Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131713 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yohanes Edi Sugiarto
"Akhir-akhir ini, perilaku seks bebas pada remaja sudah menghawatirkan, sehingga memerlukan penanggulangan yang serius. Banyak faktor yang diduga berkaitan dengan fenomena tersebut. Penelitian ini memfokuskan pengkajian pada pendidikan seks dalam keluarga, pertimbangan moral, dan sikap terhadap seks bebas siswa SMU Negeri 5 Bogor tahun 2002. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, sedangkan disainnya adalah cross-sectional survey. Hasil penelitiannya disajikan dalam bentuk tesis yang ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dalam keluarga dengan perilaku seks bebas pada remaja; (2) tingkat perkembangan moral memiliki hubungan dengan sikap terhadap seks bebas pada remaja, akan tetapi sikap terhadap seks bebas pada remaja tidak berhubungan dengan penalaran prinsip moral; (3) pendidikan seks dalam keluarga dan tingkat perkembangan moral -secara simultan- mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap terhadap seks bebas; (4) ada hubungan antara pemberian informasi tentang perbedaan serta fungsi organ seksual antara pria dengan wanita, pemberian informasi tentang berbagai risiko penyalahgunaan organ seksual, pemberian bekal keagamaan dan keterampilan berperilaku sebagai pedoman pergaulan antara pria dengan wanita, penjelasan tentang perubahan yang terjadi pada masa remaja dan tingkat perkembangan moral -secara simultan- dengan sikap terhadap seks bebas.
Merujuk kepada simpulan penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) pendidikan seks dalam keluarga yang yang selama ini dilakukan oleh para orang tua terhadap remaja di rumah, perlu dipelihara dan dikembangkan sehingga lebih relevan dengan kebutuhan nyata para remaja; (2) untuk meningkatkan kemampuan penalaran moral remaja, pihak sekolah dan orang tua dapat melatihnya melalui latihan diskusi pemecahan masalah-masalah sosial yang nyata; (3) agar remaja terhindar dari perilaku seks bebas, maka yang perlu dilakukan adalah membekali mereka dengan pengetahuan yang lengkap dan tuntas mengenai berbagai isu yang berkaitan dengan seks bebas; (4) untuk meningkatkan komitmen moral agar remaja tidak terjerumus ke dalam perilaku seks bebas, juga dapat dilakukan dengan pembinaan moral dan budi pekerti.

The Correlation between Sex Education in The Family and Moral Judgement with the Attitude toward Free Sex of SMUN 5 Bogor Students, Year 2002Recently, free sex behaviors in adolescence have been critical issue that should be resolved seriously. There were many factors related to these phenomena. This research focuses on the sex education in the family, moral judgment, and the attitude toward free sex of SMUN 5 Bogor students, year 2002. This research used descriptive method through cross sectional survey design. The research report presented in thesis form to complete graduate study in public health program.
The research found that (1) there is significant correlation between sex education in family and free sex attitudes of adolescents; (2) level of moral development correlate with attitude toward the free sex of adolescents, but the free sex attitudes of adolescents has no significant correlation with the principal moral judgment; (3) sex education in the family and-the level of moral development correlate significantly with the attitudes toward free sex; (4) there is correlation between information about differences and function of sex organs between male and female, risks of sex organs abuse, religious norm as guide of social intercourse between male and female, changes of adolescents life, and moral judgment simultaneously with attitudes toward free sex.
In reference to the conclusions, it can be stated the implication as follow: (1) parent?s sex education should be improved that relevant with real needs of adolescents; (2) to increase moral judgment ability of adolescents, teachers (schools) and parents need to collaborate each other to develop ability for real social problem solving; (3) to prevent adolescents from free sex, they should have comprehensive knowledge in dealing' with free sex issues; and (4) to prevent adolescents fall into free sex, reinforcing their moral and ethics also recommended."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 8296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Urai Titin Hiswari
"ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui Korelasi Antara Pendidikan Lingkungan Dengan Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Hidup di Kotamadya Pontianak Kalimantan Barat
Membina dan mengembangkan sikap lingkungan hidup di dalam diri individu adalah merupakan aspek mental yang penting, karena sikap dapat memotivasi terlaksananya perbuatan positif terhadap lingkungan hidup. Mencintai lingkungan hidupnya, mengetahui masalah-masalah lingkungan hidupnya, dan memiliki wawasan lingkungan hidup. Untuk mencapai sasaran im, individu harus memiliki pemahaman tentang pengetahuan materi lingkungan hidup yang merupakan dasar pengembangan sikap terhadap lingkungan hidup.
