Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3798 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Diviandari Sabitha
"ABSTRAK
Dengan banyaknya kebutuhan penggunaan darah di rumah sakit, menjadikan darah sebagai produk yang penting. Jika jumlah minimal kebutuhan darah tidak dapat dipenuhi, rumah sakit akan mengalami kesulitan untuk melakukan transfusi darah kepada pasien yang membutuhkan. Salah satu provinsi yang kebutuhan darahnya belum terpenuhi adalah Provinsi Banten. Untuk memenuhi kebutuhan darah di Banten, maka timbul usulan untuk membuat Unit Donor Darah baru di Tangerang Selatan agar jumlah pasokan darah dapat mencapai target minimum kebutuhan darah. Dalam menentukan jumlah dan lokasi Unit Donor Darah baru yang optimal, diperlukan sebuah pengembangan model matematika yang turut mempertimbangkan beberapa faktor seperti jarak antara Unit Donor Darah dengan Unit Transfusi Darah, jumlah donasi darah pada area kandidat Unit Donor Darah baru, anggaran biaya yang dibutuhkan, serta area wilayah kandidat Unit Donor Darah baru. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan Binary Integer Programming sebagai cara untuk membuat keputusan dalam menentukan jumlah dan lokasi Unit Donor Darah dari beberapa pilihan yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terpilih dua lokasi Unit Donor Darah untuk dibangun. Dari lokasi pertama didapatkan jumlah donasi darah sebanyak 1680 kantong per bulan dengan biaya pembuatannya sebesar Rp 597.958.976. Dari lokasi kedua didapatkan jumlah donasi darah sebanyak 930 kantong per bulan dengan biaya pembuatannya sebesar Rp 595.056.976. Dari kedua Unit Donor Darah baru ini, jumlah darah yang didapat telah memenuhi jumlah minimal kebutuhan darah Provinsi Banten per bulan serta sudah sesuai dengan anggaran biaya yang dimiliki.

ABSTRACT
With the many needs of the use of blood in hospitals, making blood a very important product. If a minimum amount of blood needs cannot be met, the hospital will have difficulty in making blood transfusions to patients in need. Banten is one of the provinces that has not been able to meet the minimum blood needs. To meet blood needs in Banten, a proposal emerged to create new Blood Donation Unit in South Tangerang so that the amount of blood supply could reach the minimum target of blood needs. In determining the optimal number and location of new Blood Donation Units, it is necessary to develop a mathematical model that considers several factors such as the distance between the Blood Donation Unit and the Blood Transfusion Unit, the amount of blood donation in the candidate area of the new Blood Donation Unit, the required budget to make Blood Donation Unit, and new Blood Donation Unit candidate area. To solve this problem, this study uses Binary Integer Programming as a way to make decisions in determining the number and location of Blood Donation Units from several options. The results showed that two Blood Donation Unit location has been chosen to build. From the first location, the number of blood donations obtained is 1680 bags per month, with the manufacturing cost is Rp. 597.958.976. From the second location, the total number of blood donations obtained is 930 bags per month with the manufacturing cost is Rp. 595.056.976. From the two new Blood Donation Units, the amount of blood obtained has met the minimum amount of blood needs in Banten Province per month and is in accordance with the budget available."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Beberapa hasil uji serologi HIV indeterminate pada tes skrining darah ditemukan di Indonesia. Prosedur skrining darah
yang dilakukan saat ini sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh WHO untuk skrining darah, yaitu 3 tes uji serologi HIV
selama pemeriksaan darah. Ketidaksesuaian hasil yang satu dengan yang lain didefinisikan sebagai hasil indeterminate.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi galur-galur HIV yang sulit teridentifikasi dari darah dengan uji serologi
HIV intermediate dan mengevaluasi apakah galur HIV yang beredar di Indonesia mempunyai kemungkinan lolos dari
sistem pendeteksian yang ada. Deteksi RT-PCR dilakukan pada 40 sampel RNA HIV dari donor darah yang
mempunyai hasil uji serologi indeterminate dengan sebelumnya melakukan uji konfirmasi dengan menggunakan
western blot. Deteksi RT-PCR menunjukkan bahwa sebanyak 24/32 (75%) sampel positif LTR, 4/31 (13%) positif pol
dan 3/5 (60%) positif env. Amplifikasi pada daerah p24, pita-pita yang ditemukan pada sampel selalu lebih rendah dari
yang diharapkan. Sekuensing dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil amplifikasi menunjukkan bahwa perlu analisis
lebih lanjut untuk mengetahui apakah perubahan ini yang menyebabkan hasil indeterminate.
