Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89034 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Wayan R. Susila
"The imposition of a 25 percent import tariff for cane sugar in Indonesia has rose a controversy. Sugar producers have persistently pressured the government of Indonesia to increase the tariff level to sufficiently protect domestic sugar industries. On the other hand, the government has not showed an indication to change the tariff level. This study was conducted to formulate import tariff levels as alternatives to solve the controversy. An alternative approach, called compromise approach, was used in this study. On the basis some objective factors, such as number of producers and consumers, price elasticities, and government policy bias, three alternatives of import tariff level, namely, neutral, bias to producer, and bias to consumer, are propused. The impacts of these import tarriff levels on government revenue, provenue price, and retail price are also discussed."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
EFIN-XLVIII-2-Juni2000-175
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Embang Supiati
"Intervensi pemerintah pada komoditas gula dimulai sejak diterbitkannya Inpres No. 9 Tahun 1975 yang meliputi tiga hal yaitu, pertama kebijakan produksi gula yang meliputi kebijakan Tebu Rakyat Intensifikasi, kebijakan mendorong perkembangan industri gula ke luar Jawa dan menetapkan harga provenue gula. Kedua, kebijakan pemasaran (tataniaga) gula pasir dan ketiga, kebijakan harga gula.
Tingginya intervensi pemerintah pada waktu itu telah menyebabkan berbagai masalah inefisiensi dalam struktur pasar gula Indonesia, yang pada akhirnya mendorong rendahnya poduktivitas dan tingginya harga gula di tingkat konsumen serta meningkatnya impor gula. Kemudian adanya kesepakatan Pemerintah RI-IMF, yang tidak lagi memperbolehkan adanya subsidi pada industri gula, dan tuntutan dari WTO sebagai perwujudan dari perjanjian pelaksanaan liberalisasi perdagangan dunia, intervensi pemerintah pada industri pergulaan dicabut dengan dikeluarkannya Inpres No. 19 Tahun 1998 tanggal 21 januari 1998. Sejak itu industri pergulaan Indonesia yang seharusnya berjalan sesuai dengan mekanisme pasar, namun karena tidak adanya persiapan bagi industri antuk menghadapi liberalisasi perdagangan dunia, menimbulkan berbagai masalah baru di dalam struktur pasar gula Indonesia. Tidak adanya hambatan tarif pada saat itu menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh tarif bea masuk impor gula dan menganalisa faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pasar gula Indonesia.Melalui model persamaan simultan, dibangun model dasar pasar gula Indonesia dengan menggunakan data sekunder rangkai masa tahunan dari tahun 1984-2000 yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Model terdiri dari 9 persamaan yang terdiri dari 6 persamaan struktural/perilaku dan 3 persamaan identitas. Data diolah dengan menggunakan analisa regresi linear berganda dengan metode two steps least square (2 SLS) dan dengan bantuan program TSP versi 4.3A.
Hasil pendugaan model dengan tingkat signifikansi α = 5% , dimana nilai koefisien determinasi ( R2 ) masing-masing perilaku yang berkisar antara 0,6487 - 0,9970, menunjukkan bahwa secara umum variabel penentu yang dimasukkan dalam persamaan perilaku dalam penelitian ini menjelaskan dengan baik keragaman setiap variabel endogennya. Sementara itu nilai F yang berkisar antara 10,2347 - 998,23, dapat di interpretasikan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel penentu berpengaruh nyata terhadap variabel endogen di setiap persamaan perilakunya.
Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa dari beberapa variabel yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan keragaan pasar gula Indonesia, hanya variabel impor dan harga eceran yang dipengaruhi oleh bea masuk. Rendahnya tarif bea masuk yang dikenakan terhadap impor gula menyebabkan gula impor masuk ke Indonesia secara tak terkendali hingga menyebabkan menumpuknya stok gula di pasar dalam negeri. Menumpuknya stok gula akan merusak pasar gula dalam negeri karena harga gula menjadi rendah dan gula produksi dalam negeri terdesak oleh gula impor yang harganya lebih murah. Kondisi industri pergulaan yang demikian jika tidak segera teratasi akan menurunkan produksi gula nasional dan pada akhirnya ketergantungan Indonesia terhadap produsen gula luar negeri semakin tinggi.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa kenaikan harga provenue gula yang ditetapkan oleh pemerintah yang selama ini dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani tebu dan pabrik gula, ternyata telah meningkatkan marjin bagi pedagang perantara. Hal ini disebabkan kenaikan harga provenue lebih kecil dari kenaikan harga eceran akibatnya persentase harga provenue terhadap harga eceran juga semakin kecil, sedangkan selisih harga eceran terhadap harga provenue yang merupakan marjin pedagang semakin besar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T8057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panji Prasetyo
"Tesis ini membahas efektifitas Keputusan Memperindag No.527/MPP/KEP/9/2004 Tentang Ketentuan Impor Gula Terhadap Industri Gula Nasional terutama Pasal 7 ayat 5 tentang harga gula di tingkat petani dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan gula, produksi gula, impor gula dan harga gula domestik. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap tujuan pemerintah dalam rangka untuk mencapai swasembada gula nasional. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dengan metode Two Stage Least Square dan menggunakan data dari tahun 1980-2009. Hasil pendugaan model permintaan gula menunjukkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif dan harga gula domestik berpengaruh negatif terhadap permintaan gula. Sementara pendugaan produksi gula menunjukkan baik produksi tebu maupun rendemen tebu berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi gula. Sedangkan pendugaan impor gula menunjukkan bahwa produksi gula dan dummy kebijakan impor gula berpengaruh negatif dan sebaliknya permintaan gula berpengaruh positif terhadap impor gula. Adapun pendugaan harga gula domestik menunjukkan baik permintaan gula, harga gula internasional dan dummy kebijakan pembelian gula petani berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga gula domestik.

This thesis discusses the effectiveness of the Ministry of Industry and Trade Stipulation No.527/MPP/KEP/9/2004 regarding the imported sugar mechanism on natural sugar industry especially article 7, paragraph 5 on the price of sugar at the farm level and analyze the factors that influence the demand for sugar, sugar production, imported sugar and domestic sugar prices. These factors affect the government's objectives in order to achieve national self-sufficiency in sugar. This study uses a simultaneous equations model with Two Stage Least Square method and using the data from the years 1980-2009. Sugar demand model estimation results show that the population has positive effect and domestic sugar price has negative effect on demand sugar. While sugar production estimation indicate both production and yield of sugarcane has positive and significant impact on sugar production. Imported sugar model indicate both sugar production and sugar import policy negatively affect on imported sugar. However demand for sugar has a positive effect on imported sugar. The estimation of domestic sugar price shows sugar demand, international sugar price and sugar farmers' purchasing policy have positive and significant effects on the price of domestic sugar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T29510
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Valentinus Kristiawan
"As traded agricultural commodity, sugar represents a strategic commodity in economy. From the consumption side, the market potency of sugar for domestic is so great, because sugar, in addition to being consumed directly for daily needs in the form of food and drinking, is also needed by food and beverage processing industries whose one of the component is sugar. From the production side, the sugar production is resulted by the sugar cane farmers and sugar factories.
Sugar is the life source for small farmers where the contribution of people plantation to the total sugar cane production in 2001 reached 49% and opened the employment for 1.4 million people (Plantation Directorate General, 2000). In addition to the factory side, the sugar represents the significant investment for the processing machines because it is related with great investment fund. Besides, the domestic sugar production has not been able to fulfill the domestic consumption needs and the price of the foreign sugar is cheaper that cause the ample imported sugar into the domestic country. Therefore, the role of the government is necessary to make policies in the stipulating the tariff for incoming tax to protect the domestic sugar market.
