Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mohamad Farid Aziz, supervisor
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor prediktor metastasis kelenjar getah bening (KGB) pada pasien dengan kanker serviks stadium IB dan IIA. Penelitian dilakukan dari bulan Mei 1996 sampai bulan Desember 2001. Ada 183 pasien kanker serviks dengan stadium menurut FIGO IB dan IIA menjalani operasi histerektomi radikal dan limfadenektomi. Dari pasien tersebut 158 pasien yang dapat dinilai, terdiri dari 43 pasien dengan metastasis KGB dan 115 tanpa metastasis KGB. Rancangan penelitian adalah kasus-kontrol. Kasus adalah pasien dengan metastasis KGB dan kontrol pasien tanpa metastasis KGB. Analisis multivariat dilakukan setelah analisis bivariat. Pada analisis bivariat umur < 39 tahun, diameter lesi >4 cm, stadium IIA > 4 cm, histopatologi dengan diferensiasi sedang dan buruk, invasi ke pembuluh darah dan limfa merupakan variabel yang independen terjadinya metastasis KGB dengan nilai p ≤ 0,05. Tetapi pada analisis multivariat yang muncul sebagai variabel independen adalah umur muda, paritas > 4, diameter lesi, histopatologi adenoskuamosa, dan invasi limfo-vaskular dengan nilai p ≤ 0,05. Kesimpulan: Usia muda, paritas > 4, stadium IIA > 4 cm, diameter lesi, histopatologi adenoskuamosa, invasi limfa-vaskular merupakan faktor risiko terjadinya metastasis dan dapat dipergunakan sebagai faktor prediktor metastasis KGB. (Med J Indones 2004; 13: 113-8)

The aim of this study was to identify possible predictor factors of lymph node metastases in patients with cervical cancer stage IB and IIA. Study was conducted between May 1996 and December 2001. There were 183 patients of cervical cancer with FIGO Stage IB and IIA who were underwent radical hysterectomy and lymphadenectomy. From those 158 patients could be evaluated, consisting 43 patients with node metastases 115 patients without metastases. Research design was case control study. Case was patients with node metastases and control was those without node metastases. Multivariate analysis was made after bivariate analysis. On bivariate analysis age < 39 years, diameter of lesion > 4 cm, stage IIA > 4 cm, histopathology moderate and poor differentiation, blood and lymphatic vessel invasion were independent variables for node metastases with p value ≤ 0.05. However, on multivariate analysis younger age, parity ≥ 4, diameter of lesion, histopathology adenosquamous, and lymph vascular invasion (+) as independent factors for node metastases with p value ≤ 0.05. Conclusion: Younger age, parity ≥ 4, stage IIA > 4 cm, diameter of lesion, histopathology adenosquamous, and lymph vascular invasion (+) were risk factors for node metastases and can be used as predictors. (Med J Indones 2004; 13: 113-8)"
Medical Journal of Indonesia, 2004
MJIN-13-2-AprilJune2004-113
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis
"ABSTRAK
Nama : LilisProgram Studi : Program Doktor Ilmu Biomedik Judul Disertasi : Peran Faktor Inflamasi Kronis dan Lingkungan Mikro Tumordi Stroma Peritumor dan Hubungannya dengan InvasiParametrium dan Metastasis KGB pada Karsinoma SelSkuamosa Serviks Stadium IB-IIA Pendahuluan: Salah satu penyebab tingginya angka kematian kanker serviksadalah kemampuan invasi dan metastasis sel kanker. Lesi di serviks sering disertaidengan inflamasi kronis dan peran inflamasi kronis dalam karsinogenesis telahdiketahui. Tujuan penelitian adalah mengeksplorasi faktor respons inflamasi danlingkungan mikro tumor LMT sebagai faktor prediksi invasi parametrium danmetastasis pada KGB pelvis.Metode: Terseleksi 75 kasus karsinoma sel skuamosa KSS serviks stadium IBIIAyang telah dihisterektomi dan limfadenektomi di RSUP Dr. CiptoMangunkusumo, Jakarta dan RSUP Dr. Hasan Sadikin RSHS , Bandung.Terdapat 15 kasus dengan invasi parametrium dan 18 kasus dengan metastasisKGB. Semua kasus dipulas H E dan imunohistokimia IHK yang dilakukan dilaboratorium PA-RSHS. Penanda untuk faktor inflamasi adalah CD4, CD8,CD68, IgG, dan penanda LMT adalah ?