Indeterminate results of
serological HIV test have been found in Indonesia. The screening procedure is following the prescribed by WHO for
screening of blood donors which is based on 3 different serological HIV test during screening of blood donors.
Discordant results are interpreted as indeterminate. This research aims to identify GIV strains that previously difficult to
determine, and to evaluate whether the HIV strains present in Indonesia could pass the existing screening system. RTPCR
detection test of HIV RNA were conducted for 40 blood donors samples with indeterminate serological HIV-test
after a confirmatory test using western blot. Preliminary results showed that 24/32 (75%) of the samples are positive
LTR, 4/31 (12%) positive pol and 1/3 (33%) positive env. Amplification in p24 region showed that bands found have
lower size than expected. Sequencing performed to confirm these findings show that further analysis is needed to
determine whether this change is what behind the indeterminate results.
"
[Institute of Human Virology and Cancer Biology University of Indonesia, Institute of Human Virology and Cancer Biology University of Indonesia], 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Florentina Mariane Rahardja
"Tujuan penelitian awal lni adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian laktoferin sapi terbedap jumlah limfosit CD4+ penderita HIV positif dewasa. Penelitian dilakukan di POKDISUS AIDS RSUPNCM Jakarta, mulai bulan Februari 2010 sampai dengan bulan April2010. Dua puluh delapan subyak yang diseleksi dari pasien HIV positif dengan metode consecutive sampling mengikuti penelitian ini dari awal sampai akhir. Semua subyek diberi kapsul berisi 200 mg laktoferin sapL Kapsul diminum setiap hari satu butir selama enam minggu. Data dikumpulkan sebelum dan sesudah pemberian kapsul laktoferin melalui wawanoara, pengukuran antropometrik, dan pemerikarum laboratorium darah untuk penentuan jumiah limfosit CD4'. Data asupan makanan direntukan dengan menggunakan metode food recall lx24 jam dan food record 3x24 jam pada awal dan akhir penelitian.
Nilai rerata jumlah limfosit CD4+ sebelum pemberian laktoferin adalah 231,85 ± 122,89 seVL (50,00-731,00 seVf!L) sesudah enam minggu perlakuan. Uji Wilcoxon terhadap kadua nilai tersebut, tidak berbeda bermakna (p=0,22). Sahelum diberikan laktoferin, nilai rerata jumlah limfusit CD4+ subyek yang belum mendapat ARV adalah 302,33 ± 132,79 seV tL dan meningkat menjadi 345,33 ± 202,33 sell tL pada akhir penelitian. Respon serupa ditemukan pula pada subyek yang telah mendapat ARV di mana jumiah limfosit CD4' sebelum pemberian laktoferin adalah 178,00 ± 84,77 seii L, 122,66 seV tL. Uji t be!pasangan terhadap peningkatan jumlah Jimfosit CD4+ antara subyek yang sudah dan belum mentiapat ARV, temyata tidak berbeda bermakna (p=0,12). Perbaikan jumlah limfosit CD4+ sesudah pemberian laktoferin terjadi pada 7 (58,33%) dari 12 subyek yang belum mendapat ARV dan pnda 9 (56,25%) dari 16 subyek yang mendapat ARV. Uji Chi-Square menunjukkan bahwa perbaikan jumlah limfosit CD4+ pada kedua kelompok.