Program pengajaran pendidikan lingkungan yang diberikan berdasarkan Kurikulum 1994, yang menggunakan pendekatan integratif (terpadu), oleh sebab itu diperlukan sekali evaluasi untuk mengetahui keberhasilannya. Pada penelitian ini evaluasi yang dilaksanakan bukan hanya pada kawasan kogoitif saja, tetapi juga pads kawasan afektif yaitu sikap siswa terhadap lingkungan hidup.
Penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar hubungan pendidikan lingkungan yang telah diberikan kepada siswa kelas I Sekolah Menengah Umum Negeri dapat membma sikap siswa terhadap lingkungan hidup. Disamping itu akan diteliti pula apakah ada perbedaan antara sikap siswa wanita dan sikap siswa pria terhadap lingkungan hidup.
Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan materi lingkungan siswa dan sikap siswa terhadap lingkungan sebagai hasil pendidikan lingkungan. Selain itu juga untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan materi lingkungan siswa dengan sikap siswa terhadap lingkungan dan pengatuh perbedaan jenis kelamin siswa terhadap lingkungan.
Agar hasil penelitian ini menjawab tujuan penelitian maka perumusan hipotesis adalah ada hubungan positif antara tingkat pengetahuan materi lingkungan pada pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa terhadap lingkungan, dan ada pengaruh jenis kelamin siswa terhadap lingkungan siswa, sesudah mengikuti pendidikan lingkungan hidup.
Penelitian ini dilaksanakan di SMUN Kotanradya Pontianak, dengan jumlah populasi sebanyak 4049 siswa. Sampel yang diambil secara "Purposive Random Sampling" dengan mengambil sampel 210 siswa kelas I dari 7 SMUN. Penanikan 5 sampel dari 6 kelas paralel dari masing-masing SMUN secara "sistematic random sampling".
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes hasil belajar tentang lingkungan hidup untuk memperoleh tingkat pengetahuan materi lingkungan dan teknik kuesioner dengan menggunakan skala Likert untuk memperoleh sikap siswa terhadap lingkungan hidup. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan program Microstat. Untuk menguji berapa besamya pengaruh pengetahuan mater linglcungan hidup (variabel X) terhadap sikap siswa (variabel Y), digunakan persamaan Regresi. Untuk menguji berapa besamya hubungan antara variabel X dengan varibel Y digunakan Korelasi. Dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan jenis kelamin siswa terhadap sikap siswa terhadap lingkungan digunakan uji Chi Kuadrat.
Hasil penelitian mengungkapkan :
1. Hasil tes pemahaman pengetahuan materi linglcungan hidup siswa rata-rata skor yang diperoleh aclalah : 37,3960 dari maksimum skor 50.
2. Pengukuran sikap siswa terhadap ingan hidup dengan menggunakan Skala Likert diperoleh skor rata-rata adalah: 132,2079 dari maksimum 175.
3. Ada hubungan antara pemahaman pengetahuan materi lingkungan hidup terhadap sikap siswa dibuktikan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Hasil yang diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel (77,327 > 6,76).
4. Besarnya hubungan antara pemahaman pengetahuan materi lingkungan hidup dengan sikap siswa diperoleh koefisien korelasi (r) = 0,5285, hubungan yang cukup berarti. Sikap siswa terhadap lingkungan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman pengetahuan materi lingkungan.
5. Terdapat perbedaan jenis kelamin terhadap sikap siswa terhadap lingkungan dengan uji Chi Kuadrat (x2) = 12,795 lebih besar dari nilai tabel pada tingkat kepercayaan 95% = 0,207 (12,795 > 0,207).
6. Sikap siswa wanita lebih positif dari siswa pria dari hasil pengukuran dengan skala sikap dari Likert 134,2970 > 131,3267.
Kesimpulan :
Pengetahuan materi lingkungan siswa di Sekolah Menengah Umum Negeri di Kotamadya Pontianak baik, begitu juga sikap siswa terhadap lingkungan. Sikap siswa terhadap lingkungan hidup dalam penelitian ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman pengetahuan materi lingk organ hidup.

