Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113973 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Industri korupsi sekarang semakin berkembang karena korupsi sudah menjadi instrument politik oleh para elit politik dalam kelompok bangsa Indonesia yang berkuasa, bukan saja bagi alat perebutan kekuasaan melainkan juga sebagai alat untuk melakukan asasinasi politik demi terebutnya kekuasaan yang diinginkan. Juga asasinasi untuk bangsa Indonesia yang berada dalam kelompok yang dikuasai. Sumber dan cara pemberantasan industri korupsi di Indonesia mudah saja, yaitu melakukan pembersihan rezim terhadap mereka yang mempertahankan rezim pembodohan, rezim korupsi, rezim pembenaran dan rezim dinasti, termasuk kelompok kelompok bangsa Indonesia yang berkuasa itulah yang harus dibersihkan. Caranya mudah, tinggal pilih: demokrasi, democrazy, atau kleptokrasi alias korupsi? …."
IKI 5:25 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sitorus, Asima Nurjaya
"ABSTRAK
Industri serat sintetis memegang peran strategis dalam industri tekstil Indonesia karena industri serat sintetis merupakan penyuplai utama bahan baku (serat sintetis) bagi industry tekstil nasional yang adalah penghasil devisa terbesar dari sektor non-migas dan sekaligus penyerap tenaga kerja terbesar (1 ,2 juta orang pada tahun 2001 ). Berbeda dengan sektor-sektor lain dalam industri tekstil yang bersifat padat karya, industri serat sintetis bersifat padat modal dan teknologi. Industri serat sintetis Indonesia memproduksi Polyester Staple Fiber, Polyester Filament Yarn, Nylon Filament Yam dan Viscose Rayon Staple Fiber. Indonesia termasuk 10 besar negara penghasil serat sintetis di dunia. Sekitar 70% dari total produksi industri serat sintetis Indonesia dikonsumsi oleh industri pemintalan benang dan penenunan kain di dalam negeri dan sisanya diekspor ke berbagai negara terutama Cina, Hongkong, India, Uni Eropa,
Amerika Serikat, dan lain-lain. Sebagian bahan baku dan hampir seluruh teknologi yang digunakan masih diimpor. Seluruh perusahaan di dalam industri serat sintetis Indonesia merupakan perusahaan swasta dan pemain utamanya umumnya berasal dari Jepang, Korea, India, dan Austria. Struktur industri ini adalah oligopoli dengan jumlah pemain hanya 23 perusahaan, namun 2 perusahaan telah menghentikan produksinya karena bangkrut dan bermasalah dengan masyarakat di sekitamya.
Permasalahan yang diteliti di dalam Karya Akhir ini adalah bagaimana prospek industry serat sintetis Indonesia pasca penghapusan kuota tekstil tahun 2005 dan apa yang harus dilakukan pemerintah untuk industri serat sintetis Indonesia dalam menghadapi'pengaruh global. Penulis menggunakan pendekatan analisis industri, perdagangan intemasional, dan manajemen strategik dalam menganalisa permasalahan di dalam Karya Akhir ini.
Dari analisis yang dilakukan dengan memakai pendekatan-pendekatan tersebut di atas, disimpulkan bahwa prospek industri serat sintetis Indonesia setelah penghapusan kuota tekstil tahun 2005 adalah baik, asalkan pemerintah Indonesia dan perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut mampu memilih dan melaksanakan strategi-strategi yang tepat bagi perkembangan industri ini sesuai denga:n peran masing-masing.
Perusahaan perlu melakukan alimsi strategis untuk memperkuat posisi di pasar lokal maupun internasional, memfokuskan produksi pada produk bernilai tinggi karena produk Cina umumnya bersifat komoditi, memperluas cakupan pasar ekspor, melakukan operasi global dengan melakukan FDI di negara-negara lain, terutama Cina atau Vietnam, untuk meningkatkan efisiensi dan mendekatkan fasilitas produksi kepada pelanggan di negara lain, memanfaatkan peluang yang timbul dari relokasi industri tekstil dan pakaian ke Cina dan Vietnam dan tneningkatkan posisi perusahaan dalam persaingan global.
