Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31341 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Hilmia Erianto
"ABSTRAK
Rumput laut coklat jenis Sargassum plagyophyllum mengandung senyawa bioaktif berupa florotanin yang memiliki berbagai aktivitas biologis salah satunya sebagai antioksidan. Namun demikian senyawa ini tidak stabil dalam berbagai kondisi lingkungan seperti temperatur, cahaya, kelembapan, dan oksigen, sehingga dibutuhkan upaya penstabilan. Tujuan penelitian ini adalah membuat serbuk dari ekstrak cair Sargassum plagyophyllum menggunakan maltodekstrin DE 10-15 sebagai penstabil dengan teknik kering beku untuk menjaga stabilitas selama proses pengeringan dan penyimpanan. Serbuk dibuat menjadi empat formula, yaitu F1 tanpa maltodekstrin , F2 maltodekstrin 2,5 , F3 maltodekstrin 5 , dan F4 maltodekstrin 10 . Serbuk yang dihasilkan dikarakterisasi berupa kadar florotanin, aktivitas antioksidan, kadar air, morfologi partikel, distribusi ukuran partikel, pH, dan organoleptis. Hasilnya menunjukkan F4 merupakan serbuk yang paling baik dibanding formula lain karena memiliki kadar florotanin tertinggi yaitu sebesar 113,06 1,36 atau 0,25 , aktivitas antioksidan terbaik dengan persen inhibisi sebesar 4,06 pada konsentrasi 5000 ppm, kadar air terendah sebesar 5,16 , dan pada uji stabilitas F4 memiliki kadar florotanin yang lebih stabil serta kenaikan kadar air yang lebih rendah dibandingkan F1 dengan suhu penyimpanan yang paling baik di suhu 4 C. Kesimpulan dari penelitian ini adalah maltodekstrin dapat meningkatkan stabilitas florotanin selama proses kering beku dan selama penyimpanan.Rumput laut coklat jenis Sargassum plagyophyllum mengandung senyawa bioaktif berupa florotanin yang memiliki berbagai aktivitas biologis salah satunya sebagai antioksidan. Namun demikian senyawa ini tidak stabil dalam berbagai kondisi lingkungan seperti temperatur, cahaya, kelembapan, dan oksigen, sehingga dibutuhkan upaya penstabilan. Tujuan penelitian ini adalah membuat serbuk dari ekstrak cair Sargassum plagyophyllum menggunakan maltodekstrin DE 10-15 sebagai penstabil dengan teknik kering beku untuk menjaga stabilitas selama proses pengeringan dan penyimpanan. Serbuk dibuat menjadi empat formula, yaitu F1 tanpa maltodekstrin , F2 maltodekstrin 2,5 , F3 maltodekstrin 5 , dan F4 maltodekstrin 10 . Serbuk yang dihasilkan dikarakterisasi berupa kadar florotanin, aktivitas antioksidan, kadar air, morfologi partikel, distribusi ukuran partikel, pH, dan organoleptis. Hasilnya menunjukkan F4 merupakan serbuk yang paling baik dibanding formula lain karena memiliki kadar florotanin tertinggi yaitu sebesar 113,06 1,36 atau 0,25 , aktivitas antioksidan terbaik dengan persen inhibisi sebesar 4,06 pada konsentrasi 5000 ppm, kadar air terendah sebesar 5,16 , dan pada uji stabilitas F4 memiliki kadar florotanin yang lebih stabil serta kenaikan kadar air yang lebih rendah dibandingkan F1 dengan suhu penyimpanan yang paling baik di suhu 4 C. Kesimpulan dari penelitian ini adalah maltodekstrin dapat meningkatkan stabilitas florotanin selama proses kering beku dan selama penyimpanan.