ABSTRACT
Correlation Between Environmental Education With The Students' Attitude Toward Living Environment (Case Study of High School Students in Pontianak, West Kalimantan)
This thesis has been written to describe the result of research on correlation between environmental education with the students' attitudes toward living environment in district of Pontianak, West Kalimantan.
Developing the mental attitude toward environment in every human being, is the most important aspect, since attitude can motivate the positive respect to the living environment. This aspect can motivate the students to love, care, become aware of the environmental problems and drive the students to become environmentally caring persons.
To achieve these goals, every person has to have deep understanding about living environment which is the basic step to develop the environmental attitude. The environment education programme according to the 1994 Curriculum which is using the Integrative Approach method, demanding an evaluation to every achievement and progress. This research not only evaluated on cognitive aspects, but also on affective aspects which were concentrated on the student's behaviors toward living environment.
This thesis describes the effectiveness of Environment Education that had been given to the first year high school students in the establishment of the right attitude living environment. This thesis also discusses the differences of living environment attitude according to the gender.
This research has been aimed to determine the levels of students' Environment knowledge and the students' behaviors toward environment as the result of the Environment Education. In particular, it determined the levels of Environment knowledge and the students' behavior viewed from the gender point of view.
In order the result of this research could fulfill the aim of the research, the hypothesis has been formulated as follow : There are positive interactions between' the Environment Education and Students' behaviors toward living environment, and there is a positive affect of gender towards living environment as the result of environment education.
The research had been conducted at the High Schools in district of Pontianak with 4049 senior high school students population. Samples had been taken using the "purposive random sampling" and "systematic random sampling" numbering 210 first year students from 7 Senior High schools. Five (5) samples were taken using systematic random sampling on 6 parallel classes from each High School.
The data used in this research were gathered from the assessment of evaluation on living environment education programme and questionnaires. The level of environment knowledge could be determined from the assessment of study evaluation. On the other hand, from the questionnaires, the personal attitude towards living environment could be measured. The questionnaires were designed according to the Likert Scale method. The data were descriptively processed using the Microstat program.
Regression formula was used to evaluate the feedback from the environment knowledge (X variable) towards student's attitudes (Y variable). Correlation coefficient was used to assess the correlation between X variable and Y variable. Chi Square was used to determine the students' attitudes toward environment according to the gender.
Research Results :
1. The result of living environment test showed that the student's average score was 37.960 out of 50.000.
2. The student's average score of living environment using Likert scale was 132.2079 out of 175.
3. Interaction between the knowledge of environment and students' behaviors could be deteuuined by comparing the F counted with F table (77.327 > 6.76).
4. Correlation Coefficient ( r) = 0.5285 shows that the correlation is significant. It also shows that the students' attitude towards environment were influenced by the levels of the students' environment knowledge itself.
5. Attitude differences according to gender towards environment were shown by using Chi square (x2) = 12.795 which was greater than the figure in the table (12,795 > 0,207).
6. The Lilted scale 134.2970 > 131.3267 shows the female students acted more responsively positive ways than their opposite sex.
Conclusion :
The living environment knowledge from High School students in Pontianak can be concluded as quite sufficient including the student's attitudes toward the environment. According to the research, the attitudes of the students toward environment were influenced by the knowledge of living environment itself.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Lucia Wantania
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan lingkungan dengan sikap siswa SLIP terhadap Pelestarian Lingkungan di kotamadya Jakarta Barat , DKI Jakarta. Masalah lingkungan hidup sangat kompleks karena menyangkut dimensi ruang dan waktu serta dampaknya bersifat lokal, wilayah tertentu, daerah, negara bahkan global. Karenanya diperlukan penanganan dengan pendekatan terpadu dan komprehensif antar disiplin ilmu, pihak-pihak terkait serta partisipasi masyarakat.
Untuk mendukung pengelolaan lingkungan hidup ini perlu ditanamkan pemahaman tentang lingkungan hidup sejak dini mulai dari masa prasekolah, SD, SLTP dan SMU sampai perguruan tinggi. Inilah yang menjadi dasar pijak penelitian kami.
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa SLTP mengenai materi lingkungan hidup sebagai hasil belajar pendidikan lingkungan hidup.
2. Mengetahui bagaimana sikap siswa SLTP terhadap pelestarian lingkungan sebagai hasil pengajaran pendidikan lingkungan hidup.
