Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ahmad Fitrianto
"Sistem kelistrikan di setiap penjuru dunia senantiasa menghadapi ancaman pemadaman total (black our). Betapa pun canggih dan modernnya suatu sistem kelistrikan, ancaman black out selalu menghantui. Skripsi ini membahas evaluasi black start sebagai salah satu solusi untuk mengatasi black out dengan studi kasus pada PLTU Suralaya. Tiga masalah yang umum dihadapi paska kejadian black out adalah tidak tersedianya cadangan transformator, lonjakan beban (cold load pick-up), dan masalah black start-up. Dua jenis konsep black start yang dikenal adalah black stars unit pembangkitan dan black start grid tenaga listrik. Black start dilakukan dengan urutan langkah pemilihan sumber black start, pemilihan alur penyalaan, dan penanganan masalah yang timbul. Masalah tersebut meliputi penguatan sendiri (self excitation), tegangan lebih dan resonansi, osilasi frekuensi rendah, dan kestabilan sub-sistem. Kendala yang dihadapi dalam menjalankan black start adalah keamanan black-start, pengaturan beban & pengendalian frekuensi dan tegangan pada pelaksanaan restorasi, kerja sama relai proteksi, serta pemilihan titik paralel antara sub-sistem dan sistem besar. Hasil evaluasi menunjukan bahwa daerah kerja generator PLTG JBE saat menanggung beban black start unit #7 masih berada di dalam lingkup kemampuan (capability) generator PLTG JBE, Penurunan tegangan (drop tegangan) pada semua bus yang terjadi saat keadaan tunak (steady state) nilainya masih berada dalam batas toleransi undervoltage relay pada masing-masing bus. Hal ini menunjukkan bahwa relai tersebut belum bekerja. Kondisi kritis black start unit #7 terjadi ketika SU-BFP dan ID-FAN start, sehingga dikhawatirkan relai akan memberikan sinyal untuk trip/bekerja pada kesempatan yang lain. Lebih jauh harus diakui bahwa PLTG IBB telah berubah fungsi dari black start unit menjadi emergency power supply."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Priestley, John Boynton, 1894-1984
Bath: Chivers, 1977
823.91 PRI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Simon and Schuster, 1968
920.073 GRO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Naufalarizqa Ramadha Meisa Putra
"[Sistem pembangkitan merupakan sumber utama penghasil energi listrik ,baik untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan publik lainnya. Dari pembangkit listrik didistribusikan ke sistem interkoneksi se-Jawa-Bali melalui saluran udara tegangan ekstra tinggi 500 kV. Namun dalam kenyataannya, sistem pembangkitan sering mengalami gangguan, salah satunya yaitu gangguan ketidakseimbangan beban dan gangguan sistem itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mencegah gangguan tersebut diperlukan adanya sistem proteksi yang memenuhi persyaratan dan semuanya bergantung pada ketepatan penyetelan peralatan proteksinya. Peralatan proteksi untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan beban dan gangguan sistem itu sendiri yaitu rele urutan fasa negatif dan rele gangguan stator-ground. Penyetelan yang baik untuk rele urutan fasa negatif yaitu ketahanan generator untuk menahan arus urutan negatif secara kontinyu adalah 8% dan nilai K adalah 10,serta setting arus untuk definite time sebesar 0,827 kA dan setting arus untuk inverse time sebesar 0,946 kA. Rele 27TN memproteksi generator dari 0-30%. Pada generator ini, keluaran dari rele berupa alarm. Proteksi yang kedua adalah rele tegangan lebih netral 59N, rele ini memberikan proteksi 90% sehingga secara perhitungan bahwa kombinasi kerja dari rele 27TN dan 59N akan memberikan proteksi 100% pada stator. Penyetelan rele 59X sebagai proteksi backup adalah 28.95% yaitu 55 V dengan waktu tunda 6 detik ditujukan untuk berkoordinasi dengan rele 59N. Rele urutan fasa negatif dan rele gangguan stator ground mempunyai persentasi kesalahan yang sangat kecil, yaitu berkisar antara 0 -1.67%.

