Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sri Indriawati
"Landasan filsafat dalam pendidikan di Amerika adalah demokrasi. Manifestasi falsafah ini tercangkup di dalam sistem pendidikan Amerika yaitu kebebasan, persamaan, kemajemukan, keterbukaan dan modernisasi. Konsep pendidikan yang diajarkan adalah mengajar, belajar, menguasai, mengetahui, motivasi, kepentingan, perilaku dan lain-lain. Di bidang logika dan bahasa, yang penting adalah pernahaman tentang lindakan dan perilaku. Konsep utama dalam pernikiran pendidikan adalah perbedaan antara fakta dan nilai. Sejak awal terbentuknya Amerika, sekarang dikenal dengan Amerika Serikat, perhatian negara ini terhadap pendidikan tercetus dalam Lund Ordinances 1785 yang dikeluarkan oleh Kongres di bawah Articles of Confederation. lsinya adaiah diterapkannya penjualan lahan umum untuk tujuan pendidikan. Land Ordinances 1785 ini memberikan suatu angin baru bagi perkemhangan pendidikan di Amerika. Dengan adanya undang-undang tersebut maka pemerintah Amerika mengakui betapa pentingnya pendidikan untuk mendukung kemajuan di Amerika. Pengaruh kebudayaan dalam pendidikan Amerika merupakan hat yang penting. Pada dasarnya, masyarakat Amerika selalu ingin memperoleh kesamaan kesempatan dalaln pendidikan tanpa dipengaruhi oleh kelas sosial, asal negara atau warna kulit dan kelompok etnik. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan setinggi-tingginya dipandang sebagai kebutuhan penting bagi masyarakat demokrasi. Pendidikan di dalam kehidupan masyarakat Amerika yang direfleksikan dalam Land Ordinances 1785 yang disusun untuk mengatur wilayah baru di barat, undang-undang tersebut memberikan satu mil persegi tanah hagi penyediaan sekolah umum untuk setiap kotanya. Undang_undang tersebut membawa peruhahan bagi meningkatnya keinginan dari negara dan masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Pada tahun 1830, sekolah umum mengalami peningkatan yang bagus. Pada tahun 1850, setiap negara bagian harus membuka sekolah umum gratis untuk semua orang dan biaya yang dikeluarkan mendapat bantuan dari pajak umum. Dalam memberi suatu penekanan terhadap pentingnya pendidikan di Amerika maka pada tahun 1862, Kongres mengeluarkan The Morril Act yang mana undang-undang tersebut memberikan pada setiap negara bagian sebidang tanah seluas 30.000 acres untuk masing_-masing senator dan wakilnya di Kongres. Semua hasil pendapatan yang diperoleh dari penjualan tanah akan diinvestasikan sekitar lima persen dan digunakan untuk sumbangan, pemeliharaan dan dukungan khususnya untuk membangun sekolah tinggi pertanian dan seni mekanik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S12613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahliani Devinta Saputri
"Keterlibatan aktif seorang anak didik terwujud dalam proses pendidikan anak usia dini (PAUD). Latar belakang pemikiran pendidikan anak baik secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis menjadi penerapan terhadap filsafat pendidikan pragmatisme John Dewey yang menjadi dasar dalam penulisan skripsi ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dalam menganalisa pendidikan anak usia dini dengan konsep pengalaman aktif anak didik. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan pendidikan anak yang memprioritaskan pengembangan individu, hal tersebut memberikan relevansi terhadap proses pendidikan manusia yang menghargai faktor internal individu seperti bakat dan potensi anak dan juga faktor sosial. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman terhadap proses pendidikan yang memperhatikan nilai-nilai individu dan nilai sosial di dalamnya sehingga tidak ada dominasi antara pendidik dan anak didik. Hal ini dapat dipahami melalui keterlibatan aktif anak didik dalam proses pengajarannya yang akan membentuk pengalaman-pengalaman berdasarkan konsep pendidikan John Dewey. John Dewey melihat kondisi pendidikan melalui bentuk pengalaman yang bersifat kontinue.

