Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dylan Mahesa Anggasta
"Sistem pencahayaan sudah menjadi seperti kebutuhan pokok manusia contohnya seperti lampu yang digunakan pada malam hari ataupun pada ruangan-ruangan. Saat ini ada dua jenis lampu yang banyak digunakan masyarakat yaitu lampu LED dan CFL. Karena membutuhkan energi yang cukup besar, maka diperlukan pemilihan lampu yang dapat bekerja secara efektif dan efisien. Karena itu harus dilakukan pengujian untuk melihat bagaimana distribusi panas dan cahaya dari kedua jenis lampu tersebut ketika terjadi perubahan tegangan yang dapat terjadi kapan saja dalam sistem tenaga listrik.
Dari hasil pengujian didapatkan data yang menunjukan bahwa pada lampu LED maupun CFL ketika terjadi penurunan tegangan, cahaya yang dihasilkan juga menurun. Distribusi lampu CFL lebih baik karena pada sudut 0o dan 180o menghasilkan cahaya sampai 1,5 kali lebih terang dari lampu LED. Untuk lampu LED cahaya yang dihasilkan lebih terfokus dibawah lampu sudut 90o sampai 3 kali lebih terang dari lampu CFL. Pada pengujian suhu yang dihasilkan lampu diketahui bahwa lampu CFL menghasilkan panas lebih tinggi dari lampu LED. Suhu tertinggi didapatkan berada pada sisi horizontal lampu sudut 0o dan 180o .

Lighting systems have become basic human needs such as lamps used at night or in rooms. Currently there are two types of lamps that are widely used by people, LED and CFL. Because it requires considerable amount of energy, it is necessary to choose the lamp that can work effectively and efficiently. Therefore, it is necessary to test the lamps to see how the heat and light distribution of both types of lamps when voltage is changing.
From the testing, the data show that the LED and CFL lamp when there is a decrease in voltage, the resulting light is also decreased. CFL lamp distribution is better because at angle 0o and 180o produce light up to 1.5 times brighter than LED lamp. For the LED lamp, the resulting light is more focused under the lamp angle 90o up to 3 times brighter than the CFL lamp. In testing the temperature produced by the lamps was known that the CFL lamps produce higher heat than LED lights. The highest temperature was found on the horizontal side of the lamp angle 0o and 180o ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekri Bill
"ABSTRAK
Pasir besi merupakan komoditi yang penting pada pengolahan industri besi dan baja
didunia. Saat ini Indonesia masih mengimpor bahan baku industri besi dan baja dari
negara luar seperti China, Brazil, Swedia, dan lainnya. Padahal, sumber daya pasir besi
di Indonesia mampu untuk menjadi salah satu alternatif dalam pengembangan industri
ini. Namun, dalam prosesnya pengembangan industri pengolahan pasir besi memiliki
banyak hambatan, baik dari segi teknis maupun non-teknis. Kekurangan penelitian
tentang teknologi pengolahan pasir besi yang mumpuni masih menjadi faktor
penghambat. Selain itu kandungan titanium yang ada pada pasir besi yang umumnya
di Indonesia juga menjadi masalah yang teknis bagi pengembangan industri ini. Untuk
itu diperlukan suatu penelitian tentang pengolahan pasir besi. Pada penelitian dilakukan
suatu metode penggunaan ukuran partikel serta proses magnetik untuk melakukan
preparasi awal suatu proses peningkatan kadar titanium dari pasir besi. Sampel awal
pasir besi yang digunakan berasal dari daerah Tasikmalaya. Pada awalnya, pasir besi
akan diberikan proses pengeringan selama 30menit untuk mengurangi kadar air dalam
pasir besi tersebut. Setelah pengeringan selesai sampel dianalisis komposisi dengan
menggunakan EDS. Kemudian sampel akan melalui tahapan pengayakan. Pada proses
ini, pasir besi akan terpisah menjadi beberapa ukuran partikel, diantaranya 80#, 100#,
120#, 140#, 170#, dan 270#. Setelah itu sampel dilakukan uji EDS untuk melihat kadar
titanium tertinggi. Kemudian sampel diberikan proses pemisahan secara magnetik
dengan 3 variabel, yakni 0.5T, 1.3T, 1.8T. Setelahnya sampel dianalisis kembali
kadarnya untuk kemudian memperoleh hasil peningkatan kadar titanium setelah
proses-proses tersebut. Pada awal pengeringan, sampel memiliki kadar Ti sebesar
4.43%. Setelah melalui proses pengayakan, sampel dengan kadar titanium tertinggi
adalah sampel yang memiliki ukuran partikel 270#, yakni sebesar 11.87%. Sampel ini
kemudian menjadi sampel utama pada proses pemisahan magnetik. Pada proses
pemisahan magnetik didapatkan terjadi penurunan kadar titanium pada penggunaan
induktansi sebesar 0.5T dan 1.3T. Namun, pada saat penggunaan induktansi 1.8T,
sampel mengalami peningkatan kadar Ti menjadi 14.22%.

