Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194531 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yudarini Priotomo
"ABSTRAK
Masalah penggunaan obat terlarang sudah lama dikenal di Indonesia yakni sejak permulaan abad 19. Pada awalnya masalah ini terbatas pada kelompok umur tua, tetapi saat ini termasuk pada kelompok umur muda dan kelompok umur produktif.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang penyalahgunaan obat.
Populasi penelitian adalah remaja SLTP/SLTA (siswa OSIS) dan Guru Pembimbing dan Penyuluhan; pengumpulan data dilakukan dengan diskusi terfokus (FGD) terhadap siswa OSIS dan wawancara mendalam terhadap guru Pembimbing/Penyuluhan. Analisis data dilakukan secara kualitatif yang diolah secara manual.
Hasil penelitian menunjukan siswa OS1S lebih banyak mengetahui jenis-jenis obat maupun minuman keras daripada guru Pembimbing dan Penyuluhan, selain itu pada umumnya siswa OSIS bersikap tidak setuju terhadap penyalahgunaan obat. Penyebab penyalahgunaan obat cenderung pada ketidak harmonisan hubungan kedua orang tua pengguna dan kurangnya waktu orang tua dirumah yang akibatnya pengguna merasa tidak diperhatikan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Solehah
"Besarnya masalah HIV dan AIDS secara global dan nasional serta tingginya angka kumulatif penderita pada usia remaja, maka salah satu cara menghindari penularannya adalah dengan merubah perilaku seksual berisiko tertular HIV. Salah satu cara untuk merubah perilaku berisiko tersebut adalah dengan menyebarluaskan informasi mengenai HIV dan AIDS pada remaja. Kini banyak Lembaga Swadaya Masyarakat yang memberi perhatian terhadap masalah kesehatan reproduksi dan seksual pada remaja, hal ini merupakan wadah yang sangat baik bagi remaja dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan termasuk masalah HIV dan AIDS.
Penelitian dengan pendekatan potong lintang ini bertujuan mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku seksual berisiko tertular HIV dan AIDS pada remaja pasar kelompok dampingan PKBI DKI Jakarta di wilayah Jakarta Timur. Penelitian ini juga ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya. Pengambilan sampel dilakukan dengan kuisioner terstruktur pada 98 responden yang diambil secara acak sederhana berdasarkan data yang tersedia di PKBI DKI Jakarta. Analisa data dilakukan secara univariat dalam bentuk distribusi frekuensi, kemudian secara bivariat melalui uji chi square untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variable terikat. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa sepertiga dari kelompok dampingan berperilaku seksual berisiko tertular HIV dan AIDS (35,7%). Angka yang cukup besar mengingat responden masih berusia remaja dan belum menikah. Sebagian besar dari responden telah memiliki pengetahuan baik mengenai HIV dan AIDS (60%) meskipun beberapa masih bercampur dengan informasi yang keliru. Pengetahuan yang keliru dapat dilihat dari jawaban bahwa penyakit AIDS hanya menyerang kaum homoseksual (11,2%), atau penularan HIV salah satu caranya dengan pemakaian handuk bersamaan (23,5%). Dalam hal sikap, proporsi responden yang bersikap positif sebanding dengan yang memiliki sikap negatif.
Sebagian besar responden berada pada usia 20-24 tahun (70,4%) dan berjenis kelamin laki-laki (63,3%). Dalam hal pendidikan formal yang ditamatkan proporsi remaja berpendidikan tinggi (¡Ý SMA) (43,9%) hampir sama dengan remaja yang berpendidikan rendah (¡ÜSMP) (56,1%). Sebagian besar responden pernah menggunakan NAPZA (61,2%) dan proporsi yang berada pada lingkungan pasar kurang dari 3 tahun sama dengan yang telah lebih dari 3 tahun. Hampir seluruh responden telah terpapar media porno, hanya 8 remaja yang mengaku tidak pernah terpapar. Remaja yang terpapar informasi lebih dari 3 sumber proporsinya hampir sama dengan responden yang terpapar informasi kurang dari 3 sumber. Remaja yang telah didampingi lebih dari 4 kali oleh petugas outreach (¡Ý 4 kali) sebesar 53,1% dan 46,9% telah didampingi kurang dari 4 kali.
Variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan HIV dan AIDS hanyalah frekuensi pendampingan (p-value 0,031; OR=2,47; 95% CI=1,07-5,67). Kemudian hanya variabel pengetahuan yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel sikap terhadap HIV dan AIDS (p-value 0,017; OR=2,75; 95% CI=1,19-6,36). Dan hasil uji hipotesis dengan perilaku berisiko terdapat 4 variabel yang memiliki hubungan signifikan yaitu umur (p-value 0,022; OR=3,25; 95% CI=1,11-9,56), jenis kelamin (p-value 0,013; OR=3,19; 95% CI=1,21-8,40), penggunaan NAPZA (p-value 0,000; OR=20,57; 95% CI=4,54-93,26 ) dan keterpaparan media porno (p-value 0,008; OR=4,69; 95% CI=1,28-17,19).
