Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143045 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Atna Permana
"Ruang Lingkup dan Cara penelitian :
Kecenderungan peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu telah menjadi masalah kesehatan yang perlu dicermati. Masalah tersebut menyebabkan pengobatan menjadi mahal dan tidak efektif Dalam upaya untuk mencari antibiotik yang efektif, salah satu alternatif adalah dengan melakukan kombinasi dua antibiotik, Selaras dengan itu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek kombinasi dua antibiotik dalam hal ini antibiotik fosfomisin dan sulbaktam-sefoperazon. Pengujian dibagi dalam beberapa strategi yaitu : (1). Penentuan KHM masing-masing antibiotik dengan metode tube dilution, (2). Penentuan KHM kombinasi dua antibiotik dengan metode checkerboard titration. (3). Penentuan time kill curve. (4). Penentuan postantibiotic effect (PAE).
Hasil dan Kesimpulan :
Isolat klinik yang digunakan untuk uji kombinasi adalah Pseudomonas aeruginosa (30 galur), Enterobacter aerogenes (30 galur), Escherichia coil (30 galur) dan Staphylococcus aureus (30 galur). Berdasarkan penentuan KEM obat tunggal, ditemukan banyak kuman yang resisten terhadap antibiotik uji, yaitu Pseudomonas aeruginosa 86,7% resisten terhadap fosfomisin dan 33,3% resisten terhadap sulbaktam-sefoperazon; Enterobacter aerogenes 80% resisten terhadap fosfomisin sedangkan Escherichia coil dan Staphylococcus aureus masingmasing 13,3% dan 33,3 % resisten terhadap fosfomisin. Kadar Hambatan Minimum (KHM) kedua antibiotik terhadap isolat klinik yang diperoleh pads penelitian ini adalah Pseudomonas aeruginosa berkisar 0,25 - 2048 tg/ml, 66,7% menunjukkan sinergis; Enterobacter aerogenes berkisar 0,125 - 2048 pg/ml , 66,7% menunjukkan sinergis; Escherichia coil berkisar 0,125 - 1024 gg/ml, 66,7% menunjukkan sinergis; dan Staphylococcus aureus berkisar 0,06 - 512 µg/ml, 56,7 % menunjukkan sinergis. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya efek antagonis. Kombinasi fosfomisin dan sulbaktam-sefoperazon mampu menurunkan KHM masing-masing obat, Sedangkan basil PAE yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai PAE antibiotik kombinasi memberikan basil yang lebih lama jika dibandingkan dengan antibiotik tunggal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Salim
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S29745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rompas, Irrine Merrychs
"Masalah resistensi antimikroba yang berkembang menyebabkan munculnya kuman panresisten, yang resisten terhadap semua antimikroba yang tersedia. Munculnya bakteri panresisten ini menggambarkan suatu titik akhir yang mengkhawatirkan karena tidak tersedia pilihan terapi antibiotik yang rasional. Peningkatan kejadian resistensi antibiotik disertai penurunan produksi antibiotik baru sehingga diperlukan evaluasi dari kombinasi antibiotik yang sudah ada. Fosfomisin adalah antibiotik lama yang tidak memiliki resistensi silang dengan golongan antibiotik lain sehingga berpotensi menimbulkan interaksi yang sinergis terhadap bakteri resisten.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antibakteri in vitro kombinasi fosfomisin dan beberapa antibiotik lain, yaitu doripenem, moksifloksasin, kolistin dan amikasin terhadap kuman batang Gram negatif panresisten. Pada penelitian ini dilakukan uji kombinasi antibiotik menggunakan metode Etest terhadap 15 isolat kuman panresisten, yang terdiri dari Acinetobater baumanii (n=8), Pseudomonas aeruginosa (n=5) dan Klebsiella pneumoniae (n=2). Interaksi yang terjadi dinilai berdasarkan indeks Fractional Inhibitory Concentration (FIC), yaitu sinergi bila indeks FIC ≤ 0,5, indiferen bila indeks FIC 0,5 sampai 4, dan antagonis bila indeks FIC > 4. Isolat kuman berasal dari berbagai jenis spesimen yang diperiksakan di laboratorium otomasi RSUPNCM.
