ke dalam tanah;
· Kepada masyarakat kelas menengah ke atas (dikaitkan dengan permohonan SIMB) diwajibkan membuat sumur resapan air hujan untuk pelestarian air;
4. Untuk Upaya pelestarian jangka panjang, perlu dikembangkan teknologi daur ulang air limbah, sumur injeksi, dan danau buatan. Sedangkan industri yang banyak menggunakan air bawah tanah yang izin usahanya habis, maka tidak perlu diberikan izin perpanjangan, akan tetapi diberi kemudahan untuk merelokasi usahanya ke daerah lain yang lebih cocok dan prospektif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Cahtyo Santoso
"Ketersediaan air di DAS Lusi Kabupaten Blora - Provinsi Jawa Tengah saat ini dalam pengelolaannya akan dimanfaatkan sebagai stunber air baku dan irigasi.Analisis pemanfaatan kebutuhan air di DAS Lusi Kabupaten Blora - Provinsi Jawa Tengah meliputi : air domestik, pertanian, dan industri, total kebutuhan air Lmtuk domestik, pertanian dan industri di selumh SWS Lusi adalah sebesar 5.302.537.000 m3.
Proyeksi kebutuhan air sampai dengan tahun 2031 di SWS Lusi mengacu terhadap Tata Guna Lahan SWS Lusi di Kabupaten Blora yang tertuang di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora tahun 2011 - 2031.Hasil analisis sampai tahun 2031 kebutuhan air 9.358.240.000 m?, sedangkan ketersediaan air hujan rata - rata 259.858.589.580 m3 ini menunjukkan bahwa ketersediaan air tiap tahunnya kondisinya surplus.
Kualitas air SWS Lusi di Kabupaten Blora saat ini masih memenuhi parameter kualitas air Kelas II sesuai dengan PP No.82 Tahtm 2001 dimana ada beberapa parameter kimia yang tidak memenuhj syarat.Berdasarkan prediksi dengan mengacu terhadap parameter BOD, COD pada tahun 2031 maka apabila tidak dilakukan beberapa pencegahan maka kualitas air Sungai Lusi akan mengalami penurunan kualitas kelas air.
Peninjauan kualitas lingkimgan dapat dilakukan dengan menggunakan metode invertebrata walauptm sebetulnya metode ini hanya bertujuan mengetahui kualitas lingkungan dengan metode cepat, dari penelitian yang dilakukan di SWS Lusi di Kabupaten Blora saat ini menunjukan skor 5,6 ini berarti kualitas lingkungan di SWS Lusi berkulitas sedang.
Sebagai rekomendasi untuk memanfaatkan potensi aliran air yang terbuang di SWS Lusi dapat dilakukan dengan meningkatkan tampungan air di SWS Lusi yaitu membangun situ atau embimg sesuai dengan kebutuhan serta dapat juga melakukan pengelolaan WS Lusi, dengan cara mengatur penggunaan lahan dan melakukan tindakan konservasi tanah dan air sehingga dapat menahan aliran yang terbuang.
Untuk mengurangi penurunan kualitas air dan lingkungan di Wilayah Sungai Lusi maka dapat dilakukan pengendalian kualitas di lingkungan masing - masing dan dapat dilakukan sosialisasi kepada masyarakat di Wilayah Sungai Lusi mengenai pentingnya menjaga kualitas air dan lingkimgan di SWS Lusi.

Availability of water in the watershed Lusi Blora District - Central Java Province is currently in its management will be utilized as a source of raw water and irigasi. Analysis utilization of water needs in watershed Lusi Blora Regency - Central Java province include: domestic water, agriculture, and industry, total water demand for domestic, agricultural and industries around the SWS Lusi is at 5.302.537.000 m3.
Water demand projections until the year 2031 in the SWS Lusi Land Use refers to the SWS Lusi in Blora district that contained in the Regional Spatial planning Blora district in 2011 - 203l.The analysis of water needs until the year 2031 was 9.358.240.000 m3. Availability Precipitation average is 259.858.589.580 m3.
Water quality in the District Blora SWS Lusi currently meet Class II water quality parameters in accordance with Regulation No.82 of 2001 where there are several chemical parameters that do not meet syarat.Based prediction by referring to the parameters of BOD, COD in the year 2031 then, if not done some precautions the Lusi River water quality will decrease the quality of the water class.
A review of environmental quality can be done using the method of invertebrates, although this method is only really aimed at knowing the quality of the environment with rapid methods, from research conducted in SWS Lusi Blora District cturently shows the mean quality score of 5.6 in SWS Lusi enviromnent of very moderate.
As a recommendation to utilize the potential flow of water is wasted in the SWS Lusi can be done by increasing the volume of water in the SWS Lusi situ or ponds are built in accordance with the requirements and can also manage WS Lusi, by regulating land use and conduct soil and water conservation measures so it can withstand the waste stream.
To reduce the environmental and water quality degradation in the Lusi River Region can do quality control on their enviromnent - each and can be disseminated to the public at Lusi River Region on the importance of maintaining water quality and the enviromnent in SWS Lusi.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31928
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Nawang Wulan
"Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan negara. Beragamnya jenis objek wisata di Jawa Barat telah membuat provinsi ini ditetapkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Di Jawa Barat, Kabupaten dan Kota Sukabumi yang terbanyak memiliki objek wisata alam.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat daya tarik objek wisata mata air panas menggunakan metode analisis spasial dan deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat daya tarik searah dengan kelengkapan fasilitas, karakteristik fisik yang memadai dan jumlah pengunjungnya. Hal ini ditunjukan dengan: bila fasilitas di lokasi tersebut lengkap, dengan suhu mata air panas kurang dari 45°C, kemiringan lereng kurang dari 40%, dan banyak dikunjungi wisatawan, maka tingkat daya tarik objek wisata tersebut tinggi seperti yang terdapat di objek wisata mata air panas di Cisolok.

Tourism is one of economic sectors which could be reliable as a country's income. Various types of tourism resort in West Java had turned this province into one of tourist destinations in Indonesia. Here, in West java, Sukabumi Regency (Kabupaten Sukabumi) and Sukabumi City (Kota Sukabumi) are the two places which has the biggest total numbers of natural tourist resorts.
This research purpose is to know the attraction levels of hot springs as a tourism resort using spatial and descriptive analysis methods.
The result shows the attraction levels had the same agreements with adequate physical characteristics, full supports of non physical characteristics, and also numbers of visitors. Which means, if it has fully supports with facilities, has less than 45°C temperature on its hot spring, less than 40% slope area, and has great numbers of visitors, it must have a highest attraction level among others, as in hot spring tourism resort in Cisolok.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1274
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sumarno
Bandung: Badan penelitian dan pengembangan Kementerian pekerjaan Umum, 2011
551 JSDA 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan sumber Daya Air, 2014
JSDA 10:1 (2014)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Many soil foundation of dams failed due to the formi g of ipe-shaped discharge channels known as piping between the soil layer and foundation . These failures may be due to subsurface or internal erosion starting near downstream toe along the base of the structure or another bulding plane"
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air. Badan Penelitian dan Pengembangan. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2019
551 JSDA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : LIPI Press, 2005
553.7 IND s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>