Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Moto, Keba
"Substitusi Atom Ti dengan Al dalam kristal TiN untuk membentuk paduan (Ti1-xAlx)N sangat jelas diperagakan dari lapisan tipis yang dideposisi di atas substrat stainless steel dengan menggunakan teknik plasma CVD. Adanya atom Al dalam kristal TiN ditunjukkan dengan XRD dan EDX: penurunan konstanta kisi TiN sesuai dengan kenaikan fraksi Al (XRD) dan presipitasi fase hexagonal AlN (XRD) ketika fraksi Al melewati 0,8 (EDX). Kekerasan lapisan tipis ini hanya sekitar 30 GPa, yang melebihi hasil-hasil yang ada dalam literatur.

The substitution of Ti atoms by Al atoms in TiN lattice sites to form (Ti1-xAlx)N is clearly demonstrated by the coatings which were deposited on steel substrate and using plasma CVD technique. The presence of Al atoms in TiN lattice site is shown by means of XRD and EDX techniques: lattice parameters decreasing of TiN as the fraction of Al increases (XRD) and precipitation of hexagonal AlN phase (XRD) as the fraction of Al exceeding 0.8 (EDX). The hardness of these coating are just around 30 GPa, which is beyond the values reported in literatures."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhtar Nurdin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agung Prasetyo
"Sebagai biomaterial implan, salah satu sifat penting yang harus dimiliki paduan kobalt adalah ketahanan korosi dan biokompatibilitas yang sangat baik terhadap lingkungan biologis seperti Artificial Blood Plasma (ABP) Dalam penelitian ini digunakan spesimen paduan kobalt ASTM F 75 hasil metalurgi serbuk dalam bentuk kepingan (tablet) dengan variasi kandungan Si 0 - 1%. Untuk mengetahui kinetika korosi, dilakukan pengujian polarisasi potensiodinamik dan exposure (immersion) pada pH 7,4 dan temperatur 37 ºC dalam lingkungan Artificial Blood Plasma (ABP) dengan beberapa kondisi yang dipertahankan konstan. Pengujian dilakukan dengan mengikuti standar ASTM. Kenaikan potensial pengujian 3 mV/detik dengan rentang pemindaian mulai dari -0,25 Volt hingga 0,25 Volt. Elektroda bantu yang digunakan karbon dan elektroda acuan dipilih Kalomel jenuh (SCE). Untuk mengamati produk korosi, jenis korosi dan biokompatibilitas spesimen uji, dilakukan serangkaian penelitian lanjutan menggunakan SEM/EDX, foto penampang melintang dan AAS (Atomic Absorb Spectrometry). Hasil yang diperoleh dari pengujian polarisasi potensiodinamik dan exposure mengindikasikan ketahanan korosi yang berada pada level paling baik dengan laju korosi < 1 mpy dan memenuhi standar aplikasi medis untuk Eropa, yaitu dibawah 0,457 mpy. Laju korosi yang baik diperoleh melalui hadirnya lapisan pasif dalam lingkungan Artificial Blood Plasma (ABP). Spesimen yang memenuhi standar pengujian tersebut adalah spesimen uji nomor 6 berupa paduan kobalt ASTM F 75 hasil metalurgi serbuk dengan kandungan 1% Si. Untuk aspek biokompatibilitas, material ini masih memiliki kelemahan jika digunakan sebagai implan permanen. Pengujian dengan teknik exposure selama 1 minggu mengindikasikan jumlah ion Co dan Ni terlarut yang mendekati ambang batas maksimum, mengacu kepada standar aplikasi medis bahwa ambang batas maksimum ion Co adalah < 3,50 ppm sedangkan ion Ni adalah < 1,10 ppm. Peningkatan kandungan Si hingga 1% dalam spesimen paduan kobalt ASTM F 75 hasil metalurgi serbuk dapat memperbaiki ketahanan korosi dan biokompatibilitasnya.

