Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Wendi Anata
"Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar COD yang tinggi sekitar 7,000 ? 12,000 mg/L. Dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat tercemarnya air di sekitar pabrik tahu dapat mempengaruhi kualitas air sungai yang dapat mengganggu ekosistem perairan. Parameter kualitas air dapat diukur dengan nilai Chemical Oxygen Demand (COD). Diperlukan peningkatkan kualitas air agar kadar COD dapat sesuai dengan standar baku mutu (COD 150 mg/L). Salah satu cara menjaga kualitas air yang dapat digunakan adalah adsorpsi menggunakan karbon aktif. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni proses persiapan bahan eceng gondok, dehidrasi pada suhu 120 °C selama 12 jam, karbonisasi tanpa udara pada suhu 400 °C selama 70 menit, penyaringan ukuran 100 mesh, dan aktivasi kimiawi menggunakan KOH dengan variasi konsentrasi 2 M, 3 M, 4 M, dan 5 M. Nilai bilangan iod yang menyatakan luas permukaan karbon aktif terbesar adalah dengan menggunakan aktivator KOH 5 M, yakni 469,790 mg/g. Selanjutnya, dilakukan pengujian karakterisasi karbon aktif dengan analisis SEM-EDX yang menghasilkan morfologi luas permukaan karbon akibat pengaruh konsentrasi zat pengaktif. Setelah itu, sampel karbon aktif dipilih yang terbaik dengan luas permukaan optimum dan dilakukan uji kinerja adsorpsi untuk penurunan COD terhadap air limbah tahu dengan mengaduk 1 g karbon aktif dengan 100 mL air sampel dengan variasi waktu kontak 30, 60, 90, 120, dan 150 menit. Waktu kontak yang paling optimum dalam penelitian ini adalah dengan pemberian adsorben karbon aktif selama 150 menit dengan penurunan COD sebesar 57,96%.

Waste from processing and tofu has a high COD levels of around 7,000 to 12,000 mg/L. The environmental impact caused by contamination of water around the plant out can affect the quality of river water can disrupt aquatic ecosystems. Water quality parameters can be measured by the value of Chemical Oxygen Demand (COD). Water quality improvement is required in order to be able to COD levels in accordance with quality standards (COD 150 mg/L). One way to maintain the quality of water that can be used is adsorption using activated carbon. This research was conducted in several stages, namely the process of preparation of materials hyacinth, dehydrated at 120 °C for 12 hours, carbonization without air at a temperature of 400 °C for 70 minutes, filtering size of 100 mesh, and the activation of chemically using KOH with various concentrations 2 M, 3 M, 4 M and 5 M. Values iodine number is declared the largest surface area of activated carbon is to use 5 M KOH activator, namely 469,790 mg/g. Furthermore, activated carbon characterization testing performed by SEM-EDX analysis that generates a surface area morphology of carbon due to the influence of the concentration of activators. After that, the sample activated carbon have the best surface area is optimized and tested the performance of adsorption for COD reduction of the waste water out by stirring 1 g of activated carbon with 100 mL of water samples with a variation of contact time 30, 60, 90, 120, and 150 minute. The most optimum contact time in this research is the provision of an activated carbon adsorbent for 150 minutes with a COD reduction about 57.96%."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64690
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatul Jauharoh
"Peningkatan populasi di DKI jakarta mengakibatkan kenaikan kebutuhan air bersih. Hal ini menjadikan air laut sebagai pilihan sumber air alternatif. Teknologi pengolahan air laut desalinasi menggunakan reverse osmosis mampu mengolah menjadi air minum yang layak. Masalah yang kerap timbul pada RO adalah fouling yang dapat diatasi dengan pre-treatment menggunakan Powdered Activated Carbon (PAC). Adsorpsi PAC dapat menghilangkan bahan organik yang dapat mengakibatkan terjadinya fouling. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan efisiensi penyisihan bahan organik dari kadar dosis dan waktu kontak menggunakan PAC dan mengkaji pengaruh kondisi air sampel terhadap efisiensi penyisihan. Variabel terikat pada penelitian ini adalah bahan organik dalam absorbansi (Abs). Sedangkan variabel bebas berupa variasi dosis, waktu kontak, dan kondisi sampel. Hasil penelitian kondisi hujan menunjukkan waktu optimum terjadi pada 20 menit dan dosis optimum 250 mg/L dengan penyisihan organik sebesar 80,7%. Waktu dan dosis optimum tersebut diberlakukan dalam proses adsorpsi pada pengambilan sampel saat kondisi hujan. Dihasilkan penyisihan organik pada sampel kondisi hujan sebesar 82,7%. Diperoleh hasil isoterm adsorpsi kondisi normal terbesar 1.981,33 mg/g dan kondisi hujan sebesar 2.068,67 mg/g. Sehingga, PAC dapat menyisihkan organik pada air laut pada kondisi normal maupun hujan. 

