Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133508 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Henky Suskito Nugroho
"Penelitian ini dimaksudkan sebagai usaha mendapatkan profil kinerja organisasi, dalam hal ini kinerja Quality Management System (QMS) dari sektor Industri yang bersertifikat ISO 9002 dalam memenuhi persyaratan QMS, dan untuk melihat seberapa jauh pengaruh variabel krisis ekonomi terhadap kinerja QMS. Penelitian didekati berdasarkan hasil rata-rata ketidaksesuaian (non-conformance) terhadap persyaratan standar sistem mutu ISO 9002: 1994 selama periode lahun implementasi 1994 - 1998, analisa gap defisiensi kinerja QMS selama periode krisis tahun 1997 - 1998. Hasil dari penelitian ini, diperoleh adanya defisiensi kinerja QMS dari industri bersertilikat ISO 9002 selama krisis ekonomi, dimana dampak dari nilai rupiah yang terdepresiasi mempengaruhi ambruknya indikalor ekonomi makro dan semakin besar defisiensi indikator kinerja Product and or Service Realization Results serta Measurement. Analysis and Improvement Results."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Rheyna A. Marnala
"Seiring dengan berkembangnya sektor industri manufaktur ternyata menghasilkan juga fenomena baru, yaitu munculnya industri-industri dengan tingkat konsentrasi yang tinggi. Industri dengan tingkat konsentrasi yang tinggi biasanya dihasilkan dari industri-indusri yang bersifat monopoli maupun oligopoli, yang seperti diketahui, bahwa mereka mampu menetapkan harganya di atas biaya marjinal. Kemampuan para monopolis untuk menetapkan harga yang lebih tinggi, ataupun para oligopolis dalam melaksanakan kolusi atau menetapkan harga yang tidak fleksibel diyakini mempunyai kontribusi terhadap tingginya inflasi di Indonesia. Dan rasio konsentrasi yang tinggi dianggap mempunyai hubungan yang positif terhadap penyesuaian harga. Oleh sebab itu tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melacak seberapa besar perubahan penyesuaian harga pada barang-barang industri manufaktur yang diakibatkan oleh perubahan pada harga input baik material maupun tenaga kerja (upah), dan perubahan pada harga barang-barang industri itu sendiri. Dan akhirnya melacak seberapa besar pengaruh konsentrasi industri terhadap percepatan penyesuaian harga di atas. Ruang lingkup penelitian dimulai dari tahun 1983 hingga tahun 1997 dengan menggunakan data tahunan (time series) dan data silang (cross section). Dimana pada tahun 1993 ditemukan peningkatan tingkat konsentrasi pada sektor industri manufaktur. Untuk meneliti hipotesis di atas maka digunakan model yang dikembangkan oleh Simon Domberger. Dan pada pengujian ini digunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dan GLS (Generalized Least Square). Dad hasil pengujian time series ditemukan beberapa industri yang mempunyai koefisien penyesuaian parsial di atas 1, berarti bahwa mereka sangat cepat dalam melakukan penyesuaian harganya. Hal ini menunjukkan bahwa industri-industri tersebut dalam rnenetapkan harganya selalu berdasarkan ekspektasi terhadap inflasi belaka. Dan dari pengujian silang maka ditemukan bahwa memang konsentrasi industri mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap penyesuaian harga. Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa Para oligopolis yang datang dari industri-industri yang terkonsentrasi tersebut mampu mempercepat terjadinya keseimbangan harga yang barn sesuai dengan perubahan atau perkembangan kondisi perekonomian. Meskipun dengan konstribusi yang kecil, keberadaan mereka mampu untuk mempengaruhi terjadinya perubahan pada percepatan penyesuaian harga. Namun hasil penghitungan di atas didapatkan hanya melalui salah satu sisi cara penghitungan konsentrasi, yaitu pangsa pasar yang di dapat dari nilai penjualan. Masih terdapat beberapa cara penghitungan konsentrasi lainnya, yaitu melalui nilai tambah, jumlah aset, dan jumlah tenaga kerja. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan, hal ini berguna untuk melihat apakah melalui cara penghitungan konsentrasi lainnya, seperti yang telah disebutkan, akan menghasilkan kesimpulan yang sama seperti yang didapat di atas. Selain itu memasukkan unsur eksogen lainnya seperti penggunaan variabel dummy proteksi mungkin akan menghasilkan nilai yang lebih baik. Karena proteksi oleh pemerintah merupakan salah satu penyebab terjadinya industri yang terkonsentrasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
S19267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dani M. Akhyar
"ABSTRAK
Artikel ini mengupas tentang komunikasi krisis di media sosial dari dua kasus di industri telekomunikasi. Teori utama yang digunakan adalah Situational Crisis Communication Theory (SCCT) yang dikembangkan oleh Coombs (2007). Industri telekomunikasi adalah salah satu industri yang rentan terkena krisis, apalagi saat ini aplikasi telekomunikasi seperti smartphone dan internet sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok setiap orang. Tulisan ini menunjukkan bahwa penerapan SCCT di industri telekomunikasi membutuhkan beberapa catatan khusus. Pertama, perlunya sistem penanda krisis yang peka terhadap munculnya potensi kritis. Kedua, sistem respon yang cepat tanggap karena perilaku pelanggan telekomunikasi yang cenderung kurang sabar dan cepat menyebarkan berita negatif dengan media sosial mereka."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 46 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Epakartika
"Penelitian ini dilatar belakangi oleh perkembangan industri telekomunikasi selular yang demikian pesat di Indonesia. Akan tetapi disinyalir kesiapan peraturan yang terkait dengan industri tersebut, belum sepenuhnya mendukung intensitas persaingan yang terjadi, terutama antar operator selular. Karenanya penulis merasa perlu untuk melakukan analisis terhadap industri tersebut, dengan pendekatan organisasi industri.
