Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18600 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Darmoko
"Religi masyarakat Jawa memandang bahwa jagad raya merupakan satu kesatuan yang serasi dan harmonis, tidak lepas satu dengan yang lain dan selalu berhubungan. Jagad raya terdiri dari jagad gede (makrokosmos - alam di luar manusia) dan jagad cilik (mikrokosmos - alam manusia). Antara jagad gede dan jagad cilik tidak selalu dalam keadaan stabil, namun mengalami juga kelabilan. Kelabilan yang terjadi di dalam jagad gede, sebagai akibat dari ulah yang ditimbulkan oleh jagad cilik, atau sebaliknya. Keteraturan di dalam jagad gede dan jagad cilik adalah terkoordinasi dan apabila masing-masing berusaha keras ke arah kesatuan dan keseimbangan, maka hidup akan lebih tentram dan harmonis. Masyarakat Jawa selalu berusaha menjaga keharmonisan jagad raya. Apabila terjadi disharmoni dalam jagad raya, mereka biasanya menyelenggarakan upacara-upacara. Upacara ruwatan merupakan salah satu bentuk usaha masyarakat Jawa untuk menyeimbangkan jagad raya dari kelabilan. Manusia oleh karena suatu sebab terkena sukerta (noda), maka ia harus diruwat (dibebaskan) dari mala petaka (mangsa Batara Kala). Dalam upacara ruwatan biasanya dipergelarkan wayang kulit, yang menyajikan lakon khusus Murwakala atau Sudamala.

The religion of Javanese society views that the universe as the wholeness which is balanced and harmonious, inseparable one from another, and always interconnected. The universe consists the macrocosm and microcosm. The macrocosm and the microcosm, are not always stable, but instable. The instability in the macrocosm, is the result of incident made on the surface of microcosm, or on the contrary. The regularity in the microcosm and macrocosm is coordinated, and if each cosm tries to achive unity and harmony, therefore life will be quiet and harmonious. The Javanese society always makes effort to guard harmony in the universe, if it is in chaos, they usually conduct rituals. The ritual of ruwatan is an effort in Javanese society to make the universe balance. Because of the incident affected by sukerta, therefore man has to be rid of the accident (to be eaten by Batara Kala). In the ruwatan ritual is usually performed presenting Murwakala or Sudamala scemes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
"Seni gerak dalam pertunjukan wayang sering disebut dengan sabetan. Dalam seni gerak wayang dikandung aturanaturan,
norma-norma atau wewaton yang merupakan konvensi yang dianut dan diacu oleh para seniman dalang ketika
menggerakkan wayang-wayangnya. Salah satu konvensi seni gerak dalam pertunjukan wayang yakni udanagara.
Udanegara yakni tatacara bertutur kata, bersikap, dan bertingkahlaku seorang tokoh dalam pertunjukan wayang, yang
di dalamnya dikandung etika dan estetika. Yang dimaksud gerak wayang meliputi, antara lain: menyembah, berjalan,
berlari, menari, terbang, dan perang. Gerak wayang tersebut berprinsip pada status sosial, tua-muda (usia), klasifikasi,
dan wanda tokoh-tokoh wayang. Dalam seni gerak wayang memperhatikan pula prinsip wiraga (benar dan tepatnya
action dalam gerak), wirasa (benar dan tepatnya penghayatan dalam gerak), dan wirama (benar dan tepatnya irama
dalam gerak). Langkah kerja penelitian ini dilakukan secara bertahap, yakni: pengumpulan data (menyaksikan
pergelaran wayang langsung, baik di televisi, live, wawancara kepada para dalang: studi kepustakaan; pengolahan data;
dan laporan penelitian. Penelitian ini menyimpulkan: gerak wayang terdiri dari dua pengertian, “luas” (totalitas gerak
tokoh) dan “sempit” (perang); gerak wayang dibatasi oleh konvensi (norma) yang disepakati para dalang (udanegara);
prinsip gerak wayang mengacu pada status sosial, usia (tua-muda), klasifikasi, dan wanda tokoh wayang; gerak wayang
dewasa ini telah banyak penggarapan, dinamis (tidak terlihat kendor). Perkembangan gerak wayang tersebut seiring
dengan pola pikir masyarakat yang semakin maju, kritis, dan dinamis.