The aim of this preliminary study is to find out the effect of bovine lactoferin administration on CD4+ lymphocyte count of adult H!V-infected patients. "!he study was conducted from February to April 2010, at POKDJSUS AIDS Department of Internal Medicine, Central District Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSUPNCM) Jakarta. Subjects were selected from HIV-positive patients and only 2& were fully participated in the study. Capsules containing 200 mg of bovine lactoferrin were taken orally by all subjects once a day fur six weeks. Data were collected before and after bovine lactoferrin administration by interview, anthropometric measurement, and laboratory examination of blood for determining CD4+ lymphocyte count. Daily dietary intake data were determined by using I x 24 hour food recall and 3 x 24 hour food record at the beginning and at the end of the study.
Mean value of CD4.._ lymphocyte count before lactoferrin administration was 231.85 ± 122.89 cells/j.tL and increased to median value of 236.50 cells/j.tL (50.00-731.00 cellslj.tL) after six weeks intervention. Wilcoxon test on the above values showed no significant difference (IF0.22). Mean value of CD4+ lymphocyte count of untreated subjects with ARV before lactoferrin administration was 302.33 ± 132.79 cellsiJ.lL and increased to 345.33 ± 202.33 cells/j.!L at the end of study. 1he same response was also found in treated subjects with ARV where the mean value of CD4'" lymphocyte count increased from 78.00 ± 84.77 cells/).IL before lactoferrin administration to 204.38 ± 122.66 cells/J.tL, thereafter. Paired t-test on the increased CD4+ lymphocyte count between treated and untreated subjects with ARV showed no significant difference (JFO.I2). The improvement of CD4+ lymphocyte count after lactoferrin administration was seen in 7 out of 12 untreated subjects (58.33%) and in 9 out of 16 treated subject? with ARV (56.25%). Chi-Square's test showed that the improvement on both groups was not significant (p 0.91).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Ristriyani
"HIV sebagai penyakit kronis dapat mengubah kualitas hidup penderitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intensitas respon berduka pada perempuan HIV positif. Rancangan penelitian dilaksanakan dengan potong lintang dengan metode pengambilan sampel secara consecutive sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 235 perempuan HIV positif yang menjadi pasien di beberapa Puskesmas di Jakarta, Indonesia. Hasil penelitian didapatkan gambaran denial dengan nilai tengah yaitu 2,25 (SD 0,75) berada pada rentang 2,18-2,38; resistance dengan nilai tengah yaitu 1,67 (SD 0,89) berada pada rentang 1,84-2,07; sorrow dengan nilai tengah yaitu 2,67 (SD 0,93) berada pada rentang 2,26-2,52; dan acceptance dengan nilai tengah yaitu 3 (SD 0,72) berada pada rentang 2,79-2,98 pada tingkat kepercayaan 95%. Karakteristik responden menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden adalah ibu rumah tangga (65,5%), menikah sebanyak 56,2% dan 50% responden menyatakan tertular HIV dari pasangannya. Usia termuda pada penelitian ini adalah 18 tahun dan yang tertua adalah 47 tahun. Penelitian ini menemukan bahwa sikap menyangkal perempuan HIV positif berada pada skala sedang, kemarahan pada skala ringan, kesedihan mendalam pada skala sedang, dan penerimaan pada skala mendekati penuh. Karakteristik responden seluruhnya berasal dari fasilitas kesehatan primer yang telah mendapatkan pengobatan dan konseling sehingga hal tersebut mendukung acceptance yang penuh pada responden. Namun demikian masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai factor-faktor apa saja yang memengaruhi berduka pada perempuan HIV positif.

