Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55491 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cantor, Dorothy W.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 1998
329 CAN wt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Laksmita Hestirani
"Tesis ini membahas pemikiran Maria Ullfah Santoso mengenai kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia. Ruang lingkup penelitian ini adalah pemikiran-pemikiran Maria Ullfah tentang kedudukan perempuan Indonesia dalam lembaga perkawinan dan partisipasi politik antara tahun 1938 hingga 1941. Tujuan dari penelitian ini adalah menjabarkan dan menganalisis pemikiran Maria Ullfah terkait usaha perbaikan kedudukan perempuan Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sejarah, yang terdiri dari pengumpulan sumber atau heuristik; kritik sumber atau verifikasi; analisis dan sintesis atau interpretasi; dan penulisan sejarah atau historiografi. Sedangkan metodologi yang digunakan yaitu pendekatan sejarah pemikiran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam isu perkawinan, pemikiran-pemikiran Maria Ullfah tentang kedudukan perempuan berawal dari keburukan-keburukan dalam praktik perkawinan yang seringkali menimpa kaum perempuan pada masa kolonial. Ia menekankan bahwa laki-laki dan perempuan haruslah memiliki kedudukan yang sama tingginya dan sama kuatnya dalam suatu perkawinan. Pemikiran yang utama adalah reformasi hukum perkawinan, dalam rangka menghasilkan peraturan perkawinan yang melindungi kedudukan perempuan. Di sisi lain, akses terhadap bantuan hukum perlu dibuka dan diperluas agar kaum perempuan Indonesia dapat memperjuangkan hak-haknya saat itu juga. Dalam isu partisipasi politik, pemikiran-pemikiran Maria Ullfah tentang kedudukan perempuan berawal dari ketimpangan hak pilih antara laki-laki dan perempuan pada masa kolonial. Segala usaha yang ia lakukan kemudian ditujukan untuk memberikan hak pilih aktif dan pasif kepada kaum perempuan Indonesia. Kita dapat melihat bahwa dalam isu perkawinan maupun partisipasi politik, nilai utama yang selalu diperjuangkan oleh Maria Ullfah adalah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Sebagai sesama manusia, tentunya kaum perempuan memiliki hak-hak kemanusiaan yang sama dengan kaum laki-laki. Kedudukan yang setara inilah yang harus terus diperjuangkan dalam segala bidang kehidupan hingga kesetaraan tersebut tertuang tidak hanya dalam teori belaka, namun juga dalam ketentuan hukum serta praktiknya di dunia nyata.

This thesis discusses Maria Ullfah Santoso’s thoughts on women’s standing in Indonesian society. The scope of this study is Maria Ullfah’s thoughts on Indonesian women’s standing in marriage and political participation between the years of 1938 to 1941. The purpose of this study is to describe and analyze Maria Ullfah’s thoughts regarding the efforts to improve Indonesian women’s standing. This study uses historical research method, which comprises of source gathering or heuristics; source critique or verifications; analysis and synthesis or interpretations; and historical writing or historiography. Moreover, the methodology used is intellectual history approach. The results of this study show that on marriage issues, Maria Ullfah’s thoughts on Indonesian women’s standing derived from afflictions in marriage practices which often befell women in the colonial era. She stressed that men and women should have equal standings in marriage. The main idea was marriage law reform, in order to produce marriage legislations that could protect women’s standing. On the other hand, access to legal aids needed to be opened and widened so that Indonesian women could fight for their rights straight away. On political participation issues, Maria Ullfah’s thoughts on Indonesian women’s standing derived from suffrage inequality between men and women in the colonial era. Hence, her efforts were directed toward giving active and passive suffrage for Indonesian women. We can see that on marriage as well as on political participation issues, the main value that was always fought for by Maria Ullfah was equality between men and women. As fellow humans, surely women have the same human rights as men. This equal standing needs to be fought for in every field of life until that equality is achieved not only in mere theory, but also in legislations as well as in real life practices."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riani Handayani