Penelitian ini mengkombinasikan berbagai macam metodologi baik yang bersifat kualitatif maupun yang bersifat kuantitatif, Metodologi yang bersifat deskriptif kualitatif terutama dilakukan dalam menganalisis kebijakan, dan metodologi yang bersifat kuantitatif, pada umumnya dilakukan dengan pendekatan ekonometrika.
Hasil dari penelitian ini, berupa analisis perihal struktur industri dengan memperhatikan variabel jumlah dan distribusi pembeli,jumlah dan distribusi penjual, product differentiated dan kondisi entry, serta struktur kepemilikan.
Dengan demikian diketahui bahwa struktur industri telekomunikasi selular di Indonesia, bersifat oligopoly dengan perusahaan dominan. Di samping itu, juga diidentifikasi perilaku perusahaan yang bersifat legal tactics (kerjasama dengan unit usaha lain dan horizontal integration) serta strategic behaviour (kebijakan produk, kebijakan harga, advertising, research and development serta investasi). Kinerja industri menunjukkan bahwa terdapat profitability beberapa perusahaan dalam industri, progressiveness, dan perkembangan teknologi. Di samping itu, perspektif konsumen juga menjadi indikasi kinerja industri, dan variabel-variabel structure, conduct dan performance, diperoleh hubungan satu sama lain.
Hasil dari analisis kebijakan berupa UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU No.8 Tabun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No.36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, dan PP No.52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, menunjukkan dimasa depan perkembangan industri telekomunikasi selular harus mengacu pada undang-undang tersebut sehingga industri ini bisa memberikan dampak yang besar bagi mayarakat.
Akan tetapi perlu ada penjelasan yang komprehensif terhadap hal-hal yang disebutkan dalam UU tersebut, sehingga tidak menimbulkan multiinterpretasi, ambiquitas dan dapat menyebabkan diskriminasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S6781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martarizal
"Laju perkembangan teknologi pada berbagai sektor industri disadari telah membawa dampak terhadap aspek-aspek yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Tingginya angka kecelakaan kerja yang dilaporkan (reportable accident) dengan kerugian mencapai angka 4% dari produk domestik bruto (PDB), merupakan gambaran bahwa upaya pengelolaan K3 yang dilakukan selama ini belum memadai. Atas dasar fakta tersebut pada tahun 1996 dikeluarkanlah Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/Men/1996 tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) sebagai altematif dalam mengelola K3 melalui pendekatan sistem manajemen, sekaligus sebagai alat ukur kinerja K3 pada dunia industri.
Meskipun pemberlakuan Permenaker No.05/Men/1996 tersebut sudah berjalan lebih dari tujuh tahun (1996-2004), dari data kecelakaan di atas menunjukkan bahwa belum adanya korelasi yang positif antara penerapan SMK3 dengan penurunan tingkat kecelakaan yang teijadi di berbagai sektor industri di Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, disini peneliti ingin mengevaluasi sejauhmana implementasi SMK3 dan tingkat pemenuhan (compliancy) penerapan SMK3 pada sektor industri manufaktur dan pengolahan di Indonesia berdasarkan hasil audit untuk tingkat lanjutan yang dilakukan oleh badan audit independen dengan jumlah populasi sebanyak 40 perusahaan (kategori besar, tenaga kerja di atas 100 orang) dalam kurun waktu 1999 - 2002. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang termasuk dalam golongan penelitian evaluasi (evaluation research).
Dari hasil penelitian (data primer dan data sekunder) didapatkan bahwa pemenuhan rata-rata terhadap masing-masing elemen SMK3 menunjukkan sebagian besar populasi telah memenuhi persyaratan elemen SMK3 untuk elemen 4, 5, 10 dan elemen 11. Riga didapatkan gambaran bahwa mayoritas perusahaan menganggap penting kinerja outcome sebagai ukuran kinerja K3 perusahaan (consequences measurement) dan belum memberikan prioritas terhadap audit internal SMK3 sebagai bahan evaluasi bagi kinerja K3 perusahaan (control measurement). Faktor kelemahan internal perusahaan yang cukup menonjol adaiah kurangnya kontrol manajemen terhadap upaya tinjauan ulang dan evaluasi penerapan SMK3 perusahaan serta keterlibatan dan konsultasi dengan tenaga kerja, rencana strategic K3 perusahaan, pengendalian desain dan tinjauan ulang kontrak, pengawasan dan kesiapan untuk menangani keadaan darurat, pemantauan lingkungan kerja dan pemantauan kesehatan, penyelidikan kecelakaan kerja dan penanganan masalah, penanganan secara manual dan mekanis serta pengembangan keterampilan dan kemampuan (pelatihan terhadap sumber daya manusia).