This study aims to identify the intensity of grief response in HIV positive women. The study design was conducted by cross section by consecutive sampling method. The samples were 235 HIV positive women who are patients at Primary Health Care in Jakarta, Indonesia. The result shows that a mean value of denial is 2.25 (SD 0.75) in the range of 2.18 to 2.38; a mean value of resistance is 1.67 (SD 0.89) in the range of 1.84-2.07; the middle value of sorrow is 2.67 (SD 0.93) in the range 2.26-2.52; and the mean value of acceptance  is 3 (SD 0.72) in the range 2.79-2.98 at the 95% confidence level. Characteristics of respondents shows that more than half of respondents were housewives (65.5%), married 56.2% and 50% of respondents said that they contracted HIV from their spouses. The youngest age in this study was 18 years old and the eldest was 47 years old. The study found that the attitudes of denying was on a moderate scale, anger on a mild scale, sorrow on a moderate scale, and acceptance on near-fullness scale. All of respondents was patient in Primary Care Facilities that might be one of the factors that cause acceptance is close to full. However, further research is needed on what factors can affect the grieving process  of HIV-positive women."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
610 UI-JKI 21:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R.W. Susilowati
"ABSTRAK
Latar belakang dan cara penelitian: Kemajuan sektor industri di Indonesia sejalan dengan banyaknya pabrik-pabrik yang dibangun, selain dapat menambah lapangan kerja ternyata dapat membawa risiko kesehatan bagi pekerja maupun masyarakat umum. Disamping itu penggunaan bahan kimia, obat-obatan, insektisida dan polusi udara semakin bertambah_ Salah satu dampak negatifnya adalah paparan dari bahan-bahan tersebut diatas, yaitu dapat bersifat mutagen. Mutagen dapat mengakibatkan perubahan (mutasi) pada molekul DNA yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit seperti keganasan, kelainan kongenital, aborsi spontan dan lain-lain. Untuk itu perlu mengembangkan uji efek mutagen yang lebih sederhana dan ekonomis. Penelitian dilakukan pada 280 orang donor darah. Sampel darah mendapat perlakuan larutan hipotonik tanpa kultur. Parameter yang diteliti adalah: memeriksa dan menghitung 500 sel mononuklir, berapa yang mengandung mikronukleus dari setiap donor. Data yang diperoleh diuji dengan analisis bivariat dan multivariat (regresi logistik).
Hasil dan kesimpulan: Dari hasil pemeriksaan pada sediaan darah tepi cara langsung tanpa kultur dengan menggunakan larutan hipotonik dan fiksasi Camay (9:1), serta pewarnaan Giemsa, mikronukleus dapat terlihat pada sel mononuklir. Kelompok usia tidak mempengaruhi jumlah sel yang mengandung MN (p > 0,05), tetapi risiko untuk mengalami peningkatan MN mulai pada usia 21 - 30 tahun, dan risiko terbesar terdapat pada usia lebih dari 60 tahun yaitu 2,16 kali lebih besar untuk mengalami peningkatan MN. Kebiasaan merokok tidak mempengaruhi jumlah sel yang mengandung MN (p > 0,05), tetapi perokok mengalami peningkatan MN yang lebih besar dengan risiko 2 kali lebih besar. Pekerjaan tidak mempengaruhi jumlah sel yang mengandung MN (p > 0,05), tetapi antar kelompok pekerjaan mempengaruhi peningkatan MN (p < 0,05 ) dan pekerjaan dengan keterpaparan tinggi mempunyai risiko 3 kali lebih besar untuk mengalami peningkatan MN. Alamat rumah tidak mempengaruhi jumlah sel yang mengandung MN (p > 0,05), tetapi alamat rumah di daerah protokol mempunyai risiko 1,3 kali lebih besar-untuk mengalami peningkatan MN dibandingkan daerah tengah. Janis kelamin tidak mempengaruhi jumlah sel yang mengandung MN (p > 0,05), tetapi laki-laki mengalami peningkatan MN dan risiko yang lebih besar. Dari hasil akhir analisis regresi logistik, hanya pekerjaan yang berpengaruh terhadap peningkatan MN dengan risiko 3 kali lebih besar terdapat pada pekerjaan dengan paparan tinggi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ganjar Noviar
"Sampai saat ini di Indonesia belum diketahui prevalensi seropositif CMV pada darah donor sehingga belum dilakukan uji saring terhadap antibodi CMV dan analisis DNA CMV pada PRC leukodepleted secara rutin untuk kemanan darah donor.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi efektifitas teknik leukodeplesi PRC terhadap deteksi DNA CMV, mendapatkan informasi mengenai prevalensi PRC dengan antibodi IgG CMV positif dan mendapatkan informasi mengenai prevalensi DNA CMV positif pada PRC non-leukodepleted serta PRC leukodepleted di UTD PMI Provinsi DKI Jakarta.