, Generation system is the main source of electrical energy producer, both for industry and other public needs. From distributed power generation systems to interconnect Java-Bali through extra high voltage overhead line 500 kV. But in fact, the generation system is often disturbance, one of which is a load imbalance disorders and disorders of the system itself. Therefore, to prevent such disturbance is necessary to meet the requirements of the protection system and everything depends on the precision of protection equipment settings. Protection equipment to prevent the occurrence of load imbalance and disturbance of the system itself that is negative phase sequence relay and stator ground fault relay. The good setting to relay negative phase sequence generator that resistance to withstand the continuous negative sequence current is 8% and the value of K is 10, and the current setting for the definite time of 0.827 kA and the current setting for inverse time amounted to 0,946 kA. 27TN relay protects the generator from 0-30%. At this generator, the output of an alarm relay form. The second protection is more neutral voltage relay 59N, these relays provide protection of 90% so that the calculations that combined the work of rele 27TN and 59N will provide 100% protection on the stator. Setting relay 59x as backup protection is 28.95%, ie 55 V with 6 seconds delay time is intended to coordinate with the relay 59N. Rele rele sequence and negative phase stator ground disturbance has the percentage of error is very small, ranging between 0 -1.67%.
]
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valda Orchidea Zahwa
"Meningkatnya intensitas pendakian di Indonesia tidak dibarengi dengan adanya peningkatan keamanan dan keselamatan pendaki. Pengetatan izin dilakukan dengan mewajibkan pendaki meninggalkan identitas di pos perijinan dan melakukan pengecekan perbekalan pendaki. Apabila pendaki belum turun sesuai izin pendakian yang ditentukan maka dapat diperkirakan telah terjadi kendala. Tugas Akhir ini mengembangkan Prototype SMES (Smart Monitoring and Emergency System). SMES adalah teknologi yang memanfaatkan teknologi nirkabel LoRa (Long Range) yang memiliki cakupan luas dengan konsumsi power yang kecil serta dilengkapi dengan node di setiap pos dan Gateway di pos perijinan. Dengan alat tersebut maka pendaki yang menggunakan tracking tools berbasi GPS akan otomatis terhubung pada sistem sehingga lokasi pendaki dapat dideteksi. SMES juga dilengkapi dengan tombol darurat untuk mempermudah pendaki dalam memberikan informasi ketika terjadi kondisi darurat tanpa harus melapor ke pos perizinan. SMES diharapkan dapat membantu tim SAR (Search and Rescue) dalam melakukan evakuasi dengan cepat dan tepat. SMES telah diuji coba di area Universitas Indonesia dengan 3 skenario berbeda yang mewakili kondisi pada area pendakian gunung.Skenario Line of Sight memiliki rata-rata RSSI -69,31 dBm dengan jangkauan 679 m, skenario non-Line of Sight mendapatkan rata-rata RSSI -76dBm dengan jangkauan 364 meter, dan skenario Top Down memiliki rata-rata RSSI -73dBm dengan jangkauan 1030 meter.

Increased intensity of moutaineers in Indonesia is not accompanied by an increase security and safety of mounteineers. Tightening of permits is done by requiring the mountaineer to leave the identity at the security post and to check the mountaineers supplies. If the climber has not gone down according to the specified climbing permit then it can be estimated that there has been a problem. This thesis discusses the Prototype of SMES (Smart Monitoring and Emergency System) which is a technology that utilizes Wireless Broadband Network LoRa (Long Range) technology with a small power consumption and equipped with node in every post and gateway in security post. With the tool then the mountaineer who uses a tracking tools completely with GPS (Global Positioning System) will automatically connect to the system so that the location of the mountaineer can be detected. And the tools is equipped with emergency buttons to facilitate mountaineer in providing information when an accident occurred without having to report to the permitions post. It can help the Search and Rescue team in doing evacuation quickly and accurately. SMES has been tested in Universitas Indonesia area with 3 different scenarios representing conditions on mountain climbing area. The scenario of Line of Sight has an average of RSSI -69.31 dBm with a distance of 679 m, non Line of Sight scenario has an average RSSI -76dBm with a range of 364 meters, and the Top Down scenario has an average RSSI -73dBm with a range of 1030 meters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Williams, Henry
Melbourne : Sun Books, 1973
823.3 WIL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
S28792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
TA217
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>