Interaksi antibakteri in vitro yang terjadi terhadap isolat kuman A. baumanii, P. aeruginosa, dan K. pneumoniae panresisten, baik dengan kombinasi fosfomisin dan amikasin, fosfomisin dan doripenem, fosfomisin dan moksifloksasin, serta fosfomisin dan kolistin pada semua isolat bersifat indiferen (100%). Tidak ditemukan interaksi yang bersifat sinergi atau antagonis.

The evolving problem of antimicrobial resistance in Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii and Klebsiella pneumoniae has led to the emergence of clinical isolates to pandrug-resistant (PDR) isolates, i.e. resistant to all available antibiotics.The emergence of pandrug-resistant (PDR) bacteria represents a worrying endpoint in the development of antimicrobial resistance. The increased incidence of antibiotic resistance accompanied by decreased production of new antibiotics required the evaluation of combinations of existing antibiotics.
The aim of this study to evaluate the in vitro antibacterial interaction of combination fosfomycin with doripenem, amikacin, colistin and moxifloxacin against PDR Gram negative bacteria. We evaluated antibiotic combinatinons against 15 panresistant clinical isolates, which consisted of Acinetobater baumanii (n=8), Pseudomonas aeruginosa (n=5) dan Klebsiella pneumoniae (n=2). The in vitro antibacterial interactions were evaluated by determination of fractional inhibitory concentration (FIC) index. Synergy was defined as FIC index ≤ 0,5, indiferen as FIC index 0,5 to 4, and antagonism as FIC index > 4. The isolates were collected at RSUPNCM hospital from various clinical specimens.
The in vitro antibacterial interaction against A. baumannii, P. aeruginosa, and K. pneumoniae panresistant isolates, either with the combination of fosfomycin and amikacin, fosfomycin and doripenem, fosfomycin and moxifloxacin, as well as fosfomycin and colistin showed indifferent to all isolates (100%). No interaction was found synergistic or antagonistic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Fitria Apriani
"Asam azelat adalah obat anti jerawat yang bekerja dengan cara menghambat enzim thioredoxin reduktase dari Propionibacterium acnes P.acnes yang mempengaruhi penghambatan sintesis DNA bakteri yang terjadi di sitoplasma. Untuk dapat menjalankan aksinya, asam azelat harus menembus melalui stratum korneum ke jaringan sebasea dan masuk ke sitoplasma bakteri dengan melewati peptidoglikan P. acnes yang tebal. Dengan demikian asam azelat perlu diformulasikan dalam vesikel lipid bilayer seperti etosom. Penelitian ini menggunakan metode hidrasi lapisan tipis untuk membentuk suspensi etosomal dengan variasi konsentrasi etanol 30 , 35 dan 40 . Aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cair untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimum KHM dan Konsentrasi Bunuh Minimum KBM . Aktivitas krim etosom asam azelat dibandingkan dengan krim Z. Etosom asam azelat dengan etanol 35 memberikan hasil terbaik dengan efisiensi penjerapan EE sebesar 94,48 0,14 . Aktivitas antibakteri terhadap P. acnes menunjukkan bahwa krim etosom asam azelat memberikan aktivitas lebih baik daripada krim Z. Nilai KHM dan KBM krim etosom asam azelat adalah 250 ?g/ml sedangkan krim Z memiliki KHM 250 ?g/ml dan KBM 500 ?g/ml.