Peneliti mendukung akan program-program yang dilakukan oleh PKBI maupun LSM lain dalam usaha menanggulangi penularan penyakit AIDS. Usaha ini tentunya tidak dapat terlaksana tanpa peran serta masyarakat, pemerintah maupun pihak-pihak terkait. Pemberian informasi sepatutnya diberikan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan remaja. Hindari pembuatan media informasi dengan gambar yang mendekati pornografi, karena dikhawatirkan pesan tidak tersampaikan dengan baik. Dalam menyebarkan informasi tentang cara pencegahan penularan HIV, pemberi informasi harus mengurutkan atau menekankan bahwa cara pertama pencegahan adalah tidak melakukan hubungan seks, kedua bersikap saling setia dengan pasangan seks dan terakhir bagi kelompok yang berisiko adalah penggunaan kondom. Bagi remaja, tidak melakukan hubungan seksual pra nikah adalah sangat dianjurkan karena selain bertentangan dengan norma agama tentu akan merugikan kesehatan reproduksi dan kehidupannya di masa yang akan datang."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Penelitian Pranata Pembangunan UI , 1990
364 STU
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmidar Muchtar
"Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia terlibat secara aktif dalam proses dan arus pembangunan. Salah satu bentuk modal pembangunan adalah sumber daya manusia yang sehat, yaitu sehat fisik, mental dan sosial. Menyadari bahwa manusia merupakan kekuatan utama pembangunan dan sekaligus tujuan pembangunan, maka perlu ditingkatkan kualitas manusia sebagai sumber daya insani. Sumber daya manusia menyangkut dua aspek yaitu, aspek fisik (kualitas fisik) yang menyangkut kesehatan, dan non fisik (kualitas non fisik) yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir dan keterampilan-keterampilan lain. Masalah kesehatan di negara-negara sedang berkembang menyangkut kedua aspek tersebut, dimana aspek non fisik di bidang kesehatan menyangkut perilaku kesehatan yaitu perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat adalah sebagian dari gaya hidup yang meliputi tidak merokok, olahraga teratur, manajemen stres dan tidur cukup.
Dengan menggunakan teori Green dan Andersen didapat faktor-faktor yang menyebabkan perilaku, yaitu faktor sosiodemografi yang terdiri dari latar belakang pendidikan kesehatan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan dan umur. Faktor sosioekonomi dalam hal ini dilihat dari golongan kepangkatan dan jabatan struktural. Kemudian pengetahuan dan sikap. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif-analitik dengan pendekatan secara crossectional. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Kanwil. Depkes. DKI. Jakarta dan sampel diambil secara rendom sebanyak 100 orang.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 9 variabel yang digunakan sebagai variabel bebas, ternyata hanya 3 variabel yang mempengaruhi langsung perilaku hidup sehat yaitu variabel jenis kelamin, golongan kepangkatan dan sikap. Sedangkan variabel lain berhubungan secara tidak langsung, tapi melalui variabel pengetahuan kemudian sikap atau langsung, melalui variabel sikap, kecuali status perkawinan yang tidak berhubungan sama sekali.
Saran untuk Dekpes RI Pusat untuk dapat melakukan evaluasi terhadap Instruksi Menteri Kesehatan NO. 161/ Menkes/ Inst/III/1990 tentang lingkungan kerja babas asap rokok dan SKB Menteri Kesehatan dan Menteri Pemuda dan Olahraga No.207/Menkes/5KB/IV/1965 dan No.00096/Menpora/1985 tentang pembinaan dan pengembangan kesehatan olahraga. Dan kepada Kanwil. DKI. Jakarta disarankan untuk menyediakan sarana untuk olahraga, memotivasi pegawai untuk berolahraga dan mengadakan seminar sehari tentang manajemen stres.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Punjung Wicaksono
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26524
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antarini B. Antojo
"Di Indonesia, prevalensi penyakit kecacingan perut cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80 - 90%. Meskipun tidak langsung menyebabkan kematian, akibat dari penyakit kecacingan perut ini sangat merugikan, terutama apabila terjadi pada anak-anak. Masalah yang timbul didalam menanggulangi penyakit kecacingan perut ini adalah terjadinya reinfeksi sesudah dilakukan pengobatan, yang ternyata cukup tinggi, sehingga selain upaya pengobatan, juga perlu ditekankan pada upaya pendidikan kesehatan dengan maksud untuk meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap penyakit kecacingan perut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan yang diberikan terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku murid SD tentang penyakit kecacingan perut. Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperiman dengna mengambil sampel dari murid-murid SD yang memperoleh Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan Perut yang dilaksanakan oleh Forum Koordinasi Integrasi Pelayanan Kesehatan Keluarga dan Keluarga Berencana.