The increase in population in DKI Jakarta has resulted in an increased demand for clean water. This has made seawater an alternative water source. Desalination technology using reverse osmosis is capable of treating seawater into drinkable water. A common problem in reverse osmosis is fouling, which can be addressed through pre-treatment using Powdered Activated Carbon (PAC). PAC adsorption can remove organic matter that can cause fouling. The aim of this research was to determine the efficiency of organic matter removal based on dosage and contact time using PAC and to assess the influence of sample water conditions on the removal efficiency. The dependent variable in this study is the organic matter in absorbance (Abs). The independent variables include dosage variation, contact time, and sample conditions. The research results under rainy conditions showed that the optimum time was 20 minutes and the optimum dosage was 250 mg/L, resulting in an organic removal efficiency of 80.7%. These optimum time and dosage were applied in the adsorption process for the rainy condition sample collection, resulting in an organic removal of 82.7%. The highest adsorption isotherm result under normal conditions was 1,981.33 mg/g, and under rainy conditions, it was 2,068.67 mg/g. Therefore, PAC is capable of removing organic matter from seawater under both normal and rainy conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myriam Moerwani Koeswardhani
"ABSTRAK
Isi Ringkasan
Indonesia adalah negara sedang berkembang, yang sedang melaksanakan pembangunan industri. Meningkatnya jumlah industri tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak negatif, misalnya pencemaran lingkungan hidup dari buangan industri, yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
Untuk mencegah menurunnya kualitas lingkungan diperlukan usaha pencegahan melalui pengolahan limbah tersebut. Secara garis besar, kegiatan pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi 6 (enam) tahap antara lain : Pengolahan pendahuluan, Pengolahan primer, pengolahan sekunder, pengolahan tertier, Pembunuhan kuman dan Pembuangan lanjutan.
Salah satu cara untuk mengolah limbah pada pengolahan tertier adalah dengan proses adsorpsi (penjerapan ). Salah satu sistem adsorpsi adalah adsorpsi fisik (adsorpsi Van der Waals) yang terjadi karena adanya gaya Van der Waals antara molekul-molekul zat yang terjerap dan bersifat dapat balik. Pada umumnya adsorben yang digunakan adalah karbon aktif, dapat berbentuk granular maupun bubuk. Karbon aktif granular maupun bubuk,mempunyai permukaan dalam yang lebih luas sehingga mempunyai daya jerap yang lebih besar.
Untuk mengetahui efektivitas karbon aktif yang tepat, telah dilakukan penelitian di laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Institut Teknologi Indonesia, dengan sampel dart limbah tekstil P.T. Sandratex, dan karbon aktif bubuk yang dibeli dari pedagang bahan kimia.
Menurut hasil penelitian dart F.T. Sandratex,setelah diolah dengan pengolahan primer dan sekunder pun,limbah cair industri tekstil tersebut masih mengandung kadar Fe'dan Zn' yang cukup tinggi yaitu lebih kurang 16 ppm, sedang Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan untuk Fe-dan Zn' masingmasing 5 ppm.(Kep-03/MENKLH/II/199I )
Proses adsorpsi adalah salah satu cara pada pengolahan tertier , dan limbah cair tekstil yang diteliti sudah mengalami proses pengolahan primer dan sekunder terlebih dahulu. Sebagai pembanding (kontrol) digunakan limbah cair tekstil sintetis , yang sengaja dipersiapkan dengan cara melarutkan FeSO-4 7 H2O dan Zn S0a dengan akuades sehingga diperoleh larutan murni yang mengandung jumlah senyawa Fe' dan Zn' seperti yang terdapat pada limbah tekstil P.T Sandratex.
