Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180775 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
cover
"Integrated farming system between crops and animals has been practiced for along time by the farmers in Indonesia, espicially in the village
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Agung Gede Agung
"ABSTRAK
Sejak Pelita I (1969) pemerintah melaksanakan pembaharuan di sektor pertanian dengan Panca Usaha Tani melalui Bimas dan Inmas. Kabupaten Tingkat II Bangli sebagai salah satu Kabupaten di Bali, juga tidak terlepas dari pelaksanaan program tesebut. Tujuan dari program ini untuk meningkatkan hasil pertanian sehingga swasembada pangan tercapai. Sistem Subak merupakan institusi yang bergerak dan mengatur segala aktivitas pertanian sawah dengan cara-cara yang bersifat tradisional dan turun-temurun. Ajaran Tri Hita Karana merupakan landasan filsafat kerja mereka untuk mencapai kemakmuran hidup. Dengan proses modernisasi dalam bidang pertanian, menyebabkan terjadi perubahan pada sektor usaha produksi pertanian. Fenomena ini menarik untuk dikaji. Studi ini akan berusaha mencari jawaban atas masalah pokok: bagaimana keberadaan institusi subak di Kabupaten Tingkat II Bangli dengan ditanamnya pada varietas unggul?. Dari masalah pokok ini dapat dijabarkan menjadi dua sub-masalah yaitu: (1) sejauh manakah pengaruh ditanamnya padi varietas unggul terhadap cara kerja Krama Subak?, dan (2) bagaimanakah pengaruh ditanamnya padi varietas unggul terhadap ekonomi pertanian?.
Secara temporal kajian ini dari tahun 1969-1998. Penelitian ini termasuk jenis penelitian sejarah. Karena itu langkah yang dilakukan secara kronologis sesuai dengan tuntutan metode sejarah. Adapun langkah-langkah tersebut adalah; heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Data yang tekumpul bersifat deskriptif, dengan sumber data arsip (nasional dan daerah), hasil wawancara, surat kabar, artikel dan buku.
Panca Usaha Tani adalah lima langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian. Kelima langkah tersebut adalah; (1) irigasi, (2) pengolahan tanah, (3) pemilihan bibit unggul, (4) pemupukan, dan (5) pemberantasan hama. Ini menjadi pedoman bagi petani dalam aktivitasnya di sawah. Sejak itu juga petani mulai mengenal berbagai macam jenis pada baru seperti PB5, PB6, IR28 dan sebagainya, jenis pupuk seperti KCl, TSP dan berbagai jenis obat-obat pembasmi hama. Kebijakan ini mempunyai kelebihan diantaranya; (1) panen dapat dilakukan lebih dari dua kali setahun, (2) nasi beras bukan lagi menjadi makanan istimewa yang hanya dapat dikonsumsi oleh golongan tertentu, (3) proses penyuburan tanah tidak memerlukan waktu lama, karena menggunakan pupuk anorganik, (4) pemberantasan hama dapat dilakukan secara spontan, (5) lahan dapat dimanfaatkan dalam waktu seefektif mungkin.
Melalui peranan PPL, dalam dasa warsa pertama akibat dari semua itu sudah mulai nampak. Para petani mulai merasa tergantung dengan cara-cara mempercepat proses produksi pertanian yang bersifat non-alami dan non-tradisional. Diantaranya, (1) proses penyuburan tanah selalu menggunakan pupuk anorganik, memanfaatkan jerami dan sisa-sisa gulma sebagai bahan penyubur mulai ditinggalkan, (2) tergesernya cara-cara pemberantasan hama yang bersifat niskala, (3) mulai menghilangnya penanaman jenis padi lokal, (4) semakin menipisnya sifat gotong royong dalam aktivitas di sawah.
Sistem Subak dengan segala aktivitasnya mulai berubah. Fatelikan sebagai salah satu fungsionaris subak yang sangat sentral, karena bertanggung jawab terhadap pendistribusian air, mulai tidak nampak. Pengaturan air lebih banyak dilakukan oleh setiap petani yang membutuhkan saja. Penggantian tembukuan dari bahan kayu dengan beton tidak akan menjamin lagi proses pembagian air secara merata. Begitu juga dengan sistem religi, tidak berlakunya sistem penanggalan secara absolut dalam aktivitas petani di sawah. Pelaksanaan upacara dilakukan lebih bersifat individu sesuai dengan tingkat aktivitas masing-masing petani.