ABSTRACT
Brown seweed, Sargassum plagyophyllum has phlorotanin as bioactive compound. It has various biological activities, which is antioxidant. However, this compound is unstable under various environtmental conditions such as temperature, light, moisture, and oxygen, this strategy to stabilize the compoundd is needed. The aim of these study was to prepare powder from liquid extract with maltodextrin DE 10 15 as stabilizer using freeze drying methode to maintain stability during drying process and storage time. The powders were prepared into four formulas, F1 without maltodextrin , F2 2,5 maltodextrin , F3 5 maltodextrin , and F4 10 maltodextrin . Powder from four formulas due to characterized by its phlorotannin concentration, antioxidant activity, water content, morphologi, particle size distribution, pH, and organoleptist. The result showed that F4 was the best formula compared to other formulas because its highest phlorotannin concentration 113,06 1,36 or 0,25 , highest inhibition 4,06 in 5000 ppm concentrastion , lowest water content 5,16 , and in stability test, F4 exhibit more stable phlorotannin concentration and lower water content compared to F1 in storage temperature 4 C the best stotage temperature . Its conclution, maltodextrin can improve stability during freeze drying process and storage time. "
2017
S69779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayun Erwina Arifianti
"ABSTRAK
Sargassum plagyophyllum sebagai salah satu spesies dari suku Sargassaceae memiliki berbagai senyawa bioaktif. Salah satunya adalah florotanin yang dilaporkan sebagai antioksidan dan penghambat tirosinase. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode pembuatan dan karakteristik serbuk Sargassum plagyophyllum, serta mengaplikasikan serbuk tersebut ke dalam formula krim yang stabil, memiliki kandungan total florotanin, aktivitas antioksidan, penghambat tirosinase, dan dapat terpenetrasi secara in vitro. Sargassum plagyophyllum disiapkan dalam bentuk segar dan kering lalu dibuat menjadi bubur rumput laut dan dikeringkan menjadi serbuk dengan metode keringbeku (freeze-dry). Kandungan total florotanin diukur dengan metode Folin-ciocalteu dengan floroglusinol sebagai baku pembanding. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan metode peredaman radikal bebas 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Aktivitas penghambatan tirosinase diukur melalui hasil reaksi enzimatis dengan
menggunakan L-tirosin sebagai substrat.
Hasil optimal sebagai bahan baku penghambat tirosinase didapatkan dari serbuk segar yang memiliki karakteristik yaitu serbuk berwarna coklat tua, tekstur halus, memiliki kandungan total florotanin 1,420 mg PE per gram berat kering; persen penghambatan DPPH 23,28% (konsentrasi uji 1,0 mg/mL); dan persen penghambatan tirosinase 35,95% (konsentrasi uji 4 mg/mL). Sediaan krim yang mengandung 5% serbuk rumput laut Sargassum plagyophyllum memiliki kandungan total florotanin 0,596 mg PE per gram berat kering, persen penghambatan DPPH 20,49% (konsentrasi uji 10 mg/mL); dan persen penghambatan tirosinase 33,76 mg/mL (konsentrasi uji 4 mg/mL) serta menunjukkan stabilitas fisik yang baik selama 12 minggu. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif floroglusinol terpenetrasi sebesar 7574,58 μg/ cm2 dengan fluks 1052,9 μg/cm2 .jam.

ABSTRACT
Sargassum plagyophyllum from Sargassaceae family contains various bioactive compounds, namely phlorotannin which is reported as antioxidant and tyrosinase inhibitor. This study was aimed to obtain production method and characteristics of Sargassum plagyophyllum seaweed powder, and also applied the powder into cream that has total phlorotannin content, antioxidant, and tyrosinase inhibitor. Sargassum plagyophyllum which prepared fresh and dried was processed into seaweed slurry and dried to form powder using freeze-dry method. Total phlorotannin content was measured using Folin-ciocalteu method with phloroglucinol as the standard. Antioxidant activity was assessed by 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) radical scavenging method. Moreover, the tyrosinase inhibitory activity was measured by enzimatic reaction with L-tyrosine as substrate.
