Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76546 dokumen yang sesuai dengan query
cover
MEDICINAL 4:1 (2003)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyakit tuberkulosis (TB paru) merupakan masalah yang masih belum dapat dituntaskan. Data Program P2TB Kota Cirebon tahun 2011 menunjukkan, 91% (CR)/263 orang sembuh, 2.2%/7 orang meninggal, 4.5%/13 orang DO, 2.08%/6 orang gagal, ini telah mencapai indikator keberhasilan nasional, tetapi beberapa puskesmas masih berada di bawah indikator nasional, yaitu Puskesmas Perumnas Utara (Cure Rate/CR 60%), Larangan (CR 70.37%) Puskesmas Kesambi (CR 66.67%), dan Jl. Kembang (CR 75%). Hal ini menunjukkan, peran PMO masih belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor pada Pengawas Minum Obat (PMO) dengan kepatuhan berobat penderita TB paru, serta variabel dominan yang mempengaruhi kepatuhan berobat penderita TB paru.
Menggunakan desain penelitian case control, jumlah sampel minimal kasus 34 sampel, perbandingan kasus dan kontrol 1 : 2, jumlah sampel keseluruhan adalah 102 (34 kasus dan 68 kontrol), teknik pengambilan sampel random sampling. Kriteria responden: PMO penderita TB paru yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil penelitian menunjukkan variabel tingkat pengetahuan PMO (p= 0.013, α=0.05) dan penyuluhan (p=0.000, α=0.05) berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita TB paru. Penyuluhan merupakan variabel dominan yang mempengaruhi 6.018 kali kepatuhan berobat penderita TB paru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan PMO dan penyuluhan mempengaruhi kepatuhan berobat penderita TB paru, dengan faktor dominan adalah penyuluhan. Saran dari penelitian ini adalah meningkatkan upaya untuk meningkatkan pengetahuan PMO. Studi untuk mengetahui efektifitas asuhan keperawatan keluarga dalam membina peran
PMO sangat diperlukan."
613 JKKI 10:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Try Nirmala Sari
"ABSTRAK
Pengobatan TB lini kedua pada pasien TB lini MDR diketahui memiliki beberapa efek samping. Etionamid adalah salah satu obat dalam pengobatan TB MDR lini kedua. Hipotiroid merupakan efek samping dari pemberian etionamid. Sikloserin merupakan salah satu dari komponen pengobatan kedua yang bersifat bakteriostatik. Efek samping psikiatri seperti antesietas, halusinasi, depresi, euforia, perubahan kebiasaan, dan bunuh diri dilaporkan sebanyak 9,7-50% pada pasien yang menjalani pengobatan dengan sikloserin. Seorang perempuan berusia 46 tahun dengan diagnosis TB MDR, menjalani pengobatan TB lini kedua sejak januari 2016. Regimen pengobatan terdiri dari levofloksasin, sikloserin, etionamid, pirazinamid, etambutol, dan PAS. Evaluasi pengobatan dibulan pertama menunjukan adanya lelah, komunikasi yang berkurang, dan perubahan perilaku. Pasien sering merasa sedih, putus asa, dan sangat memikirkan penyakitnya. Pasien juga berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Kemudian pasien menjalani rawat inap dan didiagnosis sebagai depresi imbas pengobatan TB, kemungkinan disebabkan sikloserin. Kemudian pemberian sikloserin dihentikan. Dalam waktu yang bersamaan, pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya peningkatan TSH tanpa disertai gejala klinis hipotiroid. Dilakukan pemberian levotiroksin sebesar 1x100mkg. Pada akhir minggu ke-3 pengobatan, kadar TSH tetap meningkat sehingga pemberian etionamid dihentikan selama 3 bulan. Evaluasi setelah penghentian pemberian etionamid menunjukkan kadar TSH terkendali. Pemberian etionamid kemudian dilanjutkan dengan dosis titrasi per bulan. Kesimpulannya, pada pengobatan TB MDR, timbul efek samping pemberian etionamid perlu diperhatikan. Neorotoksisitas berat yang disebabkan sikloserin dapat ditangani dengan penundaan pemberian obat sementara. Hal lain yang perlu diingat adalah kondisi hipotiroid dapat memperlihatkan gejala depresi. Oleh karena itu, pemantauan efek samping pada obat TB diperlukan. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
