Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18975 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Silver, Cheryl Simon
Bandung Remaja Rosdakarya 1992,
304.2 Sil ot
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Lintong Oloan
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981
347.01 SIA j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Lintong Oloan
Jakarta: Ghalia Indonesia, [date of publication not identified]
347.01 SIA j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Rokhani
"Terbukanya ruang demokrasi dalam dunia peburuhan ditandai dengan diundangkannya Undang-undang No. 21 tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh serta diratifikasinya Konvensi ILO No. 87 tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Berorganisasi. Dengan adanya lebih dari satu serikat buruh, dapat muncul konflik antar SB. Tidak saja antara SB yang baru dengan SB yang lama akan tetapi juga antar SB yang Iahir pada masa sesudah orde baru runtuh. Perbedaan-perbedaan dalam bebagai bidang misalnya strategi perjuangan, rekruitmen anggota, pola kepemimpinan dan idologl, ditambah dengan kemungkinan adanya-friksi yang terus menerus, dan dengan dimungkinkannya SB-SB ini berada dalam satu perusahaan, sehingga friksi tersebut pada tingkatan tertentu dapat berubah menjadi konfIik. Meskipun telah ada undang-undang yang mengatur perselisihan antar SB, studi tentang konflik antar SB sangat menank mengingat serikat buruh sebagai kekuatan politik masyarakat yang seharusnya dapat menjadi kekuatan yang satu dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencliskripsikan syarat-syarat kondisional yang mendorong timbulnya Iebih dari satu SB dalam satu perusahaan. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya konflik antar SB. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi pendorong integrasi bagi SB dalam satu perusahaan. Menganalisis peranan pemerintah dalam konflik antar SB dikaitkan dengan hak kebebasan berserikat sebagimana diatur dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja Serikat Buruh. Ditinjau dari jenisnya, studi ini termasuk penelitian kualitatif dengan spesifikasi studi kasus Karena yang akan dituiiskan dalam studi ini bersifat penyelidikan, maka yang diperlukan adalah kecukupan informasi unluk dianalisis. Yaitu berbagai persoalan yang mewarnai adanya konflik antar SB. Sedangkan komunitas yang akan menjadi perhatian adalah tiga perusahaan yang memiliki dua serikat buruh, yang berada di Kota dan Kabupaten Tangerang. Dalarn hal ini dipilih adalah perusahaan yang sudah dipastikan mempunyai dua SB dengan pasangan yang cukup variatif. Kepastian ini diperoleh berdasarkan informasi awal yang dikumpulkan oleh penulis pada saat persiapan pembuatan proposal. Pada saal sudah ditetapkan tiga perusahaan yang akan diteliti, ketiga perusahaan adalah penghasil sepatu dengan label intemasional yang cukup ternama yaitu Adidas. Nike dan Reebok. Adapun tiga perusahaan dan nama-nama SB yang dipilih adalah PT. Adis Dimension lndustry footwear (ADF) produsen sepatu Nike, PT. Panarub lndustry Ltd. produsen sepatu Adids dan PT. Dong Joe Indonesia produsen sepatu Reebok. Ketiga perusahaan berlokasi di Kabupaten dan Kota Tangerang.