Optimal result as tyrosinase inhibitor raw material was obtained from fresh powder which characterized with dark brown powder, smooth texture, contained total phlorotannin content 1,420 mg PE per gram dry weight, DPPH inhibitory activity 23,28% (test concentration 1,0 mg/mL); and tyrosinase inhibitory activity 35,95% (test concentration 4,0 mg/mL). Cream which contained 5% of Sargassum plagyophyllum seaweed powder has total phlorotannin content 0,596 mg PE per gram dry weight, DPPH inhibitory activity 20,49% (test concentration 10,0 mg/mL); and tyrosinase inhibitory activity 33,76% (test concentration 4,0 mg/mL), and physically stable for 12 weeks. The result of in vitro penetration showed that cumulative number of phloroglucinol was 7574,58 μg/ cm2 with flux value of 1052,9 μg/cm2 .hour.
"
2017
T49035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Muharromah Mahbub
"Pada penelitian ini dilakukan adsorpsi ion logam Cd2+ dengan menggunakan alginat hasil ekstraksi rumput laut coklat bergenus Sargassum crassifolium juga oleh rumput lautnya sendiri. Alginat dalam hal ini diimmobilisasi menjadi Caalginat. Daya adsorpsi kemudian dibandingkan antara Ca-alginat dengan S.crassifolium untuk mengetahui adsorben mana yang lebih baik. Kondisi optimum adsorpsi adsorben diketahui dengan melakukan variasi adsorpsi meliputi variasi pH, waktu kontak, konsentrasi awal ion logam Cd2+ serta variasi suhu kontak. Diperoleh pH optimum adsorpsi untuk Ca-alginat adalah 8, sedangkan untuk S. crassifolium pada pH 3, dengan waktu optimum berturut-turut 120 menit dan 60 menit. Biosorpsi logam meningkat secara linier sebagai fungsi dari konsentrasi awal logam sampai konsentrasi 50 mg/L dengan nilai serapan untuk S.crassifolium dan Ca-alginat berturut-turut 4,8955; 1,4145 mg/g adsorben kering.
Pada variasi suhu diperoleh pula serapannya naik baik untuk S.crassifolium maupun Ca-alginat. Diperoleh % recovery dengan menggunakan HCl 3 M paling tinggi sebesar 0,446 % dan 0,435% berturut-turut untuk Ca-alginat dan S.crassifolium. Diketahui daya adsorpsi S. crassifolium lebih tinggi dibanding Caalginat pada semua pengukuran variasi. Namun selama adsorpsi, S.crassifolium melepaskan sejumlah zat organik ke dalam larutan sehingga diperoleh kadar organik terlarutnya tinggi, sehingga penggunaan Ca-alginat sebagai adsorben logam lebih disarankan.

In this study the adsorption of Cd2+ ions was performed by using alginate from extraction of brown seaweed (Sargassum crassifolium) and also by brown seaweed itself. In this case, alginate immobilized into calcium alginate. The adsorption between Ca-alginates and S. crassifolium compared to know the best adsorben. To determine the optimum condition of adsorbent, several variation was conducted, include variation of pH, contact time, initial concentration of Cd2+ ions solution, and temperature. Results of analysis using AAS showed that the optimum pH of Ca-alginate is 8, and for S. crassifolium is 3, with the optimum contact time is 120 minutes and 60 minutes, respectively. Metal biosorption increase linearly as the function of intial concentration of metal until the concentration of 50 mg/L with the results of adsorption is 4,8955; 1,4145 mg/g dry adsorbent for S. crassifolium and Ca-alginate, respectively.