Berkaitan dengan uraian diatas, maka masalah penelitian adalah sebagai berikut
1. Berapa besarkah efektivitas karbon aktif dalam mereduksi kadar ion Fe ' dan Zn+` dalam limbah cair industri tekstil dan limbah cair sintetis.
2. Berapakah lama kontak optimal yang dibutuhkan agar karbon aktif dapat me﷓
reduksi jumlah ion logam (Fe dan Zn ) sehingga tidak rnelebihi Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan
3. Sampai berapa kalikah karbon aktif dapat digunakan untuk menjerap (mengadsorpsi) ion Fe' dan ion Zn' dalam limbah cair industri tekstil dengan optimal tanpa regenerasi.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penelitian ini ingin meneliti efektivitas karbon aktif bubuk dengan kadar karbon aktif (% berat per volume) dan lama kontak limbah cair dengan karbon aktif (menit/liter), dengan jumlah ion Fe' dan Zn' yang tertinggal dalam larutan setelah di adsorpsi oleh karbon aktif, dan persentase Fe'dan Zn' yang diadsorpsi, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin besar kadar karbon aktif bubuk yang diberikan, semakin besar persentase ion Fe"dan Zri yang diadsorpsi, dan semakin kecil pula jumlah Fe' dan Zn" yang tertinggal dalam limbah cair industri tekstil dan limbah cair sintetis setelah diadsorpsi.
2. Semakin lama waktu kontak karbon aktif bubuk dengan limbah cair industri tekstil dan limbah cair tekstil sintetis, semakin kecil jumlah ion Fe" dan Zn' yang tertinggal dalam limbah cair tekstil / sintetis dan semakin besar persentase Fe'dan Zn' yang diadsorpsi.
3. Pemakaian karbon aktif sebanyak 20 kali tanpa regenerasi, dapat menaikkan persentase Fe'dan Zn' yang diadsorpsi (dijerap) dan menurunkan jumlah ion Fe'dan Zn'dalam limbah cair industri tekstil maupun limbah cair tekstil sintetis, setelah diadsorpsi oleh karbon aktif
Penelitian ini bersifat eksperimental , dan bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan karbon aktif untuk mengadsorpsi (menjerap) ion Few` dan ion Zn' yang masih terdapat cukup tinggi dalam limbah cair industri tekstil, meskipun telah diperlakukan dengan pengolahan limbah cair tahap pertama maupun tahap kedua. Selain daripada itu ingin pula membandingkan daya adsorpsi karbon aktif pads limbah cair tekstil dengan limbah cair sintetis. Ion logam yang terdapat dalam limbah cair sintetis hanya terdiri dari ion Fe'dan ion Zn' saja, sedangkan pada limbah cair tekstil meski sudah dilakukan pengolahan tahap pertama dan kedua tetapi masih cukup banyak mengandung ion-ion yang lain, dan ingin pula meneliti tentang berapa kalikah penggunaan karbon aktif untuk mengadsorpsi limbah cair industri tekstil tanpa regenerasi.
Analisis percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial. Variabel penelitian terdiri dari daya jerap karbon aktif sebagai variabel tergantung atau gayut ( dependent variable) sedangkan sebagai variabel babas atau variabel tak gayut (independent variable) adalah kadar karbon aktif ( persen berat per volume dalam gram/liter) dan lama kontak dengan karbon aktif ( menit/liter).
Penelitian iai dilaksanakan dalam dua tabap, tahap pertama adalah Penelitian Pendahuluan dan tahap kedua adalah Penelitian Utama.
