Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179021 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alberthus Baha Rebong
"ABSTRAK
Penelitian tentang ketimpangan arus informasi antara pemerintah dan masyarakat dalam harian Kompas dilakukan: dengan melihat proporsi berita (yang berisi informasi/pendapat dari atas dan dari bawah). Titik tolak yang lain adalah dengan melihat prioritas yang diberikan oleh suratkabar tentang dua pihak komunikasi, yakni pemerintah dan masyarakat. Hal ini dianggap berhubungan erat dengan trend demokrasi komunikasi dalam preentasi isi suratkabar. Di dalam analisa yang dikerjakan selama tiga bulan (Januari - Februari - Maret 1988) Kompas menunjukkan keterpusatan yang semakin lama semakin besar pada pemerintah. Pada bulan Januari, misalnya, Kompas terlibat cukup bijaksana menempatkan unsur pemerintah dan masyarakat dalam kebijakan pemberitaannya. Dalam dua bulan berikutnya, Kompas mulai mengendor dalam berita-berita dari masyarakat dan hanya terpusat pada pemerintah. Berita-berita yang berasal dari pemerintah urnuinnya berisi ketetapan/keputusan dan instruksi yang seolah-olah dilepaskan ke dalam alam vacuum tanpa masalah. Tidak terlihat kaitan-kaitan pemberitaan di mana dapat dibaca unsur 'diskusi' di dalamnya. Kompas terlihat tidak berusaha menggali tanggapan-tanggapan dari masyarakat. Dan kalau pun ada, tidak diperlihatkan Kompas dalam pemberitaan pemberitaannya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa terdapat ketimpangan arus informasi dalam presentasi isi suratkabar Kompas. Dan dalam ,tiga bulan ini dapat disebut sebagai gejala yang ditampilkan Kompas. Mengapa ketimpangan itu terjadi? Pertama-tama yang dilihat dalam analisa ini adalah posisi dan unsur pemerintah, pers dan masyarakat, mengikuti ideal interaksi positip antara ketiganya. Pemerintah yang mendominir arus informasi berdasarkan persektif politik, mentang berada pada posisi yang kuat karena ia mampu mengatur kehidupan pers. Dalam perspektif pers pembangunan, pers diharapkan melancarkan program-program pembangunan yang digariskan oleh pemerintah. Fungsi ini positip; disatu pihak dan negatip di lain pihak. Positip karena pers dapat menciptakan ide-ide yang sama tentang pembangunan, tetapi negatip dalam arti ia mematikan sikap kritis pers dan pers lalu kehilangan fungsi kontrolnya. Kompas dalam hal ini cenderung mengutamakan pemerintah karena secara historis dapat dilihat bahwa arahnya adalah "government centris. Analisa yang pernah dilakukan oleh Sinansari Ecip menunjukkan kecenderungan keterpusatan dan tahun ketahun Soal berikutnya adalah berkembangnya Kompas menjadi sebuah perusahaan raksasa dengan ribuan karyawan ini membuatnya ekstra hati-hati terhadap pemerintah yang dapat menentukan keberlangsungan hidupnya. Hal berikutnya menyangkut kesiapan masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam ajang diskusi masalah-masalah bersama. Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mencapai tingkat pendidikan yang memadai yang justru merupakan kendala bagi peran sertanya dalam komunikasi. Hubungan tingkat pendidikan dengan antisipasi komunikasi dapat dilihat dalam analisa ini bahwa, pada umumnya hanya golongan masyarakat tertentu yang mempunyai akses terhadap informasi/komunikasi. Pada umumnya hanya golongan yang sudah mengenyam tingkat pendidikan yang cukup saja yang dapat 'berbicara' melalui media masa. : Masih tentang masyarakat adalah apa yang disebut cultural barrier'. Budaya masyarakat yang mengagungkan orang-orang yang lebih tinggi memberikan kontribusinya pada pola ketimpangan arus informasi dalam suratkabar, sebagaimana ditampilkan Kompas, berdasarkan analisa yang dikerjakan ini"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonard Joseph Triyono
"Isu terorisme merupakan berita yang hangat terutama semenjak terjadinya serangan teroris pada menara kembar World Trade Center di New York dan Gedung Departemen Pertahanan Amerika Serikat Pentagon di Washington, DC pada tanggal 11 September 2001. Di Indonesia, isu ini menjadi semakin hangat semenjak terjadinya tragedi bom Bali, 12 Oktober 2002. Pengamatan pada pemberitaan tentang isu terorisrne memberikan indikasi adanya keberagaman pandangan, dilihat dari nada berita yang dilaporkan oleh media berita. Diamati pula bahwa ada kecenderungan menghubungkan Amerika Serikat (AS) pada kebanyakan berita tentang isu terorisme. Fenomena demikian nampaknya wajar berhubung isu terorisme menjadi wacana hangat di kalangan masyarakat setelah negara itu mengkampanyekan perlawanannya secara global. Dalam hal ini AS mendapat penilaian beragam, yakni positif netral, dan negatif seperti dapat dideteksi dari kemasan berita.