Movement art in the puppet performances is often mentioned as sabetan. Puppet movement art, that contains rules,
norms, guidance (orientation) is convention that is observed and referred to guidance the dalang artists when they move
the puppets. One of the convention of movement in the puppet performance is udanagara. Udanegara, that contains
ethics and aesthetic, is the rules of speaking, attitude, and action for actors in the puppet performance. Puppet
movement include among others paying homage, walking, running, dancing, flying and fighting. That puppet
movement is based on social class of puppet, age of puppet, class of puppet, and mood of expression of puppet.
Therefore, the movement art of the puppet adopts basic wiraga (true or false action in the puppet movement), wirasa
(true or false feeling of puppet movement), and wirama (true or false rhythm in the puppet movement). Method in this
research will be conducted step by step: collection data (to watch of puppet performance on television, live
performance, dialogue with dalang artist), analysis of data, literary research, conclusion and reporting of the research.
This research concludes: puppet movement has of two meanings, large (totality of puppet movement) and narrow
(fighting); puppet movement refers to the conventions (norms), oriented by dalang artists (udanegara); basic of puppet
movement refers to social class of puppet, age of puppet, class of puppet, and mood of expression of puppet; now,
puppet movement becomes more and more creative and dynamic. The development of puppet movement in line with
the way of thinking of society that is more improved, critical, and dynamic."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prapto Yuwono
"Hukum Jawa dalam konteks masyarakat Jawa abad ke-18 memiliki ciri-ciri: (1) hukum yang lahir akibat adanya perjanjian Giyanti (1755), yang membagi kerajaan Mataram menjadi dua; Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, (2) hukum yang berisi norma-norma, aturan-aturan, dan undang-undang yang menyangkut kepentingan kedua kerajaan (bilateral) mengenai kemasyarakatan, pengawasan keamanan, perpajakan, hubungan birokrasi, pertanahan, peradilan. dan sebagainya, (3) hukum yang dalam perkembangan selanjutnya diberlakukan juga untuk wilayah Mangkunegaran (perjanjian Salatiga, 1757) dan Pakualaman (tahun 1812). Hukum Jawa tersebut adalah (1) Nawala Pradata Dalem (Surat Peradilan Raja), (2) Angger Sadasa (Undang-Undang Sepuluh), (3) Angger Agerrg (Undang-Undang Tertinggi), (4) Angger Redi (Undang-Undang Pekerja Gunung) dan (5) Angger Arubiru (Undang-Undang Gangguan Ketentraman).
Pemberlakuan hukum Jawa seperti itu tampaknya tidak mempertimbangan eksistensi dan perkembangan masing-masing kerajaan. Dengan kata lain, secara hipotesis, tidak terjadi perubahan struktur masyarakat Jawa pada waktu itu, meskipun dalam kenyataan, perjanjian Giyanti telah memecah belah kekuasaan Mataram. Pada sisi lain ditunjukkan bahwa pemberlakuan hukum jawa secara hipotesis adalah untuk pengendalian sosial bersama. sebagai akibat perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat Jawa di kerajaan masing-masing.
Kedua permasalahan tersebut menarik untuk dibahas, terutama melalui pemahaman struktur hukum Jawa yang dikaitkan dengan konteks ruang dan waktu di mana hukum itu diberlakukan. Pemahaman seperti itu akan menjawab tentang bagaimanakah sistem hukum Jawa yang berlaku pada waktu itu. Membicarakan sistem hukum berarti juga membicarakan dinamika struktur hukum yang bersangkutan dikaitkan dengan fungsi lembaga-lembaga lain di luar yang dianggap ikut menentukan dinamika struktur hukum yang dimaksud. Dengan latar belakang itu maka ditetapkanlah tujuan penelitian adalah (1) menganalisis struktur hukum Jawa sebagai upaya memahami fungsi unsur-unsurnya, (2) memahami sistem hukum Jawa dalam kaitannya dengan konteks sosial budaya masyarakat Jawa pada waktu itu, dan (3) merumuskan secara jelas postulat-postulat hukum Jawa atau anggapan-anggapan dasar mengenai hukum yang dianut masyarakat Jawa pada waktu itu.
