Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157999 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Bambang Priantono
"Kecenderungan perkembangan teknologi telekomunikasi mengarah pada komunikasi bergerak dan teknologi yang berbasis kepada Internet Protocol (IP). Sebagai antisipasi perkembangan teknologi dan menghadapi era persaingan global, Indosat sebagai penyelenggara telekomunikasi internasional telah menyiapkan beberapa strategi bisnis. Strategi bisnis tersebut adalah strategi " 4 in 1" yaitu sebagai penyedia jaringan backbone, penyelenggara jasa internet dan multimedia, penyelenggara jasa telekomunikasi bergerak, dan sebagai penyelenggara jaringan akses. Ke empat strategi bisnis tersebut berbasis kepada satu teknologi yaitu teknologi internet (IP-based). Untuk mencapai sasaran strategi bisnis tersebut, telah dipersiapkan beberapa rencana antara lain teknologi, infrastruktur, keuangan, pendanaan, pemasaran, SAM, dan organisasi.
Tesis ini akan menganalisa strategi bisnis Indosat dengan menggunakan analisa SWOT, yaitu dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan internal, ancaman eksternal serta peluang yang ada. Dari hasil analisa SWOT tampak bahwa dari ke empat strategi bisnis yang ditetapkan, strategi bisnis yang harus mendapatkan prioritas adalah sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi bergerak dengan sistem GSM 1800 Mhz. Hasil analisa ini merupakan suatu usulan yang akan disampaikan kepada Manajemen Indosat.

Trend of telecommunications technology development is going towards mobile communications and Internet Protocol (iP) based technology. To anticipate technology development and facing global competition era, Indosat as an international telecommunications operator has established several business strategy. The business strategy is so called "4 in 1" strategy, being a backbone network provider, internet and multimedia service provider, mobile service provider and access network provider. All four business is based on one technology, internet technology (IP-based). To achieve the objective of the business strategy, indosat has prepared several plans including technology, infrastructure, finance, funding, marketing, human resources, and organization.
This thesis is analyzing Indosat business strategy using SWOT analysis by putting attention internal strength and weakness, external threat, and existing opportunity. The output of the SWOT analysis, is showing that from the four strategy business implemented, the business strategy priority is being a mobile service provider with GSM 1800 MHz technology. This analysis output is a recommendation for Indosat management.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Fredi Chandra
"ABSTRAK
Karya Akhir ini berinaksud mengangkat masalah properti,
khususnya bisnis ruang perkantoran di Jakarta yang sekarang
sedang lesu. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup
stabil untuk jangka panjang, perkembangan bisnis gedung
perkantoran pada dasarnya juga semakin maju. Pada kondisi
bisnis yang lemah sekarang ini, bisnis ruang perkantoran perlu
memilih alternatif yang terbaik untuk mempertahankan
bisnisnya, bahkan untuk dapat memperoleh keuntungan.
Studi ini mengambil kasus gedung perkantoran ?Bima
Tower?. Gedung 24 lantai dengan luas bangunan 19.230 m2 ini
berdiri diatas tanah seluas 4.000 m2 dan berlokasi di kawasan
Segitiga Emas Jakarta. Masa pembangunan gedung mulai 1988
sampai dengan kuartal ke-3 1991. Total biaya investasinya
sebesar us$ 40,364,000 dengan 90% dibiayai offshore loan dan
10% modal disetor.
Studi ini menguji beberapa alternatif penjualan ruang
perkantoran tersebut, yang didukung dengan analisa kuantitatif
(khususnya dengan Capital Budgeting) maupun kualitatif dengan
parameter?parameter keuangan dan prospek pasar sehingga dapat
menjadi strategi bisnis yang solid.
Pada tahun 1992 mulai muncul alternatif penjualan strata
title. Hal ini cukup mengusik kejelian para pemegang sahamnya.