3. Mengetahui hubungan antara pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa SLTP di Jakarta terhadap pelestarian lingkungan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
"Terdapat hubungan yang berarti antara pemahaman materi pendidikan lingkungan dengan sikap siswa SLTP DKI Jakarta terhadap pelestarian lingkungan".
Penelitian ini dilakukan secara ekspos fakto di SLTP Negeri Jakarta Barat dengan jumlah sampel sebanyak 320 siswa kelas III dari 8 SLTPN Sanggar yang diambil secara acak sistematik juga dilakukan wawancara pada sejumlah guru dan Kepala Sekolah.
Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil tes tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan dan kuesioner sikap yang disusun sesuai dengan skala Likert untuk mengukur sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan.
Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menerapkan teknik korelasi Pearson Product Moment yang dikuntkan dengan Uji T. tes. Sedangkan untuk melihat bentuk hubungan antara variabel bebas (tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan) dengan variabel terikat (sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan) digunakan analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan petunjuk pengujian hipotesis dari Putrawan (1990).
Hasil Penelitian menunjukkan :
1. Tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup siswa SLTP rata rata cukup (skor rata-rata 23,4625 dari maksimum skor 36,0000).
2. Sikap siswa SLTP terhadap pelestarian lingkungan umumnya baik (rata-rata skor 83,1844 dari maksimum skor 100,0000).
3. Ada hubungan yang cukup bermakna antara tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan (r= 0,3680; r tabel = 0,118)
4. Model regresi antara tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup (variabel x) dan sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan (variabel y) adalah linear dengan rumus Y^ = 71,01 + 0,523
Kesimpulan yang dapat diambil adalah ada kontribusi positif dari tingkat pengetahuan materi pendidikan lingkungan hidup siswa SLTP kepada sikap siswa terhadap pelestarian lingkungan sebesar 13,54%.

ABSTRACT
This thesis was undertaken to know the correlation between environmental education and Junior High School Students' attitude towards environmental conservation in Jakarta. Environmental problems are very complex because it involved the dimensions of time and space and the impact could be locally, a certain area, a region, national, even global in nature.
Therefore, it is necessary to manage this living environment in an integrated and comprehensive manner, based on many disciplines, many parties concerned and also community participation. To support the management of this living environment, it is necessary to introduce environmental concepts early commencing since preschool, elementary school, junior high school and secondary high school up to tertiary education. That then is the basic idea of this research.
The objectives of this research are to :
1. Determine the level of Junior High School Student's knowledge on living environment.
2. Determine the student's -attitude towards environmental conservation as the result of environmental education.
3. Know the con-elation between the level of student's knowledge on the living environment and their attitude towards environmental conservation. The hypothesis formulated in this study is as follows : "There is a significant correlation between the level of student's knowledge on the subject of environmental education and their attitude towards environmental conservation".
The research had been conducted at the Public Junior High School in the municipality of West Jakarta. Samples were taken using the systematic random sampling technique numbering 320 students of the third grade from 8 (eight) workshop schools.
In addition, to complete the data, a number of headmasters and teachers were interviewed.
The data used in this research were gathered from assessment of environmental knowledge's test and questionaires that was used conform with the Liked Scale method to measure student's attitude towards environmental conservation.
To assess the correlation between the environmental knowledge (X-variable) and student's attitude (Y-variable) the Correlation Coefficient of Pearson Product Moment and the 1-test was used.
To seek out the regression model between the independent variable and dependent variable, a simple linear regression was used with the test-guideline of Putrawan (1990).
The research results showed that
1. The level of environmental knowledge of the student's average score was 23.4625 out of 36.0000.
2. The student's average score of attitude using Likert Scale was 83.1844 out of 100.0000. There was a significant correlation between environmental knowledge's level and the student's attitude towards environmental conservation 0-0,3680 ; r table = 0,118).
3. Regression model between indicator of the independent variable and dependent variable is shown as : YA =71,01+0,52X.
The conclusion that can be drawn is : "there is a positive contribution (13,54%) of the environmental knowledge's level towards junior high school student's attitude on environmental conservation".