The active involvement of the individual embodied in the process of early childhood education (PAUD). The basic reason of this view as well as ontological, epistemological and axiological into the application of the education philosophy of John Dewey’s pragmatism become a basic in this research. This research uses the descriptive analysis for analyzing early childhood education with the concept of active experience of the student. The purpose of this study is to explain the education of children who prioritize individual development; it gives relevance to the educational process which is respects of human internal factors such as the individual talents and potential of children and social factor too. The results of this research is an understanding of the educational process who takes into account individual values and social values in them, so there is no dominance between educators and students. This can be understood through the active involvement of student in the process of study that will shape the experiences based on the concept of education John Dewey. John Dewey’s view is the condition of education through continuous experience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47415
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusagis Khomanur Ngaziz
"Human beings with their inherent intelligence can engage personally in a constructive way through various concrete actions in solving their various problems of life. Education will be able to sharpen the mind and thereby synthesizes the intelligence to enable both to produce strength to settle the human problems. Education will be able to assist improving their ability to formulate the goal of life and to organize as well as to manage various resources and to act as the means to be employed in conformity with their expected direction. Education assists to improve the ability of human being as a creature who uses languages and is able to store memories and make plans for his/her activities. Education stimulates and enriches imagination, and brings about the human being to awareness that a statement or idea must be based on individual responsibility and social life. Education gives a continues reconstruction of experiences and makes human aware that life means living with other people and gives the opportunity for the expected morale and mental growth."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T38077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Abdul Rasyid
"Ada apa dengan manusia? Dunia yang telah dihuni sekian lama oleh manusia tidak juga membuat hidup dalam keadaan lebih damai, lebih sejahtera, lebih adil, dan lebih merata. Perang yang selalu berkecamuk, kemiskinan yang terus mendera kehidupan manusia, diskriminasi dan eksploitasi yang semakin melebar dalam seantero lapisan masyarakat. Sejak beberapa abad lalu jutaan manusia berusaha menjawab persoalan-persoalan ini dengan berbagai sistem dan metode. Berbagai paham di muka bumi muncul dan memberikan perhatian lebih kepada cara manusia seharusnya menjalani kehidupannya. John Dewey adalah seorang filsuf pragmatis Amerika sekaligus seorang ahli pendidikan progresif, yang berusaha menguraikan benang kusut persoalan manusia ini dengan mengidentifikasi berbagai aspek yang membelenggu kemajuan manusia. Kencangnya arus paradigma Cartesian-Newtonian dalam ranah filsafat dan ilmu pengetahuan, yang menimbulkan gelombang moderenisasi dan industrialisasi, dan membelenggu manusia dalam semua dimensi kehidupan, menjadi awal kritiknya. Paradigma tersebut terus melebar dan merasuk dalam sendi-sendi pendidikan sebagai sarana pengembangan manusia dengan timbulnya paham perennialisme dan esensialisme. Paradigma ini berusaha meletakkan manusia dan dunia dalam kerangka either-or (pilihan di antara dua ekstrim, dan tidak mengakui kemungkinan di antara keduanya), sebuah prinsip pengetahuan yang membuat manusia melihat dunia ke dalam dua corak: hitam-putih; salah-benar; teori-praktik; individu-sosial; manusia_-dunia; sarana-tujuan, dan lain sebagainya. Bagi Dewey manusia harus dilihat sebagai mahluk mutidimensi, yang tidak terpisahkan dari berbagai situasi dan kondisi yang melingkupinya. Prinsip interaksi individu-sosial inilah yang menurutnya kemudian dapat membawa manusia menuju kemajuan yang hakiki. Proses pengembangan manusia dalam ranah pendidikan harus diarahkan kepada dua entitas ini sebagai mahluk dunia yang integral. Pendidikan harus diawali dari pengembangan manusia sebagai individu dan kemudian mengarahkannya pada aspek sosial melalui rekonstruksi, reorganisasi, dan reformasi. Hingga akhirnya individu-individu manusia yang handal dan memiliki sensibilitas perasaan atau empati sosial yang tinggi dapat mengembangkan dan membentuk masyarakat yang adil, sejahtera dan merata, inilah cita-cita kemajuan yang sebenarnya. Pada akhirnya, diharapkan terciptanya kemajuan dunia, melalui pengembangan individu secara komprehensif dan progresif. Manusia tidak lagi bersifat individualistik, egois, dan tidak memiliki sense of social crisis. Individu kemudian menjadi dewasa (maturity) yang terpancar melalui kematangan sikap, prilaku etis, demokratis, dan sensitif dengan kondisi lingkungan dan sosialnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariane Meida
"ABSTRAK
Pendidikan merupakan media penciptaan dan pengolahan pengalaman yang
terawasi, terencana, dan sistematis. Titik tolak dan tujuan dari pendidikan adalah
pengembangan pengalaman secara berkelanjutan. Pengalaman adalah segala
situasi dan kondisi yang tercakup dalam sebuah tindakan dan mengarahkan
individu pada upaya kritis refleksif. Metode pencapaian pengetahuan lalu tidak
didasarkan pada satu pendasaran epistemologi tertentu yang dianggap valid,
namun mengacu pada pengalaman tiap individu yang secara alamiah bersifat
kontingen. Ini merupakan konsepsi pendidikan Demokratis. Penyelenggaraan UN
tidak membuka ruang bagi pengalaman yang menjadi titik tolak dan tujuan dalam
konsepsi pendidikan demokratis karena membakukan epistemologi positivistik
sebagai satu-satunya metode pencapaian pengetahuan yang dianggap valid.