-SMA, TSP-1, CD31, VEGF-C. Semuapenanda dinilai pada stroma di 5 area LPB. Ekspresi IHK untuk sel inflamasikronis dihitung secara kuantitatif dan semikuantitatif untuk LMT. Hubunganantara reaksi inflamasi kronis dengan invasi parametrium dan metastasis KGBdianalisis dengan uji Mann-Whitney dan untuk faktor LMT dengan uji Chisquare.Hasil: Tiga variabel respons inflamasi kronis yaitu jumlah sel CD8 , CD68 ,IgG dan tiga faktor LMT yaitu imunoekspresi TSP-1, CD31, VEGF-C lebihrendah pada KSS serviks yang disertai invasi parametrium dibandingkan tanpainvasi parametrium. Terdapat hubungan jumlah sel CD8 p=0,015 dan VEGF-Cimunoekspresi yang rendah p=0,032 dengan kejadian invasi parametrium. Hasilanalisis ROC, didapatkan bahwa jumlah sel CD8 dengan titik potong

ABSTRACT
Name LilisStudy Program Doctor in Biomedical ScienceTitle The role of chronic inflammation and tumormicroenvironment factors in parametrial invasion andpelvic lymph node metastasis in stage IB IIA of cervicalsquamous cell carcinoma Introduction One of the causes of the high mortality rate of cervical cancer is theability of cancer cells to invade and metastasis. Cervical lesions oftenaccompanied by chronic inflammation and the role of chronic inflammation incarcinogenesis is known. The objectives of this study is to explore inflammationresponse and tumor micro environment TME as predictors for parametrialinvasion PI and pelvic lymph node metastasis LNM .Methods Seventy five cases of cervical squamous cell carcinoma CSCC stageIB IIA which had underwent radical hysterectomy and lymphadenectomy at Dr.Cipto Mangunkusumo Hospital RSCM , Jakarta and Dr. Hasan Sadikin Hospital RSHS , Bandung were selected. There were 15 cases with PI and 18 cases withLNM. All slides were stained at pathological anatomy laboratory of RSHS, usingH E and immunohistochemistry IHC staining methods. Markers forinflammation factors are CD4, CD8, CD68, IgG and TME markers are SMA,TSP 1, CD31, VEGF C. All markers were evaluated in five fields of the stromaunder HPF magnification. The IHC expression of immune cells werequantitatively evaluated and semiquantitatively for TME. The association betweeninflammation response with PI and LNM were analyzed using non parametricalMann Whitney test and Chi square test for TME.Results Three variables of chronic inflammation response, CD8 , CD68 , IgG cell count and three TME expression variables, i.e., TSP 1, CD31 , VEGF C ,were lower in CSCC with parametrium invasion compared to in CSCC withoutparametrium invasion. A significant association between CD8 cell p 0,015 andVEGF C low expression p 0,032 with PI is identified. The ROC showed that acut off of CD8 cell count"
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan VEGF bekerja merangsang angiogenesis dan limfogenesis yang merupakan salah satu factor pada proses metastasis. Apakah kadar VEGF dapat digunakan memprediksi metastasis kanker serviks stadium IB-IIA. Metode Penelitian kasus (kanker serviks metastasis ke kelenjar getah bening pelvik) kontrol (kanker serviks tanpa metastasis). Variabel independent adalah ukuran lesi primer, jenis histologi, derajat differensiasi sel, lymph vascular space involvement, dan kadar VEGF. Variabel dependent adalah kejadian metastasis ke kelenjar getah bening pelvik. Hasil Berdasarkan cut-off point kadar VEGF-C serum yaitu 10.066,90 pg/ml, 11/47 pasien atau 23,41% mempunyai kadar diatas nilai tersebut dan 10/11 dari kelompok pasien tersebut atau 90,91% didapatkan metastasis pada kelenjar getah bening pelvik. Sensitifi tas pemeriksaan kadar VEGF-C terhadap risiko terjadinya metastasis KGB pada penelitian ini adalah 71,43% dengan spesifi tas 96,97% , positive predictive value (PPV) 90,91% dan negative predictive value 88,89%. Kesimpulan Kadar VEGF-C dalam serum dapat digunakan untuk memprediksi metastasis kanker serviks stadium IB-IIA dengan sensitivitas 71,43% dan spesifi tas 96,97%.