Dari studi ini disimpulkan bahwa a) Adanya lebih dari satu SB dalam satu perusahaan, selalu diawali adanya salu SB terlebih dahulu. Kemudian karena adanya faktor-faktor pendorong berdirinya SB maka terbeniuk SB yang baru. b) Syarat-syarat kondisional terjadinya perubahan dari kelompok semu menjadi kelompok kepenlingan sebagaimana yang dikemukan oleh Dahendorf, meliputi kondisi teknis organisasi, kondisi politis organisasi dan kondisi sosial orgnisasi dapat dipenuhi oleh SB yang diteliti, disebabkan adanya perubahan secara politis dilingkat kenegaraan. Yaitu adanya kebebasan berserikat yang dijamin oleh undang-undang. c) Masing-rnasing SB berbeda dalam menyikapi konflik antar SB. Untuk dapat menurunkan intensitas konflik antar SB, peranan SB yang dominan dalam jumlah sangat panting dengan mernbangun komunikasi anlar SB dan menjaga agar konflik tetap pada posisi yang fungsional. d) Perbedaan cara berhubungan sosial SB dalam satu perusahaan berpengaruh pada cara mengatasi konflik antar SB. Pada SB yang memiliki profil sosial yang sama, seperti di PT. ADF lebih dapat mengatasi konflik, jika dibandingkan dengan SB yang memiliki profil sosial yang berbeda Seperti yang terjadi di PT. Panamb dan PT. Dong Joe. e) Konflik-konflik yang terjadi antar SB lebih pada konflik emosi dibanding konflik subslansi. Dengan demikian, penyelesaian melalui jalur hukum tidak akan menyelesaikan masalah yang dihadapi. f) Sebagian pengurus SB mampu memanfaatkan konflik unluk membangun kinerja dalam intem orgnisasi, seperti yang terjadi pada SPN dan Perbupas di PT. Panarub. Konflik menyebabkan keduanya berusaha unluk bekerja maksimal guna mempertahankan jumlah anggota bagi SPN dan menambah jumlah anggota bagi Perbupas. Sedangkan yang terjadi di PT. ADF beiusaha meredam konflik dengan cara mengajak kerja sama serikat bumh lainnya dengan cara yang maksimal. Demikian yang terjadi di PT. Dong Joe, konflik antar SB juga mendorong masing-masing serikat berusaha Iebih balk. Dari sisi pengamh antar serikat boleh dikatakan bahwa konflik antar SB yang lerjadi pada ketiga perusahaan adalah konflik yang fungsional khususnya lagi yang terjadi di PT Adis Dimension Footwear (ADF). Akan tetapi tidak demikian halnya jika dilihat dari sisi manajemen mereka cukup kerepotan dalam menghadapi konflik yang terjadi antar serikat pekerja serikat buruh. g) Para pengurus SB di tingkat cabang dan tingkat nasional menganggap konflik antar SB di tingkat pabrik adalah persoalan para pengurus SB tingkat pabrik, sehingga tidak ada petunjuk khusus dari organisasi unluk menghadapi masalah ini. Kalaupun ada keterlibatan para pimpinan serikat buruh hanya dalam bentuk nasihat jika telah terjadi konflik, dan tidak ada strategi khusus yang ditawarkan unluk mengatasi konflik yang terjadi. Sehingga kehadiran pimpinan serikat pekerja tingkat cabang kurang dirasakan manfaatnya khususnya yang dirasakan oleh SPN PT. Panarub sehingga Iebih merasa yakin meminta bantuan penyelesaian pada pemerintah dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang. i) Tahapan terjadinnya konflik antar SB yang diteliti tidak melalui tahapan yang seperti terjadi pada konflik sosial yang lain, yang dapat meningkat pada krisis karena adanya tindak kekerasan dan pada akibat konflik. Akan tetapi hanya pada tahap I yaitu oposisi atau ketidak cocokan potensial dan tehap ll yaitu konfrontasi. Namun demikian pola dan tahapan konflik antar SB tidak dapat ditetapkan secara ketat, mengingat kondisinya bisa terus bergerak dari tahap I meningkat menjadi tahap ll dan dapat kembali menajdi tahap I. j) Penye|esaian konflik antar SB juga telah disiapkan peraturan perundangaannya melalui Undang-Undang No. 2 tahun 2004. k) Peran pemerintah dalam di bidang ketenagakerjaan dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten/Kota. Dalam persoalan konflik antar SB peran pemerintah diwujudkan daiam 4 fungsi yaltu sebagai pencatat, Pembina, pengawas dan