Azelaic acid is an anti acne drug by inhibiting thioredoxin reductase enzyme of Propionibacterium acnes P.acnes that affects the inhibition of bacterial DNA synthesis which occurs in the cytoplasm. So, azelaic acid must be penetrate through the stratum corneum to the sebaceous tissue and into the cytoplasm by passing through the thick peptydoglican of P. acnes. Thus, it is necessary to increase the penetration of azelaic acid that formulated based ethosome. This study using thin layer hydration method to form an ethosomal suspension with variations concentration ethanol 30 , 35 and 40 . Antibacterial activity were conducted using broth dilution method to determine Minimum Inhibitory Concentration MIC and Minimum Bactericidal Concentration MBC . The antibacterial activity of azelaic acid based ethosome were compared with the Z cream. Azelaic acid ethosome with 35 ethanol has given best result with Entrapment Efficiency EE of 94.48 0.14 . Antibacterial activity to P. acnes shown that the azelaic acid cream based ethosome given better activity than Z cream. The value of MIC and MBC of azelaic acid cream based ethosome was 250 g ml while the Z cream were shown MIC of 250 g ml and MBC of 500 g ml. This study proved that the azelaic acid cream based ethosome given better antibacterial activity."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wildan Rabbani Kurniawan
"Pneumonia adalah penyakit ISPB yang mempunyai angka kematian yang masih cukup tinggi di dunia dan juga Indonesia Dua bakteri penyebab utama penyakit ini adalah Klebsiella pneumoniae serta Streptococcus pneumoniae Antibiotik adalah pengobatan utama untuk kasus akibat kedua bakteri tersebut Penggunaan antibiotik yang dilakukan secara luas dan tidak tepat guna menyebabkan munculnya pola peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik yang biasa diberikan sehingga dibutuhkan golongan antibiotik baru yang masih efektif Senyawa X merupakan sebuah senyawa yang mengandung struktur cincin oksazol dan diduga mempunyai potensi untuk menjadi sebuah senyawa antibiotik baru yang masih efektif melawan berbagai bakteri Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bioaktivitas dari Senyawa X terhadap kedua bakteri tersebut serta apakah terdapat hubungan antara penambahan dosis dengan bioaktivitasnya Sebanyak 3 kultur dari masing masing bakteri sebagai ulangan diberikan perlakuan dengan metode disk difussion test Disk kosong ini diisi dengan aquades sebagai baseline alkohol 90 sebagai kontrol negatif serta Senyawa X dengan konsentrasi 2 4 8 16 32 64 dan 128 mg L sebagai perlakuan Indikator bioaktivitas adalah diameter hambatan pertumbuhan dari kedua bakteri Secara deskriptif didapatkan bahwa Senyawa X cenderung mempunyai bioaktivitas terhadap kedua bakteri sedangkan uji hipotesis Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peningkatan dosis Senyawa X dengan peningkatan bioaktivitasnya pada bakteri Streptococcus pneumoniae p 0 003 Namun pada bakteri Klebsiella pneumoniae tidak ditemukan hubungan yang bermakna p 0 133 Hasil penelitian ini membuktikan Senyawa X memiliki bioaktivitas terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae dan Streptococcus pneumoniae Namun hubungan yang bermakna terhadap peningkatan dosis Senyawa X dan bioktivitasnya hanya terjadi pada bakteri Streptococcus pneumoniae.

Pneumonia is one of the Upper Airways Infections which still has increasing mortality rate in Indonesia Two common pathogens causing this disease are Klebsiella pneumoniae and Streptococcus pneumoniae Antibiotics are the main therapy in this case A wide and irrational usage of those antibiotics brings the increasing antibiotics resistant pattern of both pathogens So that a new and effective antibiotic are needed Substance X an ocsazoles containing substance is now assumed being an effective antibiotic among many pathogens Therefore this study aims to understand the bioactivity of Substance X to both pathogens and to understand the relationship between the increasing dosage and their effect on the Substance X bioactivity There were 3 cultures of both pathogens and each of them is given disk diffusion test method to conduct the experiment The blank disk were then filled with aquades baseline alcohol 90 negative control and Substance X with 2 4 8 16 32 64 And 128 mg L concentration tested group The indicator of bioactivity in this study measured in growth inhibition diameter of both pathogens Descriptively the experiment shows Substance X has bioactivity to both pathogens Another hypothesis then tested using Kruskal Wallis shows a significant relationship between the increasing dosage of Substance X and the increasing bioactivity on Streptococcus pneumoniae p 0 003 but not on Klebsiella pneumoniae p 0 133 This study then can be concluded that Substance X has bioactivity to both Klebsiella pneumoniae and Streptococcus pneumoniae But the significant relationship between increasing dosage and bioactivity of Substance X can only be found on Streptococcus pneumoniae.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andari Putrianti