Abstract
Aim Vascular endothelial growth factor (VEGF) works to stimulate angiogenesis and lymphogenesis which is one of the factors in the metastasis process. This study aimed to identify whether VEGF level could be used to predict metastasis into pelvic lymph node of stage IB-IIA cervical cancer. Methods The study was case control study, a case (cervical cancer metastasis into pelvic lymph node), a control (cervical cancer without metastasis). Independent variables included primary lesion size, histological type, grade of cell differentiation, lymph vascular space involvement, and VEGF level. Dependent variable was metastasis into pelvic lymph node. Results Based on cut-off point, VEGF-C serum level, i.e., 10,066.90 pg/ml, 11/47 patients or 23.41%, had the level above that value, and 10/11 of the group of patient or 90.91% were found to develop metastasis into pelvic lymph node. Sensitivity of the examination of VEGF-C level in relation to the risk for the incidence of lymph node in this study was 71.43%, with a specifi city of 96.97%, positive predictive value (PPV) of 90.91%, and negative predictive value (NPV) of 88.89%. Conclusion VEGF-C level in the serum could be used to predict lymph node metastasis of stage IB-IIA cervical cancer, with a sensitivity of 71.43% and specifi city of 96.97%."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rachman
"Latar Belakang: CXCR4 adalah reseptor kemokin G-protein 7-transmembran yang diekspresikan pada beberapa sel kanker payudara manusia pada tumor payududara primer dan metastasis yang menyebabkan migrasi sel hematopoietik dari sumsum tulang belakang ke kelenjar getah bening perifer. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa CXCR4 berkaitan dengan metastasis kelenjar getah bening aksilla. Namun, sampai sekarang, tidak ditemukan penelitian yang mengevaluasi peran CXCR4 dalam metastasis kelenjar getah bening sentinel pada kanker payudara stadium dini.
Tujuan: Menentukan peran reseptor kemokin CXCR4 pada migrasi sel kanker payudara ke kelenjar getah bening sentinel.
Metode: Digunakan desain studi potong lintang dengan mengevaluasi ekspresi CXCR4 pada 32 pasien kanker payudara stadium dini yang menjalani mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada periode Maret sampai Juni 2016. Pada seluruh kasus, ekspresi CXCR4 diperiksa dengan pemeriksaan imunohistokimia. Kemudian, dievaluasi hubungan antara ekspresi CXCR4 dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel.
Hasil: Ekspresi CXCR4 yang tinggi (cut off point ≥ 5) terdeteksi pada 19 dari 32 (59.4%) pasien kanker payudara stadium dini. Dari 19 pasien dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel, 16 (84.21%) pasien memiliki ekspresi CXCR4 yang tinggi. Ekspresi CXCR4 berkorelasi signifikan dengan metastasis kelenjar getah bening (p < 0.01).
Kesimpulan: Ekspresi CXCR4 yang tinggi berkorelasi signifikan dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel pada pasien kanker payudara stadium dini.

Background: CXCR4 is a 7-transmembrane G-protein chemokine receptor expressed in some human breast cancer cells in both primary breast tumors and metastases that allows for migration of hematopoietic cells from the bone marrow to the peripheral lymph nodes. Previous studies have shown that CXCR4 is associated with axillary lymph node metastases. However, up until now, no studies evaluating the role of CXCR4 in sentinel lymph node metastases in early stage breast cancer patients were found.
Aim: To determine the role of chemokine receptor CXCR4 in breast cancer cells migration to sentinel lymph nodes.
Methods: A cross sectional study design was used by evaluating CXCR4 expression of 32 early stage breast cancer patients that underwent mastectomy in Cipto Mangunkusumo Hospital during the period of March to June 2016. CXCR4 expression was assessed by immunohistochemistry in all cases. Associations between CXCR4 expressions and sentinel lymph node metastases were evaluated.
Results: High CXCR4 expression (cut off point ≥ 5) was dectected in 19 of 32 (59.4%) primary early stage breast cancer patients. Of 19 patients with sentinel lymph node metastases, 16 (84.21%) had high expression of CXCR4. The expression of CXCR4 is significantly associated with sentinel lymph node metastases (p < 0.01).