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan jenis karbon aktif yang digunakan, kadar karbon aktif dan lama kontak yang terbaik. Pala penelitian pendahuluan ini Variabel lama kontak limbah cair industri tekstil dengan karbon aktif yang digunakan merupakan variabel waktu dengen variasi waktu 30, 60, 90 menit , sedangkan kadar karbon aktif yang digunakan berkisar antara 10, 20, dan 30 % berat per volume(mg/liter).
Dari percobaan pendahuluan , ternyata variabel waktu (lama kontak) dengan variasi 30, 60, dan 90 menit tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sehingga diambil kesimpulan lama kontak terbaik adalah 30 menit. Untuk variabel dosis karbon aktif , ke tiga variasi kadar karbon aktif juga tidak menunjukkan perbedaan nyata, sehingga untuk sementara dianggap 10% merupakan kadar terbaik Untuk jenis karbon aktif , dipilih karbon aktif bubuk karena lebih ekonomis dibandingkan dengan karbon aktif pro analitis.
Pada penelitian utama, dilakukan penelitian yang lebih teliti. Perlakuan pada penelitian utama yaitu lama kontak yang terdiri dari 8 taraf yaitu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 menit /liter dan untuk kadar karbon aktif terdiri dari 6 taraf yaitu 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; 10,0 ; 12,5 ; dan 15 % berat per volume (gram/liter).
Dari hasil penelitian dan basil perhitungan secara statistik diperoleh basil sebagai berikut :
Pada limbah cair industri tekstil,perlakuan kadar karbon aktif tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada ion Fe'dan ion Zn' yang tertinggal dalam limbah cair tekstil ,tetapi perlakuan lama kontak limbah cair dengan karbon aktif, berpengaruh nyata pada jumlah ion Fe'+dan Zn' yang tertinggal dalam limbah cair industri setelah diadsorpsi dengan karbon aktif bubuk. Dari tabel Anava dan Duncan test didapatkan hasil terbaik pada lama kontak 10 menit/liter dan dipilih kadar yang terendah yaitu 2,5 % (25 gram karbon aktif/liter limbah cair)
Untuk limbah cair tekstil sintetis temyata perlakuan lama kontak tidak berpengaruh pada ion Fe dan Zn yang tertinggal dalam limbah cair tekstil sintetis. tetapi perlakuan dosis karbon aktif menunjukkan pengaruh yang nyata pada jumlah ion Fe"dan Zn' yang tertinggal dalam limbah cair tekstil sintetis setelah diadsorpsi dengan karbon aktif bubuk. Dari Anova dan S.N.K Test pads limbah cair tekstil sintetis ternyata hasil terbaik di dapatkan pada dosis karbon aktif 7.5 % blv (75 gram karbon aktif/liter limbah cair) dan dengan lama kontak 5 menit/liter.
Di samping itu dari Tabel Anova didapatkan pula bukti bahwa ternyata karbon aktif masih effektif dipakai tanpa regenerasi meskipun telah digunakan sebanyak 20 kali. Hal itu dapat dilihat dari Anova yang menunjukkan bahwa jumlah ion Fe' dan Zn' yang tertinggal tidak berbeda nyata, berarti karbon aktif masih dapat digunakan dengan hasil yang baik meski telah digunakan sebanyak 20 kali.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa karbon aktif dapat menurunkan (mereduksi) jumlah ion Fe's dan Zn' dalam Iimbah cair industri (khususnya PT Sandratex) dengan waktu kontak 10 menit/liter dan kadar karbon aktif 7,5 % b/v (75 grain/liter ), dan karbon aktif masih dapat menjerap terus tanpa regenerasi walaupun telah digunakan duapuluh kali.

ABSTRACT
Thesis summary :
Indonesia, one of the developing countries, is currently developing industries. The increasing number of industries does not only cause some positive impacts, but negative ones as well, such as environmental pollution which is caused by industrial waste, leading to degradation of environmental qualities.