Masalah-masalah utama yang dihadapi industri serat sintetis Indonesia adalah persaingan yang semakin tajam di pasar lokal dan internasional, penurunan konsumsi serat sintetis di dalam negeri sejak tahun 1998, maraknya penyeludupan pakaian dan tekstil, lemahnya daya beli masyarakat Indonesia, buruknya iklim investasi di Indonesia, harga energi dan tenaga kerja di Indonesia semakin mahal, Pajak Penerangan
Jalan atas mesin genset yang dikenakan oleh Pemerintah Daerah, industri bahan baku (terutama Paraxylene dan MEG) dan industri mesin tekstil belum berkembang di Indonesia, biaya THC sangat mahal, kwalitas tenaga kerja Indonesia masih rendah dan peningkatan kemampuan teknologi sulit karena tergantung pada impor. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dan meningkatkan daya saing industry serat sintetis Indonesia dalam menghadapi pengaruh global, diperlukan kerjasama yang saling melengkapi (complementary) antara industri serat sintetis Indonesia dan Pemerintah Indonesia.
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang melarang impor pakaian bekas dan berusaha memberantas penyeludupan pakaian, namun pakaian bekas masih beredar di pasar. Supaya larangan itu lebih efektif, pemerintah perlu menindak tegas pengimpor dan pedagang pakaian bekas sambil mengkampanyekan perlunya membeli produk dalam negeri. Pemerintah juga telah berusaha memperbaiki iklim investasi dengan meningkatkan keamanan, menurunkan suku bunga perbankan, memperkuat nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, dan memperbaiki peraturan ketenagakerjaan, namun investasi (FDI maupun lokal) terus menurun. Daya beli masyarakat juga semakin menurun akibat kenaikan harga BBM dan listrik.
Pemerintah berperan penting untuk mendukung peningkatan daya saing industri serat sintetis Indonesia dalam menghadapi pengaruh global dengan cara meningkatkan daya beli masyarakat, memperbaiki iklim investasi dengan menegakkan hukum, membatalkan peraturan yang menghambat investasi misalnya peraturan Pajak Penerangan Jalan atas mesin genset, dan menurunkan suku bunga pinjaman agar kompetitifterhadap Cina, Vietnam dan Thailand.
Transfer teknologi ke dalam industri serat sintetis perlu difasilitasi pemerintah dengan mengadakan persyaratan transfer teknologi, kewajiban pembayaran dana riset tekstil dan persyaratan local content dalam peraturan investasi di seluruh sektor industri tekstil Indonesia dan membangun pusat penelitian tekstil nasional yang profesional dan independen.
Kwalitas sumber daya manusia harus ditingkatkan dengan mengarahkan sistem pendidikan nasional agar berorientasi pada penciptaan tenaga terampil dan ahli di bidang-bidang yang sesuai dengan kebutuhan industri serat sintetis yaitu teknik pertekstilan, teknik kimia, teknik mesin, hukum perdagangan intemasional, dan kebutuhan seluruh sektor dalam industry tekstil nasional dari yang paling hulu (bahan baku dari petrokimia) sampai ke paling hilir (fashion).
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangalila, Joseph
"Kertas sudah merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Produk dari kertas seperti Koran, majalah, buku, uanf, tissue, dan masih banyak lagi sudah merupakan konsumsi masyarakat sehari ? hari. Sedang pulp adalah bahan dasar utma yang digunakan untuk membuat kertas. Pulp dibuat dari serat-serat kayu dengan berbagai macam proses baik mekanis, semi-mekanis maupun kimia.
Kebutuhan pulp dan kertas di Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun terakhir ini (1984-1989) konsumsi kertas mengalami kenaikan rata-rata 11% per tahun. Konsumsi kertas ini sekarang dipenuhi dengan produk dalam dan luar negeri.
Potensi hutan yang dimiliki Indonesia sangat besar. Luas hutan yang bias dimanfaatkan adalah sebesar 95 juta hektar. Selain itu proses penghutanan kembali di Hutan Tanaman Industri (HTI) berlangsung sangat cepat yaitu 7 tahun, Dengan demikian maka industry Pulp dan kertas Indonesia sidah mempunyai keunggulan dalam persediaan bahan baku. Faktor lain yang juga berperan dalam menentukan kesuksesan usaha dalam bidang ini adalah factor teknologi.
Persaingan dalam mengisi pasar dalam negeri ini berlangsung cukup ketat. Untuk itu diadakan analisis untuk mengetahui strategi pemasaran yang akan dilakukan oleh industry pulp dan kertas dalam negetri dalam menghadapi pesaing dari luar negeri. Dalam analisis ini digunakan prinsip 3?C yaitu : Customer, Competition, dan Company.
Pendekatan yang digunakan dalam memilih strategi pemasaran yang akan dilaksanakan adalah pendekatan daur hidup industry yaitu dengan menganalisis tahapan kematangan industry dan poosisi daya saing. Kemudian ditentukan strategic thrust dan strategi pemasaran generic.