"Salah satu peran pers adalah memberikan berita, menyampaikan, merekam apa yang terjadi, dilakukan dan dipikirkan dunia dengan jelas dan terinci. Melalui pemberitaan pers, kondisi atau keadaan masyarakat pada suatu masa dapat diketahui. Melalui pemberitaan media masa perang dapat diketahui bagaimana peranan wanita saat itu. Pecahnya PD II yang melibatkan Australia telah menjadi berita hangat di berbagai media termasuk di majalah wanita The Australian Women's Weekly. Pada saat perang merupakan majalah yang memiliki jumlah edaran tertinggi dari media sejenis. Selama masa perang majalah tersebut banyak mengangkat berita perang dan partisipasi kaum wanita Australia di dalam beberapa kegiatan perang. Partisipasi wanita pada masa PD II mengalami peningkatan dari PD I, Khususnya kegiatan yang dilakukan di luar rumah dan terlibat dalam usaha perang. Pekerjaan sebagai perawat merupakan profesi wanita paling tua pada perang. Pada masa ini pula kesempatan wanita di bidang industri dan militer cukup terbuka lebar, karena pekerja pria sebelumnya meninggalkan lahan industri dan mereka lebih tertarik bergabung di militer selama perang berlangsung. Mobilisasi pekerja wanita terjadi pada masa perang, karena mereka mulai mengisi lahan pekerjaan yang kosong, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Berita dan propaganda pemerintah di media untuk merekrut sebanyak mungkin tenaga kerja secara tidak langsung turut mempengaruhi kesadaran kaum wanita untuk bekerja. Mereka berusaha membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Kesempatan menjadi tentara baru diberikan pada PD II, memegang senjata dan ikut perang. Membuktikan mereka mempunyai kemampuan yang sama dengan pria, walaupun secara fisik mereka berbeda, tapi jika diberi kesempatan mereka dapat melakukan pekerjaan pria. Bidang industri, Land Army, dan beberapa kedinasan mulai menerima tenaga wanita sebagai pekerjanya. Kehidupan wanita Australia mulai dikenalkan pada pekerjaan di luar rumah dan mencoba lahan kerja kaum pria. Saat perang berakhir pekerja wanita bersedia kembali ke rumah, namun ada sebagian pekerja lainnya mempertahankan posisi mereka karena telah mendapat jabatan tertentu. Keadaan itu sempat membuat kaum pria bereaksi karena pada dasarnya mereka akan kembali menempati tempat kerja yang telah ditinggalkan sebelumnya, di militer merupakan pekerjaan sementara waktu selama perang masih berlangsung."
2000
S12429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Adanurani
"Jurnal ini merupakan studi filosofis terhadap posisi subjek perempuan dalam sejarah Indonesia melalui teori semiotik Julia Kristeva. Minimnya representasi perempuan dalam sejarah diakibatkan dominasi patriarki dalam ruang simbolik sejarah objektif. Objektivitas sejarah lantas hanyalah subjektivitas yang terselubung dalam relasi kuasa gender. Untuk membuktikan hal tersebut, saya melakukan riset berbasis seni (arts-based research) terhadap video Dunia Wanita, yang mendekonstruksi arsip Gelora Indonesia melalui teknik penyuntingan. Kajian melalui metode semanalysis terhadap simbol-simbol perempuan dalam video tersebut mengungkapkan adanya bias gender dalam perspektif negara sebagai penentu sejarah objektif. Menantang makna objektif tersebut membutuhkan proses intertekstualitas, bahwa makna dalam teks terus-menerus berubah melalui pemaknaan subjek. Subjektivitas perempuan pun menjadi siasat bagi perempuan untuk memahami keberadaan dirinya di tengah arus sejarah, mendorong terjadinya emansipasi terhadap sejarah dan subjek perempuan.