Number of References : 41 (1982-1997).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Chandra Ningrum
"Keinginan untuk melahirkan generasi baru yang profesional dan siap menghadapi tantangan di era globalisasi menyebabkan pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui SMU-SMU yang tergolong Plus. Untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih baik dan sebagai usaha memperkaya kurikulum nasional, SMU Plus menyelenggarakan program pengayaan materi di sekolah yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Konsekuensinya, siswa menghabiskan waktu belajar di sekolah Iebih lama, yaitu mulai pukul 07.00 hingga pukul 15.30.
Adanya program pengayaan materi merupakan suatu pengalaman baru bagi siswa yang dapat dirasa sebagai sesuatu yang menyenangkan atau bahkan menyebalkan sehingga dapat muncul respon-respon tertentu. Respon-respon tersebut merupakan sikap siswa terhadap pelaksanaan program pengayaan materi dan sikap sangat penting dalam kelangsungan proses belajar-mengajar karena adanya sikap positif dapat menimbulkan rasa senang bagi siswa untuk berada di sekolah sehingga dapat mengikuti peiajaran dengan baik. Setiap siswa ingin berhasil dalam pendidikan dan tiap siswa mempunyai kriteria tersendiri untuk menunjukkan keberhasilannya. Kriteria ini dipengaruhi oleh orientasi tujuan akademis yang dimiliki. Ada yang lebih mengutamakan penguasaan dan peningkatan pengetahuan (mastery goal) dan ada pula yang lebih menginginkan pengakuan atau pengharagaan dan orang Iain (performance goal).
Selain sikap dan orientasi tujuan akademis, pengikatan diri terhadap tugas juga berperan penting dalam keberhasilan belajar karena siswa yang bertanggung jawab terhadap tugas tidak akan mudah putus asa serta tekun/gigih dalam belajar. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap siswa SMU Plus terhadap program pengayaan materi, gambaran orientasi tujuan akademis, gambaran pengikatan diri terhadap tugas serta hubungan antar variabel tersebut.
Penelitian ini dilakukan terhadap 296 subyek kelas I dan ll yang berasal dan 4 SMU Plus,yaitu SMU Negeri 8, SMU Negeri 68, SMU Negeri 70 dan SMU Negeri 78. Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan non probability sampling dengan teknik incidental sampling.
Data-data dalam penelitian ini diolah secara kuantitatif dan diperoleh hasil bahwa subyek dalam penelitian bersikap positif terhadap pelaksanaan program pengayaan materi dan cenderung memiliki skor performance goal lebih tinggi (52,54%) dari skor mastery goal. Sedangkan subyek yang memiliki skor pengikatan diri terhadap tugas seimbang antara yang tinggi dan rendah. Diketahui pula adanya hubungan yang signifikan pada l.o.s. 0,01 antara sikap terhadap program pengayaan materi dengan mastery goal, performance goal dan pengikatan diri terhadap tugas.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindak Ianjuti oleh pihak sekolah dengan mencari suatu cara untuk memotivasi siswa dalam belajar agar siswa tidak hanya berorientasi performance goal tetapi juga mastery goal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Aswati
"Penelitian ini berawal dari mengapa saat ini banyak terjadi kehamilan yang belum diharapkan di kalangan remaja. Kemudian ditunjang dengan buku para pakar yang mengetengahkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di kalangan remaja bahwa, banyak remaja sudah berani melakukan perbuatan seksual. Hal ini disebabkan antara lain: tersedianya berbagai media cetak dan media elektronik yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan sikap terhadap perilaku tersebut antara lain, keadaan remaja yang karena mulai berfungsinya hormon seksual menyebabkan keingintahuan tentang seks meningkat, sedangkan sebagian orangtua bersikap kurang terbuka dan membuat jarak kepada anak dalam masalah seksual. Sarwono (1991) menyatakan behwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang timbul akibat dorongan seksual yang muncil.
Lebih lanjut penelitian Fox dan Inayu dalam penelitiannya yang dikutip oleh Sarwono (1991) menyatakan bahwa (a) Makin sering terjadi percakapan seks antara ibu dan anak, tingkah laku seksual anak makin bertanggung jawab, (b) Makin awal komunikasi itu dilakukan fungsi pencegahannya makin nyata, (c) Tetapi jika komunikasi itu dilakukan setelah hubungan terjadi maka komunikasi itu justru mendorong lebih sering dilakukannya hubungan seks. Meskipun demikian pengaruh positif itu tetap ada yaitu hubungan seks yang terjadi tidak sampai menimbulkan kehamilan yang tidak diharapkan.
