Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104349 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Taeinia saginata dan Taeinia solium ditemukan di seluruh dunia, khususnya di negara-negara berkembang. Kedua jenis
cacing pita ini hidup dalam rongga usus halus. Hospes perantaranya adalah ternak dan babi. Gejala-gejala berat
ditemukan bilamana T. solium menginfeksi sistim saraf pusat. Kasus-kasus dengan kejang epilepsi dan perilaku
abnormal sering ditemukan di daerah endemis. Di Mexico diantara 68.754 sampel serum manusia 0,06-2,97%
ditemukan positif untuk cysticercosis. Rupa-rupanya ada hubungan antara angka sero-prevalensi yang tinggi dengan
tingkat keadaan sosio-ekonomi yang rendah. Di berbagai negara di Amerika Latin ditemukan prevalensi antara 0,1-
8,7%, sedangkan prevalensi berkisar antara 0,05-10,4% di Asia dan Afrika. Di Indonesia taeniasis/sistiserkosis terutama
ditemukan di tiga provinsi yaitu Sumatera Utara, Bali dan Irian Jaya (Papua). Sejumlah kasus juga ditemukan di
Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat. Di Indonesia prevalensi
taeniasis/sistiserkosis berkisar antara 1,0-42,7%. Prevalensi tertinggi ditemukan di Irian Jaya. Tidak banyak laporan
mengenai sistiserkosis pada ternak di dunia, termasuk Indonesia. Pengumpulan data epidemiologi seperti tentang
prevalensi dan distribusi diperlukan supaya program penanggulangan berhasil. Disamping itu perlu dilakukan
penyuluhan kesehatan di masyarakat pada tiap program penaggulangan
Prevalence and distribution of Taeniasis and Cysticercosis. Taenia saginata and Taenia solium are found through
the whole world, especially in developing countries. These tapeworms live in the small intestines of humans. Cattle and
pigs are the intermediate animal hosts. Serious signs and symptoms are found if T. solium is infecting the central
nervous system. Cases with epileptic seizures and abnormal behavior are often found in endemic areas. In Mexico
among 68.754 human serum samples 0,06-2,97% were found positive for cysticercosis. Apparently there was an
association between high sero prevalence rates and low socio-economic conditions. In several countries in Latin
America, prevalences were between 0,1-8,7%, whereas prevalences between 0,05-10,4% were detected in Asia and
Africa. In Indonesia taeniasis/cysticercosis are mostly found in three provinces i.e. North Sumatra, Bali and Irian Jaya.
Cases were also discovered in North Sulawesi, Southeast Sulawesi, East Nusa Tenggara and West Kalimantan. The
prevalences of taeniasis/cysticercosis in Indonesia were between 1,0-42,7%. The highest prevalence rate was in Irian
Jaya (Papua). Not many reports are available for cysticercosis in cattle and in pigs in the world, including Indonesia.
The collection of epidemiological data such as on prevalence rates and distribution are needed for a successful control
program. In addition community health education should be implemented in control programs."
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Pembinaan Lingkungan Pemukiman ; Universitas Indonesia. Fakultas Kedokteran, 2001
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Subahar
"Daerah Jayawijaya, termasuk Kecamatan Wamena dan Assologaima, adalah daerah yang hiperendemis penyakit taeniasis/sistiserkosis. Dikatakan bahwa taeniasis/sistiserkosis adalah penyakit yang disebut penyakit rumah tangga yaitu suatu penyakit dengan karakteristik sebagai berikut: sering dijumpai lebih dari 1 anggota keluarga di suatu rumah tangga yang terinfeksi penyakit tersebut. Tujuan studi ini adalah mendapat gambaran taeniasis/sistiserkosis pada keluarga yang tinggal di satu komplek perumahan (silimo) dan mengetahui distribusi penderita sistiserkosis yang tinggal bersama penderita taeniasis (adult worm carriers). Telah dilakukan studi terbatas terhadap adanya antibodi terhadap antigen Taenia solium dan tes ELISA-coproantigen. Tes imunoblot menggunakan glikoprotein yang dimurnikan (GP) yang bertindak sebagai antigen Taenia solium. Antibodi anti-sistiserkosis yang terdeteksi sebesar 51.7% dari 89 sampel serum manusia. Angka seroprevalensi ini pada keluarga di Kecamatan Wamena (68.4%, 26/38) lebih tinggi dibandingkan di Kecamatan Assologaima (35.3%, 18/51), pada laki-laki (61.2%, 30/49) lebih banyak yang terinfeksi dari perempuan (40.0, 16/40). Disamping itu ELISA-coproantigen yang terdeteksi positif sebesar 2.4% (3/42) hanya ditemukan pada keluarga di Assologaima, sedangkan pada 5 keluarga di Kecamatan Wamena maupun Assologaima ditemukan anggota keluarga seropositif tanpa adanya individu coproantigen positif di rumah komplek masing-masing. Di daerah hiperendemis taeniasis/sistiserkosis seorang dapat terinfeksi oleh keluarganya yang tinggal bersama di silimo maupun mendapat infeksi ini dari keluarga lain. Semua penderita taeniasis mengkontaminasi lingkungan.