This paper is a philosophical study on the position of the female subject in the Indonesian history through Julia Kristeva’s semiotic theory. The lack of women’s representation in history is related to the domination of patriarchy in the symbolic space of objective history. Therefore, historical objectivity is merely subjectivity, veiled underneath a network of gender power relation. In order to prove this thesis, I attempted an arts-based research towards Dunia Wanita, a video that deconstructed the archives of Gelora Indonesia through montage editing. A semanalysis study towards the symbolization of women in the video reveals a gender bias in the perspective of the state as the determinant of the objective history. In order to challenge the objective meaning, the process of intertextuality must take place; to continuously transform the meaning of the text through the subject’s signifying process. The female subjectivity becomes a strategy for women to identify their existence amidst the historical time, therefore emancipating the history and the female subject itself."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Rubyanti
"Perkembangan teknologi pada permainan di ponsel pintar tidak hanya sekedar sebagai hiburan, namun juga membuat pengguna memiliki berbagai kebebasan untuk mengontrol jalan cerita dan terhubung dengan pengguna lain dalam dunia virtual tiga dimensi. Hal ini memudahkan pengguna untuk terhubung dengan individu lain tanpa batas dan waktu. Fasilitas ini membuat beberapa pengguna menjalin hubungan romantis virtual dengan lawan jenis, termasuk yang dilakukan oleh wanita. Penelitian ini menggunakan metode wawancara yang melaporkan bahwa wanita di Indonesia melakukan presentasi diri dengan dua cara. Pertama, eksplorasi melalui Avatar yang menjadi salah satu bentuk negosiasi dari kehidupan nyata dan bentuk ideal yang diinginkan. Kedua, ketika hubungan romantis dijalankan, wanita lebih berhati-hati dalam melakukan pengungkapan diri dan cenderung memberikan detail yang salah karena adanya pandangan bahwa mereka tidak sepenuhnya berbicara dengan diri lawan jenis yang sebenarnya. Sehingga mereka cenderung menjalin hubungan romantis yang bersifat fantasi yang mana adanya perbedaan karakter hubungan romantis ketika di dunia nyata dan dunia virtual.

Games technology developments in smartphones are not only for entertainment, but also give users the freedom to control the storyline and connect with other users in a three-dimensional virtual world. This makes users are easier to connect with other individuals without boundaries. They allows some users to establish virtual relationships with the opposite sex, which some women are doing it. This study use an interview method which reports that women in Indonesia doing self presentation in two ways. First, identity exploration Avatar which is a form of negotiation between real life and the desired ideal form. Second, when a romantic relationship is conducted, women are more careful in revealing themselves and tend to give the false information because the perception within that they are not fully talking to the real self. So they establish a romantic relationship that categorized as fantasy which there are some distinction between conducting romantic relationship the real world and the virtual world."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Okke Saleha K. Sumantri Zaimar
"Kata Citra berarti gambaran tentang pribadi seseorang - dalam hal ini tokoh wanita baik aspek fisik maupun aspek mentalnya, juga sikapnya dalam hubungannya dengan masyarakat di sekelilingnya. Sebenarnya, pembicaraan tentang citra wanita ini bukanlah hal yang baru; bahkan sering kali wanita menjadi korban citra klise yang diciptakan masyarakat untuk menguasainya. Sejak dulu wanita dikenal sebagai mahluk lemah, hidup tergantung dari lawan jenisnya, bersifat emosional dan kurang trampil dalam mengambil keputusan penting, Cara berpikirnya kurang logis, dan banyak lagi hal negatif lainnya yang melekat pada pribadi wanita. Meskipun hal ini telah banyak dibahas. namun setahu saya belum pernah ada penelitian tentang citra wanita dalam sinetron Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Mumtazzah Ba'Bud
"Periklanan merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Bisnis mengetahui bahwa salah satu penentu utama keberhasilan bisnis mereka adalah efektivitas iklan yang dikeluarkan. Namun, tidak semua iklan yang dikeluarkan suatu bisnis diterima dengan baik oleh masyarakat. Penggunaan daya tarik yang dianggap menyinggung tidak jarang dilakukan oleh pemasar, walaupun penerimaan daya tarik menyinggung itu tidak bersifat universal, dan dapat berbeda untuk masing-masing negara dan masing-masing gender. Maka, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah portrayal of women in ads, cultural & social diversity, ethical judgement, dan attitude towards portrayal memiliki pengaruh terhadap purchase decision wanita muslim di Indonesia. Serta, untuk mencari tahu apakah portrayal of women in ads dan ethical judgment memiliki pengaruh terhadap attitude towards portrayal. Data dari penelitian ini diuji dengan menggunakan metode PLS-SEM. Pengambilan data dilakukan dengan menyebar kuesioner online dan diisi secara individu oleh responden. Data dari 247 responden wanita muslim Indonesia memberi hasil bahwa portrayal of women in ads, cultural & social diversity dan attitude towards portrayal  memiliki pengaruh terhadap purchase decision wanita muslim Indonesia. Dan juga, portrayal of women in ads memiliki pengaruh terhadap attitude towards portrayal iklan wanita muslim Indonesia.