penyidik. Peran-peran ini diatur dalam tiga Undang-undang yaitu Undang-undang No. 21 tahun 2000 tentang SPISB, Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-undang No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) l) Sikap manajemen pada umumnya sangat berhati-hati dalam memperlakukan dua SB di perusahaannya. Mengingat ke tiga perusahaan memproduksi sepatu denga merk internasionai yaitu Nike, Reebok dan Adidas, sehingga mereka harus menjaga reputasinya agar tidak dianggap menentang kebebasan berserikat (terkait dengan isu HAM), di sisi lainnya mereka harus menjaga suasana ketenangan berusaha sebagai jaminan bagi partner bisnis mereka. Sehingga para manajemen perusahaan yang diteliti, bertindak sebagai fasilitator/mediator dalam setiap konflik antar SB yang terjadi di perusahaannya. m) meskipun konflik-konflik yang terjadi antar SB dengan intensitas yang tinggi, seperti terjadi di PT. Panarub dan PT. Dong Joe, namun potensiai integrasi antar SB tetap ada mengingat faktor-faktor pendorong terjadinya konflik adalah bukan suatu yang sangat prinsip seperti ideologi atau perbedaan tujuan, akan tetapi lebih pada masalah perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, ketidaksesuaian pencapaian tujuan, ketidakcocokan periiaku, pemberian pengaruh negatif dari pihak Iain pada apa yang akan dicapai oleh pihak iainnya, persaingan, kurangnya kerjasama, adanya usaha mendoniinasi dan tidak taat pada tata tertib dan peraturan kerja organisasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ingin mencoba memetakan apa yang sekiranya akan dihadapi oleh
Polri di waktu-waktu mendatang. Filsafat yang diikuti disini adalah, bahwa pemolisian
adalah fungsi dari masyarakat serta perkembangan masyarakat. Dengan demikian
pemolisian bersifat progresif yang setiap saat melakukan penyesuaian (adjustment) terhadap perubahan dan perkembangan masyarakat yang dilayaninya.
"
Jurnal Polisi Indonesia , 7 (2005) Juli : 24-30, 2005
JPI-7-Jul2005-24
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hapsari Tjandrarini
"ABSTRAK
Komposisi Air Susu Ibu (ASI) paling sesuai untuk pertumbuhan bayi dan juga mengandung zat pelindung dengan kandungan terbanyak pada kolostrum. Kolostrum adalah ASI berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama setelah melahirkan. Kolostrum ini sebaiknya diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir. Manfaatnya adalah pencernaan dan penyerapan ASI dalam lambung dan usus bayi berlangsung dengan cepat dan baik, mengurangi terjadinya gangguan pencernaan karena mengurangi kemungkinan pemberian makanan prelaktasi, menghentikan perdarahan pada ibu karena dapat cepat mengembalikan uterus, meningkatkan lama menyusui, memberi sentuhan emosional yang mempengaruhi hubungan batin antara ibu dan bayi serta perkembangan jiwa anak, dan dapat membantu penjarangan kehamilan.
Beberapa penelitian melaporkan faktor-faktor yang mempengaruhi awal pemberian kolostrum yaitu petugas kesehatan, psikologi ibu yaitu kepribadian dan pengalaman ibu, sosio budaya, tata laksana rumah sakit, kesehatan ibu dan bayi, pengetahuan ibu mengenai proses laktasi, lingkungan keluarga, peraturan pemasaran pengganti ASI, dan jumlah anak. Faktor-faktor tersebut belum diteliti dalam data SDKI 1997 yang melaporkan bahwa hanya 8,3% yang disusui dalam satu jam pertama setelah lahir dari 52,7% yang disusui dalam 24 jam pertama. Berdasarkan data tersebut maka timbul pertanyaan apakah faktor-faktor yang telah ditemukan berperan mempengaruhi pemberian kolostrum, ditemukan pula dalam data SDKI 1997.
Analisis dibatasi pada balita (0-59 bulan) yang masih hidup saat wawancara, mendapat kolostrum dalam tiga hari pertama setelah lahir, dan lahir tidak melalui operasi seksio sesarea. Analisis statistik menggunakan regresi logistik dengan program Stata. Tujuan akhir uji ini untuk melihat beberapa faktor yang berperan secara bersamaan dan faktor dominan terhadap pemberian kolostrum.