Dari hasil analisis terlihat bahwa industry pulp dan kertas di Indonesia berada pada tahapan perkembangan dengan posisi daya saing yang favorable, sehingga strategic thrust yang diterapkan oleh industry pulp dan kertas Indonesia adalah strategi perkembangan alamiah dengan strategi pemasaran generiknya adalah penetrasi pasar dan pengembangan pasar.
Dengan demikian diharapkan bahwa masalaha persaingan antara produk local dan produk impor dapat dipecahkan dalam jangka panjang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
James Budiono
"Industri gula Indonesia sering kali menimbulkan berbagai polemik. Dari segi konsumen, harga eceran gula pasir Indonesia sangat tinggi, sebaliknya dari segi produsen, pabrik gula sering kali masuk koran karena hidupnya bagaikan kerakap?mati talc hendak, hidup pun tak mau?meskipun sudah mendapat proteksi yang besar.
Karya Akhir ini mencoba membahas salah satu sisi dari permasalahan industri gula tersebut, yaitu dari sisi produsen. Ditinjau berbagai aspek dan permasalahan yang kerap kali menyelimuti industri gula ini. Apalagi dengan mengingat bahwa pada masa kejayaannya tahun 1930-an, Indonesia bukan hanya pernah menikmati swasembada gula, tetapi juga menjadi eksportir gula yang disegani di dunia.
Dari analisa ini, tampak bahwa permasalahan tersebut urnumnya bukan hanya berasal dan industrii gula itu sendiri, tetapi pada hulu dan hilirnya. Di hulu, industri gula membutuhicari perkebunan tebu sebagai sumber bahan baku utamanya, dan perkebunan tebu Indonesia juga sering dilanda berbagai masalah yang akhirnya mengimbas ke industri gula. Di hilir, monopoli distribusi bukan saja membuat industri gula menjadi tak efisien, tetapi juga membuat masyarakat harus membayar lebih mahal dari seperlunya.
Bila industri gula dapat dijalankan dengan lebih efisien, sebagaimana disarankan dalam Karya Akhir ini, maka dibandingkan dengan industni agribisnis lain yang mengandalkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki fndonesia?tanah yang subur, luas dan iklim yang cocok?industni gula sebenarnya memiliki prospek yang cukup baik dan layak dìperhitungkan sebagal pilihan investasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susana Suprapti
"Ada banyak perkembangan teori perdagangan internasional yang disertai dengan hasil penelitian empirik dalam konteks perubahan tersebut, tetapi sayangnya, banyak teori perdagangan yang mutakhir tidak menyajikan model-model yang lebih aplikatif untuk negara sedang berkembang (NSB) ' daripada untuk negara maju (NSM). Teori perdagangan konvensional , sangat bermanfaat dalam menjelaskan mengapa perbedaan relatif dalam produktivitas tenaga kerja dan factor endowment menyebabkan terjadinya spesialisasi produksi dan perdagangan antar negara, dan mengapa pola spesialisasi mempengaruhi distribusi pendapatan. Namun, teori-teori ini tidak handal dalam menjelaskan pola perdagangan yang sebenarnya terjadi dewasa ini, yang dicirikan oleh dominasi perdagangan di antara sesama negara yang memiliki factor endowment yang sama dan pola pertukaran barang/kelompok barang yang sama. Perdagangan intraindustri didefinisikan sebagai ekspor dan impor produk-produk dari suatu · industri yang sama secara simultan. Tujuan skripsi ini adalah pertama, memperkenalkan teori dan model perdagangan intraindustri yang merupakan alternatif teori baru yang memiliki beberapa kelebihan dari pada model sebelumnya, meneliti apakah Indonesia memiliki prospek dalam kancah perdagangan intraindustri dengan mitra dagangnya sekaligus menyelidiki potensi kerja sama regional untuk mendapat keuntungan melalui spesialisasi intraindustri dan terakhir mencoba menganalisis bagaimana dampak adanya perdagangan intraindustri pada struktur industri manufaktur di Indonesia. Dalam skripsi ini, metode penelitian yang dipakai adalah dengan melakukan studi dan telaah literatur mengenai teori-teori perdagangan intraindustri yang ada dan melakukan pengujian hipotesis dengan melihat apakah terdapat signifikansi dalam persamaan regresi dengan datadata Indonesia dengan mitra dagangnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari pengujian hipotesis adalah: terlihat bahwa selalu terdapat menggambarkan intraindustri yang terjadi peningkatan intensitas dengan negara yang bersangkutan. adalah terutama peningkatan trend yang perdagangan Pola umum perdagangan intraindustri khususnya untuk kelompok negara ASEAN. Dalam kasus negara per negara, ternyata yang signifikansi variabelnya paling banyak adalah Taiwan untuk 'kasus tahun 1985. Yang terpenting di sini adalah bahwa hasilnya kebanyakan sesuai dengan