Taeniasis/cysticercosis among family members in villages of Jayawijaya District, Papua. The area of Jayawijaya, including the Subdistricts of Wamena and Assologaima, is a hyperendemic area of taeniasis/cysticercosis. The disease is considered as a household disease because often if one family member is infected with the disease we can also expect other family members with the same disease. The aim of this study is to obtain data on the condition of taeniasis/cysticercosis in families living in a complex of houses (silimo) and to know the distribution of cysticercosis patients living together with taeniasis patients (adult worm carriers). A limited study was conducted using a test on the detection of antibodies against antigen Taenia solium and the ELISA-coproantigen test. The immunoblot test used purified glycoproteins (GP) as a Taenia solium antigen. Antibodies anti-cysticercosis were detected in 51.7% of 89 human sera samples. The seroprevalence of families in Wamena (68.4%, 26/38) was higher in comparison with that in Assologaima (35.3%, 18/51), men (61.2%, 30/49) were more infected than women (40.0, 16/40). In addition positive ELISA-coproantigen was found in 2.4% (3/42) of the families in Assologaima, whereas in 5 families in Wamena as well as in Assologaima family members were found seropositive without an individu with coproantigen positive in their families living in their respectively silimo?s. In hyperendemic areas of taeniasis/cysticercosis one can be infected by his family living in the same complex of houses as well as by other families. All adult worm carriers are contaminating the whole environment."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan ; Asahikawa Medical College. Department of Parasitology ; Universitas Indonesia. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anthony William Brian Iskandar
"Pendahuluan: Taeniasis, infeksi cacing pita Taenia spp., merupakan penyakit yang masih endemik di beberapa daerah di Indonesia. Data prevalensi taeniasis Taenia solium di Kabupaten Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur belum tersedia, sedangkan masyarakatnya diketahui memiliki ternak babi dan mempunyai kebiasaan mengonsumsi daging yang tidak matang, yang dapat meningkatkan risiko paparan terhadap larva T. solium. Uji serologi menggunakan metode ELISA diketahui memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan mikroskopis, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosis taeniasis T. solium. Studi ini bertujuan mendapatkan seroprevalensi taeniasis T. solium di sebuah desa di Kabupaten Sumba Barat Daya, beserta hubungan usia dan jenis kelamin terhadap positivitas IgG anti-rES33.
Metode: Sebanyak 110 sampel plasma diperiksa menggunakan metode ELISA untuk mendeteksi kadar antibodi IgG anti-rES33, yang dinyatakan dalam satuan absorbansi densitas optik (OD). Data usia dikelompokkan ke dalam 2 kategori (anak dan dewasa) dan 4 kategori (5-10, 11-20, 21-35, dan >35 tahun). Hasil: Seroprevalensi taeniasis T. solium pada sampel Desa Karang Indah ditemukan sebesar 17,3%. Hasil IgG anti-rE33 positif ditemukan lebih tinggi secara signifikan pada kelompok anak-anak (26,4%) dibandingkan dewasa (8,8%) (p=0,014), dengan seroprevalensi tertinggi (25,6%) pada kelompok usia 5-10 tahun. Kelompok perempuan secara signifikan memiliki seroprevalensi yang lebih tinggi (23,8%) dibandingkan laki-laki (8,5%) (p=0,036).
Kesimpulan: Usia dan jenis kelamin berhubungan signifikan dengan seroprevalensi taeniasis T. solium pada sampel Desa Karang Indah. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme terkait usia dan jenis kelamin yang menyebabkan perbedaan tersebut.

Introduction: Taeniasis, a tapeworm infection caused by adult Taenia species, can be found endemic in several regions in Indonesia. Data on prevalence of Taenia solium taeniasis in Southwest Sumba Regency, East Nusa Tenggara is not available, even though most of its residents work as pig farmers and consume undercooked pork, which may increase exposure to T. solium larvae. Serologic test using ELISA method was found to be more sensitive and specific than miroscopic examination, thus useful for diagnosing T. solium taeniasis. The purpose of this study was to determine the seroprevalence of T. solium taeniasis in one of the villages in Southwest Sumba Regency, as well as its association with age and gender.
Methods: A total of 110 plasma samples were examined using ELISA method to detect the concentration of anti-rES33 IgG, expressed in optical density (OD). Subjects were divided into age groups of 2 (children and adults) and 4 categories (5-10, 11-20, 21-35, and >35 years old).