Dari hasil analisa diperoleh bahwa pendidikan kesehatan tentang pemberantasan penyakit kecacingan perut berpengaruh dalam meningkatkan Pengetahuan total murid-murid yang meliputi Pengetahuan tingkat I, Pengetahuan tingkat II dan Pengetahuan Tingkat III, yang berarti murid-murid telah mempunyai pengetahuan tentang jenis cacing yang dapat menimbulkan penyakit, tanda-tandanya, akibatnya dan upaya pencegahan serta pengobatannya.
Untuk Sikap total, ternyata tidak ada perbedaan antara Sikap kelompok eksperimen dan kontrol, yang mungkin disebabkan oleh karena pembentukan Sikap memerlukan waktu yang cukup lama, yang belum terlihat dari hasil penelitian ini. Akan tetapi berdasarkan tingkatan Sikap, terlihat adanya perbedaan untuk Sikap tingkat III tidak menunjujjab adanya perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok, yang berarti bahwa Sikap Total ditentukan oleh Sikap tingkat III. Demikian pula perilaku pada kedua kelompok menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna, dan hal ini mungkin disebabkan karena penentuan alat ukur perilaku yang kurang tepat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dastya Yusufina
"Pada remaja perilaku pacaran erat kaitannya dengan pengalaman romantis yang berguna bagi perkembangan psikologis, terutama pengembangan keintiman. Namun, perilaku pacaran dapat menjadi berisiko apabila melakukan kontak seksual yang dimulai dari berciuman bibir hingga melakukan hubungan seks pranikah. Menurut data SKAP KKBPK tahun 2019, 3.8% remaja laki-laki dan 1% remaja perempuan mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah selama berpacaran. Dalam melakukan perilaku seksual berisiko remaja dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap permisif, pergaulan teman serta pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual berisiko pada remaja SMA di DKI Jakarta yang distratifikasi berdasarkan jenis kelamin dan pola asuh keluarga positif. Penelitian menggunakan desain kuantitatif yang bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data Survey Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan sampel sejumlah 873 yang berasal dari seluruh kelas 10 dan 11 di SMAN 38 dan SMAN 90 Jakarta dengan pengambilan sampel secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan sikap permisif (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) dan pergaulan teman sebaya (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual berisiko sedangkan pengetahuan kesehatan reproduksi (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) dan pola asuh orang tua positif (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) tidak memiliki hubungan terhadap perilaku seksual berisiko. Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh pada hubungan pergaulan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko, namun pada hubungan sikap permisif terhadap perilaku seksual berisiko hanya berpengaruh pada jenis kelamin laki-laki saja. Pola asuh keluarga positif juga berpengaruh pada hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan seminar serta secara rutin terkait kesehatan reproduksi kepada siswa sekolah. Kemudian disarankan kepada instansi kesehatan dan sekolah untuk berkolaborasi dan memberikan pembekalan edukasi kesehatan reproduksi kepada orang tua yang ikut andil dalam mendidik dan memonitoring perilaku pacaran remaja di lingkungan rumah.