As a biomaterial implant, one of important properties that must be possessed by cobalt alloys is an outstanding corrosion resistant and good value of biocompatibility in biological environment such as Artificial Blood Plasma (ABP). The specimen used on this experiment was powder metallurgy cobalt alloy ASTM F 75 tablet shape with silicon content variation 0 ? 1%. To observe the corrosion kinetics of powder metallurgy cobalt alloy ASTM F 75, this experiment were carried out in Artificial Blood Plasma (ABP) by potentiodynamic polarization and exposure (immersion) test at pH 7,4 and 37 ºC under several constant conditions maintained. The experiment data processing was accorded to ASTM standard. Potential scan rate was 3mV/sec with range -0,25 Volt to 0,25 Volt. The counter electrode was carbon, while reference electrode was Saturated Calomel (SCE). Product corrosion, form corrosion and biocompatibility follow observed by SEM/EDX, cross sectional area and AAS (Atomic Absorb Spectrometry). The observation data achieved from potentiodynamic polarization and exposure test indicated an outstanding corrosion resistance by less than 1 mpy and less than 0,457 refer to Europe medical application standard. Outstanding corrosion resistance from the material have correlated by present of passive film in Artificial Blood Plasma . The specimen have passed standard requirements was specimen number 6 (1% silicon content). On biocompatibility aspect, this material still had weaknesses for permanent medical uses. Exposure test on 1 week period indicated that dissolved Co and Ni close to maximum limit. These referred to medical application standard that the maximum limit of dissolved Co and Ni were < 3,50 and < 1.10 ppm. Increasing silicon content till 1% on powder metallurgy cobalt alloy ASTM F 75 enhanced corrosion resistance and biocompatibility of material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27965
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abubakar Adeni
"Reaktor plasma dengan konfigurasi umpan 3-lewatan untuk konversi gas CO2 dan CH4 perlu dimodelkan agar dapat merepresentasikan fenomena fisika dan kimia yang terjadi dalam reaktor. Pemodelan ini juga bertujuan mendapatkan kinerja reaktor yang diinginkan agar bisa digunakan sebagai dasar scale-up. Model reaktor disimulasikan dalam tiga dimensi menggunakan COMSOL Multiphysics dengan melihat pengaruh variasi laju alir umpan, temperatur di dalam reaktor, serta rasio mol umpan terhadap konversi dan produk syngas yang dihasilkan. Konversi tertinggi dicapai pada laju alir 4,6 mL/ menit dengan konversi CO2 sebesar 22% dan konversi CH4 sebesar 88,4% dengan rasio syngas yang dihasilkan CO2: CH4 = 1:1,14. Konversi yang dihasilkan tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan naik atau turunnya temperatur di dalam reaktor. Dari variasi rasio mol umpan, konsentrasi CO yang dihasilkan meningkat sebanding dengan naiknya konsentrasi umpan CO2. Konsentrasi H2 yang dihasilkan meningkat sebanding dengan naiknya konsentrasi umpan CH4.

Plasma reactor with 3-pass flow configuration for conversion CO2 and CH4 gas needs to be modeled in order to represent the physical and chemical phenomena that occur in the reactor. This modeling also aims to obtain the desired performance of the reactor to be used as the basis for scale-up. Reactor modeled in three dimensions using COMSOL Multiphysics to see the effect of the feed flow rate variations, the temperature inside the reactor, as well as the mole ratio of the feed to the conversion and syngas produced. The highest conversion achieved at a flow rate 4.6 mL/min, respectively the conversion of CO2 and CH4 is 22% and 88.4% with a ratio syngas produced CO2: CH4 = 1: 1.14. The conversion in the reactor did not change significantly with the increase or decrease the temperature in the reactor. The concentration of CO produced increase with increasing inflow concentration of CO2. The concentration of H2 produced increase with increasing inflow concentration of CH4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezia Octariana S
"Konsumsi baterai di Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin meningkat akan menyebabkan semakin banyaknya baterai bekas yang dibuang ke lingkungan. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran logam berat, selain itu batu baterai bekas pakai mengandung komponen-komponen yang masih mempunyai nilai ekonomis tinggi. Berdasarkan pemikiran di atas maka dirasakan perlu dilakukan upaya daur ulang batu baterai bekas pakai sebagai salah satu upaya penanggulangan pencemaran lingkungan sekaligus untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.