In the effect of temperature is also obtained an increase in adsorption for both S. crassifolium and Ca-alginate. The maximum % recovery using HCl 3M is 0,446 and 0,435 % for Ca-alginate and S.crassifolium, respectively. Known that the adsorption of S. crassifolium is higher than Ca-alginate in all the measurement variation. But during the adsorption, S.crassifolium was releasing a number of organic substances in the solution with the results that the level of dissolve organic is high, so the use of Ca-alginate as a metal adsorbent is recommended.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42367
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Purwo Lestari
"Pada penelitian ini dilakukan adsorpsi ion logam Cu2+ dengan menggunakan komposit film alginat-karagenan dan rumput laut bergenus Sargassum. Daya adsorpsi kemudian dibandingkan antara komposit film alginat-karagenan dengan S.crassifolium untuk mengetahui adsorben mana yang lebih baik. Kondisi optimum adsorpsi adsorben diketahui dengan melakukan variasi adsorpsi meliputi variasi pH, waktu kontak, konsentrasi awal ion logam Cu2+ serta variasi suhu kontak. Diperoleh pH optimum adsorpsi untuk komposit film alginat-karagenan adalah 5, sedangkan untuk S. crassifolium pada pH 3, dengan waktu optimum berturut-turut 120 menit dan 90 menit. Biosorpsi logam meningkat secara linier sebagai fungsi konsentrasi awal logam sampai konsentrasi 50 mg/L dengan nilai serapan untuk S.crassifolium dan komposit film alginat-karagenan berturut-turut 19,1106; 20,3667 mg/g adsorben kering.
Pada variasi suhu diperoleh pula serapannya naik baik untuk S.crassifolium maupun komposit film alginat- karagenan. Diperoleh % recovery dengan menggunakan HCl 3 M paling tinggi sebesar 97,495 % dan 91,771% berturut-turut untuk komposit film alginat- karagenan dan S.crassifolium. Diketahui daya adsorpsi komposit film alginat- karagenan lebih tinggi dibanding S.crassifolium pada semua pengukuran variasi. Selama adsorpsi berlangsung, S.crassifolium melepaskan sejumlah zat organik ke dalam larutan sehingga diperoleh kadar organik terlarutnya tinggi, sehingga penggunaan komposit film alginat-karagenan sebagai adsorben logam lebih disarankan.

In this study, adsorption of metal ions Cu2+ was performed by using composite films alginate-carrageenan and brown seaweed (Sargassum sp.). The adsorption between composite films alginate-carrageenan and S.crassifolium was compared to know the best adsorbent. To determine the optimum condition of adsorbent, several variation was conducted, include variation of pH, contact time, initial concentration of Cu2+ ions solution, and temperature. Optimum pH adsorption obtained for composite films alginate-carrageenan is 5, while for S. crassifolium at pH 3, with successive optimum contact time of 120 minutes and 90 minutes. Metal biosorption increased linearly as the function of the initial concentration of the metal until the concentration of 50 mg/L with uptake value for S.crassifolium and composite films alginate-carrageenan consecutive 19.1106; 20.3667 mg/g dry adsorbent.
In the effect of temperature is also obtained an increase in adsorption for both S. crassifolium and composite films alginate- carrageenan. The maximum of % recovery using 3 M HCl is 97.495% and 91.771% respectively for the composite films alginate-carrageenan and S.crassifolium. It is found that the adsorption of composite films alginate- carrageenan is higher than S. crassifolium in all the measurement variation. During the adsorption process, a number of organic substances are released from S.crassifolium into solution producing high levels of dissolved organic material, so the use of composite films alginate-carrageenan as metal adsorbent is recommended.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S43513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noke Devina
"Salah satu bahan dasar dari material cetak alginat adalah natrium alginat. Natrium alginat eksperimen dibuat dari ekstraksi rumput laut coklat Sargassum sp. menggunakan perendaman dalam kondisi asam. Hasil natrium alginat diuji kemurnian dan viskositasnya. Natrium Alginat eksperimen dalam penelitian ini memiliki sifat kemurnian yang sesuai dengan bubuk natrium alginat standar dari SIGMA A2158 setelah dilakukan pengujian menggunakan high performance liquid chromatography (HPLC). Dengan uji viskositas Brookefield, natrium alginat ini memiliki viskositas yang rendah sebesar 45,3 mPas sehingga belum sesuai sebagai bahan dasar material cetak alginat.