Dengan segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah, ekonomi pertanian belum mampu memberikan daya tarik terutama golongan pemuda untuk berprofesi menjadi petani. Bermata pencaharian sebagai petani dimata masyarakat dianggap masih berstatus rendah. Apalagi dengan naiknya harga-harga pupuk, pestisida yang sudah menjadi kebutuhan pokok petani, menyebabkan profesi petani semakin terpuruk sehingga petani tetap hidup subsistem.

ABSTRACT
Subak System, The Five Agricultural Effort and Agricultural Developement in the Regent of BangliSince Five Years Plan I (1969) the Indonesia government has carried out new method in the agricultural sector by using Five Agricultural Effort through Bimas (Mass Guidance in Agricultural) an Inmas. Bangli, as one of the regencies in Bali, has also a part of the program. The goal of the program is to increase the agricultural product/agricultural fields for reaching self-fulfillment of food. Subak system is the institution operating conducting all the agricultural activities in the traditional ways that has been going on and continually for hundred of years. The Tri Nita Karana doctrine is the philosophical basic working by which they can live prosperity. This phenomena is very interesting to be studied. This Study is an endeavor to look for an answer to the main problem, that is: how this agricultural institution in Subak in the regency of Bangli have to use cultivate the superior rice seed. From this main problem can be sub-divided into two sub-divisions, those are: (1) how is the effect of cultivating superior rice seed on by using Krama Subak method?, and (2) how is the effect of superior seeds cultivation being used to the farmers economically?.
Temporarily this research has been done in the year of 1969-1998. This research is considered to be a research of history, within the steps taken here are carrying in a chronological ways in order to meet the requirement as a history method. The step mentioned are heuristic, criticism, interpretations and historiography. The datas being collected have descript character, with the sources taken the national archive, personal interview, news paper, articles and books.
The Five Agricultural Plan are those of five steps that has to be done for increasing the agricultural fields. Those five step are: (1) Irrigation, (2) land cultivating, (3) the choice of superior rice seeds, (4) fertilization, and (5) eradiation of pests. These five guidance have become the guidelines for the farmers in their activities in the rice fields. Since the farmers have known of new rice seeds like PB5, PB6, 1828 etc. Beside the kind of fertilizer -like KCl, TSP, and many other plant pests killer. This policy have many advantages, among them are: (1) harvests can be more than twice a year, (2) rice is not the very special food that can be consumed by the upper class in the society, (3) land fertilizing does not take long time, because of using an organic fertilizer, (4) plant pests killing can be done spontaneously, (5) land can be planned effectively in order to reach the most benefit.
In the first decade through the effort of Agricultural Field Tutors (PPL), the promoting result of realization of all those five guidance can be seen. The farmers were getting to feel dependent for quickening the production process by using methods that are no longer natural, using non-traditional techniques. Among them are: (1) the process of fertilizing the land by using an organic or chemical fertilizer, did not use straw and other gulma anymore as land fertilizer, (2) putting away all ancient techniques of getting rid of plan pests that was considered niskala, (3) their did not use the local seeds to cultivate they land, (4) individual mutual cooperation among those people were getting less, especially when they worked in flids.
Subak system with all its activities had changed. Patelikan: a man whose function as a leader in the farmer Subak system, supervised water distribution, is not longer seen. Water distribution has been done by the farmers in the individual way only by those who need it. The modification of tembukuan which was formerly made of wood and replaced by reinforced concrete will no longer guarantee the water distribution as smooth as well. And so with the religious system, the calendar system is no longer used absolutely in the fields by the farmers. Religious ceremony is no carried out individually, according to the farmers personal activities.