Salah satu altematif proses daur ulang batu baterai bekas pakai adalah untuk mendapatkan kembali logam seng yang terkandung di dalamnya dengan metode leaching dan electrowinning, Metode leaching bertujuan untuk melarutkan logam yang terkandung dalam batu baterai bekas pakai tersebut dengan jalan melarutkannya dengan asam, di sini asam yang digunakan adalah asam sulfat. Sedangkan metode electrowinning bertujuan untuk mendapatkan logam dari suatu larutan ruah yang kaya akan ion logam sebagai hasil dari proses leaching dengan menerapkan prinsip elektrolisa. Sebanyak kurang lebih 54% berat batu baterai bekas pakai yang berupa serbuk campuran logam yang mengandung logam seng kurang lebih 14% dapat diproses dengan metode tersebut.
Pada metode leaching, perubahan tingkat rasio padatan/cairan (rasio P/C)dari 1 : 5 sampai 1 : 75 akan meningkatkan persentase seng terekstraksi dimana didapatkan variabel dengan persentase ekstraksi maksimum pada rasio P/C l : 25. Penambahan waktu leaching dari 7 menit sampai 6 jam tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan persentase eksrraksi. Persentase ekstraksi maksimum tercapai pada waktu leaching 15 menit. Variabel konsentrasi H2SO4 yang akan membedakan persentasi ekstraksi maksimum adalah 1 M, di mana kenaikan konsentrasi H2SO4 dari 0,2 M akan menyebabkan persentase seng terekstraksi meningkat sampai titik tersebut dan kemudian menurun sampai konsentrasi 2,5 M.
Pada proses electrowinning, semakin lama waktu electrowinning, maka jumlah yang terdeposisi pada katoda akan semakin meningkat, namun efisiensi penggunaan arus yang diberikan semakin kecil sehingga nilai konsumsi energi terus bertambah. Selain itu, pada peningkatan lama waktu electrowinning terjadi penurunan tingkat kemurnian logam seng yang dihasilkan. Variabel waktu electrowinning dengan jumlah seng terdeposisi maksimum adalah 20 menit. Sedangkan yang menghasilkan nilai efisiensi arus yang paling besar dengan nilai konsumsi energi terendah dan kemurnian terbesar adalah 5 menit.
Peningkatan nilai rapat arus akan mengakibatkan kenaikan jumlah seng yang terdeposisi sampai pada batas tertentu, namun hal ini diikuti dengan penurunan efisiensi arus yang mengakibatkan nilai konsumsi energi menjaid semakin besar. Kemurnian seng terdeposisi akan menurun sejalan dengan ditingkatkannya rapat arus. Pada variasi rapat arus, nilai yang akan menghasilkan jumlah seng terdeposisi maksimum adalah 0,4 A/cm², sedangkan yang menghasilkan efisiensi arus maksimum, konsumsi energi terkecil dan kemurnian terbesar adalah 0,2 A/cm².
Dari hasil percobaan dapat diperoleh kembali logam seng berupa serbuk sampai sebanyak 4,16% dan berupa lempeng sebanyak 23,52% dari ekseluruhan berat batu baterai bekas pakai."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dan Mugisidi
"ABSTRAK
Karbon aktif dari tempurung kelapa dimodifikasi dengan menggunakan natrium
asetat dengan konsentrasi 3%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 30% dan dipergunakan pada
kolom penyerapan untuk mempelajari penyerapan ion tembaga dan campuran ion-
ion Cu, Ni dan Cr. Air limbah sintetis yang mengandung ion Cu(I1) diailirkan melalui
karbon aktif tanpa modifikasi dan yang telah dimodifikasi. Penyerapan karbon alctif
sebelum dan sesudah modifikasi mengikuti model kinetika Avrami. Karbon aktif
tanpa modifikasi mampu menyerap hingga.20 mg ion Cu(II) dan hasil penyerapan
yang tertinggi didapat dari karbon aktif yang dimoditikasi dengan menggunakan
15% nanium asetat yaim 45 mg inn Cu(ll) mu 2,2 kan dibandingkan dengan karbon
aktif tanpa modifikasi. Setelah regenerasi dengan menggutamakan 20% NaOH, karbon
aktif yang telah dimodifikasi mampu menyerap ion Cu(II) hingga mencapai 60 mg
ion Cu(II) atau 3 kali karbon aktif yang tidak dimodifikasi. Pada penyerapan ion-ion
campuran, karbon aktif yang telah dimodifikasi lebih selektif terhadap ion Cu(II)
dan ion Cr(Vl) daripada terhadap ion Ni(ll`).