There are many steps of wastewater treatment, namely primary steps, secondary steps, tertiary steps, disinfection and sludge disposal.i
One system of the wastewater treatment is based on adsorption process. Physical adsorption as one of the adsorption system takes place due to Van der Waals forces among adsorbed molecules which are reversible. Adsorbent commonly used are active carbon, either granular or powdered
Both the granular active carbon and powdered active carbon have a wide internal surface, making their greater adsorbing ability. To understand the active carbon effectiveness, an experiment has been carried out at the Biochemistry laboratory of Agricultural Technology Department of Institute Technology Indonesia, using samples taken from P.T. Sandratex and powdered activated carbon purchased elsewhere. The adsorption process belongs to the third step treatment and therefore the textile plant waste, have been passed the first and the second process
As comparison material, the artificial textile plant liquid waste is used , made by dissolving FeSO4 71120 and ZnSO4 using aquadestilate as such that a solution is obtained containing compounds of Fe'and Zn- similar to the one found in the textile waste.
Variables used in this research were the amount of metal ion left in textile liquid waste after being adsorbed by the activated carbon using a certain concentration (% weight per volume) and contact length of time.
As mentioned above, the research problems were as follows :
a. What is the effectiveness of activated carbon in reducing Fe' and Zn' ions dosis in textile and synthetic liquid waste.
b. What is the the length of contact time needed in order that active carbon could reduce the amount of Fe' and Zn' ions, not exceeding the allowable threshold value.
d. How many times can active carbon be used optimally to adsorp metal ion (Fe}'and Zn') in textile and synthetic liquid waste without being regenerated.
Based on the problems mentioned above, this research was aimed to find out the interaction between the dosage of activated carbon (in % weight/volume),duration of contact of liquid waste and activated carbon, and the amount of metal ion (Few` and Zn' ) in the solution after being adsorped by the activated carbon.
Therefore the hypothesis of this research are as follows :
1. The higher the active carbon powder dosage used, the higher the percentage of Fe' and Zn`` ions adsorped and the lesser the amount of Fe' and Zn left in the textile and synthetic liquid waste.
2. The longer the active carbon powder contact time with textile industry and synthetic liquid waste, the smaller amounts of Fe'and Zn' ions left in textile and synthetic waste and the higher the percentage of Fe' and Zn' .
3. Using active carbon twenty limes without regeneration, can increase the percentage
of Fe' and a"- ions adsorped and decrease the amount of Fe'-'and Zn" ions in
in textile industry as well as synthetic liquid waste .
The research objectives were to study the ability of activated carbon in adsorping the Fe' and Zn' ions which are highly found in the textile industry liquid waste yet it has been treated both with the first and second stage processing. The second objectives were also to compare the adsorption capacity of activated carbon on the industrial waste and syntetic waste. The metal ion contained in the synthetic waste only consists of Fe" and Zn''ions, whereas in the textile waste having been given the first and the second treatment stiII contains quite a variety of metals .
The third objective was to study the effectivity of the activated carbon after being used without regeneration
The experiment analysis is done by using the Factorial Complete Random Design.
The research variables consist of the adsorptiveness y of active carbon as dependent variable, whereas the active carbon concentration ( weight percentage per volume in gram/Litre) and contact period as an adsorbtive capacity independent variables.
the characteristic of which later could be used to choose the best form of active carbon, powdered active carbon, granular active carbon and the pro-analytic active carbon_ The contact length of time of the textile liquid waste with the active carbon constitutes lime variable with time interval of 30, 60, 90 minutes and while the active carbon concentration ranges between 10, 20 and 30% weight per volume (gram/litre).
In the prelimary experiment,it is obvious that the time variables (contact length) of 30, 60, and 90 minutes didn't show a significant different, therefor it could be included that the best contact time was 30 minutes. For active carbon concentration variables,the three different concentration also did not show significant differences, but the concentration of 10% active carbon was assume to be the best concentration, the powder of active carbon was choosen due to more economic compare to pro analytic active carbon
The main research , further research is performed more in detail. Time intervals were conducted at 8 different level 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 minutes,and for the active carbon concentration a research is also done through 6 different levels 2,5 ; 5.0; 7,5 ; 10,0; 12,5 and 15% weight per volume (gram/litre). The result data and statistical analysis showed as follows :
On textile liquid waste, the active carbon concentration variable doesnot show a
significant different of metal ion, but the contact length of time of liquid waste with active carbon indicates the amount of the remaining metal ion in the industrial Iiquid waste. In the ANOVA and Studen t Newman Ifeuls it is obvious that the best contact length of time is 10 minutes, and 2,5% dosis activated carbon.