Mengingat pentingnya pengaruh suratkabar pada khalayak pembacanya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar isu terorisme ditonjolkan dalam bentuk berita, dan nada yang bagaimana tentang AS yang disiratkan dalam berita-berita itu. Dengan memakai analisis isi sebagai penelitian unobtrusive, proses pengkodean dilakukan pada tiga suratkabar mainstream (Kompas, Media Indonesia, dan Jawa Pos) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan: seberapa besar isu terorisme mendapat peliputan oleh ketiga suratkabar; seberapa besar AS disinggung dalam pemberitaan; seberapa besar tragedi bom Bali mempengaruhi frekuensi pemberitaan isu terorisme; bagaimana nada pemberitaan tentang AS; bagaimana tragedi bom Bali mempengaruhi nada tentang AS; bagaimana format berita berpengaruh pada nada tentang AS; bagaimana sumber berita berpengaruh pada nada tentang AS; dan seberapa besar subsidi berita dan Kedubes AS di Jakarta dipakai oleo ketiga suratkabar. Untuk mengetahui hubungan-hubungan itu dilakukan analisis kuantitatif terhadap isi ketiga suratkabar di atas dalam periode 19 hari sebelum dan 19 hari sesudah peristiwa bom Bali. Uji statistik terhadap data kuantitatif ini dilakukan dengan Chi-Square. Sebagai pendukung temuan-temuan kuantitatif, penelitian ini desertai analisis kualitatif pada level talcs, menggunakan analisis framing dengan mengadopsi model William A. Gamson.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam pemberitaan tentang terorisme, ketiga suratkabar memberikan porsilfrekuensi yang cukup besar dan kurang lebih sama jumlahnya; persentase berita tentang isu terorisme yang menyinggung mengenai AS lebih besar dibandingkan dengan berita yang sama sekali tidak menyinggungnya; persentase jumlah berita tentang terorisme yang berorientasi sebagai isu (bukan semata-mata sebagai peristiwa) lebih besar secara signifikan sesudah tragedi bom Bali dibanding sebelumnya; persentase berita tentang terorisme yang bernada negatif mengenai AS lebih besar dibandingkan dengan yang bernada positif; persentase berita tentang terorisme dengan nada positif mengenai AS lebih besar setelah tragedi bom Bali dibanding sebelumnya; berita dengan format straight news cenderung lebih netral terhadap AS dibandingkan dengan berita dengan format lainnya; berita yang menggunakan sumber berita dari Barat cenderung bernada lebih netral tentang AS; dan subsidi berita tentang isu terorisme dari Kedubes AS di Jakarta sangat tidak signifikan pengaruhnya pada isi media pada ketiga suratkabar yang diteliti.