Conclusions: High expression of CXCR4 was significantly correlated with sentinel lymph node metastases in early stage breast cancer patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Kelvin Ruslim
"ABSTRAK
Tujuan : Untuk melihat karakteristik dan kesintasan pasien kanker serviks
stadium IB-IIA yang mendapat terapi radiasi definitif dan terapi operasi radikal
diikuti radiasi adjuvan serta analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasan
Metode : Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap pasien kanker serviks IBIIA,
yang mendapat terapi radiasi definitif dan radiasi adjuvan pasca histerektomi
radikal, yang memenuhi kriteria inklusi, dan berobat di Departemen Radioterapi
RSCM periode Januari 2007-Desember 2009, dilihat karakteristik pasien dan
kesintasan 3 tahun pasca terapi serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasan
dari masing-masing terapi.
Hasil : Didapatkan 25 pasien yang menjalani radiasi definitif dan 60 pasien yang
mendapat radiasi adjuvan pasca operasi. kesintasan pasien yang mendapat terapi
radiasi adjuvan pada 1, 2 dan 3 tahun sebesar 96,7%, 95% dan 93,3%. Faktor
metastasis KGB negatif memiliki asosiasi sedang dengan kesintasan (p<0.2).
kesintasan pasien yang mendapat terapi radiasi definitif 1, 2 dan 3 tahun sebesar
96%, 92% dan 92%. Faktor kadar Hb pre radiasi >12 g/dl memiliki asosiasi
sedang dengan kesintasan (p<0.2). Kesintasan pasien pada kedua kelompok terapi
tidak berbeda secara signifikan dalam tiga tahun masa pengamatan (p=0,138)
Kesimpulan : Penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna
kesintasan kelompok terapi radiasi definitif dan radiasi adjuvan pasca operasi.
Faktor metastasis KGB negatif memiliki kecenderungan mempengaruhi
kesintasan pada pasien yang mendapat terapi radiasi adjuvan pasca operasi dan
Faktor kadar Hb pre radiasi >12 g/dl memiliki kecenderungan kesintasan pasien
yang mendapat terapi radiasi definitif.

ABSTRACT
Aim : To evaluate characteristic and overall survival in early stage cervical
cancer (FIGO IB-IIA) who receive therapy between definitive radiation and
adjuvan radiation postoperative, and factors analysis that affecting overall survival
in both group of therapy
Methods : The medical records of 85 patients with cervical cancer FIGO IB-IIA
who were treated in Department Radiotherapy RSCM between January 2007-
December 2009 were reviewed and analyzed by their overall survival and factors
affecting it between two groups of therapy, definitive radiation group and
adjuvant radiation postoperative groups.
Results : There were 25 patients in definitive radiation and 60 patients in adjuvant
radiation group. Overall survival in adjuvant radiation group in year 1, 2 and 3 are
96,7%, 95% dan 93,3%. Negative node metastasis is the factor with average
association with overall survival (p<0.2). Overall survival in definitive radiation
group in year 1, 2 and 3 are 96%, 92% dan 92%. Hb level >12 G/dl is the factor
with average association with overall survival (p<0.2) overall survival of these
both group of therapy is not statistically significant (92% vs 93.3%; p=0,138).
Conclusion: This study did not show any statistically significant overall survival
in cervical cancer FIGO stage IB-IIA who receive definitive radiation and
adjuvant radiation postoperative. Negative node metastasis is a factor that have
tendency to affect overall survival in adjuvant radiation postoperative group,
while pre-radiation Hb level >12 g/dl is a factor that have tendency to affect
overall survival in definitive radiation group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnomo Hyaswicaksono
"Latar belakang : Kanker serviks merupakan penyebab ketiga kematian dan morbiditas tertinggi pada wanita di seluruh dunia. Morbiditas dan mortalitas pasien dengan kanker serviks meningkat seiring dengan peningkatan usia dan stadium klinis. Metastasis menuju kelenjar getah bening (KGB) paraaorta merupakan salah satu bentuk metastasis pada kanker serviks stadium lanjut.
Tujuan : Mengetahui adakah perbedaan respon klinis pasca radioterapi dan kesintasan 1 tahun pada pasien kanker serviks stadium lanjut dengan pembesaran KGB paraaorta dibandingkan pasien tanpa pembesaran KGB paraaorta.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan metode kohort retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara conse cutive sampling. Subyek penelitian ini adalah semua wanita dengan diagnosis primer kanker serviks stadium IIB hingga IVB yang datang ke poliklinik Onkologi Ginekologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan menjalani pemeriksaan MRI sebelum dilakukan terapi pada bulan Januari 2016 hingga Mei 2017.