For syntetic liquid waste, the contact length of time is not very obvious but the active carbon consentration points out the amount of the metal ion left in the liquid waste after being adsorped is obviously different. Using ANOVA and Student-Newman-Keuls (S.N.K. test) on syntetic waste,the best result with dosis (% weight per volume) active carbon 7,5 % wlv, and the textile industrial liquid waste, the optimal number of ions occur in the contact length of time with active carbon 5 minutes/litre liquid waste.
Besides that,it is found that active carbon is still effectively used without regeneration despite of 20 times applications. This can be seen from ANOVA that the remaining substance left (Adsorptions) is not really different,meaning to say the active carbon is still usable with effective resuly.
The conclussion showed that powder activated carbon could adsorbing metal Fe and Zn especially P.T. Sandratex with 10 minutes llitre contact period and 7,5 % weight/volume concentration of powder activated carbon and the powdered activated carbon can be used 20 times without regeneration.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Lediana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S34284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Roseline
"Emerging contaminants (ECs) merupakan polutan yang menjadi sedang menjadi perhatian. Parasetamol merupakan salah satu emerging contaminant yang dapat menyebabkan pencemaran di badan air serta memiliki toksisitas yang dapat mempengaruhi kesehatan dan lingkungan. Adsorpsi merupakan alternatif metode penyisihan ECs yang menjanjikan karena cukup efisien, hemat biaya, dan mudah untuk dioperasikan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan efektivitas proses adsorpsi senyawa parasetamol dengan berbagai jenis adsorben, mengevaluasi pengaruh parameter operasional pH terhadap efektivitas proses adsorpsi, dan mengevaluasi potensi penggunaan kembali adsorben. Kuantifikasi parasetamol dilakukan dengan COD metode spektrofotometri dan metode separasi solid-liquid yang digunakan adalah metode separasi dengan syringe filter. Penyisihan parasetamol menggunakan berbagai adsorben, yaitu powdered activated carbon (PAC), zeolit alam, fly ash, lumpur alum nonaktivasi, lumpur terkalsinasi, dan lumpur teraktivasi asam. Analisis proses adsorpsi parasetamol dengan adsorben PAC dilakukan berdasarkan pengaruh konsentrasi adsorben, konsentrasi polutan dan pH. Berdasarkan hasil penelitian, PAC efektif menghilangkan parasetamol dengan efisiensi penyisihan COD sebesar 70,30%. Sedangkan adsorben lainnya kurang efektif karena efisiensi penyisihan COD bernilai negatif. Adsorpsi dengan PAC efektif menyisihkan parasetamol pada pH netral dan asam. Adsorben PAC memiliki potensi penggunaan kembali sebanyak dua kali dengan nilai efisiensi penyisihan >40%.