Penelitian tentang masalah ini memiliki potensi besar di masa depan, dan agar suatu studi dapat menarik kesimpulan-kesimpulan yang valid serta dapat menggeneralisasikan temuan-temuannya, maka kepada pars perninat penelitian ini direkomendasikan agar analisis isi disertai dengan survey mengenai apa saja yang menjadi kendala bagi para gatekeeper dalam memberitakan suatu isu karena dengan cara itu akan dapat dideteksi faktor-faktor, kekuatan-kekuatan, dan aktor-aktor penyebab adanya ketidakleluasaan dalam pemberitaan suatu isu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henri Subiakto
"Pers yang fungsi utamanya sebagai sarana penberitaan, mempunyai konsekuensi isi yang disajikan agar senantiasa menggambarkan realitas yang terjadi di masyarakat. Tapi dalam prakteknya, pers berada pada posisi yang sulit ketika dihadapkan kuatnya hegemoni negara melalui elit-elitnya, yang merambah ke berbagai aspek sosial politik, termasuk sebagai pembuat berita (news maker), dan sumber berita yang acapkali menentukan definisi realitas. Jadinya, kemandirian pers mengungkap berita menjadi pertanyaan yang menarik. Apakah pers dalam menjalankan fungsinya mengungkap dan mendefinisikan realitas itu bertumpu pada kemampuan dan visinya sendiri, ataukah sudah tunduk kapada kekuatan elit negara yang hegemonik tadi?
Melalui penelitian dengan metode analisis isi pada peraberitaan di Harian Kompas dan Republika, pernasalahan di atas dicoba dijawab. Kemandirian pers yang diteliti itu khususnya menyangkut kemandirian dalam mengungkap isu-isu kemasyarakatan yang pada akhir-akhir ini memang kebetulan banyak menenuhi agenda pemberitaan.Persoalan konflik tanah, perburuhan, pencemaran lingkungan, korupsi dan kolusi, demokratisasi, SARA, dan isu-isu kemasyarakatan lain yang sejenis, menjadi fokus penelitian.
Hasilnya, kemandirian pers dalam mengungkap berita sifatnya fluktuatif. Terkadang pers dapat menampilkan beritanya dengan kemadirian yang tinggi, terutama pada isu yang tidak sensitif, dan jenis tertentu yang memang menyangkut kepentingan yang mendasar, seperti persoalan tanah, perburuhan dan pencemaran lingkungan. Tapi pada kesempatan lain, pers terpaksa kompromi dengan kekuatan politis yang ada di luar diri mereka. Pada isu-isu yang sensitif menurut "kacamata" elit penguasa, definisi realitasnya lebih banyak ditentukan oleh sumber informasi yang berasal dari elit negara. Jadinya, kemandirian pers dalam mengungkap berita, bukan sekadar persoalan ketersediaan atau keterbatasan sumber daya dan perangkat peralatan yang dimiliki. Tapi persoalan kemandirian pemberitaan akhirnya lebih berkait dengan persoalan iklim politik. Yaitu siapa yang mempunyai posisi yang dominan dalam sistem politik tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Satyanegara
"Media surat kabar adalah satu dari medium untuk mendapatkan informasi. Berita paling penting dan atraktif ditempatkan pada halaman depan. Ada kecenderungan pembaca di kota-kota besar menjadi pembaca judul. Mereka menganggap judul adalah intisari berita. Ini menuntut pers agar akurat menulis judul dengan isi berita, karena judul berita mempengaruhi kualitas opini publik terhadap informasi yang ditulis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan kecenderungan tingkat akurasi antara judul dengan isi berita pada halaman depan surat kabar. Media yaang diteliti adalah harian Kompas dan Pos Kota. Pemilihannya didasari atas keunggulan statistik dalam segi tiras dan penetrasi di antara semua harian nasional. Titik tumpu penelitian ini melihat seluruh berita berdasarkan kriteria: akurat, tidak jelas dan rancu antara judul dengan isi berita. Kesalahan mekanis, tipografis dan gramatikal dikeluarkan dari analisis. Berita yang diteliti didasarkaa pada pengelompokkan positi, jenis dan kategori berita. Jenis penelitian ini tergolong deskriptif dengan teknik analisis isi. Populasi ditentukan antara waktu terbit bulan September hingga November 1993. Kurun tersebut diasumsikan cenderung konklusif terhadap peristiwa selama setahun. Sampel dipilih sebanyak 30 hari terbit setiap harian dengan sistem kalender, tanpa edisi hari Minggu. Ini untuk menghindari berita soft news dalam analisis. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kedua harian memiliki tingkat akurasi berita yang tidak jauh berbeda. Ada dugaan kuat bahwa tingkat akurasi penyajian berita utama dan bukan berita utama pada kedua surat kabar tidak jauh berbeda. Namun dalam menyajikan berita internasional ternyata lebih akurat dibanding berita nasional. Juga dalam kedua harian tersebut, ada kesamaan ketidakjelasan berita-berita mengenai politik pemerintahan dan ekonomi. Temuan lain didapatkan bahwa berita utama tentang masalah internasional lebih akurat dari pada masalah nasional. Berita-berita internasional tentang berbagai kategori masalah lebih akurat ditulis dibanding berita nasional untuk masalah yang sama. Juga muncul kesimpulan bahwa kategori berita yang ditempatkan sebagai berita utama disajikan lebih akurat daripada berita yang bukan berita utama. Pendapat terakhir yang bisa dikatakan adalah bahwa secara umum surat kabar Kompas lebih akurat dalam menulis judul berita dengan isi berita dibandingkan Pos kota."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S4175
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Satyanegara
"Media surat kabar adalah satu dari medium untuk mendapatkan informasi. Berita paling penting dan atraktif ditempatkan pada halaman depan. Ada kecenderungan pembaca di kota-kota besar menjadi pembaca judul. Mereka menganggap judul adalah intisari berita. Ini menuntut pers agar akurat menulis judul dengan isi berita, karena judul berita mempengaruhi kualitas opini publik terhadap informasi yang ditulis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan kecenderungan tingkat akurasi antara judul dengan isi berita pada halaman depan surat kabar. Media yang diteliti adalah harian Kompas dan Pos Kota. Pemilihannya didasari atas keunggulan statistik dalam segi tiras dan penetrasi di antara semua harian nasional. Titik tumpu penelitian ini melihat seluruh berita berdasarkan kriteria: akurat, tidak jelas dan rancu antara judul dengan isi berita. Kesalahan mekanis, tipografis dan gramatikal dikeluarkan dari analisis. Berita yang diteliti didasarkan pada pengelompokkan posisi, jenis dan kategori berita. Jenis penelitian ini tergolong deskriptif dengan teknik analisis isi. Populasi ditentukan antara waktu terbit bulan September hingga November 1993. Kurun tersebut diasumsikan cenderung konklusif terhadap peristiwa selama setahun. Sampel dipilih sebanyak 30 hari terbit setiap harian dengan sistem kalender, tanpa edisi hari Minggu. Ini untuk menghindari berita soft news dalam analisis. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kedua harian memiliki tingkat akurasi berita yang tidak jauh berbeda. Ada dugaan kuat bahwa tingkat akurasi penyajian berita utama dan bukan berita utama pada kedua surat kabar tidak jauh berbeda. Namun dalam menyajikan berita internasional ternyata lebih akurat dibanding berita nasional. Juga dalam kedua harian tersebut, ada kesamaan ketidakjelasan berita berita mengenai politik pemerintahan dan ekonomi. Temuan lain didapatkan bahwa berita utama tentang masalah internasional lebih akurat daripada masalah nasional. Berita-berita internasional tentang berbagai kategori masalah lebih akurat ditulis dibanding berita nasional untuk masalah yang sama. Juga muncul kesimpulan bahwa kategori berita yang ditempatkan sebagai berita utama disajikan lebih akurat daripada berita yang bukan berita utama. Pendapat terakhir yang bisa dikatakan adalah bahwa secara umum surat kabar Kompas lebih akurat dalam menulis judul berita dengan isi berita dibandingkan Pos Kota."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S4138
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Hasyim