Untuk itu perlunya peningkatan dalam hal penegakan hukum yang relevan dengan K3 oleh Pemerintah Indonesia sebagai regulator body serta penerapan standar teknis dan pedoman yang memadai dalam upaya meningkatkan penerapan SMK3 ini ke arah yang lebih baik bagi dunia industri.

Evaluation Study of Level Compliancy HSE Management System Based On Permenaker No.05/Men/1996 At Manufacturing and Processing Industry In IndonesiaTechnological progress has brought with it new, even more incident risks that leading work related diseases and injuries, and environmental impact. Increasing the number of reportable accident, consequently loss of 4% of PDB (ILO, 2000) seems that HSE has been managed improperly.
Safety audit are a diagnostic tool, which has been used for many years to assess and evaluate the state of safety and health activities in a workplace. Audits can monitor the effects of changes to the safety program to make the workplace safer_ Audits allow us to undertake regular safety program reviews to ensure these is continuous improvement in safety activities. In 1996, Minister of Labour RI issued Permenaker Nu.051Men11996, a regulation concerning HSE Management System that to be complied in order to evaluate HSE performance for industries in Indonesia.
Unfortunately, although that regulation already implemented almost 8 years, there were no positive correlation between implementation of HSE Management System and decreasing of accident rate in many sector of industries in Indonesia.
Based on these facts, Researcher encourages to evaluate how far the implementation of HSE management system and level of compliancy in 40 companies of manufacturing and processing industries in Indonesia compare to audit results (advanced level) from independent audit body during 1999-2002. The companies categorized as a big company with employed more than 100 personnel. Researcher used evaluation research model as a method in this research.
The result were the level of compliancy average each of element, show that most of population complied in element 4, 5, 10 and element 11. It means that most of companies give attention to outcomes performance as HSE performance indicator and did not give priority to HSE internal audit as an evaluation tool for company HSE performance indicator. Internal factors that need to consider are lack of management control in review and evaluation of company HSEMS & employee involvement, HSE strategic plan, design control & contract review, supervison & emergency responce plan, monitoring of environment & health surveillance, incident investigation and problem solving, manual and mechanic handling, and training.
To improve the implementation of the HSEMS according to Pennenaker No.05IMen11996, it is important to continue law enforcement by the Indonesia's government as a regulator body and develop relevant standards and guidelines which more practicable in implementing these system.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iriawan Yulianto
"ABSTRAK
Flynn dick telah mengembangkan satu set perangkat pengukuran terhadap pelaksanaan praktis manajemen mutu yang disusun berdasarkan penelitian yang mendalam pada literatur dan penemuan-penemuannya selama melaksanakan kunjungan ke pabrik-pabrik. Mereka memperkenalkan tujuh dimensi manajemen mutu, yaitu top management support, quality information, process management, product design, workforce management, supplier relationship dan customer interaction, yang telah berhasil di uji cobakan pada pabrik-pabrik manufaktur milik Amerika dan Jepang yang berada di Amerika Serikat.
Pada penelitian disini, perangkat tersebut diuji cobakan pada sampel industri manufaktur yang sudah terkenal mutu hasil produknya, terutama yang berada di Pulau Jawa. Tujuan yang ingin dicapai di dalarn penelitian ini adalah terutama untuk mengukur tingkatan pelaksanaan praktis manajemen mutu dan mempelajari pengaruhnya terhadap hasil unjuk kerja mutu di pabrik manufaktur berdasarkan tanggapan dari berbagai tingkathn responden. Dari tujuh dimensi tersebut, di dalamnya terdapat 14 skala variabel yang akan diuji kehandalan dan kelayakannya dengan menggunakan sampel 69 responder dari 9 industri manufaktur di Indonesia, yaitu elektronika, komponen transportasi dan perakitan mesin. Nilai rata-rata dan simpangan diukur untuk mengetahui tingkatan pelaksanaan praktis, sedangkan analisa canonical correlation dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil unjuk kerja mutu, yaitu perceive quality market outcomes, percent items that pass final inspection without rework dan competitive advantage.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh dimensi pelaksanaan praktis manajemen mutu yang telah dikembangkan oleh Flynn dkk. tersebut adalah handal dan layak untuk dipergunakan mengukur penerapan praktis manajemen mutu di Indonesia dalam hubungannya untuk mencapai kriteria hasil mutu dan keunggulan di dalam persaingan. Dengan memanfaatkan perangkat pengukuran ini secara berkala diharapkan dapat membantu para pembuat keputusan di dalam mengevaluasi penerapan manajemen mutu di perusahaan mereka dan kemudian memberikan prioritas pada variabel-variabel praktis manajemen mutu yang diketahui masih perlu untuk ditingkatkan penerapannya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>