teori yang berarti hipotesis dapat diterima sampai batas-batas tertentu. Potensi-potensi dari perdagangan intraindustri yang mungkin dapat dipakai di Indonesia yaitu adanya keuntungan tambahan dari perdagangan internasional karena menambah benefit bagi suatu negara dari pasar yang lebih besar, mendorong industri manufaktur karena perdagangan intraindustri adalah fenomena dari industri manufaktur, menggalakkan ekspor non migas terutama pada industri manufaktur, makin merangsang proses relokasi dari neqara industri baru (NIC's) ke Indonesia, memacu produktivitas pekerja, memperlemah posisi struktur pasar yang 'monopolistis dan untuk perdagangan antara negara yang sekawasan (ASEAN) akan memperkuat terjadinya integrasi regional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurinawati
"Pulp merupakan salah satu dari 10 komoditi andalan ekspor penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia yang dicanangkan oleh pemerintah. Perkembangan industri pulp yang pesat didukung keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia, membuat investor tertarik untuk menanamkan modal. Industri pulp merupakan industri padat modal. Hal ini memunculkan perusahaan-perusahaan besar dengan modal kuat yang dapat membentuk konsentrasi kekuatan dalam pasar.
Berdasarkan paradigma Structure Conduct Performance, konsentrasi pasar akan mempengaruhi struktur pasar, sedangkan struktur pasar akan mempengaruhi kinerja pasar. Untuk mengetahui ada tidaknya konsentrasi pasar dalam industry pulp di Indonesia dapat dilakukan dengan mengidentifikasi struktur pasar. Setelah itu, kinerja pasar juga akan diidentifikasi untuk melihat bagaimana pengaruh struktur terhadap kinerja. Variabel-variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi struktur industri pulp di Indonesia adalah konsentrasi pasar dan hambatan masuk. Sedangkan, untuk mengidentifikasi kinerja industri digunakan variabel tingkat keuntungan. Setelah itu, analisis ekonometri digunakan untuk mengetahui apakah struktur berpengaruh terhadap kinerja.
Dari penelitian, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: Industri pulp di Indonesia memiliki struktur oligopoli dengan konsentrasi tinggi. Rata-rata konsentrasi industri untuk 4 perusahaan terbesar adalah sebesar 0,906 dan rata-rata konsentrasi industri untuk 3 perusahaan terbesar adalah sebesar 0,782. Rata-rata nilai Herfindahl-Hirschman Index adalah sebesar 0,254; Kinerja industri pulp di Indonesia yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai Price-Cost Margin sebagai indikator tingkat keuntungan sebesar 0,392 mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan dalam industri pulp di Indonesia memiliki kekuatan pasar; Dalam industri pulp di Indonesia, struktur industri berpengaruh positif terhadap kinerja industri.

commodities that contribute a huge amount of exchange for Indonesia. The progress of pulp industry supported by the comparative advantage owned by Indonesia, has make the investors interested to invest in the industry. Pulp industry is a capital intensive industry. It emerges huge companies with strong investment which has the capability to form market concentration.
Based on Structure Conduct Performance paradigm, market concentration will affect market structure, and market structure will eventually affect market performance. To detect whether there is a form of market concentration or not in pulp industry in Indonesia, we can carry out market structure identification. Then, market performance will also be identified to figure out how the structure affect the performance. The variables used to identify the structure of pulp industry in Indonesia are market concentration and entry barrier. Whereas, variable used to identify the performance of the industry is profit level. Afterwards, econometric analysis is used to figure out whether the structure affects the performance or not.
From the research, we could conclude that: Pulp industry in Indonesia has the structure of oligopoly with high concentration. The average value of industry concentration for 4 largest companies is 0,906 and 0,782 for 3 largest companies. The average value of Herfindahl-Hirschman Index is 0,254; Industry performance showed by the average value of Price-Cost Margin as the indicator of profit margin as much as 0,392 indicates that the companies in pulp industry in Indonesia have market power; In pulp industry in Indonesia, industry structure affects industry performance positively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50316
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>