Sodium alginate is one of the basic ingredient of the alginate impression material. Experimental sodium alginate was made by extracting Sargassum brown seaweed species using an immersion method in acid. The sodium alginate powder was then tested for its purity and viscosity. Using the High Performance Liquid Chromatography (HPLC) test, the experimental sodium alginate had purity corresponding to the standard sodium alginate powder of SIGMA A2158. Through the Brookefield viscosity test, the experimental sodium alginate had too low viscosity of 45.3 mPas which is not suitable yet for Dental Alginate Impression Material basic ingredient."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marta Yusfita Sari
"Fukoidan adalah polisakarida sulfat yang merupakan senyawa bioaktif dari rumput laut cokelat Sargassum sp. yang pemanfaatnya mulai banyak diteliti dalam pengobatan dan kosmetika. Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi fukoidan dari rumput laut cokelat Sargassum sp. menggunakan dua jenis larutan asam yaitu HCl 0,1 N yang kemudian dibandingkan dengan H3PO4 0,1N sehingga menghasilkan ekstrak kasar yang akan digunakan sebagai bahan uji pengikat mikotoksin Trikotesena (T-2). Pada ekstrak kasar tersebut dilakukan uji karakterisasi terlebih dahulu dengan FTIR, penentuan total karbohidrat, dan total kadar sulfat. Rendemen yang diperoleh sebesar 7,5% dari ekstraksi menggunakan HCl 0,1 N dan 7,02% untuk ekstraksi menggunakan H3PO4 0,1N. Pada konsentrasi 10 mg/mL ekstrak kasar fukoidan A memiliki kemampuan untuk mengikat mikotoksin jenis trikotesena (toksin T-2) dengan efisiensi 59,52±0,53 % pada pH 3 dan 58,11±0,27 % pada pH 6,8. Sementara ekstrak kasar fukoidan B mampu mengikat toksin T-2 dengan efisiensi 58,12±1,49 % pada pH 3 dan 57,65±0,39 % pada pH 6,8. Sedangkan untuk fukoidan komersial mampu mengikat toksin T-2 dengan efisiensi 57,31±1,04 % pada pH 3 dan 56,90±1,74 % pada pH 6,8. Uji antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH yang menunjukkan bahwa fukoidan masuk dalam kelas antioksidan kuat cenderung sedang dengan IC50 antara 77,32- 97,32 ug/mL. Dapat disimpulkan bahwa fukoidan dari rumput laut coklat Sargassum sp. dapat digunakan sebagai bahan pengikat toksin T-2 dan memiliki aktivitas antioksidan.

Fucoidan is a sulphated polysaccharide which is found mainly in brown seaweed such as sargassum sp and has been widely utilized in pharmacy and cosmetic industry recently. In this study, fucoidan was extracted from brown seaweed with two distinct approaches, one is using HCl 0.1 N and the other H3PO4 0.1N. The resulted crude extract was used as a study sample for Tricothecenes T-2 toxin binder. The crude extract of fucoidan was subjected for characterization using FTIR, and measurements of total carbohydrate and total sulphate levels. The yield of HCl extraction was 7.50% and H3PO4 7.02%. Quantitative analysis of mycotoxin binding capacity at 10 mg/ml of fucoidan extract A for T2-Toxin yielded an efficiency of 59,52±0,53 % at pH 3, and 58,11±0,27 % at pH 6.8. Fucoidan crude extract B had a T-2 toxin binding efficiency of 58,12±1,49 % at pH 3, and 57,65±0,39 % at pH 6,8. Meanwhile for crude fucoidan extracted from Fucus vesiculosus sp. had binding efficiency of 57,31±1,04 % at pH 3 and 56,90±1,74 % at pH 6,8. In addition, the antioxidant activity was analyzed using radical scavenging DPPH method with the IC50 around 77.32 -97.3 ug/mL. As a conclucion, it was indicated that fucoidan from brown seaweed Sargassum sp.could be used as binder for mycotoxin T-2 and had antioxidant activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniadi Mar`uf Supanto
"Fukoidan merupakan polisakarida sulfat, banyak mengandung L-fukosa, dan gugus ester sulfat. Polimer fukoidan memiliki struktur yang kompleks dan bervariasi pada beberapa spesies alga cokelat. Bioaktivitas fukoidan yang diketahui dan sampai saat ini banyak dimanfaatkan adalah sebagai antioksidan. Bioaktivitas fukoidan sebagai antioksidan diduga meningkat seiring berat molekul yang rendah dan posisi serta banyaknya sulfat pada fukoidan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kadar sulfat pada fukoidan dengan sulfonasi dari hasil ekstraksi fukoidan yang berasal dari rumput laut cokelat Sargassum filipendula serta dilakukan uji aktivitasnya sebagai antioksidan. Fukoidan diekstraksi menggunakan HCl 0.1. dan sulfonasi fukoidan dilakukan dengan reagen sulfurtrioksida ndash; piridin kompleks. Fukoidan hasil ekstraksi Crude fucoidan memiliki kader sulfat sebesar 13, dan fukoidan setelah disulfonasi memiliki kenaikan kadar sulfat menjadi 20. Uji aktivitas fukoidan terhadap antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Diperoleh persen inhibisi crude fucoidan serta fukoidan hasil sulfonasi masing-masing sebesar 8,9 dan 10,9.