Metode yang digunakan desain potong lintang cross sectional dengan jumlah sampel 113 darah donor yang telah memenuhi kriteria inklusi. Uji saring antibodi IgG CMV menggunakan metode indirect chemiluminescence immunoassay ChLIA dengan alat Liason XL 10050 Chemiluminescence Analyzer dan analisis DNA CMV menggunakan metode qPCR untuk deteksi UL54 CMV dengan alat Roche Light Cycler 480 II.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi IgG CMV positif sebanyak 111 sampel 98,23 dan IgG CMV negatif sebanyak 2 sampel 1,77 . Prevalensi DNA CMV positif pada PRC non- leukodepleted adalah 1 sampel 0,88 dan PRC leukodepleted adalah 0 sampel 0.
Kesimpulan penelitian ini, PRC leukodepleted efektif dalam meningkatkan keamanan darah donor terhadap infeksi CMV.Kata kunci: Cytomegalovirus, PRC Leukodepleted, IgG CMV, qPCR UL54 CMV.

To date, the seropositive prevalence of CMV in blood donor is still remaining unknown. Therefore, no screening test for CMV antibody and CMV DNA analysis on leukodepleted PRC that is routinely performed in Indonesia for the safety of the blood donor.
The purpose of this study was to obtain information on the effectiveness of PRC leukodepleted techniques on CMV DNA detection, to obtain information on the prevalence of PRC with positive CMV IgG antibodies and to obtain information on the prevalence of positive CMV DNA in non leukodepleted PRC and leukodepleted PRC at UTD PMI DKI Jakarta.
Cross sectional design with total sample of 113 donor blood that has fulfilled the inclusion criteria was used as methodology. Indirect chemiluminescence immunoassay ChLIA method with Liason XL 10050 Chemiluminescence Analyzer was used for IgG CMV antibody screening test and qPCR technique with UL54 CMV by Roche light cycler 480 II was used for CMV DNA analysis.
The results showed that 111 samples 98.23 were positive to IgG CMV and 2 samples 1.77 was negative to CMV IgG. The prevalence of positive CMV DNA in PRC before leukodepleted was 1 sample 0.88 and PRC after leukodepleted was 0 sample 0.
The conclusion of this study is leukodepleted PRC effective to reduce the spread of CMV infection through blood transfusions.Key words Cytomegalovirus, PRC Leukodepleted, IgG CMV, qPCR UL54 CMV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joula Timisela
"Dukungan sosial diperlukan perempuan positif HIV untuk menghadapi stigma HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial dengan stigma HIV pada perempuan positif HIV. Desain penelitian ini yaitu potong lintang analitik. Sampel penelitian berjumlah 106 perempuan positif HIV, berusia 15-60 tahun. Penilaian dukungan sosial menggunakan kuesioner MOS-SS yang telah dimodifikasi, sedangkan penilaian terhadap stigma HIV menggunakan kuesioner Berger Stigma Scale versi bahasa Indonesia.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stigma HIV (p=0,024, α:0,05). Dari kelima bentuk dukungan sosial, ditemukan dukungan instrumental (p =0,043), dukungan informasional (p˂ 0,0001), dukungan integritas sosial (p=0,011) berhubungan dengan stigma HIV. Dukungan emosional (p=0,061) dan dukungan penghargaan (p=0,881) tidak berhubungan dengan stigma HIV. Dukungan informasional merupakan bentuk dukungan sosial yang paling memengaruhi stigma HIV (OR 11,64). Dukungan sosial dapat direkomendasikan sebagai salah satu intervensi untuk mengurangi stigma HIV, dengan prioritas utama pada dukungan informasional.