Abstract
Education is a media creation and experience cultivation that observed, planned,
and sistematic. The basic and purpose of education are developing experience in
continuity. Experience is a condition which is embraced in action and to direct
individu on critical reflecton efforts. Then, the method of attaining knowledge
isn?t based on one certain valid basic epistemologic, but reference on individual
experience which is naturally contingent. This is a conception of Democratic
education. The implementation of Ujian Nasional (UN) didn?t open a space for
experience that stands for the basic and purpose on conception of democratic
education, because it?s blocked the positivistic?s epistemology as the only method
to attain a valid knowledge."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43210
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hani`ah
"ABSTRAK
Agama merupakan masalah yang menarik untuk diketahui karena pretensinya sebagai pembawa kebenaran. John Dewey, seorang filsuf pragmatisme Amerika yang terkenal, mempermasalahkan hal itu dalam pemikirannya. Pragmatisme adalah filsafat naturalistik, yaitu filsafat yang lebih mengutamakan aspek praktis daripada aspek teoritis. Jadi , pandangan Dewey terhadap agama pun bersifat praktis-pragmatis: sesuatu yang berbeda secara diametral dari hakikat agama itu sendiri. Dan yang kuga membuat masalah ini menarik adalah sikap Dewey yang tampa enggan memasuki bidang ini sehingga bukunya mengenai agama A Common Faith baru ditulis pada senja hidupnya setelah ia berusia 75 tahun.
Dari sudut filsafat, karya Dewey yang terpenting adalah kritiknya terhadap kebenaran tradisional yang dinyatakan dalam teorinya instrumentalisme...

"
1985
S16183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Purnamasari
"Masalah yang menyebabkan terbatasnya kesempatan kerja pada masa sebelum dan sesudah Perang Saudara (1861-1865) di Amerika sebagai akibat pola pendidikan yang masih bersifat tradisional sehingga terbatas pula kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Padahal pada masa itu bangsa dan negara Amerika sedang mengalami proses perubahan dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri, di mana dibutuhkan tenaga-tenaga yang ahli dan professional. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat industri di Amerika.
Dengan adanya reformasi pendidikan yang bersifat demokratis pragmatis, yang ditulis John Dewey dalam bukunya Democracy and Education, diharapkan masalah yang ada pada masa transisi dari agraris ke industri dapat terpecahkan.
Teori-teori dan konsep mengenai reformasi pendidikan yang demokratis digunakan oleh John Dewey dalam mengadakan reformasi ditunjang pula hal ini dengan berbagai pendapat dan konsep tentang pragmatisme karena Amerika Serikat merupakan negara yang menganut ajaran pragmatisme sehingga dapat terbentuk masyarakat yang mandiri dan percaya diri.
There was a problem in America when the Civil War happened (1861-1865). It was about the opportunity to get a job because of the skills the people had. They didn't have good skills. Their abilities made them got a little salary.
At that time they had traditional method in education so that the space to be better was very bad. On the other hand, there was an industry revolution, so people tried to change their method and tried to reform the method to study so they would have good condition and good salary.