Results: Seroprevalence of T. solium taeniasis was found to be 17.3%. Seroprevalence was significantly higher among children (26.4%) compared to adults (8.8%) (p=0.014), the highest being in the 5-10 year-old category (25.6%). Seroprevalence was also higher among females (23.8%) compared to males (8.5%) (p=0.036).
Conclusion: Age and gender were significantly associated with the seroprevalence of T. solium taeniasis in the samples from Karang Indah Village. Further research is needed to determine mechanisms related to age and gender which cause this association.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Michelle Anggraini
"Studi ini fokus membahas tentang variasi anatomis normal pada mukosa oral. Tujuan dari studi ini dalah untuk menentukan prevalensi dan distribusi lesi pada 312 pasien yang mengunjungi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Studi ini dilakukan dengan survei epidemiologi dan menggunakan pendekatan potong lintang. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 7 (2,2%) pasien dengan leukoedema, 69 (22,1%) pasien dengan fordyce granules, dan 207 (66,3%) pasien dengan linea alba pada mukosa oral mereka. Semua lesi lebih banyak ditemukan secara bilateral. Leukoedema dan fordyce granules lebih banyak ditemukan pada pria, sedangkan linea alba lebih banyak pada wanita. Leukoedema dan fordyce granules paling banyak ditemukan pada kelompok usia 69-76 tahun, sedangkan linea alba paling banyak ditemukan pada usia 13-20 tahun.

This study is focused on variations of anatomic structures of oral mucosa. The purpose of this study is to determine the prevalence and the distribution of these lesions in 312 patients who visited University of Indonesia Dental Hospital according to the location, age and gender. This study has been done by cross sectional descriptive epidemiological survey. The result showed that there were 7 (2.2%) people who had leukoedema, 69 (22.1%) people who had fordyce granules, and 207 (66.3%) people who had linea alba on their oral mucosa. All lesions were more common in bilateral location. Leukoedema and fordyce granules were more common among males, while linea alba were more common among females. Leukoedema and fordyce granules had the highest prevalence in 69-76 years age-group, while linea alba was highest in 13-20 years age-group."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Magdalena Lesmana
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi dan
distribusi ATTS pada malokIusi regio anterior. Hasilnya
dapat digunakan sebagai informasi dasar dari penelitian
lanjutan mengenai hubungan ?ATTS? dengan Maloklusi secara rinci yang diperlukan untuk penanganan yang
efektif. Penelitian dilakukan pada 522 anak 90K III Jakarta berusia 7-13 tahun, yang belum pernah dilakukan perawatan orto. Diagnosa ada/tidaknya ?TTS? dilakukan dengan alat LINGOMETER FINK. Malrelasi/malposisi gigi-gigi-gigi anterior pada subjek dengan TTS (Lingometer respons positif) dilihat secara visual. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi TTS yang tinggi (73,2) dengan frekwensi tertinggi pada usia 12?13 tahun (85,5Y.) Pola malokiusi yang dijumpai pada subjek dengan TTS adalah protrusi gigi tetap anterior atas(38,7%) ,rotasi aigi anterior atas(2S,9,flaring(9,4 Y.), protrusi anterior bawah (6,0%), kombinasi protrusi dan rotasi (2,97.), protritsi gigi anterior atas dan bawah(2%), openbite dan rotasi(1,3), open bite (1,3%) dan kombinasi openbite dan protrusi(0,7%).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Elisabeth
"Penelitian ini fokus pada fissure tongue, geographic tongue, median rhomboid glossitis dan hairy tongue. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi dan distribusi dari lesi tersebut berdasarkan usia dan jenis kelamin pada 312 pasien yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Studi ini merupakan survei epidemiologi deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Data diperoleh melalui pemeriksaan klinis dan wawancara. Fissure tongue merupakan lesi yang paling sering ditemukan (46,5%) diikuti geographic tongue (3,2%), median rhomboid glossitis (1,3%) dan hairy tongue (1,3%). Semua lesi tersebut ditemukan lebih sering pada pasien pria. Fissure tongue, geographic tongue, median rhomboid glossitis dan hairy tongue memiliki prevalensi paling tinggi pada kelompok usia 61-68 tahun, 5-12 tahun, 53-60 tahun dan 13-20 tahun, secara berurutan.