MEDICINAL 4:1 (2003)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
"ABSTRAK
Tugas akhir mi membahas Masaiah Inventory Dmnamis
dengan Resiko dan sistim Q untuk pengendalian persedmaan Dan
anaimsa ABC yang dipakam untuk penggeiompokan items
Theory tersebut diatas akan dmterapkan pada penyediaan bahan
baku di perusahaan obat PT Takeda Indonesia
"
1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudianto Hadiwijaya
"Isu globalisasi.dan liberalisasi menimbulkan getaran dalam dunia perumahsakitan. Di kota-kota besar dimulai dengan masuknya modal asing dalam industri bisnis perumah sakitan yang menghasilkan rumah -rumah sakit mewah dengan manajemen canggih. Pemerintah Indonesia mengantisipasi keadaan itu dengan membuka keran bagi modal swasta untuk mendirikan rumah sakit baru. Tumbuhnya rumah-rumah sakit baru memadati dunia perumah sakitan, pada gilirannya menimbulkan dampak persaingan ketat antar rumah sakit. Agar Rumah sakit Pemerintah tidak kalah dalam situasi persaingan ,dikeluarkan kebijakan dengan memberikan peluang bagi rumah sakit Pemerintah untuk berkonversi menjadi rumah, sakit Swadana.
Rumah sakit Cideres adalah rumah sakit umum daerah yang terletak di Kabupaten Majalengka, memperoleh lampu hijau dari Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka untuk mempersiapkan diri menjadi rumah sakit Swadana. Agar pelaksanaan Swadana berjalan lancar, rumah sakit mengadakan uji coba untuk membebaskan salah satu revenue center nya dari pengaturan ICW, dengan pengkelolaan mandiri yaitu melalui Swakelola unit Farmasinya (dengan izin Bupati).
Dengan melihat indikator pelayanan resep, ternyata Swakelola ini menyebabkan pelayanan unit Farmasi meningkat pesat yang berarti pendapatan rumah sakit meningkat pula. Hal ini terlihat dari jumlah resep yang keluar dapat ditekan sebesar 72 % pada tahun 1995, sedangkan pelayanan resep unit Farmasi meningkat sebesar 22,29 % pada tahun yang sama. Peningkatan pelayanan resep di Instalasi Rawat Inap adalah 29,9 %, sedangkan di Instalasi Rawat Jalan adalah 16,1 %.
Pada penelitian didapatkan bahwa kenaikan pelayanan itu belum optimal, karena didapatkan bahwa manajemen Swakelola tersebut masih lemah, terutama dalam unsur koordinasi internal dan eksternal disertai pengendalian belum mendapat perhatian. Apabila dilakukan penataan-penataan dalam struktur maupun prosesnya, produktivitas yang akan terjadi pasti dapat lebih ditingkatkan.

The Analysis of Self Managed Medicines Supply System at the Pharmacy Instalation Cideres Public Regency Hospital, West JavaGlobalization and liberalization issues have effected the hospital world In big cities it started with foreign investments coming into the hospital business industry which produced luxurious hospitals supported by modern management system. The government of Indonesia anticipates this new trend giving opportunities for private/domestic firms to invest its capital to build new hospitals. The growing of new hospitals will, in turn arouses the hard competition between them. To sustain government hospitals create one government policy to maintain positive competition is in this competitive situation, a policy for called the "Swadana" which was issued in the year 1996, tobe implemented by the hospital in Indonesia`.
Cideres public hospital as a local public hospital located in Majalengka regency, has received its permissions from the government of Majalengka regency to prepare things needed to turning to it self a hospital. In order to make the Swadana process runs smoothly, Cideres hospital has arranged a trial to release one of its revenue center from Indische Culture Wet regulation by self-managing its pharmacy unit. In fact, using by prescription service as one of the indicator, the self managing has rapidly increase the performance of the pharmacy services, which means increasing the hospital revenue as well.