Hasil : Dari 76 subjek yang diteliti, didapatkan sebanyak 4 (5,1%) subyek yang mengalami pembesaran KGB paraaorta. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara status pembesaran KGB paraaorta dan usia (p = 0,829), usia hubungan seksual pertama (p = 0,333), paritas (p = 0,642), dan diameter massa (p = 0,777). Diferensiasi buruk memiliki risiko 3,89 lipat (p < 0,0001, IK95% 2,64-5,74) memiliki respon terapi negatif. Pasien dengan pembesaran KGB paraaorta memiliki risiko 2,13 kali lipat (p = 0,02, OR 2,13, IK95% 1,12-4,07) memiliki risiko respon terapi negatif. Tidak terdapat perbedaan kesintasan 1 tahun antara pembesaran KGB paraaorta dan tidak (median 201 vs. 293, p = 0,072.
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan karakteristik sosiodemografis, dan kesintasan 1 tahun antara pasien kanker serviks stadium lanjut dengan pembesaran KGB dan tanpa pembesaran KGB. Pasien dengan diferensiasi kanker buruk dan pembesaran KGB paraaorta memiliki risiko lebih tinggi mengalami respon radioterapi negatif. (p < 0,05).

Background : Cervical cancer is the third leading cause of death and highest morbidity in women worldwide. Morbidity and mortality of patients with cervical cancer increases along with age and clinical stage. Metastasis to the paraaortic lymph node (PALN) is a form of metastasis in advanced cervical cancer.
Objective : To determine whether there are differences in clinical response after radiotherapy and 1 year survival in patients with advanced cervical cancer with enlargement of PALN compared to patients without enlargement of PALN.
Method : This study was an observational analytic study using a retrospective cohort method. Sampling was done by consecutive sampling. The subjects of this study were all women with a primary diagnosis of stages IIB to IVB cervical caner who came to the gynecological oncology clinic of Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital and underwent MRI examination before being treated in January 2016 to May 2017.
Result : From 76 subjects studied, there were 4 (5.1%) subjects who had enlarged PALN. There were no significant differences between the enlargement status of PALN and age (p = 0.829), age of first sexual intercourse (p = 0.33), parity (p = 0.642), mass diameter (p = 0.777). Badly differentiated mass has 3.89 times risk of having negative radiotherapy outcome (p < 0.0001, CI95% 2.64-5.74). Patients with PALN enlargement have 2.13 times risk of having negative radiotherapy outcome (p = 0.02, OR 2.13, CI95% 1.12 – 4.07). There was no difference in 1-year survival between patients with and without enlargement of PALN (median 201 vs. 293, p = 0.072).
Conclusion : There were no differences in sociodemographic characteristics and 1 year survival between patients with advanced cervical cancer with enlargement PALN. Patients with badly differentiated mass and PALN enlargement have increased risk of having negative radiotherapy outcome (p < 0.05).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ginealdy
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: kanker serviks adalah keganasan ginekologi terbanya kedua pada perempuan yang menjadi salah satu masalah utama karena insidensnya yang tinggi dan penyebab kematian utama pada negara berkembang seperti Indonesia. The International Federation of Gynecology and Obstetrics FIGO merevisi terakhir pada tahun 2009, stadium IIA dibagi berdasarkan ukuran tumornya yaitu IIA1 Ukuran lesi primer le;4cm dan IIA2 Ukuran lesi primer >4cm . Revisi ini dilakukan setelah dilakukan analisis pada data, literature dan kasus pada stadium IB yang sudah direvisi sebelumnya pada tahun 1995. Menarik untuk diteliti, apakah perubahan penetapan stadium memperbaiki prognosis atau adakah perbedaan prognosis kanker serviks stadium IIA1 dengan stadium IIA2 secara tidak langsung dengan melihat faktor metastasis kelenjar getah bening. Seperti kita ketahui faktor prognosis yang dominan pada kanker serviks stadium awal adalah faktor metastasis ke kelenjar getah bening. TUJUAN: Membuktikan adanya perbedaan prognosis kanker servik stadium IIa1 dibanding stadium IIa2 berdasarkan kejadian metastasis ke kelenjar getah bening pelvik yang dilakukan histerektomi radikal. METODE: Dengan menggunakan metode potong lintang dilakukan pengambilan data 108 sampel pasien kanker serviks stadium IIA yang dilakukan