Fucoidan is. polysaccharide sulfate which contains. fucose and ester sulfate group. The fucoidan polymer has. varied and complex structure in some species of brown algae. The uses of fucoidan bioxactivity has been developed as an antioxidant. This is thought can be increase due to lower molecular weight and position and amount of sulfate in the fucoidan. Therefore, the aim of this research is to increase the measure of sulfate in fucoidan through sulfonation using fucoidan extraction result from Sargassum filipendula brown seaweed and tested its activity as antioxidant. Fucoidan was extracted using 0.1. HCl. Sulfonation of fucoidan was performed with complex sulphurtryoxide pyridine complex reagents. Extracted fucoidan Crude fucoidan had 13 sulfate content, and fucoidan sulfonation product had an increase of sulfate content to 20. Test of fucoidan activity against antioxidant was performed by DPPH method. Obtained percent inhibition of crude fucoidan and fucoidan sulfonation product was respectively 8,9 and 10,9.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Dharmayanti
"

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai ekologi di tiga lokasi yang berbeda, keanekaragaman morfologi, molekuler dan struktur alginat yang dihasilkan. Pengambilan sampel  menggunakan metode transek. Analisis data menggunakan analisis Statistik R. Analisis pohon filogeni menggunakan metode Maximum Likelihood (ML) berdasarkan marker ITS2, rbcL dan COX3 boostrap untuk 1000 ulangan >50%. Isolasi alginat dilakukan melalui hidrolisis parsial dilanjutkan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif menggunakan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan indikator salinitas sebesar 36 ‰, DO 4,74 dan suhu 29,00 oC menjadi ciri khas lokasi Binuangeun. Hasil analisis statistik pada morfometri menunjukkan indikator Pulau Lima memiliki ciri khas morfometri dengan indikator panjang total tertinggi. Binuangeun dan Ujung Kulon memiliki komponen berkebalikan yaitu lebar daun, panjang daun, batang utama dan vesikel. Binuangeun memiliki diameter talus yang lebih besar dibandingkan Ujung Kulon dan Pulau Lima. Hasil analisis filogenetik memperlihatkan adanya tiga buah klad dengan dukungan bootstrap >50%. Hasil uji hidrolisis alginat parsial menunjukkan alginat di Pulau Lima, Ujung Kulon dan Binuangeun konsentrasi M/G % adalah 1,35 %, 1,44 % dan 2,33 %. Kesimpulan penelitian ini adalah lokasi Binuangeun di pantai Samudera Indonesia merupakan lokasi ekologi terbaik bagi habitat S. polycystum untuk mendapatkan alginat yang memenuhi persyaratan kualitas bahan baku industri pangan dan non pangan.