This can be seen from the number of prescription unable to be served by Hospital's pharmacy decreased 72% in 1995. The number of receipts served by the Hospital Pharmacy increased by the for 22,29% in the same year. The prescription services inpatient installation was 29,9%, whereas in outpatient installation, it increased by 16,1%.
The study showed that the effort of Cideres Hospital in developing its way to become a Swadana Hospital, is not yet optimal, since there are some weaknesses in their self-managing system, especially the internal, external coordination and management controlling. Changes and better arrangement in structure, function and system are still recommended to be improve in order receipt to achieve higher productivity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Iva Diansari
"Distribusi merupakan salah satu fungsi dalam siklus logistik dimana dilakukan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan pemindahan barang farmasi dari tempat penyimpanan (gudang farmasi) ke tempat pemakai, sehingga terjamin kelancaran pelayanan farmasi bermutu yang pada gilirannya akan menentukan keberhasilan terapi yang diberikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh garnbaran proses distribusi obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi RSPC, yaitu dengan Cara mengidentifikasi faktor yang menghambat proses pendistribusian mulai dan gudang farmasi sampai ke pemakai (pasien rawat inap RSPC). Disamping itu juga melakukan analisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari sistem distribusi yang sedang berjalan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus dengan pendekatan deskriptif dengan menggunakan data primer yaitu observasi di Instalasi Farmasi RSPC dan wawancara langsung dengan Manajer Menengah, Manajer Puncak serta Petugas Pelaksana, data sekunder diperoleh dengan cara survey lapangan dan dari data penunjang lainnya Dari data yang diperoleh, Standart Operating Procedure tentang distribusi walau ada di tingkat manajer puncak belum dijabarkan secara tertulis hingga tingkat pelaksana, adanya pemisahan gudang obat dan gudang alkes, sarana dan fasilitas alat angkut belum sempurna, adanya sisa obat pada pasien rawat inap.
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa distribusi obat di RSPC sudah berjalan cukup baik Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pendistribusian obat dan alkes di RSPC segera dibuat standart of procedur baku dan tertulis sampai petugas pelaksana dan untuk memudahkan distribusi obat ke ruang rawat inap. Diusulkan pemberian secara dosis unit serta penggabungan gudang obat dan gudang alkes menjadi Gudang Farmasi, sehingga distribusi obat dan alkes dari gudang farmasi ke Apotik lalu ke unit pemakai.

Analysis Of Medicine Distribution And Medical Equipment In The Pharmacist Puri Cinere HospitalDistribution is one of the function in logistic cycle when management, arrangement and removing arrangement of medicine from warehouse in the user and guarantee the flow of service of qualified medicine to ascertain the success of therapy.
The aim of this research is to get a picture in distribution of medicine and medical equipments in the Installation Pharmacist RSPC by indicating the obstruct factor of distribution process beginning from warehouse to the user (patients in the Hospital RSPC). Besides conducts of analyze in order to know the benefit and weakness of the distribution system in process.
The method which is used in this research is descriptive method using primer data such as observation in Pharmacy Installation of RSPC and direct interviewed with top manager, middle manager and the workers, second data was received from field survey and from other data. From data which received, standard procedure of distribution in the top management was not analyzed in worker level, where warehouse of medical equipments were not in one unit, not complete, unused medicine left by patient.