"Sampai saat ini masih terdapat pertentangan mengenai manfaat dan segi-segi negatif dimuatnya berita kejahatan di surat kabar. Ada sementara pihak yang beranggapan bahwa berita kejahatan hanya memberi rasa senang sesaat kepada pembaca dan tidak memberi banyak manfaat. Di lain pihak ada yang menganggap penyiaran berita kejahatan di surat kabar memiliki fungsi yang tak kalah penting dengan jenis berita lain seperti politik, ekonomi, . ilmu pengetahuan dan teknologi, karena ia dapat dijadikan sebagai lampu tanda bahaya bagi masyarakat. Permasalahan utama memang terletak pada cara penyajian berita kejahatan itu sendiri. Apakah berita itu disajikan dengan mengikuti prinsip penulisan penulisan berita yang baik dan benar. Pos Kata adalah salah satu surat kabar yang banyak menyajikan berita kejahatan, berbeda dengan Kompas yang hanya menyajikan sebagian kecil saja berita kejahatan yang dimuat Pos Kota. Bagaimana kelengkapan dan ketepatan berita pembunuhan di kedua surat kabar inilah penulisan yang menjadi fokus perhatian penelitian yang menggunakan teknik analisis ini. Di samping itu dilihat juga penggunaan lead beritanya, volume berita, pemisahan opini dan fakta dalam berita serta pemanfaatan sumber berita. Sebagai bahan pembanding ketepatan penulisan berita ini digunakan berita acara pemeriksaan (BAP) yang dibuat polisi dari suatu peristiwa pembunuhan. Sampel dibatasi hanya pada berita pembunuhan yang dimuat secara bersamaan oleh kedua surat kabar selama periode Januari sampai Juni 1991. Secara keseluruhan ada 32 berita yang diteliti. Sebagaimana diduga sebelumnya, dari analisis ini terlihat bahwa dalam hal kelengkapan berita Pos Kota lebih unggul dibanding Kompas. Unsur-unsur berita (5 W +1 H) dijabarkan lebih rinci oleh Pos Kota dibanding Kompas. Dalam hal ketepatan Kompas lebih baik dibanding Pos Kota. Namun perbedaannya tidaklah terlalu besar. Frekuensi kesalahan yang dilakukan juga relatif kecil. Ini menunjukkan bahwa kedua surat kabar sedikit banyak memperhatikan prinsip penulisan berita yang teliti, objektif dan seimbang. Dari berita yang diteliti juga ditemukan, sebagian besar berita di kedua surat kabar menggunakan M ha Lead. Ini menunjukkan bahwa kedua surat kabar lebih memperhatikan unsur informasi dan fungsi berita bagi pembaca. Yang agak menyimpang dari dugaan semula adalah pemanfaatan sumber berita, di mana ditemukan yang digunakan Kompas dalam beritanya ternyata lebih banyak dibanding Pos Kota. Sebagian besar yang diteliti juga bersih dari opini penulis. Sebagian kecil opini yang ditemukan lebih memperlihatkan sumber anonim usaha wartawan dalam menggugah minat baca pembaca dan usaha untuk memberi fungsi plus pada berita. Ini terlihat dari penggunaan istilah-istilah yang memiliki konotasi negatif seperti istilah preman atau peminum, karena penggunaan istilah-istilah ini juga bermanfaat dalam memberi kesadaran kepada pembaca bahwa orang-orang yang menyandang predikat ini memiliki kemungkinan lebih besar berhubungan dengan kasus-kasus pembunuhan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Ary Savitri
"Konflik internal dalam partai politik sesungguhnya tidak banyak terjadi pada masa Orde Baru, akan tetapi ketika Orde Baru runtuh kemudian muncul yang dinamakan sistem multi partai maka konflik internal dalam tubuh partai-partai politik di Indonesia mulai banyak terjadi. Konflik internal dalam partai politik paling banyak dialami oleh partai-partai politik Islam, salah satunya adalah PPP. PPP adalah partai politik yang telah ada sejak jaman Orde Baru, dan hingga kini masih tetap eksis. Selanjutnya adalah bagaimana konflik internal PPP digambarkan dalam suatu surat kabar. Ketika suatu surat kabar menonjolkan mengenai seorang tokoh atau suatu isu, maka dapat dikatakan bahwa tokoh atau isu tersebut adalah sesuatu yang dianggap penting oleh surat kabar tersebut, yang pada gilirannya para pembaca surat kabar tersebut juga dapat memiliki anggapan yang lama mengenai hal tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis isi. Analisis isi adalah suatu penelitian yang sifatnya membahas secara mendalam isi suatu infonnasi yang tertulis atau tercetak dalam media massa, khususnya surat kabar. Karena sifat dan analisis isi adalah pembahasan secara mendalam maka, akan kurang makna interpretasinya apabila tidak dikaitkan dengan situasi lingkungan pada saat terjadinya suatu peristiwa atau dengan kata lain sumber analisisnya tidak hanya berdasarkan apa yang tertulis atau tercetak dalam surat kabar tetapi juga dikaitkan dengan kondisi pada saat peristiwa terjadi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pemberitaan dan apa yang tersirat di dalamnya.