Berdasarkan kriteria di atas diperoleh sampel sebesar 16.189 orang sehingga dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa 76,7% memberikan kolostrum lebih dari satu jam dan faktor yang berperan yaitu penolong persalinan, umur kelahiran, dan wilayah tempat tinggal. Umur kelahiran mempunyai nilai odds ratio (OR) yang berbeda masing-masing wilayah tempat tinggal. OR masing-masing faktor yaitu penolong persalinan (OR=0,83), umur kelahiran untuk desa (OR=1,13), umur kelahiran untuk kota (OR0,32). Umur kelahiran adalah faktor dominan untuk ibu yang tinggal di kota. Penolong persalinan secara umum merupakan faktor yang berperan dalam pemberian kolostrum.
Berdasarkan hasil tersebut maka faktor yang dapat diintervensi adalah penolong persalinan khususnya tenaga kesehatan dengan meningkatkan pengetahuan serta merubah perilaku dan ditunjang dengan tata laksana rumah sakit yang menunjang pemberian kolostrum sedini mungkin. Faktor umur kelahiran dapat diintervensi melalui peningkatan pengetahuan ibu dan penolong persalinan bahwa kolostrum sangat penting bagi bayi yang lahir cukup bulan maupun bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur).

ABSTRACT
Breast-milk (ASI / Air Susu Ibu) composition is most appropriate for baby's growth and also contains antibody, which is most on colostrum. Colostrum is breast milk colored yellowish which is produced the first three days after delivery. This colostrum should be given as early as possible after baby birth. The benefits of it are digestion and breast milk absorption in baby's ventricles and gastric persist fast and well. It also reduce gastroenteritis because pre lactation food giving, to stop mother's hemorrhage so the uterus will be returned normally fast, to increase length of breast feeding, and give emotional touch that affect emotional relationship between mother and child and also child's psychology growth.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Ayu Lestari
"Peningkatan jumlah lansia disertai dengan peningkatan masalah kesehatan dan kesejahteraan seperti penyakit kronis dan abuse pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penyakit kronis dengan risiko abuse pada lansia. Desain penelitian ini berupa analisis deskriptif dengan metode cross sectional dan teknik cluster sampling pada 100 responden lansia dengan penyakit kronis di Matraman, Jakarta. Wawancara tatap muka, observasi fisik, dan pemeriksaan darah (tekanan darah, gula darah, asam urat) dilakukan dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis univariat 50% lansia yang dicurigai berisiko abuse dengan variabel sosiodemografi yaitu perempuan (55,8%), tidak bekerja (54,4%), tidak berpenghasilan (55,3%), berpendidikan rendah (65,9%), duda/janda (58,3%), tinggal bersama keluarga besar (50,6%), dan memiliki lebih dari satu penyakit kronis (83%). Terdapat hubungan bermakna antara jumlah penyakit kronis dan risiko abuse dengan nilai p<0,05 (p=0,0001). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penyakit kronis dapat meningkatkan risiko pada lansia. Penelitian ini menyarankan dikembangkannya sistem deteksi dini risiko abuse pada lansia di puskesmas.

An increasing populations of elderly was accompanied with an increasing amount of health and welfare problems, such as chronic disease and abuse in elderly. This study aimed to determine the relationship between the chronic disease and the risk of abuse in elderly. This study used descriptive analysis with cross-sectional survey methode and cluster sampling which evaluated 100 respondents elderly with chronic disease at Matraman, Jakarta. A face-to-face interview, physical observation, and blood examination (blood pressure, blood glucose, uric acid) was carried out. Using univariat analysis, it was showed that there was 50% elderly who was suspected abuse with sociodemographic variables were female (55,8%), jobless (54,4%), no income (55,3%), low education (65,9%), widowhood (58,3%), living in extended family (50,6%), and multiple chronic disease (83%). This findings revealed that there was a significant relationship between a number of chronic disease and risk of abuse with p value 0,000 (p<0,05; 95% CI=0,01-0,91). These result indicated that the increasing number of chronic disease could increase risk of abuse in elderly. This study suggested to develop early detection system for fisk of elder abuse in primary heath care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Hariyono
"Study on city planning in Indonesia"
Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2010
307.760 959 8 PAU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perserikatan Bangsa-Bangsa, 2004
363.1 SEB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>