Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204918 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Ekasari Syukmawati
"Saat ini terdapat berbagai jenis produk daging olahan dan daging segar yang dijual di pasar swalayan, yang kadang - kadang mengandung natrium nitrit sebagai pengawet yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum. Kadar natrium nitrit perlu mendapat perhatian karena nitrit dapat bereaksi dengan amin sekunder membentuk senyawa N-nitrosamin yang dapat menyebabkan kanker.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta menetapkan kadar natrium nitrit pada beberapa produk daging dan daging segar. Penetapan kadar natrium nitrit dalam sampel dilakukan dengan cara menambahkan aquadest kemudian didihkan diatas penangas air, setelah itu ditambahkan larutan zink sulfat dalam suasana alkali lalu disaring. Filtrat yang diperoleh selanjutnya direaksikan dengan pereaksi Griess yang terdiri dari asam sulfanilat, naftilamin, dan natrium asetat. Panjang gelombang analisis adalah 546,0 nm.
Hasil penelitian terhadap 7 sampel, didapatkan pada sampel A (produk
daging), E dan G dari daging segar mengandung natrium nitrit dengan kadar
secara berturut-turut 9,80 mg/kg, 026 mg/kg,sedangkan keempat sampel lainnya
yaitu B,C,D,dan F tidak mengandung natrium nitrit.
Nowadays there are many kind of meat products and fresh meats types sold in the supermarket contain sodium nitrite as preservative for inhibit the growth of bacterium Clostridium botulinum. Sodium nitrite rate require attention because nitrite can react with secondary amines to form N-nitrosamine compound available for causing cancer.
This research was aim to identified and also determined the content of sodium nitrite in meat products and fresh meat. Sodium nitrite assay in sample done by the way of adding aquadest then boiled to water bath, then added by zinc sulphate condensation in alkali atmosphere then filtered. Filtrate which obtained hereinafter reacted with reactant Griess consist of sulfanilic acid, naftilamin, and sodium acetate. Analysis wavelength is 546,0 nm.
From 7 sample there was 3 sampels contain sodium nitrite. The contents of sodium nitrite at sample A (meat product) 9,80 mg/kg, sample E 1,17 mg/kg and sampel G from fresh meat 0,26 mg/kg.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harziko
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan modus tindak tutur penjual dan pembeli di pasar tradisional Kota Baubau. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Fenomena kebahasaan dikaji dengan pendekatan pragmatik. Data penelitian berupa data lisan yang bersumber dari percakapan penjual dan pembeli dalam transaksi jual-beli. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak melalui teknik rekam dan catat. Data yang telah diklasifikasi, dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan modus tuturan penjual terdiri atas modus deklaratif, modus interogatif, dan modus imperatif. Modus interogatif penjual digunakan untuk menanyakan sekaligus mempersilakan pembeli untuk mencari dan memilih barang yang dibutuhkannya. Modus deklaratif penjual digunakan untuk mempertahankan harga (menolak) tawaran pembeli dengan cara menyebutkan sumber dan harga barang. Modus imperatif penjual digunakan untuk membujuk pembeli agar mencoba tiap-tiap barang yang ditawarkan oleh penjual. Selanjutnya, penggunaan modus tuturan pembeli terdiri atas modus deklaratif, modus interogatif, dan modus imperatif. Modus deklaratif digunakan pembeli sebagai upaya menawar harga barang dengan cara menyampaikan bahwa dirinya merupakan langganan yang sering membeli barang yang dijajakan penjual. Modus interogatif digunakan pembeli untuk bertanya sekaligus bertujuan menawar harga, sedangkan modus imperatif digunakan pembeli yang bertujuan meminta penjual agar mengurangi harga barang sesuai permintaan pembeli.