Emerging contaminants (ECs) is a pollutant that is becoming a concern. Paracetamol is an emerging contaminant which can cause pollution in the body of water as well as have toxicity that can affect health and environment. Adsorption is an alternative method of ECs removal which is quite promising because it is highly-efficient, cost effective, and easy to operate. This study was conducted to compare the effectiveness of paracetamol adsorption process by various types of adsorbents, evaluate the effect of pH operational parameters on the effectiveness of the adsorption process, and evaluate the potential reuse of adsorbents. Quantification of paracetamol was carried out by COD spectrophotometric method and the solid-liquid separation method used was the separation method with a syringe filter. Removal of paracetamol used various adsorbents, namely powdered activated carbon (PAC), natural zeolite, fly ash, alum sludge, calcined sludge, and acid activated sludge. Analysis of the paracetamol adsorption process with PAC adsorbent was carried out based on the effect of the concentration of the adsorbent, the concentration of pollutants and pH. Based on the results of the study, PAC effectively removes paracetamol with COD removal efficiency of 70.30%. While other adsorbents are less effective because the efficiency of COD removal is negative. Adsorption with PAC effectively removes paracetamol at neutral and acidic pH. PAC adsorbent has a potential for reuse as much as one time with the allowance efficiency value > 40%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didit Adhitya H.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S29895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Indriani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi aplikasi teknologi ozonasi katalitik menggunakaan Granular Activated Carbon (GAC) pada penyisihan COD, NH3, Coliform dan senyawa antibiotik (turunan fenol) dalam limbah cair rumah sakit. Limbah cair yang digunakan berasal dari limbah cair Rumah Sakit Bumi Waras yang belum memasuki instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Variabel kondisi operasi yang divariasikan pada proses penyisihan senyawa antibiotik (turunan fenol), COD, NH3, dan Coliform dalam limbah cair menggunakan teknologi ozonasi katalitik adalah konfigurasi sistem pengolahan limbah (Ozon, Ozon/UV, Ozon/GAC, Ozon/UV/GAC) dan waktu penyisihan (0, 15, 30, 45, 60, 120 menit). Analisis yang digunakan meliputi metode 4-Aminoantipirin untuk senyawa antibiotik (turunan fenol), metode Refluks tertutup untuk COD, metode Nessler untuk NH3, dan metode Total plate count untuk Coliform.
Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa konfigurasi Ozon/UV merupakan konfigurasi yang paling tepat digunakan untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Sakit Bumi Waras, Bandar Lampung. Konfigurasi Ozon/UV secara signifikan mampu menyisihkan kandungan antibiotik (turunan fenol) 64%, COD 60%, NH3 10,71%, Coliform total 98,89%, dan E.Coli 100%.

The present study was aimed at determining the efficiency of catalytic ozone technology applications using Granular Activated Carbon (GAC) on the removal of COD, NH3, Coliform and antibiotic compounds (phenol derivatives) in the treated wastewater. The liquid waste was derived from wastewater of Bumi Waras Hospital that had not entered yet to wastewater treatment plant (WWTP).
Operating conditions variable that varied in Coliform the process of removal antibiotic compounds (phenol derivatives), COD, NH3, and in wastewater using catalytic ozone technology is the configuration of wastewater treatment system (Ozone, Ozone/UV, Ozone/GAC, Ozone/UV/GAC) and time of removal process (0, 15.30, 45, 60, 120 minutes).
The results were analyzed wich comprising of antibiotic compounds (phenol derivatives) by 4-Aminoantipyrine method, COD by Closed reflux method, NH3-N by Nessler method, and Coliform by Total plate count. The result of study shown that the configuration of Ozone/ UV was the most appropriate configuration for Waste Water Treatment Plant (WWTP) at Bumi Waras Hospital, Bandar Lampung. Configuration Ozone/ UV was significantly capable of removing antibiotic content (phenol derivatives), COD, NH3, Coliform total, and E.coli by 64%, 60%, 10.71%, 98.89%, and 100%, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Tri Yolandini
"

Industri batik menghasilkan limbah cair dalam volume besar yang saat ini proses pengolahannya masih sangat buruk. Pada penelitian ini dilakukan upaya pengolahan limbah cair batik dengan metode koagulasi-flokulasi, ozonasi tunggal, dan kombinasi ozonasi sebelum koagulasi-flokulasi (pra-ozonasi) dan ozonasi setelah koagulasi-flokulasi (post-ozonasi). Pada keempat metode dioptimasi pada beberapa parameter yaitu pH awal, dosis koagulan, dan waktu bubbling ozon untuk memperoleh degradasi maksimum limbah cair batik. Koagulan yang digunakan adalah koagulan PAC yang memiliki rentang pH kerja yang lebih luas dibanding koagulan lain. Pada proses koagulasi-flokulasi tunggal dengan pH 4 dan dosis koagulan 300 ppm diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 84,55%, 99,24%, dan 98,50%. Pada proses ozonasi tunggal dengan pH 4 dan waktu bubbling 4 menit diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 9,52%, 6,78%, dan 0,15%. Pada kombinasi ozonasi sebelum koagulasi-flokulasi dengan pH 4, dosis koagulan 200 ppm dan waktu bubbling ozon 4 menit diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 83,41%, 98,77%, dan 98,01%. Pada kombinasi ozonasi setelah koagulasi-flokulasi dengan pH 4, dosis koagulan 300 ppm dan waktu bubbling ozon 4 menit diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 83,36%, 99,31%, dan 99,23%.


