Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77453 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Edita Martini
"Krisis minyak bumi yang melanda dunia sejak beberapa dekade silam menyebabkan para peneliti mulai mencari sumber-sumber energi alternatif. Salah satu yang cukup potensial adalah biomassa yang dapat dikonversi menjadi bioetanol ataupun biodiesel. Sumber-sumber biomassa ini dapat berupa limbah industri yang belum dimanfaatkan kembali dengan optimal seperti serbuk gergaji bekas media tanam jamur dari limbah industri jamur yang dapat dimakan (edible mushroom). Serbuk gergaji yang merupakan material berbasis lignoselulosa ini biasanya akan dibuang begitu saja atau dijadikan kompos setelah digunakan sebagai media tanam jamur padahal limbah ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku bioetanol karena masih mengandung selulosa. Terlebih lagi, kandungan lignin pada limbah ini telah diuraikan oleh jamur kayu jenis pelapuk putih seperti jamur Tiram (Pleurotus sp.) dan Kuping (Auricularia sp.) sehingga proses pembuatan bioetanol selanjutnya akan lebih mudah. Pada penelitian ini diketahui selektifitas jamur kuping (Auricularia sp.) terhadap lignin lebih besar daripada terhadap holoselulosa karena dari analisa yang dilakukan ternyata jamur kuping (Auricular! sp.) dapat mengurangi kadar lignin sebesar 6,97% dan holoselulosa 4%. Selain itu ada dua macam hidrolisis yang digunakan, yaitu secara kimiawi dan enzimatis. Fermentasi dilakukan selama 72 jam menggunakan Saccharomyces cerevisae yang dikultur pada media cair ekstrak yeast (YMEB). Hidrolisis asam pada penelitian ini menggunakan asam klorida dengan konsentrasi 0,1; 0,2 dan 0,3 M serta variasi ratio massa dengan pelarut 1:6,7; 1:10 dan 1:17,5 (gr/ml). Pada tiap ratio, konversi tertinggi didapatkan pada konsentrasi HC1 0,3 M. Untuk ratio massa 1:6,7 didapatkan konversi tertinggi sebesar 0,3256%, kemudian untuk ratio massa 1:10 konversinya sebesar 0,5029% sedangkan untuk ratio massa 1:17,5 konversinya 0,3565%. Hidrolisis enzim selulase yang dilakukan pada kondisi optimum hidrolisis asam mampu meningkatkan konversi etanol sebesar 46,55 kali dibandingkan dengan hidrolisis asam klorida pada konsentrasi 0,3 M dan ratio 1:10 yaitu dari 0,503% menjadi 23,41%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irarubbyanthy Irwan
"Oi perairan, terdapat beragam Sumber Oaya Hayati (SOH) seperti
mikroorganisme, tumbuhan air dan berbagai hewan perairan. Ganggang
halus lautlmikroalga merupakan SOH perairan yang berperan sebagai
produsen primer dalam rantai makanan. Mikroalga adalah mikroorganisme
atau jasad renik dengan tingkat organisasi selnya termasuk ke dalam
tumbuhan tingkat rendah. Pemanfaatan mikroalga dapat sebagai bahan
pakan utama dalam budidaya perairan dan produk olahan berupa "makanan
sehat", yaitu dari ganggang halus lautjenis Spirulina, sp dan Chlorella, sp.
Ganggang halus laut membutuhkan senyawa karbon, nitrogen, fosfor,
sulfur dan elemen runutan untuk pertumbuhannya. Untuk memenuhi nutrisi
yang dibutuhkan, diberikan dua jenis pupuk anorganik ke dalam media
kultivasi ganggang hal us !aut yang berbeda, yaitu pupuk anorganik proanalis ...,_
dan teknis. Ganggang halus laut memiliki kemampuan untuk menyerap dan -
mengeluarkan kandungan anorganik yang berasal dari pupuk yang diberikan,
sehinga perlu dilakukan analisa kandungan anorganik pada media kultivasi
tersebut dengan metode Colorimetri dan Spektrofotometer Serapan Atom.
Pertumbuhan ganggang halus laut diukur dari kepadatan selnya pada
setiap volume,kulturnya (log sel/ml). Oengan pupuk anorganik proanalis,
Spirulina, sp menghasilkari jumlah sel tertinggi, yaitu sebanyak 7,7005 log
sel/ml pada umur kultivasi 7 hari, dan Ch/orella, sp sebanyak 7,4183 log
sel/ml pada umur kultivasi 9 hari. Sedangkan dengan pupuk anorganik teknis, Spirulina, sp pada umur kultivasi 5 hari menghasilkan jumlah sel
tertinggi, sebanyak 7,02467 log sel/ml, dan Chlorella, sp pada umur kultivasi
9 hari sebanyak 7,03323 log sel/ml.