Lebih lanjut Zelnik dan Kim dalam Sarwono (1991) jugs menyatakan bahwa remaja yang telah mendapat pendidikan seks jarang melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapat pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki.
Zakiah Daradjat (1976) mengemukakan pendidikan agama yang ditarapkan sejak kecil pada anak melalui pembiasaan-pembiasaan akan meresap dalam sanubari anak dan akan dibawa sampai dewasa. Pemahaman agama yang benar ini akan dapat menangkal perubahan-perubahan nilai-nilai seksual dalam masyarakat.
Penelitian ini mengambil 3 faktor yang diduga menjadi penyebab sikap remaja terhadap perilaku seksual yaitu pendidikan seks oleh orangtua, pola asuh orangtua dan pendidikan agama dari orangtua.
Melalui kajian teoritis tentang sikap remaja terhadap perilaku seksual diajukan empat hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian ini dilakukan dengan responden sebanyak 295 orang yang diambil secara acak. Hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
Tiga hipotesis ditolak dan satu hipotesis diterima. Hipotesis yang ditolak adalah hipotesis satu, dua., dan empat, sedangkan hipotesis yang diterima adalah hipotesis ketiga.
Dengan demikian terungkaplah hasil penelitian sebagai berikut:
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dari orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara pendidikan agama dari orang tua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks, pola asuh, pendidikan agama dari orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini perlu memperhitungkan variabel lain yang diduga barpengaruh antara lain, pengaruh media cetak dan elektronik. Begitu Pula dalam menentukan sampel hendaknya dibedakan tempat tinggal, perbedaan jenis kelamin serta usia. Selain itu pendidikan seks perlu diberikan di sekolah. Bagi orangtua hendaknya menjaga hubungan dengan anak remajanya agar tetap hangat dan mengontrol secara bijaksana."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisni Bantarti
"Remaja merupakan kelompok yang cukup berpotensi menunjang bagi perkembangan epidemi HIV/AIDS. Di Indonesia jumlah data yang ada menunjukkan adanya peningkatan prevalensi HIV pada kelompok usia 15-49 tahun dan 20-29 tahun. Bila hal ini tidak segera ditanggulangi akan mengancam pengembangan sumber daya manusia bangsa Indonesia. Oleh karena obat maupun vaksin untuk pencegahan HIV/AIDS belum ditemukan dan karena 68% proses penularannya di Indonesia melalui hubungan seksual maka upaya pencegahannya adalah perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan. Dan beberapa hasil penelitian mengenai seksualitas remaja menunjukkan adanya kecenderungan yang tinggi pada remaja dalam melakukan aktivitas seksualnya, maka strategi pencegahan yang dilakukan melalui Pendidikan Kelompok Sebaya (PKS) yang dilakukan oleh Penggerak Pendidik Kelompok Sebaya (PPKS) merupakan strategi pendidikan kesehatan yang dipandang cukup efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS daripada siswa yang diberikan Pendidikan Kelompok Sebaya dan siswa yang tidak diberikan Pendidikan Kelompok Sebaya sebelum (pre-tes) dan sesudah (pos-tes) perlakuan. Disamping itu juga ingin diketahui proses pelaksanaan kegiatan PKS yang dilakukan oleh PPKS serta tanggapan sasaran PKS terhadap PPKS.