Beberapa alternatif yang harus dipertimbangkan antara lain
menyewakan gedung sampai tahun tertentu untuk kemudian dijual
melalui alternatif pelepasan asset, saham atau strata title.
Untuk mencari alternatif terbaik dipakai teknik capital
budgeting pada alternatif penjualan yang bersifat ?Mutually
Exclusive Project?. Namun turbulensi lingkungan usaha juga
memaksa kita untuk melihat parameter-parameter yang sulit
dikuantitatifkan. Untuk itu analisa kualitatif juga perlu
dilakukan sebagai judgement untuk mendukung keputusan akhir.
Analisa kuantitatif didasarkan atas cashflow
perusahaan sampai dengan 20 tahun, dengan parameter-parameter
yang asumsinya diperhitungkan dengan cermat dan survey
beberapa konsultan properti di Jakarta. Parameter-parameter
tersebut adalah nilai tukar, tirigkat hunian, tarif sewa,
service charge, tingkat pertumbuhan perekonomian Indonesia,
tingkat inflasi dan lain sebagainya. Dan cash flow yang
diperoleh, bisa dihitung parameter setiap tahunnya, baik
profitability index, IRE, NPV maupun payback period untuk
setiap alternatif. Penjualan strata title diasumsikan pada
1994, 1995 dan 1996. Pada alternatif ini, cashflow hanya
dihitung sampai 1997.
Disamping itu, analisa kualitatif mengkaji hasil yang
dicapai dari analisa kuantitatif melalui penelaahan atas
praktek bisnis ruang perkantoran di Jakarta pada umumnya.
Dari hasil analisa atas seluruh alternatif penjualan,
ternyata masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
Pada alternatif menyewakan, bakk PI, IRR, NPV dan payback
period menghasjlkan angka dibawah harapan rata-rata return
yang diharapkan. Bahkan kerugian akuntansi dan defisit pada 3
tahun pertama beroperasi tidak dapat dihindarkan. Kendatipun
demikian, alternatif memberikan penghematan pembayaran
pajak penghasilan perseroan akibat tingginya Loss Carry
Forward serta kemungkinan diperoleh capital gain untuk jangka
panjang.
Menjual asset ternyata tidak mampu memberikan hasil
maksimal kepada pemegang saham. Masalahnya terletak pada
pembebanan pajak penghasilan berganda baik kepada perseroan
(corporate income) maupun pemegang saham (dividend).
Menjual saham menghasilkan parameter yang lebih
menguntungkan daripada alternatif menyewakan maupun
menjual asset. Alternatif ini dapat menghemat pajak
penghasilan perseroan sampai 100%, dan memberikan
fleksibìlitas kepada pemilik saham karena memungkinkan
dipertahankannya sebagian kepemilikan melalui penjualan
saham secara proporsional, serta transaksinya murah dan
singkat. Disamping itu, alternatif ini dapat membantu
cash flow pembeli karena kemungkinkan dilanjutkannya seluruh
pinjaman yang sedang berjalan, dan transaksi ini bukan
merupakan objek Pajak pertambahan Nilai.
Pada alternatif strata title, kendatipun perusahaan harus
terlebih dahulu menyewakan ruang selama 3 tahun pertama,
cash flow dan alternatif ini masih mencapai hasil yang lebih
menguntungkan dari seluruh alternatif yang lain. Shareholders
meimperoleb IRR 15,17% dan NPV US 2,626,000 yang hanya dicapai
dalam 7 tahun.
pemilihan alternatif berdasarkan hasil analisa
kuantitatif dan kualitatif ternyata menghasilkan 2 alternatif
terbaik, masing-masing untuk kondisi yang berlainan.
pemilihan alternatif keputusan penjualan gedung
perkantoran sangat tergantung pada tujuan investasi. Kalau
ingin investasi jangka panjang, lebih baik memilih alternatif
Menyewakan Ruang untuk memperoleh capital gain yang pada saat
tertentu dapat diperoleh melalui Penjualan Saham pada tingkat
IRR dan NPV shareholders optimal.