ABSTRACT
Iron sand is an important commodity in the processing of iron and steel industry in the
world. As we know, Indonesia still import raw materials of this industry from foreign
countries, for example, China, Brazil, Sweden, etc. In fact, iron sand resources in
Indonesia is able to be one of the alternatives resources in the development of this
industry. However, the development of the iron sand processing industry has much
barriers, both technical and non-technical. We can developed iron sand to be a potential
source for titanium processing industry. Titanium processing industry in Indonesia
itself is still rarely developed. This is because of some difficulties in the process.
Shortage of research on developed technologies that capable and friendly to
environtment is still a limiting factor. In addition the content of titanium in the iron
sand is also being a technical problem for the development of this industry. This
requires a deep study of the iron sand processing. In this research carried out a method
using magnetic and particle size as well as the process of preparation of titanium
extraction. Initial sample of iron sand used comes from Tasikmalaya region. First of
all, the iron sand will be given the drying process for 30 minutes to reduce the water
content in the iron sand. After that, the samples were analyzed its composition by using
EDS. Then the sample will be sieving through 6 stages. In this process, iron sand will
be separated into several particle sizes, such as 80 #, 100 #, 120 #, 140 #, 170 #, and
270 #. After that, the samples tested with EDS to see which sample has the highest
levels of titanium content. Then the sample is given by the magnetic separation process
with 3 variables, 0.5T, 1.3T, 1.8T.Last process is the samples were analyzed EDS for
second time. At the beginning of drying, the samples had levels of 4.43% Ti. After
going screening process, samples with 270# has highest titanium content, which is
equal to 11.87%. Than this samples then become the main sample in the magnetic
separation process. In the process of magnetic separation there are some decreased
levels of titanium content in the use of an inductance of 0.5T and 1.3T. Howe"
2017
S70162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randa Adriano
"Sistem pencahayaan merupakan kebutuhan pokok manusia, contohnya lampu yang digunakan pada malam hari ataupun pada ruangan-ruangan yang diperlukan untuk membantu mengenali suatu objek secara visual. Saat ini terdapat dua jenis lampu yang banyak digunakan masyarakat yaitu lampu LED dan CFL. Karena penggunaan lampu di dalam ruangan membutuhkan energi yang besar, maka diperlukan pemilihan lampu yang dapat bekerja secara efektif dan efisien. Karena itu harus dilakukan pengujian untuk melihat bagaimana distribusi cahaya dari kedua jenis lampu tersebut. Dari hasil pengujian, didapatkan data yang menunjukan bahwa pada lampu LED maupun CFL ketika semakin jauh jarak horizontal maupun jarak vertikal titik pengukurannya dari lampu maka nilai intensitas penerangan yang dihasilkan menurun. Dan juga Pendistribusian dengan lampu LED lebih baik dibanding lampu CFL karena lebih merata dan juga lebih luas penyebaran pencahayaannya. Dimana lampu LED 6 watt lebih terang sebesar 27,51 % dibanding dengan lampu CFL 11 watt sedangkan lampu LED 8 watt lebih terang sebesar 11,82 % dibanding dengan lampu CFL 14 watt pada jarak 1,5 meter dari lampu dan diameter 180 cm. Distribusi lampu LED lebih merata dan lebih terang di tiap titiknya dikarenakan seluruh elektron yang terdapat melakukan rekombinasi dengan hole, sedangkan pada lampu CFL terdapatnya pemanasan filamen dan terjadi ionisasi antara elektron dengan gas argon dan uap merkuri sehingga timbul energi lain yang cukup besar yaitu adalah energi panas.