Studi ini menggunakan jenis penelitian Experimen , dengan rancangan Pre-test, Post-test, Control Group Design. Dalam jenis rancangan ini digunakan dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang mendapat perlakuan PKS dan kelompok pembanding yaitu kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan PKS namun terpapar informasi melalui penyuluhan massal, dengan jumlah sampel untuk masing-masing kelompok 134 yang dipilih secara acak (random). Kedua kelompok tersebut diamati selama tiga bulan. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji t,X,2 (Chi Square) dan analisis regresi linier. Adapun perbandingan perbedaan antara kedua kelompok dilakukan sebelum dan sesudah tiga bulan intervensi.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan dan sikap siswa pada kelompok intervensi berbeda bermakna dengan nilai p < 0,05, dengan rentang peningkatan untuk seluruh butir pengetahuan berkisar antara 4,5% sampai dengan 71,6% dan peningkatan sikap yang berkisar antara 2,9% sampai dengan 40,3%. Pada kelompok kontrol nilai p > 0,05 untuk hampir seluruh butir pengetahuan , dimana rentang peningkatannnya berkisar 0% sampai dengan 30,2% . Sedangkan untuk sikap berkisar antara 2,2% sampai dengan 17,8%. Sebelum dilakukan perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dengan nilai p = 0,733 (CI 95% = -0,85 : 0,60). Sesudah perlakkuan terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p = 0,000 (CI 95% = -7,30 : -5,81). Adanya perbedaan tersebut adalah karena adanya perlakuan atau intervensi Pendidikan Kelompok Sebaya. Hasil uji bivariat (beda mean) memperlihatkan bahwa variabel tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu berbeda bermakna dengan nilai p < 0,05. Namun setelah dimasukkan dalam analisis regresi menunjukkan tidak berbeda bermakna. Variabel jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan orangtua dan sumber informasi HIV/AIDS yang pernah diperoleh siswa tidak menjadi faktor pengganggu bagi terjadinya peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap sesudah perlakuan. Penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan Kelompok Sebaya ternyata berpengaruh pada pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS.

Adolescents are a group of particular concern in the growing HIV/AIDS epidemic. In Indonesia, national data indicates an increase in HIV prevalence among the 15-19 and the 20-29 year age group. If this condition is not solved immediately, it will have a great impact on the human resources development. Since the cure or vaccine for HIV has not been found yet and 68% of the HIV transmission models in Indonesia were found in sexual intercourse, prevention then should emphasize on behavior change through the health education programmed. Based on several researches on adolescents sexuality, this young people seems to have high frequencies in their sexual activity , that in order to prevent the spreading of HIV among adolescents Peer Education is considered the most effective strategy for young people.
The aims of this study are to investigate the difference in knowledge and attitude in relation to HIV among High School students in Depok who receive Peer Education activity and students who do not receive Peer Education. The results presents not only the output of this Peer Education activity but also the process by which this activity takes place and the performance of the peer educator in giving information about HIV/AIDS correctly and their effort to change attitude among their peer friends.
This study has been conducted using an Experiment group, with a Pre-test, Post-test, Control Group Design. An intervention group (students, who receive Peer Education,) and a comparison group or control group (students who do not receive Peer Education) were followed for three months, with a total of 134 students in the intervention group and 134 students in the control group, which were randomly selected.
For statistical analysis the t-test and X2 (Chi Square) and linier regression analysis were used and P < 0.05 was defined statistically significant. Comparisons were made only between results obtained before and after three months study.
The results indicates a significant increase ( P < 0,05 ) in knowledge about HIVIAIDS in the intervention group, and also changes in attitudes towards HIV infected individuals, where the knowledge test results increase between 4,5% to 71,6% for all of the item knowledge and 2,9% to 40,3% for the changes of attitude. In the control group however, the corresponding increase between 0% to 30,2% was non-significant for almost all of the item knowledge and -2,2% to 17,8% for the changes of attitude. No significant difference in knowledge and attitude was seen before the study in the intervention and the control group (P= 0,733) (CI 95% = -0,85 : 0,60), but after the study significant difference was seen in both of this group (P= 0,000) (CI 95% = -7,30:-5,81). The experiment which this study is conducted seems to have caused this difference in knowledge and attitude among students who receive peer education and students who do not receive peer education. Father's and mother's education variables were significant when entered into a bivariate analysis, however, was non significant when entered into a multiple regression analysis (tinier regression), Sex, age, parent's educational status and exposure to HIV/AIDS information through the mass media are variables that are not confounding with the increase knowledge and changes in attitude of students after the study. This study shows that Peer Education is indeed possible to increase students' knowledge and to influence students' attitude in relation to HIV/AIDS.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astania Budianti
"Agama adalah salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia, karena agama merupakan pengendali dan pengatur manusia untuk menjalani kehidupan sehari- hari dengan hakikat untuk menghadap Tuhan YME. Ibadah sendiri adalah bentuk tingkah laku beragama yang beragam tergantung menurut agamanya masing-masing. Ibadah tersebut merupakan pengejawantahan dari pelaksanaan kepercayaan manusia terhadap Penciptanya.
Ibadah tersebut dijalankan oleh manusia karena mereka percaya dengan apa yang mereka dapatkan melalui agama. Untuk itu diperlukan pendidikan agama yang adekuat untuk memahami perlunya menjalankan Ibadah, terutama bagi para remaja yang sedang mengalami masa transisi untuk mencari identitas diri.