With all efforts endeavored by the government, agricultural economy has not been able to give much interests to younger farmers to become farmer. Job's farmer is considered lower in the social status. The higher pesticides price of fertilizer and pesticides which become farmer's basic need, has caused the profession as farmers has gone further down, so, that living as farmers, has made them lower in their status and they lived still sub-systemly.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanian Ade Kristi
"Pemanfaatan lahan kering untuk tanaman pangan pokok non beras bertujuan
untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan tidak hanya mengandalkan beras
sehingga ketahanan pangan tetap terjaga untuk jangka waktu tertentu. Kabupaten
Garut mempunyai lahan kering yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil
tanaman pangan jagung dan ubi kayu sehingga kebutuhan pangan dapat terpenuhi
melalui tanaman pangan pengganti non beras. Adapun tujuan penelitian ini adalah
mengetahui wilayah pemanfaatan lahan kering untuk pertanian tanaman pangan
pokok non beras dan mengetahui peranan pemanfaatan lahan kering untuk
tanaman pangan pokok non beras dalam upaya ketahanan pangan di Kabupaten
Garut. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu ketinggian, lereng, tektur
tanah, curah hujan, dan kedalaman efektifitas untuk penelusuran kesesuaian
tanaman jagung dan ubi kayu, data sekunder hasil produksi dan jumlah penduduk
untuk penelusuran ketersediaan pangan, kebutuhan pangan, dan ketahanan
pangan, dengan unit analisis adalah kecamatan. Adapun hasil dari penelitian ini
adalah wilayah lahan kering tanaman pangan jagung dan ubi kayu yang berpotensi
untuk dimanfaatkan terdapat di hampir seluruh Kabupaten Garut, dan peranannya
adalah dapat memenuhi kebutuhan pangan dan dapat bertahan untuk jangka waktu
15-23 bulan pada masing-masing kecamatan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34157
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kabul Budiyono
"Dalam mencapai tujuan pembangunan sektor pertanian, pemerintah menge-luarkan beberapa kebijaksanaan publik antara lain kebijaksanaan mengenai subsidi pemerintah bagi pelaksanaan program supra Intensifikasi khusus, untuk memelihara swasembada beras dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani. Implementasi kebijaksanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk teknologi usaha tani, kredit usaha tani dan bimbingan massal melalui program intensifikasi. ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabi1itasi. Sebagai pelaksana program ini adalah masyarakat tani yang diorganisasikan kedalam organisasi kelompok tani, untuk menuju kemandiriannya.
Kelompok tani dibina agar memiliki kemampuan yang semakin mandiri yaitu : kemampuan berproduksi, kemampuan meningkatkan pendapatan, kemampuan mempero-leh sumber daya, kemampuan manajemen usaha tani dan kemampuan menguasai dan menggunakan teknologi usaha tani, sehingga semakin efektif dalam mencapai tujuan organisasi. Penelitian terhadap proses usaha tani dilaksanakan dengan metode explanatory untuk mengungkap data empirik maupun data faktual.
Variabel penelit ian yang ditinjau adalah paket teknologi usaha tani, kredit usaha tani dan satuan pelaksana bimbingan massal sebagai variabel
independen dan efektivitas kelompok tani sebagai variabel dependen.
Penelitian terhadap variabel independen digunakan metode survey, dengan mempelajari dokuraen, program kerja dan 1aporan-1aporan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Sistem Pelaksana Bimas, BRI, KUD, yang terkait. Pemerintah Kabupaten/Daerah Tingkat II Subang, Pemerintah Kecamatan Binong dan Desa Tambakdahan.
Penelitian terhadap variabel independen digunakan metode penyebaran angket dan pengamatan tradisional terhadap organisasi kelompok tani dan kegia-tannya di Kecamatan Binong dan Desa Tambakdahan.
Didalam proses analisis data untuk memperoleh generalisasi keadaan dan hubungan, digunakan teknik diskripsi analitik dan analisis kuantitatif korela-si Pearson Product Moment serta korelasi ganda yang dilanjutkan dengan uj i signifikansi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan antara subsidi pemerintah sektor pertanian tanaman pangan dengan tingkat efektivitas kelompok tani sangat positif/kuat, akan tetapi di lain pihak ditemukan indika-si bahwa kemampuan petani yang meningkat itu sangat tergantung dari bantuan pemerintah.
Untuk mengatasi masalah ketergantungan ini, maka disarankan untuk dapatnya meninjau kembali tata laksana dari kredit usaha tani dan mengembang-kan kemampuan penelitian serta pengembangan usaha tani di kalangan masyarakat tani, agar pemahaman terhadap setiap perkembangan teknologi usaha tani cepat diraih. Untuk mendukung usaha yang terakhir ini, pemerintah perlu mendorong keberadaan baiai penelitian pertanian minimal sampai pada tingkat kecamatan.
Juga disarankan untuk membentuk dan mengembangkan kawasan industri pertanian terpadu, yang dilengkapi dengan kemudahan-kemudahan usaha yang memadai.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rigiyanto
"ABSTRAK
DKI Jakarta sebagai kota metropolitan telah berkembang ke prakondisi sebagai kota jasa. Selama PJP I transformasi perekonomian telah membawa DKI Jakarta ke tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat mengesankan selain meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus telah mengurangi jumlah penduduk miskin. Namun di sisi lain meningkatnya pendapatan belum diikuti dengan distribusi pendapatan yang merata. Gini ratio telah meningkat dari 0,29 pada 1984 menjadi 0,36 pada 1996.