Bila yang dipilih adalah investasi jangka pendek, maka
alternatif Menjual Strata Title akan sangat mendukung, karena
menghasilkari cash flow yang kuat, cepat dan mempunyai peluang
untuk melakukan investasi lain.
Untuk kasus dalam studi ini, diusulkan agar pemegang
saham Bima Tower melepas seluruh atau sebagian sahamnya secara
bertahap setelah tahun ke-5 kepada investor yang berminat. Hal
ini mengingat kondisi Bima Tower yang telah terlanjur dibangun
tanpa melalui perencanaan awal yang matang atas tujuan
investasi dan pemilihan alternatif penjualan. Dengan demikian
akan lebih cepat, murah, sederhana dan mampu meraih Capital
Gain optimal bila dengan alternatif Menjual Saham kepada satu
atau dua investor, daripada Menjual Strata Title kepada
Puluhan bahkan sampai ratusan investor ditambah dengan koridisi
Pasar Strata Title yang masih belum menentu.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beddu Amang
Jakarta: Dharma Karsa Utama , 1995
338.19 BED p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Darmayanti D. Tamin
"PT. Astrindo Aditya Teknika digolongkan sebagai perusahaan berskala kecil dan menengah. Produk yang dihasilkan adalah komponen (spare part) dengan bahan baku dari logam. Dapat digunakan pada peralatan elektrik dan kendaraan bermotor.
Pada era globalisasi dan pasar bebas, PT. Astrindo Aditya Teknika harus menghadapi persaingan yang tinggi. Penssahaan hams menghadapi pesaing dari perusahaan berskala besar sampai dengan kecil serta perusahaan luar negeri yang memasarkan produknya ke Indonesia. Dengan modal yang terbatas PT. Astrindo Aditya Teknika berupaya mengatasi persaingan, guna dapat terus menjalankan dan mengembangkan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang ingin dibahas adalah :
1. Bagaimana gambaran pengaruh kondisi lingkungan eksternal dan internal terhadap PT. Astrindo Aditya Teknika dalam industri komponen dari logam?
2. Dimanakah posisi bersaing PT. Astrindo Aditya Teknika dalam industri komponen dari logam?
3. Strategi bersaing seperti apakah yang sesuai dengan kebutuhan PT. Astrindo Aditya Teknika dalam menghadapi persaingan pasar bebas untuk dapat mempertahankan kelangsungan dan mengembangkan bisnisnya?
Tipe penelitian tesis ini adalah deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah berupa observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner untuk data primer. Data sekunder dilakukan dengan cara studi pustaka buku-buku teori dan literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian. Analisis data dengan menggunakan Analisa SWOT yaitu dengan medial peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan dan posisi persaingan dengan matrik EFAS (external strategic factors analysis summary), matrik IFAS (internal strategic factors analysis summary) dan matrik profil kompetitif.
Teori yang mendasari penulisan ini adalah strategi bersaing dari Porter, dengan model Five Forces. Berawal dari melihat kodisi pasar terlebih dahulu, dilakukan analisa lingkungan eksternal dan internal. Five Forces menggambarkan lima kekuatan yang mempengaruhi suatu industri. Masuknya pendatang baru, ancaman produk subtitusi, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawar-menawar pemasok dan persaingan diantara pesaing dalam suatu industri.