Keluarga dan Sekolah merupakan dua faktor penting yang mempengaruhi remajal. Apabila salah satu lingkungan memberi pengaruh yang kurang baik maka hal tersebut patut diperhatikan. Padahal terdapat berbagai jenis sekolah yang memberikan suasana dan lingkungan masing-masing yang juga turut mempengaruhi seseorang dalam berbagai hal, termasuk dalam hal agama.
Dalam penelitian ini dilihat pengaruh dua jenis sekolah yaitu SMU Islam dan SMU Swasta Umum terhadap keinginan siswa untuk menjalankan Ibadah. Perbedaan kedua jenis sekolah ini adalah pada materi pelajaran agama, SMU Islam memberikan materi pelajaran yang lebih banyak, kemudian fasilitas beribadahnya lebih lengkap dan juga lingkungan pergaulan yang homogen beragama Islam, sedangkan di SMU Swasta umum materi pelajaran agama tidak sebanyak di SMU Islam, fasilitas beribadah ada, namun tidak selengkap SMU Islam dan pergaulan beragamanya lebih beragam.
Selain lingkungan sekolah Theory of planned behavior sendiri menyatakan bahwa keinginan atau intensi seseorang dipengaruhi oleh tiga variabel, yaitu variabel sikap, Norma subyektif dan Perceived behavioral control. Dalam penelitian ini Pengaruh ketiga variabel tersebut dilihat masing-masing peranannya sehingga dapat dilihat gambaran yang Iebih jelas mengenai tingkah laku beribadah tersebut.
Dengan teknik non probability sampling sebanyak 60 siswa SMU Islam dan 60 siswa SMU Swasta umum, dilibatkan sebagai sampel penelitian. Data ke-120 siswa-siswa tersebut diolah dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu untuk mendapatkan deskripsi sampel, mean, hasil analisis berganda dan hasil t-Test untuk melihat perbedaan Intensi kedua jenis sekolah.
Setelah penelitian dilaksanakan diketahui bahwa lingkungan sekolah SMU Islam dan SMU Swasta Umum temyata tidak menghasilkan perbedaan Intensi untuk menjalankan Ibadah. Siswa-siswa dari kedua jenis sekolah sama-sama menunjukkan intensi yang tinggi untuk menjalankan ibadah wajib. Selain itu dengan menggunakan analisis berganda diketahui bahwa terdapat hubungan linear yang signifikan antara sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap intensi untuk menjalankan ibadah wajib. Dari ketiga hal tersebut, norma subyektiflah yang paling berpengaruh terhadap intensi tersebut. Artinya, persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk menjalankan ibadah dan motivasinya untuk mematuhi tekanan sosial tersebut menentukan niat individu tersebut untuk memunculkan tingkah Iaku yang dimaksud.
Segi teoritis dari peneiitian ini adalah penerapan theory of establishment of ego identity dari Erikson dan theory of planned behavior pada bidang yang universal yaitu interaksi antara manusia dengan Penciptanya. Dari segi praktisnya, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak sekolah dan keluarga untuk dapat lebih memperhatikan kebutuhan remaja akan agama. Serta memberikan pengarahan dan pendidikan yang lebih baik lagi yang tentunya akan bermanfaat bagi masa depan para remaja."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferni Yustiana
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supartini
"Hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa Ierhadap program penoegahan AIDS di SMU Negeri 12 Jakarta. Penelitian dengan sampel siswa SMU Negeri 12 Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan periiaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, balk secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama. Subyek berjumiah 300 siswa. 122 siswa laki- Iaki dan 118 siswa perempuan Data diperoleh melalui tiga buah instrumen dalam bentuk tes untuk mengungkap pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS, serta instrumen tentang perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS. Ketiga instrumen tersebut memiliki koehsien reliabiiitas masing-masing secara berturut-turut sebesar 0,8608, 0,9430, dan 0,7609.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara (1) pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS, dengan koetisien korelasi sebesar 0,242 dan sangat signifikan pada taraf Alpha 0,05 (2) pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, dengan koeisien korelasi sebesar 0,410 dan sangat signitikan pada taraf Alpha 0,05 (3) dan pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS dengan koetisien korelasi sebesar 0,49."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>