From the survey concluded that the distribution of medicine in RSPC is running well. To achieve the optimum result from medicine and medical equipments at RSPC, standard of procedure will be made in written as soon as possible up to the worker level in order to make easy the distribution of medicine to the patient, suggested the giving medicine of medicine in doses unit and joining together warehouse of medicine and warehouse of medical equipments in to one warehouse of Pharmacy, the distribution of medicine and medical equipments from warehouse to dispensary and then to the user.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Kurniawan
"ABSTRAK
Sengatan Panas (heat stroke) merupakan kondisi emergensi yang menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortabilitas selama melakukan haji saat musim panas. Banyaknya jemaah haji yang berusia lanjut dengan berbagai komorbid, suhu yang tinggi (bisa lebih dari 45°C), dan aktivitas fisik yang berat selama prosesi haji merupakan faktor risiko terjadinya sengatan panas. Heat Stroke dapat dicegah apabila kita dapat mengenali sedini mungkin apa saja tanda dan gejala perjalanan penyakit serta mengetahui siapa saja atau kondisi apa saja yang mempengaruhi kejadian sengatan panas. Metode penelitian merupakan studi potong lintang dengan metode consecutive sampling pada jemaah haji Indonesia tahun 2016 yang menderita sengatan panas di Arafah dan Mina. Diagnosis sengatan panas (heat stroke dan heat exhaustion) ditegakkan secara klinis dengan kriteria: 1. demam/hiperpireksia, 2. kulit pucat/kulit kering, 3. penurunan kesadaran/kebingungan, dan 4. tidak ada tanda-tanda infeksi. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 41 jemaah haji Indonesia menderita sengatan panas, terdiri dari 16 jemaah heat stroke serta 25 jemaah heat exhaustion. Mayoritas subjek berjenis kelamin laki-laki sebesar 63,4%. Usia >70 tahun mengalami sengatan panas terbanyak yaitu 29,3%. Sebanyak 14,6% komorbid diabetes mellitus dab 12,2% memiliki hipertensi. Sengatan panas 78% terjadi di Arafah dan 22% terjadi di Mina. Dari seluruh jemaah yang menderita sengatan panas, sebanyak 68,3% sembuh dan 29,3% dirawat. Kesimpulannya usia lebih dari 70 tahun terbanyak mengalami kejadian sengatan panas. Komorbid seperti diabetes mellitus dan hipertensi merupakan kejadian terbanyak sengatan panas. Sebagian besar Jemaah terkena snegatan panas adalah di Arafah. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Soraya
"Studi sebelumnya telah membuktikan bahwa kanker kepaladan leher telah menjadi masalah penting di negara Asia termasuk Indonesia. Terdapat faktor resiko yang mendukung terjadinya insidens kanker tersebut dibagi menjadi faktor yang dapat dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-Faktor tersebut memiliki implikasi penting dalam mempelajari faktor resiko yang paling berpengaruh dalam insidens kanker nasofaring di Indonesia. Studi ini ditujukan untuk menentukan perbandingan antara tingkat pendidikan dan konsumsi alkohol pada pasien dengan kanker nasofaring dan kanker oral pada pasien yang datang ke klinik gigi RSCM pada tahun 2006-2009. Data dalam studi ini berdasar pada rekam medis pasien yang datang ke klinik gigi RSCM pada tahun 2006-2009. Data dianalisa menggunakan SPSS versi 20. Signifikansi di tes menggunakan Smirnof-Kolmogorov Z test. Pasien yang mengaku mengkonsumsi alkohol sebagian besar merupakan pasien dengan kanker nasofaring. Sementara, untuk tingkat pendidikan, sebagian besar pasien pada kanker nasofaring merupakan pasien dengan tingkat pendidikan yang rendah. Tidak terdapat asosiasi yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pasien kanker (P=0.995). Begitu pula dengan konsumsi alkohol, tidak terdapat asosiasi yang signifikan antara penggunaan alkohol pada pasien kanker nasofaring. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat asosiasi antara tingkat pendidikan dan penggunaan alkohol dengan kanker nasofaring.