Batik industry produces large volumes of liquid waste, which is still has very poor treatment nowadays. In this research efforts were made to treat batik wastewater using the coagulation-flocculation, single ozonation, and combination of ozonation before coagulation-flocculation (pre-ozonation) and ozonation after coagulation-flocculation methods (post-ozonation). The methods were optimized for some parameters: initial pH, coagulant dose, and ozone bubbling time to obtain maximum degradation of batik waste water. The coagulant used in this research is PAC coagulant which has wider pH range than other coagulants. In a single coagulation-flocculation process with a pH 4 and 300 ppm PAC, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 84.55%, 99.24%, and 98.50%, respectively. In a single ozonation process with pH 4 and 4 minutes of bubbling time, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 9.52%, 6.78%, and 0.15%, respectively. In the combination of ozonation before coagulation-flocculation with pH 4, 200 ppm PAC and 4 minutes of ozone bubbling time, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 83.41%, 98.77%, and 98.01%. In the combination of ozonation after coagulation-flocculation with pH 4, 300 ppm PAC and 4 minutes of ozone bubbling time, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 83.36%, 99.31%, and 99.23%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Lukman Hakim
"ABSTRAK
Limbah cair resin sintetik merupakan salah salu bentuk limbah yang dapal menyebabkan turunnya kualitas air, sehingga dibutuhkan suatu pengolahan yang, sesuai dengan karakteristik air limbah. Proses pengolahan limbah secara biologi dengan menggunakan lumpur aktif merupakan salah salu alternatif yang dapat digunakan dalam mengolah limbah resin sintetik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja proses lumpur aktif, pengaruh waktu tinggal air limbah dan konsentrasi limbah umuk limbah sebelum diolah dan sesudah diolah secara kimia. Percobaan dilakukan dengan menvariasikan waktu tinggal air iimbah dan konsentrasi limbah. Parameter operasi yang diamati adalah oksigen terlarut, MLSS, MLVSS, COD aliran masuk dan keluar, surfaktan aliran masuk dan keluar serta pH aliran masuk dan keluar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa % penyisihan COD dan surfaktan pada konsentrasai 1000 mg/l yang telah diolah secara kimia menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi limbah 2200 mg/l yang belum diolah secara kimia. Untuk % penyisihan COD dan surfaktan dihasilkan % penyisihan sebesar 90% dan 96%. Sedangkan untuk konsentrasi keluaran COD dan surfaktan dihasilkan konsentrasi keluaran sebesar 100 mg/l dan 0,5 mg/l. Penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat hubungan antara beban organik dan beban limbah terhadap % penyisihan COD. Untuk beban limbah sebesar 0,25 g COD/lt.hari dihasiikan % penyisihan COD sebesar 90%, sedangkan untuk beban organik 0,064 g COD/MLSS.hari, % penyisihan CODnya mencapai 90%.
Selain itu terdapat pula hubungan antara oksigen terlarut dengan % penyisihan COD, dimana semakin tinggi oksigen terlarut daiam tangki aerasi semakin besar pula % penyisihan CODnya. Untuk perkembangan pH pada proses lumpur aktif terus mengalami kenaikan seiring dengan bertambanhnya waktu tinggal air limbah dalam tangki aerasi. pH keluaran hasil pengolahan lumpur aktif berkisar antara 5 sampai 6 baik untuk konsentrasi 2200 mg/l alau 1000 mg/l."
2000
S49172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>