Pada media kultivasi ganggang halus laut, kadar ammonia yang
dihasilkan berada dalam rentang 0,3467-2,3367 mg/L, sulfida berada dalam
rentang tidak terdeteksi hingga 0,02 mg/L, kemudian kadar nitrat berada
dalam rentang 0,038-8,3367 mg/L, sedangkan kadar nitrit 0,035-2,08 mg/L,
dan kadarfosfat antara 4,1167-1 3,9667 mg/L.
Di alam, logam dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan
perkembangannya, tetapi dapat pula bersifat toksik. Kadar cadmium pada
media kultivasi berada dalam rentang tidak terdeteksi hiogga 0,1707 mg/L,
sedangkan kadar tembaga tida terdeteksi, kemudian kadar besi dihasilkan
antara 0,0945-3,2904 mg/L dan Radar timbal berada dalam rentang tidak
terdeteksi hingga 1,147 mg/L. • •
Berdasarkan hasil penelitian kandungan anorganik pada media
kultivasi ganggang halus laut Spiro/ina, sp dan Chlorella, sp, maka media
kultivasi ganggang halus laut ini aman untuk pengembangan pakan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfi Rabbani
"Latar belakang: Kanker merupakan penyakit tidak menular dengan 18.1 juta kasus baru dan 9.6 juta kematian setiap tahunnya. Kanker payudara adalah jenis kanker kedua terbanyak setelah kanker paru-paru. Tata laksana kanker diperlukan biaya yang tinggi dan memiliki efek samping yang beragam. Komponen fitokimia aktif dari tumbuhan ataupun fungi yang memiliki kemampuan antioksidan dan sitotoksik terhadap sel kanker, dapat dikembangkan sebagai obat kanker. Salah satu jenis fungi yang berpotensi sebagai antikanker adalah genus Auricularia sp. atau Jamur Hitam-Putih. Studi ini bertujuan untuk mengetahui komponen fitokimia, aktivitas antioksidan dan efek sitotoksik dari ekstrak Auricularia sp. terhadap sel kanker payudara MCF-7.
Metode: Auricularia sp. yang telah dikeringkan dihaluskan menjadi bubuk. Selanjutnya dimaserasi secara bertingkat menggunakan n-heksana, etil asetat dan etanol. Pada ketiga ekstrak dilakukan uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) dilanjutkan dengan pengujian aktivitas antioksidan, dan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7.
Hasil: Auricularia sp. mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid, serta memiliki 17 komponen senyawa lain. Ekstrak etil asetat Auricularia sp. menunjukkan aktivitas antioksidan lemah terhadap radikal bebas DPPH, dengan nilai IC50 sebesar 215.51 μg/mL, dan memiliki aktivitas sitotoksik sangat kuat terhadap sel MCF-7 dengan nilai IC50 sebesar 0.209 μg/mL. Sedangkan ekstrak etanol dan ekstrak n-heksana menunjukkan aktivitas sitotoksik yang tergolong aktif, dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 28.284 μg/mL dan 50.394 μg/mL.
Kesimpulan: Auricularia sp. memiliki komponen fitokimia aktif yang menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker MCF-7.

Background: Cancer is a non-communicable disease with over 18.1 million new cases and 9.6 million deaths annually according to WHO. Breast cancer is the number two highest count type of cancer trailing behind lung cancer. Treating cancer is expensive and have various side effects. Active components found in plants or fungi that have antioxidant and cytotoxic activity towards cancer cells, could be an alternative for anticancer. One of the fungi that is potentially developed as an anticancer, are the genus of Auricularia sp. also known as Black-White fungus. This study aims to determine the phytochemicals components, antioxidant activity and cytotoxic effect of the Auricularia sp. towards MCF-7 breast cancer cells.
Method: Dried Auricularia sp. grinded into a fine powder. Then, multilevel maceration is done with the n-hexane, ethyl acetate, ethanol. The extracts undergo phytochemical screening and thin layer chromatography (TLC), followed by measuring antioxidant and evaluating the cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells.
Results: Auricularia sp. contained secondary metabolites of flavonoids, alkaloids, and triterpenoids and a total of 17 other phytochemical components. Ethyl acetate extract of Auricularia sp. showed a weak antioxidant activity towards DPPH free radical with IC50 of 215.51 μg/mL and a very active cytotoxic evaluation with IC50 of 0.209 μg/mL. On the other hand, Ethanol and n-hexane is categorized with an active cytotoxic evaluation with 29.284 μg/mL and 50.394 μg/mL, respectively.