As many of the previous studies has proven, head and neck cancer has been a major problem in many of Southeast Asian countries, including Indonesia. The contributing risk factors to incidence of HNC are divided into modifiable and unmodifiable risk factors. Those risk factors has very important implications in understanding the most influencing risk factors of HNC among Indonesia populationThis study aim to determine the comparison of educational level and alcohol consumption in patients with nasopharyngeal cancer and oral cancer who came to dental clinic RSCM Jakarta between 2006-2009. The data was obtained from medical record of patients diagnosed with head and neck cancer who visited oral medicine clinic of RSCM Jakarta from 2006-2009. The data then was analyzed using SPSS version 20..The significance association were tested using Kolmogorof-Smirnov Z. The result showed that patient with the presence of alcohol use were mostly diagnosed with nasopharyngeal cancer. However, after compared between nasopharyngeal and non-npc group, there were no significant association found between the two groups (P=1.000). The level of formal education also did not significantly associated with the nasopharyngeal and nonnpc (P=0.995). In conclusion, there was no significant association found between educational level and alcohol use in nasopharyngeal cancer patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Rina Yunita
"ABSTRAK
Pendahuluan: Sambiloto atau Andrographis panniculata merupakan sebuah
tanaman herbal yang memiliki khasiat sebagai antimalaria dengan cara
meningkatkan kerja antioksidan dalam tubuh. Hati merupakan salah satu tempat
terjadinya fase perkembangan Plasmodium pada penyakit malaria. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis aktivitas antimalaria dari Ekstrak Etanol Sambiloto
(EES) pada mencit yang diiinfeksi Plasmodium berghei secara in vivo melalu
pengukuran kadar MDA dan aktivitas spesifik katalase jaringan hati.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental in vivo
menggunakan hewan coba mencit Balb/c. Metode penelitian dilakukan dengan
mengelompokkan mencit ke dalam empat kelompok yaitu kelompok kontrol yang
tidak diberi perlakuan, kelompok I yang diinduksi Plasmodium berghei tetapi
tidak diterapi, kelompok II yang diinduksi Plasmodium berghei dan diberi EES 2
mg/kgBB serta kelompok III yang diinduksi Plasmodium berghei dan diberi
klorokuin 10 mg/kgBB selama 3 hari. Analisis kadar MDA dilakukan dengan
metode Wills dan aktivitas spesifik katalase dengan metode Mates et al.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan kadar MDA yang tidak
signifikan pada mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei dan diberi
ekstrak etanol sambiloto (EES) 2 mg/kgBB dibandingkan dengan kontrol negatif
(66.49 ± 22,92 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g jaringan hati). Namun pada kelompok
yang diberi perlakuan klorokuin juga terlihat penurunan kadar MDA yang tidak
signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif (67.49 ± 7,04 vs 69.40 ± 11,69
nmol/g jaringan hati). Sedangkan aktivitas spesifik katalase kelompok yang diberi
EES menunjukkan peningkatan yang tidak berbeda bermakna dibandingkan
dengan kelompok kontrol (2,73 ± 0,59 vs 3,73 ± 1.56 Unit/mg jaringan hati).
Begitupula dengan klorokuin yang menunjukkan peningkatan aktivitas spesifik
katalase yang tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol
(2,97 ± 1,53 vs 3,73 ± 1.56).
Kesimpulan: Pada kelompok dengan pemberian EES 2 mg/kgBB terjadi
penurunan kadar MDA serta peningkatan aktivitas spesifik katalase jaringan hati
mencit dibandingkan dengan kelompok negatif, tetapi secara statistik tidak
bermakna demikian pula dengan kelompok yang diberi klorokuin.

ABSTRACT
Introduction: Andrographis panniculata or Sambiloto is a herbal plant that has
antimalarial efficacy by increasing antioxidant in body. Liver is one of the places
for Plasmodium to develop themselves in malaria. This research aims to analyze
the activity of antimalarial from Sambiloto Ethanol Extract (SEE) in mice which
infected by Plasmodium berghei in vivo through the measurement of MDA level
and the specific activity of catalase in liver tissue.
Method: We used experimental in vivo as the reserach design, using balb/c. The
research design is done by grouping the mices into four groups which of the
untreated group, group I-induced by Plasmodium berghei but not treated, group
II-induced Plasmodium berghei and treated with SEE 2 mg/kg Body weight,
group III-induced Plasmodium berghei and treated with chloroquine with 10
mg/kg Body weight in three days. The MDA level analyze is done by the Wills
method and the specific activity of catalase with Mates et al method.
Result: The research result showed the decrease of MDA level which not
significant in mice that is infected by Plasmodium berghei and treated by SEE 2
mg/ kg BW compared to negative control (66.49 ± 22,92 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g
liver tissue). However, group that is infected by Plasmodium berghei and treated
by chloroquine also showed the decrease of MDA level which not significant
compared the negative control (67.49 ± 7,04 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g liver tissue).