Berkenaan dengan permasalahan dan tujuan penelitian itu dan dikaitkan dengan "karakter" hukum Jawa, maka pendekatan yang dipergunakan adalah antropologi hukum dan sejarah. Pendekatan antropologi hukum dipergunakan untuk mencari gambaran bagaimana hukum mempertahankan pranata-pranata yang ada dalam masyarakat, bagaimana masyarakat merumuskan pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum, sehubungan dengan cita-cita mengenai apa yang baik dan buruk menurut anggapan dalam kebudayaan yang bersangkutan. Pendekatan sejarah dipergunakan untuk mencari gambaran bagaimana proses perubahan pola dan aspek-aspek hukum Jawa dalam kurun waktu sejak penyusunan hukum Jawa (1755) sampai pada suatu batas hipotesis saat hukum Jawa kehilangan fungsinya lagi karena hegemoni politik kolonial Belanda (1830).
Setelah dilakukan analisa terhadap permasalahan-permasalahan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa (1) Hukum Jawa merupakan sistem yang berfungsi untuk pengendalian sosial bersama, masyarakat Jawa yang sedang mengalami perubahan akibat perjanjian Giyanti (1755), (2) Berfungsinya sistem hukum Jawa tersebut sangat didukung oleh berfungsinya unsur-unsur hukum yakni otoritas, maksud untuk diberlakukan secara universal, obligatio dan sanksi, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jawa pada waktu itu, dan (3) Sistem hukum Jawa yang diberlakukan pada waktu itu, dikatakan berhasil dan relevan karena terbukti dapat memberikan kontribusi ikut melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Jawa dengan mempertahankan nilai-nilai, pranata-pranata, lembaga-lembaga dan pandangan-pandangan hidup Jawa hingga bertahan sampai saat ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Saraswati
"Menulis kisah ini tidak mudah untuk Risa karena beberapa anggota keluarganya telah berpulang. Kakek yang menjelaskan bahwa Samex adalah Satirah dan Imas. Mereka adalah sahabat Mak Ea, yang ternyata bernama Endah. Ternyata Imas bukan muncul baru2 ini saja. Dia telah mengganggu siapapun tanpa terkecuali bukan hanya orang yang dikenalnya semasa hidup saja. Banyak warga Rancah yang dibuat geram juga takut olehnya."
Jakarta: Bukune, 2022
813 RIS s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko Darmoko
"Jalan Menikung is one of the unique literary works. The uniqueness is reflected
in both the cultural background and the elements of culture. This indicates that the author
has rich experiences in culture. The cultural values in this literary work do not only belong
to the ethnic culture in Indonesia, but also to other cultures. Jalan Menikung is influenced
by the authors experiences which he absorbed from other cultures, when he made a tour to
some places in the world. The crux of the problem in this literary work is concerned with
Javanese people and their culture, which is influenced by modern culture, especially American,
Japanese,Chinese, and Minangkabau."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2006
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejak tahun 1985 uang sudah benar-benar menjadi barang dagangan atau komoditi. Yang mana uang tidak hanya menjadi alat pembayaransemata, namunuang juga dapat diperjualbelikan. Kehancuran atau krisis ekonomi dunia saat ini penyebabnya adalah ulah para spekulan. Pemulihan ekonomi dari krisis sangat tergantung pada kemampuan pemerintah memulihkan pasar uang yang masih terus bergejolak. Yang terjadi di bursa-bursa global tidak lain adalah manipulasi, penyesatan, konspirasi sedangkan otoritas atau regulator tidak mampu mengatasi karena terlalu besar dan liarnya pasar uang dan jumlah uang termasuk produknya yang luar biasa beragam namun anehnya semua didasarkan pada azas demi melindungi nilai alian hedging yang dilakukan hedgefund managers (spekulan). Memang cinta uang adalah akar dari kejahatan …. "
IKI 5 : 28 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Perdana A.S.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001
S23638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Wijasa Bratawidjaja
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1993
959.82 THO u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>