This research aims to describe the uses of speech modus of the vendor and buyers. The research was descriptive and qualitative. The samples were chosen using the purposive sampling technique. The linguistic phenomena was analyzed using the pragmatic approach. The data camprised the oral data obtained from the conversation between the vendors and the buyers in the selling-buying interaction. The data were collected using the method of observation through the techniques of recording and noting. The classified data were then analyzed descriptively and qualitatively. The results showed that (1) the use of the seller speech mode consists of modes declarative, interrogative mode, and the imperative mood. Interrogative mode is used to ask the seller as well invite shoppers to browse and select items they need. Seller declarative mode is used to maintain prices (reject) the buyer's bid by way of mentioning the source and price of goods. Seller imperative mood used to persuade buyers to try every item offered by a seller. Furthermore, the use of speech mode consists of modes buyer declarative, interrogative mode, and the imperative mood. Declarative mode is used buyers in an attempt to bargain the price of goods in a way to convey that he is a subscription often buy goods sold sellers. Modus interrogative used buyers to ask at once aimed at bargain prices, while the imperative mood used buyers who aimed ask the seller to reduce the price of goods according to buyer demand."
Ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2019
400 JIKKT 7:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zus Indrawati Pramono
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kudis yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei adalah salah satu di antara beberapa penyakit yang masih mengganggu ternak dan dapat menggelisahkan masyarakat, khususnya pemelihara hewan sakit (zoonosis). Telah banyak obat yang dianjurkan untuk digunakan dalam mengobati kudis, tetap nampaknya jarang dipakai karena harganya belum terjangkau, masih sulit didapatkan dan cara pengobatannya tidak gampang dilakukan oleh petani peternak. Untuk itu, dipilih obat kombinasi antara belerang 2,5% dalam vaselin dan campuran sabun-belerang dalam air (belerang 1,5% , sabun detergen 0,75%), yang dicobakan pada 9 ekor kambing yang menderita kudis (oleh S.scebiei), dengan tingkat keparahan ringan hingga sedang. Kambing tersebut dibagi menjadi 3 kelompok, yang masing-masing terdiri dari 3 ekor. Kelompok 1 diobati dengan cara permukaan kulit yang klinis menderita kudis diolesi dengan belerang 2,5% dalam vaselin, permukaan kulit lainnya dibasahi dengan larutan sabun-belerang masing-masing pada hari 0, 7, 14, dan 21. Kelompok 2 diobati seperti cara kelompok 1 pada hari 0, 10, dan 20. kelompok 3 diobati seperti di atas pada hari 0, 10, 20 dan 30. Ada indikasi bahwa hasil terbaik adalah kelompok 2, karena S.scabiei hilang dan kulit yang terserang kudis sembuh mulai hari 40. "
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Awis Sekar Arum
"Obat racikan sering diresepkan di Indonesia. Namun, standar
pelayanan dan standar kualitas obat racikan belum ada. Penelitian ini
bertujuan mengevaluasi kualitas pelayanan resep puyer, keseragaman
sediaan, dan cemaran kimia pada puyer. Sampel sebanyak 10 apotek diambil
secara random dari total populasi apotek di Jakarta. Evaluasi kualitas
pelayanan dilakukan dengan metode observasi melalui penebusan resep
puyer amoksisilin dan resep puyer parasetamol pada masing-masing apotek.
Parameter yang diamati adalah harga, waktu tunggu, pemberi pelayanan,
dan informasi yang diberikan. Evaluasi keseragaman sediaan dilakukan
berdasarkan prosedur keragaman bobot kapsul keras (Farmakope Indonesia
IV). Analisis cemaran kimia pada puyer dilakukan dengan metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Hasil evaluasi kualitas pelayanan resep
puyer menunjukkan adanya variasi pada harga (Rp. 15.500,- - Rp. 28.200,-)
dan waktu tunggu (17-67 menit). Pemberi informasi di apotek sebagian besar
(70%) dilakukan bukan oleh apoteker. Informasi mengenai obat yang
diberikan masih terbatas. Seluruh sampel puyer amoksisilin dan parasetamol
tidak memenuhi syarat keseragaman sediaan. Cemaran parasetamol pada
puyer amoksisilin ditemukan di seluruh sampel apotek. Cemaran amoksisilin
pada puyer parasetamol ditemukan di 2 sampel apotek. Kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah kualitas puyer racikan dari segi keseragaman sediaan dan cemaran kimia masih kurang baik. Kualitas
pelayanan peracikan puyer masih harus ditingkatkan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32718
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>