The American society on that period really needed a good method to be better to follow the development. John Dewey came with his book about education. The education that made people could change their way to be better with their abilities. The book was Democracy and Education, it was about to educate people in democracy way. The people would choose the education that could be used with them to improve their skills and knowledge. The Dewey's concepts were about self-reliance, individual and independent people by using Dewey idealism, pragmatism.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewey, John
New York: Dover, [Date of publication not identified]
160.4 DEW e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dahlan
"Masalah pokok yang ingin dibahas dalam tesis ini adalah bagaimana respons Mochtar Buchori terhadap situasi yang berkembang di dunia pendidikan - khususnya yang terjadi di Indonesia selama pemerintahan Orde Baru- dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir ini, serta wacana apa yang digulirkan di dalamnya. Untuk maksud tersebut terlebih dahulu dijelaskan permasalahan yang menjadi kecenderungan umum di dunia pendidikan_ Dalam pendidikan, tujuan utama yang ingin dicapai adalah mengembangkan potensi diri manusia. Namun hal itu sering tidak terwujud karena terhalang oleh dua faktor: pendidik di satu sisi, dan sisi lain, sistem pendidikan yang diselenggarakan serta bagaimana ia berinteraksi dengan sub-sub sistem lainnya. Dua hal ini tidak jarang terlupakan dalam pembicaraan tentang pendidikan. Karena itu masalah kegagalan tujuan pendidikan tidak bisa dibicarakan semata-mata karena faktor pendidik, tetapi harus juga dipertimbangkan bahwa hal itu terjadi sebagai akibat yang tak terniatkan (unintended consequence) dari sistem pendidikan yang ada.
Terhadap dunia pendidikan, cara berpikir yang terfokuskan pada quality teaching hanya akan menyentuh hal-hal mikro di dalamnya. Tanpa memperhatikan faktor-faktor makro yang mempengaruhi eksistensinya, kita tidak akan menyentuh masalah besar yang sifatnya mendasar. Dalam konteks pemikiran Dewantara persoalan makro yang dimaksud adalah sistem pendidikan yang diselenggarakan pemerintah kolonial Belanda tidak terorientasi pada kepentingan rakyat Indonesia. Sementara dalam konteks pemikiran Freire masalah makro tersebut berhubungan dengan upaya untuk menjinakkan kesadaran manusia sekaligus membenamkannya dalam "kebudayaan bisu" (submerged in the culture of silence).
Di negara kita, persoalan makro yang mempengaruhi dunia pendidikan, ironisnya, kurang disadari oleh mereka yang sehari-harinya terlibat di dalamnya. Padahal selama pemerintahan Orde Baru berkuasa, adanya pengaruh tersebut sangat mencolok mata. Setidaknya ada dua hal yang bisa disebut di sini. Pertama, karena pengaruh kekuatan ekonomi, berkembang kecenderungan komersialisasi pendidikan dan dijadikannya pendidikan sebagai "pabrik pencetak robot siap pakai". Kedua, dan ini sangat memprihatinkan, karena pengaruh kekuatan politik, pendidikan hanya menjadi perpanjangan tangan kepentingan kekuasaan. Hal ini terlihat terutama untuk jenjang perguruan tinggi.
Carut-marut dunia pendidikan kita di atas, dalam pandangan Mochtar Buchori, terjadi karena tidak adanya kekuatan pendidikan, baik bersifat individual maupun institusional. Di sisi lain, perspektif kita terhadap pendidikan juga sempit. Untuk mengatasi hal itu, jalan keluar yang harus ditempuh adalah melakukan transformasi pendidikan, baik dalam bentuk watak maupun wujudnya. Dengan rancang bangun area of concern yang baru inilah misi dan tujuan utama pendidikan masih bisa diharapkan.
Tujuan utama pendidikan untuk mengembangkan potensi diri manusia dan menghadapinya dalam bentuknya yang terus-menerus mengalami proses menjadi, serta menempatkan pendidikan dalam hubungannya dengan kebudayaan yang berkembang di sekitarnya, merupakan tema besar pemikiran Mochtar Buchori. Fokus perhatiannya pada masalah tersebut menempatkan dirinya dalam kedudukan yang (hampir) setara dengan dewantara dan Freire. Benang merah yang menghubungkan pemikiran ketiga orang tersebut adalah semangat eksistensialisme dalam memandang manusia.
Sebagai penutup dalam abstraksi ini di sini dipandang perlu untuk melihat relevansi pemikiran Mochtar Buchori dalam konteks arah perkembangan pendidikan kita sekarang. Jalinan makna yang terbangun dalam dunia pendidikan kita, dan agenda yang ditawarkan Buchori untuk merancang bangun genre baru pendidikan, merupakan masalah yang tidak mudah diwujudkan. Hai ini terjadi karena wilayah perhatian pendidikan yang terpaku pada persoalan sekolah, dengan meminjam pemikiran Antonio Gramsci, sedang menempati historical block dan menduduki posisi hegemoniknya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>