"Kandidiasis mulut adalah infeksi jamur yang paling sering ditemukan. Ini adalah infeksi jamur oportunistik pada rongga mulut yang disebakan oleh pertumbuhan jamur genus Candida, Candida albicans (C. albicans) adalah spesies yang paling banyak ditemukan. Manifestasi klinisnya dapat tergolong ringan dan berat bila menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang inadekuat. Obat antifungal yang ada memiliki peranan penting dalam menanggulangi penyakit ini. Sering terjadi resistensi dan masih tinggi toksisitas obat yang ada, dalam hal ini dibutuhkan agen-agen pengobatan yang baru dengan aktivitas antifungal yang lebih baik dan toksisitas yang rendah. Minyak esensial Melaleuca alternifolia (MA) dan Nigella sativa (NS) merupakan tanaman yang mempunyai efek antifungal yang baik dengan toksisitas dan resistensi yang rendah. Tujuan: Menganalisis potensi minyak esensial MA, NS dan kombinasinya dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Metoda: Minyak esensial MA dan NS didapat dari Eteris Nusantara dan dipaparkan pada C. albicans ATCC 10231 dan isolat klinik dengan metode uji daya hambat dan teknik serial dilution. Hasil: Minyak esensial MA dan kombinasi MA dan NS dapat menghambat 100% pertumbuhan C. albicans, sedangkan minyak esensial NS dapat menghambat rata-rata 11% pertumbuhan C. albicans isolat klinik. Kesimpulan: Minyak esensial NS dan kombinasi MA dan NS berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Kombinasi MA dan NS lebih berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dibandingkan minyak esensial NS, tetapi kombinasi MA dan NS tidak lebih berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dibandingkan dengan minyak esensial MA.

Oral candidiasis is the most common fungal infection. It is an opportunistic infection that occurs in the oral cavity that caused by Candida, the most abundant species is Candida albicans (C. albicans). The clinical manifestation of oral candidiasis is considered to be mild but it is become severe when it attack individual with inadequate immune system. Antifungal drugs have an important role in overcoming this disease, but resistance has developed to current antifungal drugs and some of it have a high toxicity, for these reasons it is important to find another drug with a low occurrence of resistance and lower toxicity. Melaleuca alternifolia (MA) and Nigella sativa (NS) essential oils are derived from herbal plant that have a good antifungal activity with a low toxicity and low occurrence of resistance. Aimed: To analyze the potential of MA, NS and the combination of both in inhibiting the growth of C. albicans. Method: Essential oils were from Eteris Nusantara, these oils were tested on C. albicans ATCC 10231 and C. albicans isolated from healthy patient. The method used was inhibition potential with serial dilution technique. Result: Essential oils of MA and the combination of MA and NS can inhibit the growth of C. albicans with a percentage of 100%. While, NS can inhibit the growth of C. albicans isolated from healthy patient with a mean percentage of 11%. Conclusion: Essential oils of NS and the combination of MA and NS have the potential to inhibit the growth of C. albicans. The combination of MA and NS has a better potential to inhibit the growth of C. albicans compared with NS, but the oil combination does not has a better potential compared with MA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F. Rias Prasetya B
"Telah dilakukan peneiltian aktifitas antibakteri
in vitro dari ekstrak kulit buah Punica granatum L. tenhadap
pelbagai kuman standard dan kurnan liar yang diasin.
gkan dari pendenita, Penentuan aktifitas ekstrak tersebut
menggunakan 2 cara, yaitu dengan penen;tuan konsentrasi
hambatan minimum (MIC) dan pemerik,saan lebar zona
hambatan yang dibentuk .disekelilinq cakram yang mengan -
dung ekstrak kulit buah Punica granatum L.
Penentuan aktifitas antibateni ekstrak kulit buah
Punica gran atum L. yang, didasarkan atas besarnya NIC
menggunakan metoda " Agar dilution " mernbenikan hasil
Konsentrasi hambatan minimum terhadap kuman-kuman standard
Eschenichia coil ATCC 25922, Kiebsiella pneumoniae
ATCC 13883, Pseudomonas aerugiriosa ATCC 27853, Salmonella
typhimuriurn ATCC 14028, Shigelia flexneni ATCC 12022,
Shigella sonnel ATCC 25931, dan Stapylococcus aureus
ATCC 25923 berturut-turut adalah 625,00 mcg/ml, 312950
mcg/ml, 312,50 mcg/ml, 625,00 mcg/ml, 16,2 mcg/ml,
312,50 mcg/ml, dan 78 1,13 mcg/ml.