Instead, group which treated by SEE showed the increase in specific activity of
catalase compared with control (2,73 ± 0,59 vs 3,73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Similarly with chloroquine group which showed an increase in specific activity of
catalase were not significantly different compared with the control group (2.97 ±
1.53 vs 3.73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Conclusion: Group that treated with SEE 2 mg/kg Body weight showed decrease
of MDA level and also the increase of catalase specific activity in mice liver tissue
compared negative control, but statistically not significant as well as the group
given chloroquine;Introduction: Andrographis panniculata or Sambiloto is a herbal plant that has
antimalarial efficacy by increasing antioxidant in body. Liver is one of the places
for Plasmodium to develop themselves in malaria. This research aims to analyze
the activity of antimalarial from Sambiloto Ethanol Extract (SEE) in mice which
infected by Plasmodium berghei in vivo through the measurement of MDA level
and the specific activity of catalase in liver tissue.
Method: We used experimental in vivo as the reserach design, using balb/c. The
research design is done by grouping the mices into four groups which of the
untreated group, group I-induced by Plasmodium berghei but not treated, group
II-induced Plasmodium berghei and treated with SEE 2 mg/kg Body weight,
group III-induced Plasmodium berghei and treated with chloroquine with 10
mg/kg Body weight in three days. The MDA level analyze is done by the Wills
method and the specific activity of catalase with Mates et al method.
Result: The research result showed the decrease of MDA level which not
significant in mice that is infected by Plasmodium berghei and treated by SEE 2
mg/ kg BW compared to negative control (66.49 ± 22,92 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g
liver tissue). However, group that is infected by Plasmodium berghei and treated
by chloroquine also showed the decrease of MDA level which not significant
compared the negative control (67.49 ± 7,04 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g liver tissue).
Instead, group which treated by SEE showed the increase in specific activity of
catalase compared with control (2,73 ± 0,59 vs 3,73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Similarly with chloroquine group which showed an increase in specific activity of
catalase were not significantly different compared with the control group (2.97 ±
1.53 vs 3.73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Conclusion: Group that treated with SEE 2 mg/kg Body weight showed decrease
of MDA level and also the increase of catalase specific activity in mice liver tissue
compared negative control, but statistically not significant as well as the group
given chloroquine;Introduction: Andrographis panniculata or Sambiloto is a herbal plant that has
antimalarial efficacy by increasing antioxidant in body. Liver is one of the places
for Plasmodium to develop themselves in malaria. This research aims to analyze
the activity of antimalarial from Sambiloto Ethanol Extract (SEE) in mice which
infected by Plasmodium berghei in vivo through the measurement of MDA level
and the specific activity of catalase in liver tissue.
Method: We used experimental in vivo as the reserach design, using balb/c. The
research design is done by grouping the mices into four groups which of the
untreated group, group I-induced by Plasmodium berghei but not treated, group
II-induced Plasmodium berghei and treated with SEE 2 mg/kg Body weight,
group III-induced Plasmodium berghei and treated with chloroquine with 10
mg/kg Body weight in three days. The MDA level analyze is done by the Wills
method and the specific activity of catalase with Mates et al method.
Result: The research result showed the decrease of MDA level which not
significant in mice that is infected by Plasmodium berghei and treated by SEE 2
mg/ kg BW compared to negative control (66.49 ± 22,92 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g
liver tissue). However, group that is infected by Plasmodium berghei and treated
by chloroquine also showed the decrease of MDA level which not significant
compared the negative control (67.49 ± 7,04 vs 69.40 ± 11,69 nmol/g liver tissue).
Instead, group which treated by SEE showed the increase in specific activity of
catalase compared with control (2,73 ± 0,59 vs 3,73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Similarly with chloroquine group which showed an increase in specific activity of
catalase were not significantly different compared with the control group (2.97 ±
1.53 vs 3.73 ± 1.56 Unit/mg liver tissue).
Conclusion: Group that treated with SEE 2 mg/kg Body weight showed decrease
of MDA level and also the increase of catalase specific activity in mice liver tissue
compared negative control, but statistically not significant as well as the group
given chloroquine"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>