The lighting system is a basic human need, for example lights that are used at night or in rooms that are needed to help identify an object visually. Currently, there are two types of lamps that are widely used by the public, namely LED and CFL lamps. Because the use of lights in the room requires a lot of energy, it is necessary to choose lamps that can work effectively and efficiently. Because it must be tested to see how the distribution of light from the two types of lamps. From the test results, data shows that the LED or CFL lamps, the farther the horizontal distance and the vertical distance between the measurement points from the lamp, the lower the intensity value of the resulting light. And also the distribution with LED lamps is better than CFL lamps because it is more even and also has a wider distribution of lighting. Where the 6 watt LED lamp is 27.51% brighter than the 11 watt CFL lamp while the 8 watt LED lamp is 11.82% brighter than the 14 watt CFL lamp at a distance of 1.5 meters from the lamp and a diameter of 180 cm. The distribution of the LED lights is more even and brighter at each point because all the electrons are recombined with the holes, while in CFL lamps there is a heating of the filament and ionization occurs between the electrons with argon gas and mercury vapor so that it builds up. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rully Syahputra
"Teknologi sistem pencahayaan menjadi kebutuhan pokok manusia seiring dengan perkembangan teknologi penerangan seperti lampu yang digunakan pada kegiatan sehari-hari ataupun pada ruangan-ruangan. Dalam perkembangan teknologi penerangan yang membuat konsumsi energi meningkat sehingga diperlukan penghematan dan mengoptimalkan penggunaan energi. Penghematan dan pengoptimalan penggunaan energi yang mudah untuk dilakukan adalah pemilihan lampu yang dapat bekerja secara efektif dan efisien. Oleh sebab itu, lampu yang dibuat harus memiliki bentuk konfigurasi susunan LED yang tepat untuk memperoleh pola distribusi cahaya yang paling baik. Pengujian terhadap tingkat iluminasi dari beberapa titik dilakukan untuk melihat bagaimana pola distribusi cahaya yang terjadi pada bidang kerja ketika terdapat perbedaan bentuk konfigurasi.
Dari hasil pengujian diperoleh data yang menunjukkan bahwa konfigurasi bentuk melingkar memiliki pola distribusi cahaya yang menyebar mengikuti bidang kerja. Distribusi cahaya pada lampu LED E Customize lebih baik karena lebih menyebar atau merata pada rentang sudut 0° hingga 180° sampai 189 lebih terang dibanding dengan lampu LED D yang memiliki jenis sumber yang sama. Titik Iluminasi tertinggi dari masing-masing lampu LED didapatkan pada titik tengah pengukuran sudut 90°.

Lighting system technology becomes the basic needs of human beings in line with the development of lighting technology such as lights used in everyday activities or in rooms. In the development of lighting technology that makes energy consumption increased so that required saving and optimize energy usage. Saving and optimizing energy usage is easy to do which the selection of lights that can work effectively and efficiently. Therefore, the lamp that is created must have the right LED frame configuration to obtain the best light distribution pattern. Tests on the illumination level of several points are conducted to see how the pattern of light distribution occurs in the work plane when there is a different form of configuration.