Bendasarkan lebar zona hambat.an yang terbentuk di
sekeliling . cakrani yang mengandung. ekstrak kulit buah
nica granatum L. dapat diambil kesimpulan : Aktifitas a n.
tibakteni dari ekst.rak kulit. buah Pun ica granatum L. ter
baik terhadap kuman Staphylococcus aureus, menyusul benturu.
t-turut terhadap Shige1l flexneni, Pseudomonas aeru-Qinosa, Kiebsiella pneumoniae, Shigel.la sonnei, Escheri
chia coil, dan Salmonella typhimurium.

A study' of the in'., vitro antibacterial activity of
Punica granatum L. rind extracts has been carried out
against, several standard bacterial strains and wild
strains isolated from patients applying two methods, i.e.
the determination, of the minimum inhibitory concentration.
(N1c) and the determination of the inhibition zone formed
around the disc containing extracts of Punica granatum L.
ri:nd.
The determination of the antibacterial activity of
extracts of Punica granatum L. rind using the agar dilu -
t'.ion method show the following' results (MIC/mi), respec -
t.ively : Minimum inhibitory concentration (L!c) on Es'cherichia
coil ATCC 25922 9 Kiebsiella pn;eumoniae ATCC 138.83,
Pseudomonas aerug'i'nosa ATCC 27853 9 Salmonella ty'phimurium
ATCC 14028 9 Shigella f'lexnerl A1TCC 12022 9 Shigella sonnel
ATCC 25931, and Staphylococcus aureus ATCC 25923 were
625,00 mcg/ml, 312 9 50 rncg/mi, 312,50 mcg/ml, 625,00 mcg/
ml, 156 9 25 mcg/ml, 312,50 m'cg/ml, an.d 78.,13 mcg/ml.
Based' on the size of' the inhibition zone formed
around the disc. containing, extracts of Punica Qranatum L.
rind, the following,-conclusion-could b:e drawn : The antibacterial
activity of Punica granatum L. rind extracts on
Staphy-lococcus aureus is' considered to be the best follow
ed respectively' by, Sh.lqella flexneri, Pseudomonas aeruginosa,
Klebsiella pneumoniae, Shigella sonnei, Escheric.hia
coli, and Salmonella typhimurium.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Ratnasari
"Rutin merupakan senyawa flavonoid yang banyak terdapat pada buah semangka dan kulit dari tanaman jenis jeruk. Rutin memiliki banyak aktivitas farmakologi, salah satunya sebagai anti artritis reumatoid. Rutin menunjukan absorbsi yang rendah bila diberikan secara peroral karena permeasi yang rendah dalam saluran cerna, sehinga sebagai alternativ rutin diberikan dalam bentuk transdermal. Transfersom merupakan salah satu sistem pembawa untuk transdermal yang mampu meningkatkan efektivitas penghantaran obat. Penelitian ini bertujuan memformulasi serta mengkarakterisasi rutin ke dalam transfersom. Selanjutnya, transfersom diformulasi ke dalam sediaan gel. Terhadap sediaan gel dilakukan uji stabilitas fisik serta dibandingkan uji penetrasi in vitro dan aktivitas anti artritis reumatoid terhadap gel rutin yang tidak dibuat transfersom. Sediaan gel transfersom secara fisik terbukti stabil pada penyimpanan suhu kamar dan suhu dingin. Uji penetrasi in vitro menujukan penetrasi rutin dari sediaan gel transfersom sebesar 14,33%, sedangkan untuk gel non transfersom sebesar 9,51%. Aktivitas antiartritis reumatoid diamati dengan persen penghambatan volume udem, gel non transfersom memiliki persentase penghambatan sebesar 35,07% sedangkan gel non transfersom sebesar 39,69%.