pembedahan histerektomi radikal di bagian Onkologi Ginekologi RSCM Jakarta sejak tahun 2006 hingga tahun 2016. HASIL: Pasien kanker serviks stadium IIA1 sebanyak 80 74 pasien dan stadium IIA2 sebanyak 28 26 pasien. Pada stadium IIA2 47.79 tahun didapatkan rata rata usia pasien lebih muda dibandingkan IIA1 55.85 tahun . Pada stadium IIA1 juga didapatkan jumlah paritas yang lebih tinggi yaitu 4 sedangkan pada stadium IIA2 dengan jumlah paritas 2.Keterlibatan metastasis kelenjar getah bening pada pasien kanker serviks stadium IIA1 dan IIA2 berjumlah 51 63.75 dan 16 57.14 secara berurutan. Tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian metastasis kelenjar getah bening pada kedua kelompok stadium kanker serviks pada stadium IIA dengan nilai p = 0,535. SIMPULAN: Faktor metastasis kelenjar getah bening pada kedua stadium memiliki hasil yang serupa. Tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian metastasis kelenjar getah bening pada kedua kelompok stadium kanker serviks stadium IIA1 dan IIA2 yang ditatalaksna dengan histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis. Perubahan penetapan stadium sepertinya tidak memperbaiki prognosis.
ABSTRACT
BACKGROUND Cervical cancer is the second most common gynecologic cancer in women and become one of the main problem in developing country such as Indonesia due to its high incidence and the leading cause of death ini this country. The latest revision of The International Federation of Gynecology and Obstetrics FIGO in 2009 divides stage IIA into IIA1 primary lesion le 4cm and IIA2 primary lesion 4 cm based on the size of primary lesion. This revision was made after analysis of data, literature dan cases in IB stage that has been revised earlier ini 1995. It is interesting to observe whether the change in staging determination improves the prognosis or is there a difference in the prognosis of stage IIA1 cervical cancer with stage IIA2 indirectly by looking at the metastatic factor of lymph nodes. As we know one of the main prognostic factor in early stage of cervical cancer is metastatic factor to the lymph nodes. OBJECTIVES This study was designed to determine a difference in prognosis of stage IIA1 cervical cancer compared to stage IIA2 based on the incidence of metastasis to pelvic lymph nodes by radical hysterectomy.METHODS A cross sectional study was conducted among 108 stage II cervical cancer patient post radical hysterectomy in obstetric gynecologic department of cipto mangunkusumo hospital since 2006 2016.RESULTS From 108 patients with cervical cancer stage IIA, 80 74 patients are stage IIA1 and the remaining the remaining 28 26 patients are stage IIA2. The average age of patients at stage IIA2 47.79 years younger than IIA1 55.85 years and also patient at stage IIA1 having a higher parity number which is 4 compare to stage IIA2 with the number of parity 2. The Involvement of lymph node metastasis in patients with stage IIA1 and IIA2 cervical cancer were 51 63.75 and 16 57.14 respectively. There was no difference in the proportion of lymph node metastases occurring in both cervical cancer stage groups at stage IIA with p 0,535.CONCLUSION Metastatic factor to lymphnode in both stage have the same result. There was no difference in the proportion of lymph node metastasis occurring in both stage IIA1 and IIA2 cervical cancer stage which was corrected with radical hysterectomy and pelvic lymphadenectomy. Changing staging does not seem to improve the prognosis."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Ayu Treswari
"Sistem staging klinis kanker serviks tidak selalu akurat terutama dalam mengevaluasi invasi parametrium, dinding pelvis, metastasis kelenjar getah bening (KGB), serta estimasi ukuran tumor. Pencitraan seperti CT-scan bermanfaat dalam mengevaluasi hal-hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian perluasan tumor dan penyebaran limfatik dari kanker serviks stadium awal berdasarkan CT-scan dibandingkan temuan patologi anatomi (PA) post histerektomi. Dari penelitian ini didapatkan tidak adanya perbedaan bermakna antara temuan CT-scan dan temuan PA dalam menilai metastasis KGB regional, sehingga CT-scan bermanfaat dalam pemetaan KGB saat limfadenektomi. Stadium IB memiliki tingkat kesesuaian terbesar antara stadium CT-scan dengan stadium PA, sedangkan ketidaksesuaian terbesar pada stadium IIB.