This research is to see how much the impacts of the government's policies in the form of tariff stipulation of incoming taxes either in the form of ad valorem or specific incoming tax toward the consumer price forming in the domestic country. To determine the quantitative data that will become the sample, data is collected with purposive sampling method. The theoretical basis employed refers to some economic theories like the theory of demands and supplies of goods and theory of consumer surplus and producer surplus.
This research is explorative and descriptive using research instrument in the form of secondary data obtained from the published data of BPS and data of imported goods notification (PIB) within the period of stipulation policy of ad valorem and specific incoming tax tariff. Sample of PIB's data that are used in the research employed the data at the office of Customs and Taxes of Tanjung Priok and the price consumer used is the price consumer in the villages of West Java Province.
The conclusions drawn from the result of the research are as follows:
1. The policy of tariff stipulation of ad valorem by calculating the incoming taxes based on the incoming tax tariff x the import value when the world price of sugar was low is not effective. Importers conducted many error indication, such as, the import value notified is lower then the world price of sugar. There is deviation of facility license of BPKM and the stipulation of tariff during the period from 2000 - to the beginning of July 2002 -that was less protecting the sugar that were ready to consume. As the results, the society needs of daily sugar consumption were more met by the imported sugar.
2. In the condition that the world price of sugar is low, it is more appropriate that the charge of the incoming tax tariff is based on the specific tariff where the magnitude of the incoming tax is calculated with the designated specific tariff x the number of goods. The supervision to the correctness of the number of commodity is easier to monitor than the value of the commodity. It is caused by the transaction value of a commodity is different for each sales. There are many factors that determine the low value of transaction of a product.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmaya Widuri
"ABSTRAK
Pertumbuhan pendapatan interkoneksi suara pada industri telekomunikasi di
Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kondisi
yang dihadapi saat ini, maka isu utama dari penelitian ini adalah bagaimana
menjaga tingkat pertumbuhan yang wajar pada pendapatan interkoneksi suara agar
operator dapat menghimpun capital expenditure (CAPEX) bagi perluasan,
pemerataan infrastuktur, peningkatan kualitas layanan serta melakukan upaya
peningkatan nilai atas jaringan yang ada melalui kebijakan kenaikan tarif atau
memberi fleksibilitas untuk menaikkan tarif sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah kenaikan tarif interkoneksi dapat mendorong pertumbuhan
interkoneksi suara operator secara signifikan atau tidak. Penelitian ini
menggunakan metode eksplorasi dengan data yang dihasilkan simulasi
menggunakan pendekatan sistem dinamik untuk melakukan uji hipotesis dengan
uji beda rata-rata. Kesimpulan yang diperoleh adalah kenaikan tarif hanya efektif
untuk jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang, kenaikan trafik lebih
efektif untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan.

ABSTRACT
Voice interconnection revenue growth in the telecommunications industry in
Indonesia has decreased in recent years. With the conditions encountered at this
time, the main issue of this research is how to maintain a reasonable level of
growth in voice interconnection revenue for the operator to collect capital
expenditure (CAPEX) for the expansion, distribution infrastructure, improve
service quality and make efforts to increase the value of the network there through
rate increases or policy gives the flexibility to raise its own rate. This study aimed
to test whether the increase in interconnection tariffs may encourage the growth of
voice interconnection operator is significantly or not. This study uses explratory
method where data generated by simulation of dynamic systems approach to
hypothesis testing with different test average. Their conclusion is the rate increase
is effective only for short periods. As for the long term, the increase in traffic is
more effective to increase revenue growth."
2012
T30337
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widhiyanti Nugraheni
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi impor buah di Indonesia dengan menggunakan gravity model. Salah satu variabel bebas pada model penelitian adalah technological distance yang digunakan untuk mengukur perbedaan technology indicator antara Indonesia dengan negara partner. Penghitungan technology indicator dengan menggunakan ARCO index. Penelitian ini menggunakan data panel dari 8 negara partner tahun 1990 - 2011 dan metode estimasi parameter dari model dengan menggunakan fixed effect.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain faktor umum dalam gravity model yaitu GDP dan populasi Indonesia serta GDP dan populasi negara partner, membanjirnya buah impor di Indonesia disebabkan oleh penurunan tarif impor serta perbedaan teknologi antara Indonesia dengan negara partner. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah untuk mengurangi impor buah, hendaknya pemerintah mengambil kebijakan meningkatkan teknologi budidaya dan pasca panen buah sehingga dapat dihasilkan buah lokal yang berkualitas dan berdaya saing.