Rutin is a flavonoid compound are found in watermelon and citrus fruits plants. Rutin has many pharmacological activities, one of them as anti-rheumatoid arthritis. Rutin shows a low absorption when administered orally because of a low permeation in the gastrointestinal tract, so that as the alternative rutin given in the transdermal route. Transfersom is one carrier for transdermal route that can improve the effectiveness of drug delivery. This study aims to formulate and characterize rutin into transfersom. Furthermore, transfersom formulated into a gel. The Gel was gel physical stability test and compared the penetration test in vitro and anti-rheumatoid arthritis activity against gel rutin non transfersom. Physically formulation gel of transfersom proved to be stable at room temperature and cold temperatures. The in vitro penetration test show that penetration of rutin loaded in transfersom was 14.33%, while for non transfersom gel at 9.51%. Anti Rheumatoid arthritihis activity was observed with the percent inhibition of edema volume, transfersom gel percentage inhibition was 35.07% while non transfersom gel was 39.69%."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Purnamasari
"Sarang burung walet mengandung glikoprotein, asam lemak, dan epidermal growth factor yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan anti-aging yang potensial. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh aktivitas antioksidan dan anti-kolagenase dari ekstrak secara in vitro, serta mengetahui reaksi iritasi dan manfaat dari sediaan krim esktrak air sarang burung walet sebagai krim anti-aging pada sukarelawan wanita setelah produk diaplikasikan langsung kepada kulit. Metode ekstraksi menggunakan pelarut aquabidestilata, lalu dikeringkan dengan liofilisasi, selanjutnya diuji kadar protein dalam ekstrak. Aktivitas antioksidan diuji dengan DPPH dan penghambatan kolagenase diuji dengan kit kolagenase inhibitor. Stabilitas fisik krim diuji selama 12 minggu. Uji iritasi kulit dilakukan pada 32 wanita dengan patch oklusif. Uji efikasi sediaan krim anti-aging dilakukan pada 31 wanita dengan durasi pemakaian produk selama 28 hari. Hasil penelitian didapatkan bahwa kadar protein dari ekstrak sarang burung walet adalah 52,08%. Nilai dari IC50 antioksidan adalah 734,52 μg/mL sedangkan nilai IC50 dari aktivitas penghambatan kolagenase adalah 118,86 μg/mL. Krim anti-aging ekstrak air sarang burung walet stabil secara fisik selama 12 minggu. Krim anti-aging ekstrak air sarang burung walet tidak/sedikit menyebabkan iritasi kulit serta memberikan peningkatan yang signifikan secara statistik (p < 0,05) terhadap parameter serat kolagen, elastisitas kulit, kelembaban kulit dan penurunan pigmen kulit setelah 28 hari penggunaan produk. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak air sarang burung walet memiliki aktivitas anti-kolagenase yang cukup kuat, sediaan krim ekstrak air sarang burung walet stabil secara fisik selama 12 minggu dan setelah diuji klinis terbukti efektif untuk mencegah penuaan dini di kulit dengan perubahan nilai parameter aging.

Edible bird’s nest contains glycoproteins, fatty acids, and epidermal growth factors which are known to have potential antioxidant and anti-aging activities. The purpose of this study was to obtain antioxidant and anti-collagenase activity from extracts, as well as irritation reactions and efficacy of edible bird’s nest water extract cream as an anti-aging cream in women volunteers after product being applied directly to the skin. The extraction method used aquabidestilata solvent, then the liquid extract dried by lyophilization, after that determination the protein content in the extract. Antioxidant activity was tested with DPPH and collagenase inhibition activity was tested with a collagenase colorimetric assay kit. The physical stability of the cream was tested for 12 weeks. The skin irritation test was performed on 32 women with an occlusive patch test. The effectiveness test of anti-aging cream was carried out on 31 women with a duration of 28 days of product application. The results showed that the protein content of edible bird's nest was 52,08%. The IC50 value of the antioxidant was 734,52 μg / mL while the IC50 value of the collagenase inhibition activity was 118,86 μg / mL. Water extract of edible bird’s nest anti-aging cream was physically stable for 12 weeks Water extract of edible bird’s nest anti-aging cream did not or slightly cause skin irritation and provided a statistically significant increase (p < 0.05) in the three parameters of aging, that were collagen fibers, skin elasticity, skin moisture and a significant reduction in skin pigment color (p < 0.05) after 28 days of product application. The conclusion of this study is that the water extract of edible bird's nest has quite strong anti-collagenase activity, water extract of edible bird’s nest anti-aging cream is physically stable for 12 weeks and has been proven effective in preventing premature skin aging by improving the value of the aging parameters."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>