Social support is needed by HIV-positive women to face the HIV stigma. This study aimed to identify the correlation between the social support and the HIV stigma in HIV-positive women. This research applied a cross sectional analytic design. The sample were 106 HIV-positive women, aged 15-60 years. The social support assessment used a modified MOS-SS questionnaire, while the assessment of the HIV stigma used the Indonesian version of Berger Stigma Scale questionnaire.
The results showed that there was a correlation between the social support and the HIV stigma (p=0,24 α: 0.05). Among five forms of social support, the instrumental support (p=0.043), informational support (p˂ 0.0001), and support for social integrity (p=0.011) were correlated to the HIV stigma. While emotional support (p=0.061) and rewarding support (p=0.881) were not correlated to the HIV stigma. The informational support was the most influencing factor of the HIV stigma (OR 11,64). Giving social support can be recommended as one of the interventions to minimize the HIV stigma, with the informational support as the priority.
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T44818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanamal, Grace C.D.
"ABSTRAK
Latar belakang. Defisiensi besi adalah salah satu gangguan gizi yang paling umum di seluruh dunia dan ini bisa terjadi pada para donor darah laki-laki yang rutin. Seorang donor tetap diharapkan dapat menyumbangkan darahnya secara teratur dalam jangka waktu yang tertentu. Pada donor darah yang seringkali diambil, dikhawatirkan pada suatu waktu dapat terjadi defisiensi besi, tanpa anemia. Dengan demikian menjadi perhatian utama para donor tersebut untuk dilakukan skrining defisiensi besi yang bertujuan bagi para donor darah ini agar tetap sehat dan terus mendonorkan darahnya.
Metodologi. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada para donor darah laki-laki yang menyumbangkan darahnya pertama, kelima dan kesepuluh kali. Masing-masing donasi terdiri dari 25 orang yang diambil sampel darahnya untuk dilakukan pemeriksaan hematologi darah lengkap dan pemeriksaan serum iron, TIBC, saturasi transferin dan feritin serum.
Hasil. Didapatkan hasil pada donasi pertama, rerata kadar feritin adalah 91,78; pada donasi kelima terjadi peningkatan kadar feritin yaitu sebesar 111,49 dan menurun lagi pada kelompok pendonor donasi kesepuluh yakni 65,28. Hasil uji kruskal wallis menunjukkan ada perbedaan rerata yang bermakna antara kadar feritin pada donasi pertama, kelima dan kesepuluh kali (nilai p = 0,044).
Simpulan. Terdapat penurunan cadangan besi tubuh (feritin serum) pada donasi pertama dan kesepuluh. Semakin sering kita menyumbangkan darah dapat terjadi defisiensi besi tahap pertama yang kita sebut juga iron depletion. Karena itu perlu diperhatikan pola makan atau status gizi dan juga suplemen yang diberikan sesudah donor.

ABSTRACT
Background : Iron deficiency is one of the most common nutritional disorder in the world and this can occur in the routine male blood donors. A blood donor is expected to donate blood regularly in a certain period of time. In routine blood donors, it is feared that they could have iron deficiency without anemia. Thus the need for screening these donors the iron status of these donors, becomes major concern to keep these blood donors healthy and can donate their blood intensly continue to donate blood.
Methodology : This study used a cross-sectional design on the first, fifth and tenth times male blood donors. Each donation consists of 25 people who were test for serum iron, total iron binding capacity ( TIBC), transferrin saturation and serum ferritin.
Results : it is increasing in the first donation, the mean ferritin levels were 91,78, the fifth donation ferritin levels increase in the amount of 111,49 and declined again in the tenth donation donor group 65,28. Results of Kruskal Wallis test showed significant difference between the mean ferritin levels at the first donation, the fifth and the tenth time (p = 0,044).
Conclusion : There is a significant of serum ferritin in the first and tenth routine male male blood donors. Therefore need to be considered diet or nutritional status and iron supplements were given after the donor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>