Hasil analisis dan pembahasan teridentifkasi posisi bersaing PT. Astrindo Aditya Teknika Iemah dikarenakan perusahaan memproduksi produk standard, persaingan dalam industri tinggi dan sebagaimana perusahaan berskala kecil dan menengah dukungan finansial kurang baik. Dengan kondisi persaingan lemah, PT. Astrindo berupaya memanfaatkan peluang dan kekuatan yang dipunyai serta mengendalikan ancaman dan kelemahan yang ada untuk terus exis dan mengembangkan perusahaan. Peluang pasar yang luas, dapat dimanfaatkan untuk mencari pelanggan lainnya guna mengatasi kelemahan terhadap pembeli, disamping hubungan baik yang terus dipertahankan. Penggunaan informasi teknologi yaitu intemet dapat digunakan untuk mencari informasi tentang pasar dan pelanggan baru. Dukungan pemerintah berupa kredit murah digunakan untuk menambah modal kerja dan pengembangan usaha. Efesiensi dilakukan guna mengatasi dukungan finansial yang kurang baik, salah satunya dengan cara pengadministrasian persediaan yang baik.
Pengembangan sumber daya manusia dilakukan terns agar mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga dapat bekerja dengan kinerja tinggi untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik. Fasilitas pemerintah dan LSM dalam pembinaan pengusaha kecil dan menengah dalam bidang teknik dan manajemen digunakan dalam pengembangan sumber daya manusia agar dapat menghemat biaya pengembangan sumber daya manusia.

PT. Astrindo Aditya Teknika is classified as a small and middle scale industry. The product which is produce components/spare parts with raw material from metal. It can be used for electrical equipments and vehicles.
In globalization era and free market, PT. Astrindo Aditya Teknika must facing a high competition. The company must compete with the competitor from a big scale company until a small one and also overseas company which sell their product to Indonesia. With a limited capital PT. Astrindo Aditya Teknika try to handle the competition, so they can continue to run and develop their company.
Based on the background that mentioned above, the problem that will be discuss are :
1. How is the describe about the influence of external and internal environment condition for PT. Astrindo Aditya Teknika in components form metal industry?
2. Where is the competition position of PT. Astrindo Aditya Teknika in components from metal industry?
3. What competition strategy that match with PT. Astrindo Aditya Teknika need when facing the competition of free market to maintain the continuity and develop their business?
This thesis research type is description the technique data collecting such as observation, interview, and spreading questionnaires for primary data. Secondary data use literatures which related with research problem. The data analysis us SWOT analysis. Like value the opportunities, threats, strengths and weaknesses of company and competition position with EFAS matrix (External Strategic Factors Analysis Summary), IFAS matrix (Internal Strategic Factors Analysis Summary) and competitive profile matrix.
Based theory this thesis is competition strategy from Porter, with five forces model. Start from seeing a market condition by using external and internal environment analysis. Five forces describe five strength, which influence an industry. The entry of a new corner, substitution of product threat, the strength of buyers dicker, the strength of supplier?s dicker and competition between the competitors in an industry.
The analysis result and the discussion identified that the competition position PT. Astrindo Aditya Teknika is weak because the company produce a standard product, the competition in high industry and the financial of a small and middle scale company is unfavorable. With a weak competition condition, PT. Astrindo Aditya Teknika try to get the opportunities and strength the have also control the threats and weakness to keep exist and develop the company. The opportunity of a large market can be uses to find. Another customer to overcome the weaknesses for the buyer, beside a good relationship that must be defended. The information technology like use internet to find information about market and new customers. Government supports such as a cheap credit to add capital working and developing the business. Efficiency utilizes to overcome financial support which is unfavorable, one of them by a good supply administration.