The result of this research shows that the configuration of a circular shape has a pattern of distribution of light that spread following the work field. Light distribution on LED E Customize lamps is better because it is more diffuse or evenly distributed in the range of angles 0° to 180° for 189 brighter compared to LED D lights that have the same source type. The highest illumination point of each LED lamp is obtained at the midpoint of the measurement angle 90°.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victor Edward S.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S34423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Yuniarcho
"Modullar Air Dryer (MAD) dirancang untuk mengeringkan berbagai macam hasil pertanian seperti padi, bawang merah dan lain sebagainya dengan sumber energi matahari. Alat pengering ini sangat bergantung kepada cuaca yang cerah, dengan sinar matahari yang terik.
Peneliti kali ini mencoba meneliti bagaimana perjformance MAD ketika cuaca kurang baik (berawan) atau sinar matahari sebagai sumber energi utama kurang maksimal, dan pengaruh ditempatkannya silica gel pada solar collector terhadap performance dari MAD. Prosedur penelitian yaitu dengan mencatat perubahan massa dari bawang merah dan silica gel dengan selang waktu tiap 10 menit pada setiap rak bawang merah dan wadah dari silica geI. Kemudian melakukan pencatatan perubahan temperatur pada solar collector dan ruang pengeiing pada 18 titik, serta mencatat perubahan kelembapan relatif yang terjadi pada ruang pengering untuk selang waktu yang sama yaitu 10 menit.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa efisiensi MAD ketika cuaca kurang balk dengan bantuan silica gel tidak jauh berbeda ketika cuaca sangat cerah tanpa bantuan silica gel. Nilai efisensi yang didapat berkisar 9.5 % - 16.6 %. Selain itu, laju pengeringan yang didapat 0.09 - 0.39 gram/menit. Rak F memiliki nilai laju pengeringan yang lebih baik dibandingkan rak lainnya. Sedangkan k tiap rak pada ruang pengering hampir sama, yaitu berkisar antara 0.053-0.055 menit-1.

Modular Air Dryer (MAD) for drying many kinds of agricultural plants such as paddy, shallot, etc. with using sun as the heat source. This dryer rely on the sunny and hot temperature.
Researcher tried to find out how is the MAD's performance when the weather is cloudy and seeing the effect of silica gel's placement info into collector to the MAD's performance. The procedures in doing the experiment are write down the mass change of shallot and silica gel with 10 minute interval in each rack of shallot and silica gel. Then record changes of temperature on solar collector and place of silica gel on 18 points, and also record the changes of relative humidify in MAD's with 10 minute interval.
The resulls of this experiment indicated that the efficiency of MAD's silica gel in cloudy weather had similarly in common with the efficiency of M AD 's in sunny and hot temperature without silica gel. The efficiency value within 9.5% to 16.6 %. Besides that the drying rate within 0.09 - 0.39 gram/minute. Rack F had higher drying rate among the others. Moreover, the value of k on each rack in MAD's had the same value within 0.053-0.055 menit -1.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Amran Tasai
Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas RI, 2009
398.3 AMR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wigajatri Purnamaningsih
"Eksperimen untuk mengamati karakteristik fluoresensi Chlorella spp. dengan menggunakan laser Nitrogen yang memiliki stabilitas dan frekuensi repetisi tinggi (energi 5 mJ, durasi pulsa 5 ns) telah dilakukan. Hasil percobaan menunjukkan untuk rentang konsentrasi 2.625 sel/ml hingga 2.769.000 sel/ml, intensitas fluoresensi pada λ = 687 dan konsentrasi sel memiliki hubungan linier. Juga ditunjukkan pada kultur Chlorella spp usia 7 hari, variasi pH pada awal kultur berpengaruh terhadap konsentrasi sel yang dihasilkan.

The Study on Fluorescence Characteristics of Chlorella spp: pH Influence on Culture. Experiments for measuring the fluorescence characteristics of Chlorella spp. by using high stability and high repetition rate nitrogen laser of energy 5 mJ with pulse duration of 5 ns have been carried out. The results show that for a cell concentration range from 2,625 cells/ml up to 2,769,000 cells/ml, the fluorescence intensities at pada λ = 687 nm have a linear relationship with the cell concentration. It has been also found that for a 7 days old chlorella culture, the pH variation at the starting culture influenced the cell concentration."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
S28794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>