Advertising is one of the largest industries in the world. Businesses know that one of the key factors to achieve success is through the effectiveness of their advertisements. However, not all advertisements issued by a business are well received by the public. The use of appeals that are considered offensive by marketers is quite common, however the acceptance of offensive appeals is not universal, and can be different for various countries and each gender. Thus, this study was conducted to determine whether portrayal of women in ads, cultural & social diversity, ethical judgment, and attitude towards portrayal  affect the purchase decision of muslim women in Indonesia. And also, to find out whether portrayal of women in ads and ethical judgment have any influence on their attitude towards the portrayal The data from this study was tested using the PLS-SEM method. The data was collected by spreading online questionnaires and was individually filled in by the respondents. Data from 247 Indonesian muslim women respondents revealed that portrayal of women in ads, cultural & social diversity and attitude towards portrayal have an influence on the purchase decision of Indonesian muslim women. Also, portrayal of women in ads have an influence on the attitude towards portrayal of Indonesian muslim women."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhana Ulfa Azis
"Keterlibatan artis di dalam dunia politik khususnya di partai politik sudah berlangsung sejak dari Orde Lama hingga Pasca-Orde Baru. Namun pada kedua masa pemerintahan itu keterlibatan artis sangat terbatas karena hanya sebagai pendukung ideologi politik pemerintah yang otoriter. Sehingga yang terjadi adalah artis berpolitik hanya sebagai pajangan dan penghias, serta penghibur belaka dan hanya terbatas pada kepentingan artis untuk mempertahankan status dan profesinya agar penguasa membiarkannya hidup. Karena kekuatan otoriter pemerintah maka potensi keartisan sebagai pencipta karya budaya menjadi terbatas ditambah lagi dengan keterbatasan media sebagai mitra artis dalam mempopulerkan dunia keartisan.
Namun ketika keadaan relatif berubah setelah Soeharto jatuh oleh gerakan pro-reformasi pada bulan Mei 1998, terutama menjelang dan pasca-pemilu tahun 1999, kesadaran artis mulai berubah dari sekedar melaksanakan fungsi `penghibur politik' menjadi aktivis politik untuk melaksanakan peran politik yang lebih dalam. Dan menjadi sangat menarik lagi ketika menjelang pemilu 2004 dimana para artis ramai-ramai memasuki partai politik dan menjadi calon legislatif untuk selanjutnya dapat duduk parlemen. Perubahan itu membuat pula sejumlah faktor-faktor penyebab masuknya artis dalam partai politik semakin bervariasi.
Metode penelitian yang digunakan studi ini meliputi lima aspek. Pertama, pendekatan kualitatif. Kedua, tipe penelitian deskriptif analitis. Ketiga, teknik pengumpulan data dengan studi dokumentasi dan dilengkapi dengan wawancara. Keempat, teknik analisis dengan kualitatif.