This study is focused on fissure tongue, geographic tongue, median rhomboid glossitis and hairy tongue. The purpose of this study is to determine the prevalence and distribution of these lesions according to age and gender in 312 patients who visited University of Indonesia dental hospital. This study has been done by cross sectional descriptive epidemiological survey. The data were collected by clinical examination and interview. Fissure tongue was observed most frequently (46.5%) followed by geographic tongue (3.2%), median rhomboid glossitis (1.3%) and hairy tongue (1.3%). All of these lesions are more common in male patients. Fissure tongue, geographic tongue, median rhomboid glossitis, and hairy tongue had the highest prevalence in 61-68 years old, 5-12 years old, 53-60 years old, 13-20 years old, respectively."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Wiguna
"Latar Belakang
Sebesar lebih dari 70% kasus kanker serviks berhubungan dengan adanya infeksi oleh HPV tipe high-risk, terutama tipe 16/18 yang merupakan tipe paling agresif. Infeksi persisten oleh HPV tipe high-risk dapat menyebabkan perkembangan lesi serviks menjadi kanker sehingga infeksi tersebut penting untuk terdeteksi. Oleh karena itu, metode skrining memasukkan tes DNA HPV tipe high-risk sebagai salah satu opsinya, baik sebagai tes tunggal maupun kombinasi dengan tes sitologi serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan distribusi HPV tipe high-risk pada hasil sitologi serviks serta hubungannya dengan derajat lesi prakanker serviks.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada 104 pasien di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada periode tahun 2020—2022. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa hasil tes DNA HPV yang menggunakan DiagCor GenoFlow Human Papilloma Virus Array Test serta hasil sitologi serviks dari liquid based cytology (LBC). Data yang diperoleh dijelaskan menggunakan program SPSS versi 26.
Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi infeksi HPV tipe high-risk sebesar 30,8% dengan genotipe terbanyak adalah HPV 18, HPV 52, HPV 51, dan HPV 58. Hasil uji analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara infeksi HPV tipe high-risk dan derajat lesi prakanker serviks (p=0,000).
Kesimpulan
Terdapat peningkatan angka kejadian infeksi HPV tipe high-risk seiring perkembangan derajat lesi prakanker serviks yang disertai dengan ditemukan hubungan yang bermakna di antara keduanya berdasarkan analisis statistik.

Introduction
More than 70% of cervical cancer cases are associated with infection of high-risk HPV, especially type 16/18 which is the most aggressive type. Persistent infection with high- risk HPV can cause cervical lesions to develop into cancer, so it is important to detect the infection. Therefore, screening methods include high-risk HPV DNA testing as one of the options, either as a single test or in combination with a cervical cytology test. This study aims to determine the prevalence and distribution of high-risk HPV in cervical cytology results and its association with the degree of cervical precancerous lesions.
Method
This study was conducted with a cross-sectional design on 104 patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in the 2020-2022 period. This study used secondary data of HPV DNA test results using the DiagCor GenoFlow Human Papilloma Virus Array Test and cervical cytology results from liquid based cytology (LBC). The data were analyzed using the SPSS version 26 program.
Results
This study showed that the prevalence of high-risk HPV infection is 30.8% with the most common genotypes are HPV 18, HPV 52, HPV 51, and HPV 58. It is known by the statistical analysis test that there was a significant relationship between high-risk HPV infection and degree of cervical precancerous lesions (p=0.000).
Conclusion
There was an increase in the occurrence number of high-risk HPV infection along with the development of the degree of cervical precancerous lesions, accompanied by the discovery of a significant relationship between the two based on statistical analysis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Inarah Ghassani
"Tingkat penyalahgunaan narkotika di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Kebiasaan merokok diketahui menjadi gerbang utama menuju pemakaian narkotika dan memicu berbagai penyakit serta kelainan jaringan lunak mulut termasuk stomatitis nikotina.
Tujuan: mengetahui prevalensi dan distribusi stomatitis nikotina pada residen Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Jawa Barat, berdasarkan rekam medik, kuesioner, dan pemeriksaan klinis rongga mulut.
Hasil: pada 203 subjek terdapat 69 (34%) subjek dengan stomatitis nikotina, rata-rata usia 30,9 tahun, dan distribusi lebih tinggi pada perokok yang mulai sejak muda dengan durasi >10 tahun.
Kesimpulan: prevalensi stomatitis nikotina menunjukan angka yang cukup tinggi dan lebih banyak ditemukan pada subjek dengan durasi merokok yang lama.

Drug abuse rate in Indonesia is keep increasing every year. Smoking cigarettes as the 'gateway drugs' can cause diseases and abnormality in the oral soft tissue including nicotine stomatitis.
Objectives: to determine nicotine stomatitis prevalence and distribution in residents at Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Jawa Barat based on medical records, questionnaires and clinical oral examinaton.
Results: in 203 subjects, 69 (34%) subjects with nicotine stomatitis; average age is 30.9 years old and higher distribution in those who has been smoking since young age for >10 years.
Conclusion: nicotine stomatitis prevalence showed a high rate and found in subjects with long duration of smoking.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>