ABSTRACT
The study seeks to explain major factors influencing import of fruits in Indonesia using a gravity model. Included as one of explanatory variables in the model is the technological distance, measured as the difference between technology indicators of Indonesia and partner countries. The study used ARCO index to calculate the technology indicators. Using panel data from eight partner countries for the period 1990 – 2011, the study estimates the parameter of the model using fixed effect estimation method.
The study finds that, other than some common factors in a gravity model such as GDP and population of Indonesia and those of exporting countries, import of fruits in Indonesia can be largely explained by reduction in import tariff and the difference of technology between Indonesia and partner countries. These results suggest that in order to decrease import of fruit in Indonesia, the goverment should support on cultivation and post harvest technology of fruits to get better quality of local fruits."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S10128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husni Mawardi
"Tesis ini menganalisa tentang keputusan pemerintah Indonesia yang pada akhirnya mengeluarkan Tata Niaga Impor Gula. Kebijakan ini dikeluarkan oleh Indonesia sebagai setelah berjalannya liberalisasi pertanian berupa AoA WTO selama beberapa waktu dan ternyata tidak berdampak baik bagi perkembangan industri gula domestik Indonesia.
Berakhirnya Perang Dingin pada akhir tahun 1980-an telah mendorong terjadinya perubahan dalam konstalasi hubungan internasional dan terciptanya suatu tatanan dunia baru (new world order). Isu geo-politik dan keamanan yang selama ini mendominasi interaksi global secara perlahan beralih ke isu geoekonomi. Karena itu era pasca Perang Dingin lebih banyak diwamai oleh peningkatan kerjasama internasional terutama dalam bidang ekonomi. Bila pada era Perang Dingin perspektif dominannya adalah `division', kini beralih menjadi `integration'.
Dalam konteks ekonomi, integrasi merupakan upaya untuk menyatukan potensi ekonomi dari berbagai negara dengan tujuan yang lama, yaitu mencapai kesejahteraan. Kerjasama ekonomi ini terinstitusionalisasikan melalui beberapa lembaga, baik yang bersifat internasional maupun regional. Peningkatan kerjasama ekonomi internasional misalnya ditandai dengan perundingan yang diselenggarakan secara berkelanjutan untuk menyempurnakan sistem perdagangan dunia. Putaran Kenedy, Putaran Tokyo, dan Putaran Uruguai menupakan upaya untuk melakukan moderasi sistem perdagangan dunia menjadi lebih terbuka.
Dengan demikian, semangat internasionalisme baru akan membuka jalan untuk menumbuhkan suatu sistem ekonomi global untuk kepentingan dunia. Pembentukan lembaga - lembaga multirateral, seperti World Bank, IMF, dan WTO, berupaya untuk mengurangi hambatan dalam perdagangan internasional dan arus modal.
Keberadaan badan - badan keuangan tersebut ternyata mejadi alat tunggangan negara - negara maju untuk mensukseskan kepentingan mereka. Seperti yang dilakukan terhadap WTO, yang diharapkan dapat menjadi jembatan untuk masuknya komoditas dan barang produksi mereka ke negara - negara lain dengan tanpa kesulitan, terutama negara - negara berkembang. Salah satu komoditastersebut adalah gula. Dengan alasan liberalisasi pertanian sebagai wujud datangnya masa perdagangan bebas, WTO akhimya mengeluarkan AoA yang mengatur tentang bebas masuknya beberapa komoditas luar negeri. Hal ini ternyata merugikan negara - negara berkembang karena kesempatan bebas masuknya komoditas tersebut mematikan industri domestiknya.