Developing of a human resources keep on continue so the company have a qualified human resources keep on continue so they have qualified employee, so that they can work with high performance to produce qualified product. Governmental facilities and LSM that construct small and middle company in technical field and management use in developing of human resources so it can make a development of human resources cost efficiency.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Priantono
"Kecenderungan perkembangan teknologi telekomunikasi mengarah pada komunikasi bergerak dan teknologi yang berbasis kepada Internet Protocol (IP). Sebagai antisipasi perkembangan teknologi dan menghadapi era persaingan global, Indosat sebagai penyelenggara telekomunikasi internasional telah menyiapkan beberapa strategi bisnis. Strategi bisnis tersebut adalah strategi "4 in 1" yaitu sebagai penyedia jaringan backbone, penyelenggara jasa internet dan multimedia, penyelenggara jasa telekomunikasi bergerak, dan sebagai penyelenggara jaringan akses. Ke empat strategi bisnis tersebut berbasis kepada satu teknologi yaitu teknologi internet (IP-based). Untuk mencapai sasaran strategi bisnis tersebut, telah dipersiapkan beberapa rencana antara lain teknologi, infrastruktur, keuangan, pendanaan, pemasaran, SDM, dan organisasi. Tesis ini akan menganalisa strategi bisnis Indosat dengan menggunakan analisa SWOT, yaitu dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan internal, ancaman eksternal serta peluang yang ada. Dari hasil analisa SWOT tampak bahwa dari ke empat strategi bisnis yang ditetapkan, strategi bisnis yang harus mendapatkan prioritas adalah sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi bergerak dengan sistem GSM 1800 Mhz. Hasil analisa ini merupakan suatu usulan yang akan disampaikan kepada Manajemen lndosat.

Trend of telecommunications technology development is going towards mobile communications and Internet Protocol (IP) based technology. To anticipate technology development and facing global competition era, lndosat as an international telecommunications operator has established several business strategy. The business strategy is so called "4 in 1" strategy, being a backbone network provider, internet and multimedia service provider, mobile service provider and access network provider. All four business is based on one technology, internet technology (IP-based). To achieve the objective of the business strategy, lndosat 11as prepared several plans including technology, infrastructure, finance, funding, marketing, human resources, and organisation. This thesis is analyzing lndosat business strategy using SWOT analysis by putting attention internal strength and weakness, external threat, and existing opportunity. The output of the SWOT analysis, is showing that from the four strategy business implemented, the business strategy priority is being a mobile service provider with GSM 1800 MHz technology. This analysis output is a recommendation for lndosat management.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T40693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Daniel Rosihan
"ABSTRAK
Terdapat dua jenis layanan komunikasi bergerak di Indonesia yaitu, selular wireless dan Fixed wireless Access (FWA). FWA terdiri dari 4 operator yaitu Flexi, Esia, Star One dan Fren. Secara teknologi FWA dan selular memiliki kesamaan, sama-sama memiliki kemampuan untuk mobile. FWA di batasi melalui regulasi, dengan mobilitas terbatas. Penomoran FWA akan bersifat lokal, hampir sama dengan PSTN dan mobalitasnya hanya bisa di satu kode area saja. Dengan pembatasan tersebut, FWA akan menikmati Biaya Hak Pakai (BHP) ISR (Izin Stasion Radio) yang jauh lebih rendah dari biaya selular wireless. Sehingga sampai dengan tahun 2007 tarif layanan FWA jauh lebih murah di banding seluler. Akibatnya pertumbuhan kinerja operator FWA cenderung sehat, salah satunya Flexi sebagai operator yang menguasai lebih dari 50% pangsa pasar FWA.
Akan tetapi di tahun 2007 terjadilah perubahan di pasar wireless, di awali dengan perang harga di operator seluler yang berakibat pada menurunnya biaya rata-rata per-menit dari layanan seluler. Kemudian perubahan regulasi BHP dari berbasis ISR ke Pita, yang menyebabkan biaya BHP antara FWA dan selular sama. Akibat dari kondisi ini, terjadi penurunan kinerja dari operator-operator FWA, sehingga di akhir 2011 Flexi mengalami kerugian. Begitu pula dengan operator-operator lainnya seperti Fren dan Esia yang juga mengalami kerugian.
Dari hasil analisa, strategi diversifikasi merupakan strategi yang cocok untuk di terapkan di Flexi. Ada tiga strategi alternative dari Flexi, yaitu:
1. Mengajukan lisensi baru selain dengan lisensi FWA, sehingga layanan Flexi tidak hanya layanan dengan mobilitas terbatas.