ABSTRACT
Activated carbon Hom coconut shell was modified with natrium acetate at
concentrations of 3%, 5%, 10%, 15%, 20% and 30%, and used in a fixed-bed
column to study the adsorption of copper and mixed Cu-Ni-Cr ions. Synthetic
wastewater containing Cu(II) ions was passed through plain activated carbon and
modified activated carbon. The adsorption of ion Cu(lI) onto activated carbon fit
with Avrami kinetics model. Plain activated carbon was able to adsorb 20 mg of
Cu(II), and the highest adsorption capacity was found for the activated carbon
modified by treatment with 15% natrium acetate, which adsorbed 45 mg of .Cu(II) or
2.2 times as much as the plain activated carbon. After regeneration with 20% NaOH,
activated carbon modified by treatment with 15% natrium acetate was able to adsorb
60 mg of Cu(II) or 3 times as much as the plain activated carbon. In the case ofa
mixed ion solution, the absorbent was more selective for Cu(ll) and Cr(Vl) ions than
Ni(Il) ions."
2007
D1232
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahdnul Ashim
"Bahan bakar fosil digunakan sebagai bahan bakar mesin dan kendaraan bermotor untuk membantu aktivitas manusia, akan tetapi jumlahnya terbatas dan dapat menyebabkan masalah lingkungan. Air dan energi dari sinar matahari jumlahnya melimpah di bumi, namun potensinya belum banyak digunakan. Manusia pun mulai mengembangkan alat untuk dapat memanfaatkan kedua sumber daya alam tersebut, sehingga kedepannya bahan bakar fosil dapat digantikan. Metal Organic Frameworks (MOFs) merupakan material yang tersusun atas ion logam atau ion klaster yang dihubungkan dengan senyawa organik dan dapat digunakan sebagai fotokatalis untuk menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen dari air dengan bantuan sinar matahari. Penelitian ini mencoba mensintesis MOFs dengan menggunakan logam lantanida (Samarium, Europium dan Terbium) dengan ligan natrium perilena tetrakarboksilat (Na-PTC) secara solvotermal dalam air dan DMF dengan perbedaan waktu sisntesis 6, 24 dan 72 jam, sehingga menjadi Ln-MOFs yang kemudian dikarakterisasi dengan FTIR, UV-DRS, CV, TGA, XRD dan SEM-EDX. Hasil menunjukkan 3 buah Ln-MOFs baru berhasil disintesis dengan karakteristik IR dan nilai band gap yang hampir sama walau waktu sintesisnya berbeda, dengan nilai band gap 1,93 – 2,22 eV. Kemudian Ln-MOFs tersebut tidak tahan pada suhu di atas 100 oC, masih polikristal, berukuran 20 nm dan berpotensi sebagai fotokatalis untuk menghasilkan gas H2 dari air.

Fossil fuels are used as fuel for machines and vehicles to help human activities, but in limited numbers and can cause environmental problems. Water and energy from sunlight are abundant on earth, but their potential is not widely used. Humans have also begun to develop tools to be able to utilize these two natural resources so that in the future, fossil fuels can be replaced. Metal Organic Frameworks (MOFs) are materials composed of metal ions or cluster ions linked to organic compounds and can be used as photocatalysts to produce hydrogen gas and oxygen gas from the water with the help of sunlight. This study tried to synthesize MOFs using metal lanthanides (Samarium, Europium and Terbium) with sodium perylene tetracarboxylate (Na-PTC) ligands solvothermal in water and DMF with differences in synthesis time of 6, 24 and 72 hours, so that it becomes Ln-MOFs, which then characterized by FTIR, UV-DRS, CV, TGA, XRD and SEM-EDX. The results showed that 3 new Ln-MOFs were successfully synthesized with almost the same IR characteristics and band gap values even though the synthesis time was different, with a band gap value of 1.93 - 2.22 eV. Then the Ln-MOFs cannot withstand temperatures above 100 oC, are still polycrystalline, has a size of 20 nm and have the potential to be a photocatalyst to produce H2 gas from water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>