Indonesia sebagai salah satu produsen gula terbesar di Indonesia pada masa lalu, juga terkena imbasnya karena pemberlakuan AoA ini. Industri Gula domestiknya tidak mampu bersaing dengan gula impor yang masuk. Selain kualitas yang bagus, harga gula - gula impor tersebut sangat murah. Sebagai akibatnya, banyak petani tabu, sebagai bahan baku gula, mulai beralih menanam tanaman budidaya lain, sedangkan pabrik gula sebagai pengolah mulai banyak yang tutup. Hal ini akhirnya membuat pemerintah Indonesia berusaha membuat cara untuk bisa mengembalikan kondisi industri gula domestiknya. Salah satu cara yang dilakukannya adalah dengan mengeluarkan Tata Niaga Gula Impor.
Penulisan pada tesis ini menggunakan perspektif nasionalis sebagai kerangka pemikiran, untuk menelaah mengapa pada akhirnya Indonesia mengeluarkan Tata Niaga lmpor Gula setelah pasca pelaksanaan AoA WTO. Sedangkan perspektif liberalis hanya menjelaskan keberadaan pelaksanaan liberalisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Yunita
"Tarif impor gula di Indonesia merupakan sebuah topik luas yang menarik untuk dibahas tidak hanya karena gula merupakan kebutuhan pokok namun sebagai konsumsi langsung masyarakat namun juga kebutuhan bagi industri. Tarif impor gula menjadi sesuatu yang krusial ketika gula mulai ditataniagakan oleh pemerintah. Awal mula tata niaga tersebut adalah persetujuan dengan IMF setelah krisis untuk pencabutan berbagai macam subsidi sebagai upaya untuk mengurangi defisit anggaran pemerintah. Dengan perubahan tata niaga yang sepertinya tiba-tiba tersebut, perdagangan gula memasuki era perdagangan bebas secara. Tahapan ini dimulai dengan memutuskan bahwa tarif impor gula berubah dari yang tidaka ada tarif menjadi ada tarif namun diikuti dengan pencabutan hak monopoli impor Bulog. Pada masa Bulog mempunyai hak monopoli impor, tarif gula adalah nol sehingga impor hanya boleh dilakukan oleh Bulog. Dengan demikian dapat dianalogikan bahwa keberadaan Bulog seolah menggantikan peran tarif dalam impor gula. Setelah pencabutan hak monopoli impor Bulog, tarif diberlakukan, stabilisasi harga yang menjadi tujuan awal impor mulai bermasalah. Tarif gula yang seyogyanya ditujukan untuk melindungi industri gula dalam negeri dianggap tidak mampu menjalankan fungsi tersebut. Impor gula tetap masuk deras hingga dianggap mengancam keberlangsungan industri gula nasional. Skripsi ini membahas bagaimana dampak tarif terhadap keseimbangan pasar gula Indonesia. Dampak tarif tersebut dilihat pada pengaruh tarif terhadap luas areal perkebunan tebu, produksi gula lokal, permintaan impor gula, penawaran gula nasional, permintaan gula nasional, dan harga gula nasional. Tarif dianggap dapat menjalankan fungsinya sebagi proteksi jika dapat menurunkan impor dan mendorong kenaikan produksi gula lokal. Model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model persamaan simultan (simultaneous equatiion model) untuk kasus keseimbangan pasar. Karena pada persamaan perilaku terjadi identifikasi berlebih (over identified) sehingga metode estimasi yang cocok dan tepat untuk digunakan adalah metode estimasi Two Stage Least Squares (2SLS) dengan penggunaan Instrumental Variabel (NJ Dari hash estimasi model, pembahasan dilanjutkan dengan melakukan simulasi tarif pada berbagai persamaan dengan menggunakan peningkatan nilai tarif yang hasilnya dibandingkan dengan nilai aktualnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>