Dengan penggunaan metelogi penelitian tersebut di atas studi ini akhirnya menghasilkan sejumlah temuan-temuan baru. Adapun hasil dari penelitian adalah :
Pertama, faktor popularitas, yang melihat pecan media massa dan. Sehingga terbentuknya image baru para artis berpolitik. Kedua, faktor tujuan politik artis yang melihat orientasi politik artis melalui agenda, visi dan misi politik para artis. Ketiga, faktor self identification yaitu faktor pengidentifikasian diri atas kemampuan berpolitik yang ditinjau dari faktor kecakapan politik, dengan melihat sosialisasi politik (political socialitation) dan pengalaman politik (political experiences), faktor kemampuan ekonomi, dan faktor nilai lebih keartisan. Ketiganya merupakan sejumlah temuan dari faktor yang mendorong artis masuk partai politik.
Faktor popularitas (public figure) bagi artis sebenarnya merupakan potensi yang inheren dengan profesi keartisannya. Artis populer karena banyak disukai orang atas karya seninya maupun gaya hidupnya Melalui media seperti televisi sebagai lembaga industri dan komersialisasi gaya hidup artis yang sedang berpolitik semakin populer. Popularitas artis berpolitik juga menimbulkan image baru yang menandai keseriusan para artis untuk menampilkan kemampuan dan intelektualitas berpolitik. Artis berpolitik kemudian menjadi topik menarik di tengah masyarakat. Dengan menyandang popularitas dan intelektualitas artis tidak hanya menarik perhatian masyarakat tetapi juga sejumlah partai politik kembali mengajak artis bergabung di partainya dan menjadikannya sebagai calon legislatif. Hal ini cukup membuktikan bahwa masuknya artis dalam partai politik merupakan konsekwensi logis dari popularitasnya (public figure).
Faktor tujuan politik artis terlihat dari nisi, mini dan agenda politik para artis yang sesungguhnya didasari dari persepsi para artis terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang dianggap belum cukup maksimal memperlihatkan hasilnya. Walaupun tujuan politik mereka beragam namun mereka berkeyakinan bahwa mereka akan berbuat lebih baik demi rakyat dan bangsa
Faktor kecakapan politik yang terdiri dari sosialisasi politik dan pengalaman politik merupakan faktor yang diakui oleh artis untuk menutupi alasannya masuk partai politik dan alasan partai politik yang merekrut artis karena kepopulerannya. Melalui kecakapan politiknya, artis sangat yakin dapat melaksanakan tanggung jawab politik bila kaiak dipercaya oleh rakyat menjadi wakilnya. Sosialisasi politik yang mereka dapatkan dari keluarga, pendidikan formal dan media komunikasi, dan pengalaman politik yang mereka telah ialui di organisasi sosial cukup membuat mereka yakin akan kemampuan dirinya. Dengan kecakapan politiknya pula artis merasa yakin kalau tidak terkalahkan oleh sejumlah politisi regular yang sudah lama menggeluti dunia politik.
Faktor berikutnya yang mendorong artis masuk partai politik adalah kemampuan ekonominya. Melalui kepemilikan uang yang tergolong tinggi memberi kesempatan besar bagi artis untuk masuk partai politik. Lebih dari itu dengan penghasilannya yang tergolong tinggi artis berharap dapat menepis seluruh anggapan bahwa keterlibatannya dalam partai politik adalah untuk mengejar uang.
Dan yang terakhir sebagai faktor identifikasi diri. Faktor ini sangat terkait dengan profesi keartisannya. Artis adalah penggelut dunis seni atau dunia estetika. Dari apa yang didapatkan dalam menggeluti dunia seni para artis mengakui bahwa mereka memiliki rasa sensitivitas yang tinggi. Dengan sensitivitas ini para artis berkeyakinan bahwa mereka mampu merespon aspirasi yang muncul terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial yang sedang terjadi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>