2. Infrastruktur Sharing dengan operator lain untuk menekan biaya opex
3. Mengembangkan layanan baru seperti broadband dan LTE, dengan Joint Venture (JV) operator-operator CDMA yang lain di frekuensi 800 Mhz.

ABSTRACT
There are two types mobile communications in Indonesia, wireless cellular and Fixed Wireless Access (FWA). FWA consist of four operators, which are Flexi, Esia, Star One and Fren. Base on the technology both FWA and cellular have similarities for mobility. However, FWA is limited by regulation, with limited mobility. FWA has a local numbering, almost similar to PSTN with the mobility merely in one area code. Hence FWA will have a lower Utilization Right Fee (URF) for Radio Station License (RSL) than wireless cellular. Hence until 2007, FWA tariff services are cheaper than cellular. The result of that, the growth performance of FWA operator tends healthier, one of which is Flexi as an operator controlling more than 50% FWA market share.
However, in 2007 there was a change in the wireless market, it’s beginning with the price war in the cellular operator which resulted in the decrease of the average cost per minute of cellular services. Then URF regulation has changed from RSL based to spectrum based, which lead to the same cost of URF for FWA and mobile. As a result of these conditions, a decline in the performance of FWA operators, so that at the end of 2011 Flexi suffers financial loss. Similarly the other operators such as Fren and Esia experience finance loss too.
Base on the analysis result, diversification strategy are the appropriate strategy to implementation on Flexi. There are three alternative of Flexi:
1. Propose new license beside FWA License, hence the Flexi service not only in limited mobility.
2. Sharing infrastructure with other operator to reduce Opex cost
3. Develop new service such as broadband and LTE service, by do a Join Venture (JV) with another CDMA operator at 800 MHz frequency."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makawimbang, Hernold Ferry
"Dalam kerangka pasar bebas atau World Trading Organisation (WTO) menurut scedule of commitment untuk liberalisasi perdagangan jasa-jasa (termasuk sektor keuangan) yang tertuang dalam General Agreement on Trade and Services (CATS), khusus negara-negara berkembang pemberlakuannya baru dilakukan pada tahun 2020. ASEAN Free Trade Area (AFTA) serta ASEAN Framework Agreement on Services (ALAS) ini, akan lebih mempercepat liberalisasi perdagangan jasa dalam lima tahun mendatang (tahun 2003).
Kesepakatan kerjasama ekonomi regional pada dasarnya mengacu pada GATS dengan empat modality yang harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Cross border supply. Adanya kebebasan untuk memasok/menawarkan jasa dari suatu negara anggota lain.
2. Consumption Abroad. Dalam hal ini disepakati adanya kebebasan orang di suatu negara untuk mengkonsumsi atau menggunakan jasa dari sesama egara anggota.
3. Commercial presence. Adanya kebebasan bagi perusahaan asing untuk membuat, mendirikan ataupun mengembangkan usahanya/kantornya.
4. Presence of natural persons. Kesepakatan ini penting untuk dicermati karena berarti ada kebebasan lalu lintas manusia antar negara dalam hubungannya dengan bisnis menjual jasa pada suatu negara.
Kesepakatan tersebut mencerminkan dalam waktu yang tidak terlalu lama bank-bank di Indonesia akan bersaing secara bebas dengan bank-bank asing. Keadaan akan semakin sulit, manakala bank-bank pemerintah harus bersaing dengan bank-bank asing, khususnya karena adanya AFTA tahun 2003, padahal dalam skala regional sebelumnya sejumlah bank di kawasan ASEAN sudah lebih dulu besar dan kuat. Untuk menghadapi situasi persaingan bebas, tidak ada pilihan lain bagi bank-bank pemerintah kecuali melakukan restrukturisasi, karena dengan langkah ini akan memberikan peluang terciptanya peningkatan efisiensi dan daya saing bagi bank hasil merger atau konsolidasi."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1998
T4312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>