In adolescent, dating behavior is closely related to romantic experiences that are useful for psychological development, especially the development of intimacy. However, dating behavior can be risky if it involves sexual contact that starts from kissing lips to having premarital sex. According to SKAP KKBPK data in 2019, 3.8% of male adolescents and 1% of female adolescents admitted to having had premarital sex during dating. Adolescent risky sexual behavior is influenced by individual and environmental factors. Therefore, this study aims to determine the relationship between reproductive health knowledge, permissive attitudes, peer association, and parenting patterns on risky sexual behavior among high school adolescents in DKI Jakarta stratified by gender and positive family parenting. The study used a quantitative design that was analytic in character with a cross-sectional approach. The data used were secondary data in the form of data from the Youth Behavior Survey High School Students in DKI Jakarta with a sample of 873 from all grades 10 and 11 at SMAN 38 and SMAN 90 Jakarta with total sampling. The results showed that permissive attitude (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) and peer association (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) had a significant relationship with risky sexual behavior while reproductive health knowledge (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) and positive parenting (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) had no relationship with risky sexual behavior. Stratification analysis showed that gender had an effect on the relationship between peer association and risky sexual behavior, but only male gender had an effect on the relationship between permissive attitudes and risky sexual behavior. Positive family parenting also had an effect on peer association on risky sexual behavior. Therefore, it is recommended to conduct seminars and regularly related to reproductive health to school students. It is also recommended for health agencies and schools to collaborate and provide reproductive health education to parents who take part in educating and monitoring adolescents dating behavior in their homes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Dinata M.R
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai metode intervensi mikro dalam pekerjaan sosial yang diterapkan dalam menangani masalah penyalahgunaan obat dan narkotika di kalangan remaja. Intervensi dengan pendekatan mikro ini tidak memandang individu sebagai bagian yang terpisah dari lingkungannya namun sebagai suatu sistem yang terkait erat dengan sistem sistem lainnya, dalam masalah ini, seperti keluarga dan kelompok sebaya. Maka penanganan terhadap masalah ini dilakukan baik pada remaja penyalahguna obat maupun pada sistem keluarga di mana ia menjadi bagiannya di samping pentingnya pemahaman tentang pengaruh kelompok sebaya terhadap remaja yang mengambil sikap penyalahgunaan obat dan narkotika. Penanganan kasus-kasus yang digunakan dalam skripsi ini berdasarkan pada proses pemecahan masalah problem solving process yang diawali dengan tahap penilaian situasi terhadap permasalahan, pendefinisian masalah, perencanaan serta pelaksanaan rencana pemecahan masalah, evaluasi serta proses terminasi dari relasi pemberian bantuan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam proses tersebut adalah interviu individual maupun interviu bersama yang dilakukan baik pada saat klien remaja penyalahguna obat masih menjalani perawatan inap di RSKO maupun setelah klien kembali ke rumah di mana hubungan sistem klien klien dengan anggota keluarganya dengan pekerja sosial dibina melalui suatu relasi yang dinamis. Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk membantu memperoleh pemahaman tentang faktor faktor yang melatarbelakangi seorang remaja dalam mengambil sikap penyalahgunaan obat dan narkotika serta metode yang relevan dan dapat dikembangkan lebih lanjut dalam rangka penanganan masalah ini. Untuk keperluan tersebut maka dilakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif pada 3 tiga klien remaja, berusia antara 13 22 tahun, yang menjalani perawatan inap di RSKO Rumah Sakit Ketergantungan Obat . Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini memperlihatkan bahwa kemungkinan maksimal bagi seorang remaja untuk mengambil sikap penyalahgunaan obat dan narkotika terjadi ketika ketiga pengaruh kepribadian, keluarga dan kelompok sebaya, hadir bersama dalam suatu tingkat tertentu. Terdapat hubungan antara kondisitertentu pada ketiga faktor tersebut yang mendukung sikap penyalahgunaan obat dan narkotika. Hal ini diperoleh dengan mempelajari struktur keluarga serta hubungan di antara anggota keluarga, peristiwa peristiwa kondisi dalam kehidupan klien dan keterkaitannya dengan masalah ini serta gambaran kelompok sebaya klien yang semuanya ini sangat menunjang bagi pemahaman terhadap faktor-faktor yang melatarbelakangi sikap tersebut. Sedangkan metode intervensi mikro yang diterapkan pada remaja dan anggota keluarga, melalui interviu individual dan interviu bersama dalam suatu proses pemecahan masalah dengan langkah-langkah seperti yang telah disebutkan di atas, dapat membantu klien untuk mengungkapkan perasaannya, memahami masalah personal maupun masalah keluarga yang dialami dan keterkaitannya dengan penyalahgunaan obat juga untuk memperbaiki relasi klien dengan anggota keluarga serta melibatkan sistem klien klien dan keluarga dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif yang dapat ditempuh untuk kelanjutan pembinaan klien. Hal-hal tersebut di atas dapat membantu sistem klien untuk mengembangkan kemampuannya dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul, khususnya dalam membantu klien untuk ,mengendalikan, mengurangi ataupun kemungkingan untuk meninggalkan penggunaan obat dan narkotika, di samping mengurangi ketergantungan sistem klien pada relasi bantuan yang telah dibina dengan pekerja sosial. Melihat kompleksnya permasalahan ini maka dibutuhkan 1 pemahaman tentang konsep konsep yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat dan narkotika, perkembangan kepribadian seorang remaja serta konsep konsep tentang proses intervensi mikro 2 ketrampilan di dalam menerapkan metode intervensi serta mengembangkannya dengan menggunakan pendekatan lain, seperti Analisa Transaksional maupun metode intervensi dengan pendekatan kelompok baik pada klien maupun anggota keluarganya sebagai suatu upaya ke arah penanganan masalah yang lebih komprehensif dan terintegrasi."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>