Conclusion: Auricularia sp. contained phytochemical components that had biological activity of antioxidant toward DPPH free radical and cytotoxic towards MCF-7 breast cancer cell.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yuniarti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raphael Aswin Susilowidodo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Amalia Husnil
"Media budidaya jamur kayu merupakan serbuk gergaji yang ditambah dengan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan jamur. Umumnya, setelah jamur dipanen bekas media yang telah digunakan dibuang begitu saja atau dijadikan kompos. Limbah ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku bioetanol karena mengandung selulosa. Terlebih lagi, kandungan lignin pada limbah ini telah diuraikan oleh jamur kayu jenis pelapuk putih yaitu jamur Tiram dan Kuping sehingga proses pembuatan bioetanol selanjutnya akan lebih mudah. Pada penelitian ini, konversi limbah media budidaya jamur Tiram {Pleurotus sp.) menjadi etanol dilakukan dengan menggunakan proses secara kimia dan enzimatik. Proses secara kimia yaitu hidrolisis menggunakan HCl dengan tiga konsentrasi yang berbeda dan secara enzimatik yaitu hidrolisis menggunakan enzim Cellulose. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae, serentak dengan proses sakarifikasi (SSF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi HCl yang digunakan pada proses hidrolisis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi etanol. Rasio massa substrat dan volume larutan juga mempengaruhi etanol yang dihasilkan. Di antara beberapa perlakuan yang diberikan, substrat yang dihidrolisis menggunakan HCl 3% pada rasio 1:10 memproduksi etanol hasil fermentasi dengan persentase sebesar 7,99% gram etanol/gram substrat. Meskipun demikian, substrat yang dihidrolisis menggunakan enzim Cellulase temyata mampu menghasilkan etanol dalam jumlah yang relatifjauh lebih besar dibanding substrat dengan konsentrasi HCl dan rasio yang optimum. Persentase massa etanol tertinggi yang dihasilkan substrat dengan perlakuan hidrolisis enzim yaitu 52,673%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research was aimed for knowing the influence of EM-4(effective microorganism-4)adudition and the most effective concentration of EM-4 in comspost media for straw mushroom (Volvariella volvacea (Bull ex Fr)Sing) production
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Djamilah
"Penelitian bertujuan mengetahui fase pertumbuhan Chlorella sp.; identitas molekuler Chlorella sp.; mendeteksi lipid Chlorella sp. secara kualitatif; waktu panen Chlorella sp. dengan biomassa terbanyak; waktu panen Chlorella sp. dengan lipid terbaik; dan mengkarakterisasi asam lemak pada tiga fase pertumbuhan Chlorella sp. Sepuluh mikroalga diseleksi menjadi tiga melalui identifikasi molekuler, pendeteksian lipid kualitatif menggunakan nile-red, dan pengamatan pertumbuhan dalam Erlenmeyer, selanjutnya karakterisasi pertumbuhan, pengamatan produksi biomassa dengan metode filtrasi, penghitungan kadar lipid dengan ekstraksi Bligh-Dyer, dan analisis profil asam lemak dengan karakterisasi FAME menggunakan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan Chlorella sp. MA-84, Chlorella sp. MA-86, dan Chlorella sp. MA-90 diidentifikasi secara molekuler sebagai Chlorella vulgaris dan memiliki potensi lipid terbaik secara kualitatif tanpa hambatan pertumbuhan biomassa. Terdapat variasi fase-fase pertumbuhan pada ketiga strain. Chlorella vulgaris MA-84, Chlorella vulgaris MA-86, dan Chlorella vulgaris MA-90 menghasilkan biomassa tertinggi masing-masing 1,242±0,08 g/L (t12), 3,217±0,17 g/L (t14), dan 0.604±0.04 g/L (t16), kadar lipid tertinggi masing-masing 13,853±7,09% (t15), 26,810±22,62% (t16), dan 10,161±3,74% (t16). Ketiga strain mengandung asam palmitat, asam palmitoleat, asam heksadekadienoik, asam linoleat, asam stearat, dan asam arakidat.

The study aims to identify the growth phases of Chlorella sp., molecularly identify of Chlorella sp., qualitatively detect Chlorella sp. lipids, determine the best harvesting time for maximum biomass and maximum lipid content, also characterize the fatty acids on three growth phases of Chlorella sp. Ten microalgae were selected into three strains through molecular identification, qualitative lipid detection using nile-red, and growth observation in Erlenmeyer, for analyze growth characterization, biomass production using filtration method, lipid content using Bligh-Dyer extraction, and fatty acid profiling through FAME characterization using GCMS. The research results showed that Chlorella sp. MA-84, Chlorella sp. MA-86, and Chlorella sp. MA-90 were molecularly identified as Chlorella vulgaris and demonstrated the best qualitative lipid potential with good growth. There were variations in growth phases among the three strains. Chlorella vulgaris MA-84, Chlorella vulgaris MA-86, and Chlorella vulgaris MA-90 produced the highest biomass of 1.242±0.08 g/L (t12), 3.217±0.17 g/L (t14), and 0.604±0.04 g/L (t16), respectively, and exhibited the highest lipid content of 13.853±7.09% (t15), 26.810±22.62% (t16), and 10.161±3.74% (t16), respectively. All three strains contained palmitic acid, palmitoleic acid, hexadecadienoic acid, linoleic acid, stearic acid, and arachidic acid."
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>