Clinical staging system of cervical cancer not always accurate, especially in evaluating parametrial invasion, pelvic wall, lymph node metastasis, and the estimated size of the tumor. Imaging such as CT-scan is useful in evaluating such matters. This study aimed to see the compatibility between the tumor's expansion and the lymphatic spread of the early-stage cervical cancer, by using CT-scan compared to the histopathology results. The result showed that there was no significant difference between the CT-scan findings and the histopathology findings in assessing regional lymph nodes metastasis, so that CT-scan is useful in mapping the lymph nodes when lymphadenectomy. Stage IB has the greatest level of concordance between.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Iman Santoso
"ABSTRAK
Kanker payudara merupakan kanker yang umum terjadi pada wanita baik
di Indonesia ataupun di dunia. Pemeriksan tingkat sebaran sel kanker perlu
dilakukan agar pengobatan yang diberikan tepat. Biopsi jaringan getah bening dan
pemeriksaan ahli patologi adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat
penyebaran kanker. Kendala pada pemeriksaan manual membutuhkan waktu untuk
memeriksa bagian perbagian dengan kemungkinan ada bagian yang terlewati,
kesalahan dalam klasifikasi dan unsur subjektifitas saat memeriksa. Penggunaan
kecerdasan buatan dalam prapemeriksaan akan membantu dokter dalam memeriksa
dan menghilangkan unsur subjektifitas. Proses klasifikasi yang didapat diharapkan
membantu ahli patologi memeriksa dengan lebih cepat dan mengurangi tingkat
kesalahan pemeriksaan. Proses dimulai dengan terlebih dahulu menentukan antara
daerah kosong dan daerah yang terdapat jaringan. Selanjutnya menentukan tingkat
metastasis berdasarkan hasil klasifikasi. Metode yang digunakan adalah dengan
menggunakan teknik ambang gambar dalam menentukan batas gambar yang berisi
jaringan. Proses klasifikasi menggunakan jaringan saraf konvolusi (Convolution
Neural Network (CNN)) dengan banyak klasifikasi sebanyak 5 kelompok sel
normal dan 1 kelompok tumor. Hasil dari penggunaan metode ambang adaptif
dapat memisahkah antara daerah kosong dan daerah berisi sel-sel. Metode jaringan
saraf konvolusi ini dapat mengklasifikasikan dengan hasil sampai 86% dan tes
dengan validasi data 80% untuk keseluruhan klasifikasi dan mencapai 93% untuk
sel tumor dan sel kanker. Hasil dari penentuan tingkat ditentukan oleh akurasi dari
proses klasifikasi. Metode ambang gambar adaptif dapat menentukan area kosong
dan berisi jaringan sesuai dengan yang diharapkan dan mempercepat proses
pemeriksaan. Hasil klasifikasi dan menentukan tingkat dapat ditingkatkan dengan
memperbaiki pembagian data-data pada dataset dan mengembangkan konfigurasi
dari jaringan saraf konvolusi dengan merubah struktur atau menambahkan dengan
metode lain.

ABSTRACT
Breast cancer is the most common cancer in women worldwide and the second most
common cancer in Indonesia. Metastasis is the medical term for cancer that spreads
to a different part of the body from where it started. Information from the lymph
node biopsy can help doctor that treatment decisions depend on stage of metastases.
Normaly pathologist makes a diagnosis of the prepared sample slide from sample
biopsy with manual visual inspection. Manual diagnosis has the possibility to miss
some section not checked, classification errors and subjectivity result. The
classification process with AI will help the pathologist check faster, reduce the error
level and eliminate the subjectivity. The proposed Method using adaptive
thresholding method in whole slide image is to determine the area to be processed.
And Convolution Neural Network (CNN) for image classification. Adaptive
thresholding have ability to separating the blank slide area and tissue area. CNN is
superior in image classification . Classification data for this thesis using 6
classification, five class normal cell and one tumor. Adaptive thresholding method
in whole slide image can separate empty tissue and tissue with cell area. The result
CNN Method for overall accuracy 86% and accuracy for tumor cell is 93%.
Classification and staging result can be improved by improving dataset for training
and developing, change the configuration of CNN architecture or adding new
method."
2017
T49613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>