Penelitian ini dilakukan terhadap 3 surat kabar, yaitu surat kabar Kompas, Media Indonesia, dan Republika. Dengan waktu penelitian selama 4 bulan, yaitu selama bulan Oktober 2001 sampai dengan bulan Januari 2002 (tepatnya 16 Oktober 2001 sampai dengan 21 Januari 2002).
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut; surat kabar Kompas selama periode penelitian menampilkan berita yang relevan dengan konflik internal PPP sebanyak 17 berita (yang terdiri dari liputan berita, artikel dan tajuk), surat kabar Media Indonesia menampilkan 22 berita (yang terdiri dan liputan berita dan artikel), sedangkan surat kabar Republika menampilkan 22 berita yang relevan dengan konflik internal PPP (yang terdiri dari liputan berita dan tajuk).
Dari ketiga surat kabar yang ada, surat kabar Republika adalah surat kabar yang paling banyak menampilkan berita yang relevan dengan konflik internal PPP. Hal ini disebabkan karena surat kabar Republika adalah surat kabar yang memiliki latar belakang berbasis Islam dan surat kabar yang banyak menyuarakan aspirasi Islam.
Umumnya ketiga surat kabar yang ada sangat berhati-hati dan mencoba netral ketika membahas mengenai seorang tokoh atau mengenai suatu isu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulmely
"Tingkat kematian ibu di Indonesia cukup tinggi. yaitu 390/100.000 kelahiran hidup. Aborsi berkontribusi 12% terhadap kematian tersebut. Dewasa ini kasus aborsi cenderung naik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering kali menjadi perhatian media massa.
Penelitian ini berfokus pada bagaimana surat kabar memotret realitas sosial masalah aborsi, khususnya aborsi provokatus kriminalis. Hal lain yang juga penting diamati adalah fungsi media di dalam memberitakan fenomena aborsi tersebut.
Sampel penelitian ini adalah seluruh artikel aborsi yang dimuat oleh Kompas, Suara Pembaruan, dan Republika selama Juli 1996-Juni 2001. Ketiga surat kabar ini mempunyai latar belakang sosial yang berbeda yang diharapkan dapat memperkaya temuan penelitian.
Terdapat 140 artikel aborsi yang dipublikasikan oleh ketiga surat kabar yang diteliti. Dengan menggunakan metode analisis isi kuantitatif dan kualitatif ditemukan: Ketiga surat kabar mempunyai perhatian yang cukup terhadap masalah aborsi yang terlihat dari jumlah artikel dan pemberitaan yang dilakukan. Kompas memuat 57 (40.7%) dari 140 artikel, 54 artikel oleh Republika, dan 29 artikel lainnya oleh Suara Pembaruan. Fungsi surveilen, fungsi korelasi, dan fungsi sosialisasi juga telah dijalankan oleh ketiga surat kabar sehubungan dengan masalah aborsi, meskipun fungsi surveilen lebih dominan dari dua fungsi lainnya.