The study aim was to obtain information on ecology in three different locations, the morphology, molecular and alginate characters from Sargassum polycystum. The sampling technique was using the transect methode. Data analysis using R statistic analysis. Phylogeny tree analysis was using the Maximum Likelihood (ML) method based on ITS2, rbcLS and COX3 bootstrap alignment for 1000 replications. Isolation of alginate was conducted through partial hydrolysis, the parameters were measured qualitatively and quantitatively using FTIR. The results showed that the highest salinity 36 o/oo, DO 4,74 and the lowest temperature 29,00oC as characteristic indicators of the Binuangeun location. The results of the morphometric analysis showed that the indicator of Pulau Lima with the highest total length indicator, Binuangeun and Ujung kulon have the opposite component. The results of phylogenetic analysis tree based on ITS-2, rbcL and COX3 marker showed that there are three clades supported by bootstrap 1000 >50%. The results of the partial alginate hydrolysis test showed that concentration of alginate on the Lima Island, Ujung Kulon and Binuangeun M/G % were 1.35 %, 1.44 % and 2.33 %, respectively.The conclusion is Binuangeun is a good ecological location for the growth habitat of S. polycystum for food and non-food industries.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
D2759
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Azmi Suryabrata
"Fukoidan merupakan salah satu polisakarida alami yang tersusun dari sebagian besar L-fukosa yang di antaranya memiliki gugus ester sulfat. Salah satu sumber fukoidan adalah rumput laut cokelat Sargassum binderi Sonder. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hilangnya warna pigmen dalam rumput laut cokelat terhadap aktivitas fukoidan hasil isolasi. Pada penelitian ini, dilakukan variasi pelarut dan variasi waktu yang digunakan pada perendaman maserasi rumput laut cokelat dengan menggunakan pelarut dalam menghilangkan pigmen. Pelarut yang digunakan adalah etil asetat teknis, aseton teknis, dan etanol 95 dengan variasi waktu 24 jam, 72 jam, 120 jam, dan 168 jam. Secara fisik, hasil depigmentasi yang paling optimum diperoleh dari kelompok pelarut etanol. Isolasi fukoidan dilakukan dengan metode asam, rendemen hasil isolasi fukoidan terdepigmentasi yang didapatkan berkisar 0,6-2,5. Fukoidan dikarakterisasi menggunakan penentuan total karbohidrat, total senyawa fenolik, dan total sulfat, dengan masing-masing menghasilkan nilai 60-80, 0,6-1,2, dan 16-22. Selain itu dilakukan identifikasi gugus fungsi dengan FTIR yang menunjukkan semua sampel hasil variasi maserasi rumput laut cokelat merupakan fukoidan. Penentuan analisa residu etanol juga dilakukan dan didapatkan hasil bahwa semua fukoidan tidak mengandung residu etanol. Kemudian, dilakukan uji sitotoksik fukoidan terdepigmentasi dengan aseton 24 jam terhadap sel kanker payudara T47D, dengan hasil IC50 yang didapatkan adalah 150,80 ?g/mL.

Fucoidan is a polysaccharide composed of L fucose with sulfate ester, found in brown seaweeds, Sargassum binderi Sonder. The objective of this study was to remove brown pigment from seaweed and observed the effect of the result to the activity of isolated fucoidan. Therefore, in this study, the pigment will be removed by varying organic solvents in the maceration step, such as ethyl acetate, acetone, or ethanol. Also, by varying the time of maceration in 24 hours, 72 hours, 120 hours, and 168 hours. Physically, the depigmentation result shows that ethanol is the best of organic solvent for depigmentation. Acid method was used for the isolation of fucoidan, giving 0,6 2,5 of fucoidan. Fucoidan then characterized by total carbohydrate, total phenolic compounds, and sulfate content, with result 60 80, 0,6 1,2, and 16 22, respectively. Characterization by FTIR to identify functional groups, showed that the samples were consistent with the characteristic of fucoidan. The analysis of ethanol residue confirmed that there was no ethanol left. Finally, isolated fucoidan from maceration with acetone for 24 hours, was tested against breast anti cancer T47D and the IC50 was 150,80 g mL.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>