Keberhasilan pembangunan ekonomi selain telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga berdampak pada peningktab jumlah penduduk yang menuntut tersedianya lahan untuk pemukiman, lapangan kerja dan supplai bahan panagan dan non pangan dari pertanian serta berdampak kepada semakin terdesaknya daerah hijau pertanian hutan dan taman kota serta daerah-daerah resapan.
Kondisi krisis ekonomi yang telah berlangsung sejak pertengangahan 1997 menimbulkan kelesuan kegiatan perekonomian dan berdampak langsung kepada sector-sektor modern yang bercirikan pada ketergantungan pada meningkatnya pengangguran yang berasal dari angkatan kerja yang tidak terserap lapangan kerja dan dari pemutuasan hubungan kerja (PHK).
Ditinjau dari potensi sumber daya, DKI Jakarta memiliki cukup tenaga kerja dan potensi lahan yang perlu dimanfaatkan, lahan di daerah dengan koefisien dasar bangunan rendah, melalui pengembangan system agribisnis yang menggunakan bahan baku impor relative kecil.
System agribisnis diartikan sebagai suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhaan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud ada hubungannya dengan arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi kebijakan pembangunan pertanian subsector pertanian tanaman pangan dan hortikuktura DKI Jakarta dalam pengembangan system agribisnis dengan metode pengambilan keputusan the analytical hierarchy process (AHP).
AHP adalah metode pengambilan keputusan dengan cara memecah suatu masalah yang kompleks dan mengaturnya ke dalam suatu hirarki. Dalam penelitian ini untuk keperluan simulasi, dilakukan penilaian oleh lima orang responden yang dianggap ekspert dalam masalah pertanian pada umumnya dan permasalahhan agribsnis di DKI Jakarta pada khususnya dengan menggunakan daftar kuesioner.
Analisis mengenai strategi kebijakan pembangunan pertanian TPH DKI Jakarta diawali dengan melakukan kajian tentang gambaran umum perekonomian DKI Jakarta dengan titik berat pada subsector pertanian TPH melalui mdel pendekatan transformasi struktur perekonomian terhadap PDRB DKI Jakarta khususnya pergeseran kontribusi subsector pertanian TPH. Dengan analisis ini dimaksudnkan untuk memperoleh gambaran permasalahan yang dihadadpi dalam pembangunan pertanian system agribisnis. Kemudian hirarki permasalahan dianalisa dengan mengaplikasikan pendekatan AHP.
Berdasarkan hasil kajian terhadap rata-rata pendapatan petani dibandingkan dengan rata-rata pendapatan regional Jakarta perkapita dan terhadap indek produktivitas relative petani (IPR) serta meningkatnya gini ratio maka secara tidak langusng menunjukkan bahwa probabilitas distribusi pendapatan terendah dari pertanian makin signifikan.
Sementara itu, hasil kajian terhadap kendala peluang dan tantangan dalam pengembnagan agribisnis di DKI Jakrta ternyata menunjukkan bahwa upaya pengembangan industry dan jasa yang menunjang dan ditunjang oleh kegiatan usaha pertanian makin terbuka lebar.
Hasil sintesa akhir terhadap hirarki system agribisnis dari jawaban ke lima responden dengan pendekatan AHP ternyata sasaran satu mendapat prioritas tinggi di atas ke dua sasaran lainnya yaitu peningktan lapangan kerja dan peningktan pendapatan. Hasil ini juga sama dengan prioritas consensus. Dan kebijakan yang paling diinginkan responden dalam pengembangan system agribisnis di DKI Jakarta adalah kebijakan pengembnagna SDM dan kelembagaan pertanian.
Dengan menjalankan kebijakan pengembangan SDM dan kelembagaan pertanian maka peluang atau kesempatan usaha di bidang agribisnis, ekspor-impor, perdaganagn pascpanen, rental tanaman, konsultan agribisnis dan lain-lain sejlaan dengan peningkatan penduduk, pertumbuhan pendapatan dan pertumbuhan permintaan hasil pertanian dan bahan baku dari hasil pertanian untuk industry dan perdaganagan di tingkat nasional maupun internasional. Kenytaaan ini merupakan tantangan bagi pemda untuk lebih mengoptimalkan pencapaian sasaran kebijakan pembangunan pertanian TPH.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>