Media tidak begitu memperhatikan batasan yang jelas mengenai jenis aborsi yang dibahas. Provider aborsi merupakan pelaku yang lebih banyak disorot dibandingkan dcngan klien aborsi. Karakteristik klien yang cenderung dimunculkan adalah mereka yang menikah ataupun yang tidak menikah dengan latar belakang pendidikan yang cukup bervariasi mulai dari SMTP hingga perguruan tinggi. Provider yang disorot sebagian besar adalah dokter dan bidan tidak terkecuali perawat. Hanya Kompas yang memuat aborsi juga dilakukan oleh dukun. Teknik aborsi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi teknik medis (injeksi, obat-obatan atau tindakan medik tertentu) dan teknik tradisional (minum jamu/ramuan atau pemijatan).
Alasan pelaku melakukan aborsi yang terungkap dari artikel yang dimuat adalah masalah sosial ekonomi dan psikologis, kegagalan kontrasepsi, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) baik disebabkan oleh inses atau perkosaan.
Peningkatan kasus aborsi dewasa ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kegagalan KB, pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang minim, dan lemahnya hukum yang berlaku serta dekadensi moral dan juga perubahan pola hidup yang lebih permisif.
Untuk menekan kasus aborsi maka para pelaku harus dikenakan sanksi. Diantara sanksi yang diungkap oleh ketiga media adalah sanksi hukum (Undang-Undang Kesehatan dan KUHP), sanksi sosial, agama, dan profesi berupa pencabutan izin praktek. Media juga mengemukakan pembenahan hukum, pendidikan agama dan kesehatan reproduksi, serta pengungkapan jaringan aborsi sebagai solusi pemecahan masalah sosial yang kompleks tersebut.
Didalam memberitakan masalah aborsi Kompas dan Suara Pembaruan cenderung mengakomodasi semua pendapat yang kontroversial mengenai aborsi. Namun Republika memperlihatkan sikap yang tegas mengenai aborsi kecuali atas alasan medis.
Dengan demikian, surat kabar dapat dijadikan sebagai media komunikasi untuk mendapatkan informasi, memberi interpretasi dan menyosialisasikan nilai dan norma yang ada sehingga masalah aborsi yang pelik menjadi perhatian semua pihak dan menemukan solusinya.

Content Analysis of Abortion Articles on Kompas, Suara Pembaruan, and Republika Published on July 1996-June 2001The maternal death in Indonesia is 3901100,000 life births. Abortion contributes 12% to that maternal death. Nowadays, abortion tends to rise and is one of the public health problems which have long been subject of interest by mass media. This research focus on how newspapers portray the social reality of abortion especially the provocateur criminalizes abortion. Another important thing, the research would like to discover what functions performed by newspaper in dealing with illegal abortion phenomenon.
The samples of this research are all abortion articles published by Kompas, Suara Pembaruan, and Republika on July 1996-June 2001. These three leading newspaper have their own social background which is expected to enrich the finding of this research.
There are totally 140 articles published by Kompas, Suara Pembaruan, and Republika. By using quantitative and qualitative content analysis method we found: All newspaper interest on abortion issue which show on frequencies of published articles. Kompas published 57 (40.7%) articles, 54 articles by Republika, and 29 other articles by Suara Pembaruan. They also performed their function as surveillance, correlation, and socialization related to abortion issue, even though, surveillance function is dominant than others.
Little attention gave to definitive concept of abortion. Provider is the most abortion actor. The characteristic of client are married and unmarried women with various education such junior high school until the students of university. The providers are doctors, midwives, nurses and traditional attendances. The abortion technique which published is medical technique (injection, medicine, curettage) and traditional technique (herbs and massage).
The reasons to conduct abortion are social economic and psychological problem, failed on family planning, unwanted pregnancy which caused by rape or incest. The increasing of abortion are caused by various factors here in failed on family planning, lack of knowledge on reproductive health and law enforcement, morale, and changing of life style to be permissive. Legal punishment such health agreement number 23 on 1992 or KUHP in order to control illegal abortion incidence. There are others punishment such social, religious, and professional sanction (cancellation of license). The tree newspapers see need of low enforcement, religious and reproductive education, and the investigation of illegal abortion network as solution to such complex social problem.
In informing abortion issues Kompas and Suara Pembaruan tend to accommodate all controversial opinion. But, Republika saw the un agreement on abortion except medical reason.
Hence, newspaper can be media communication for getting information interpretation, and socialization value and norm so abortion issue to be interest by all public and find its solution."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasrullah
"Pemberitaan KLB PDI-Munas PDI dan naiknya Megawati di kursi kepemimpinan PDI, menyita perhatian media massa untuk menggelar peristiwa trsebut. Momen berita KLB PDI menjadi menarik karena hadirnya Megawati, baik sebagai kandidat maupun setelah terpilih menjadi ketua umum PDI. Di mana figur Mega merupakan figur yang dianggap kontraversial dalam percaturan politik nasional.
Hal ini terjadi karena, Megawati merupakan simbol perlawanan rakyat yang anti kemapanan dan mendapat dukungan arus bawah. Di samping itu juga ia merupakan tokoh yang kharismatik pada saat pasca-KLB. Hal ini merupakan tahapan yang krusial bagi Mega, terutama setelah menyatakan dirinya terpilih secara De Facto. Pemberitaan media secara kontinyu, menyebabkan media turut andil untuk membentuk opini publik, termasuk mempengaruhi atau berdampak terhadap pengambil keputusan di tingkat hirarki yang lebih tinggi dalam sistem politik Indonesia.
Keberhasilan Megawati menduduki pucuk pimpinan PDI tidak terlepas dari peran media massa selama KLB-Munas PDI merupakan fokus penelitian ini, terutana tentang keperkasaan media massa dalam mengakat kasus PDI dan Megawati. Pisau analisis yang digunakan terletak pada pembentukan opini publik dengan konsep keampuhan Media Massa, khususnya dilihat dari kajian komunikasi politik. Analisis juga meminjam kerangka pemikiran dari Walter Lippman, the World Outside and The Picture in Our Heads, dihubungkan dengan media massa sebagai salah satu saluran komunikasi politik. Lebih khusus lagi analisis dipertajam dengan meminjam kerangka pemikiran Klapper (1960) dan Patterson (1980) dengan menperhatikan kepada manfaat media, potensi media, dan eksposure media dalam melihat peristiwa KLB dan Megawati.
Metode yang digunakan adalah analisis isi dengan pemilihan populasi berdasarkan purporsive sampling yang meliputi harian Kompas, Republika, dan Suara Harya. Jumlah tiras dipakai sebagai acuan di dalam menentukan sample frame dengan menghasilkan 114 tiras, dan ini di amati dalam kurun waktu satu minggu sebelum KLB-PDI dan satu minggu sesudah Munas PDI.
Hasil temuan thesis ini menunjukkan bahwa ada kecendrungan dari ketiga Surat kabar telah memanfaatkan saluran komunikasi politik untuk membentuk opini publik. Dalam kasus PDI dan Megawati surat kabar telah berfungsi ganda yaitu di samping berfungsi sebagai saluran komunikasi politik juga berfungsi sebagai komunikator politik. Ini menunjukkan keperkasaan media telah mampu mempengaruhi pengambil kebijaksanaan politik pemerintah, cendrung "terpaksa" mengakui kehadiran Megawati untuk memimpin PDI.
Pemberitaan Megawati di arena KLB dan Munas PDI, telah menjadi berita utama, bahkan ada kecendrungan media berada dibelakang Mega. Ini terlihat dari penempatan berdasarkan letak halaman, analisa isi berita dan opini, maupun dengan memperhatikan kecendrungan berita dan opini yang bernada mendukung.
Yang jelas, pemberitaan PDI dan Megawati telah memberikan nuansa baru dalam proses demokratisasi melalui media massa. Pemberitan arus bawah yang berpaham kerakyatan selain mampu membentuk opini, tetapi juga tidak lepas dari political will yang dilakukan pemerintah dalam menangkap proses demokratisasi dan keterbukaan yang telah dicanangkan sebelumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>