Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: BP-7 Pusat, 1989
320.5 MAT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Poerwanto
"Bangsa Indonesia yang telah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda adat istiadat, kepercayaan, bahasa serta kebudayaannya. Namun berkat adanya Sumpah Pemuda yang telah dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928, maka semangat persatuan dan kesatuan dari Sumpah Pemuda ini tetap dipegang teguh sampai sekarang. Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, sering terjadi perbedaan pendapat yang mengakibatkan retaknya persatuan ini, namun bangsa Indosia dengan sekuat tenaga mengembalikannya kepada persatuan bangsa. Hal ini dapat dilihat ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mensahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (sekarang dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar 1945), terjadi penggantian kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya" diganti dengan kalimat "Yang Maha Esau sesudah "Ketuhanan".
Adapun alasan penggantian kalimat tersebut menurut Drs. Moh. Hatta, salah seorang Proklamator, adalah atas usul seorang Opsir Angkatan Laut Jepang yang memberitahukan kepadanya, bahwa wakil-wakil Protestan dan Katolik dalam daerah yang dikuasai Angkatan Laut Jepang berkeberatan atas bagian kalimat tersebut dan dianggapnya sebagai suatu diskriminasi terhadap golongan minoritas. Karena hal tersebut dianggap serius, maka pada tanggal 18 Agustus 1945 sebelum PPKI bersidang, Drs. Moh. Hatta mengundang Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasjim, Mr. Kasman Singodimedjo dan Mr. Teuku Hasan untuk mengadakan rapat pendahuluan guna membicarakan hal tersebut, dan mereka sepakat untuk menghilangkan bagian kalimat yang menurut bukunya Drs. Moh. Hatta "menusuk hati kaum Kristen" dan menggantinya dengan "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pada waktu itu dari golongan Islam yang mempertahankan rumusan semula dengan alasan rumusan tersebut adalah hasil dari panitia ad hoc PPKI adalah Ki Bagus Hadikusumo, namun Ir. Soekarno selaku pimpinan sidang waktu itu mengutus Mr. Teuku Moh. Hasan untuk membujuk Ki Bagus ditambah dengan bujukan Mr. Kasman Singodimedjo yang menyatakan, bahwa dalam waktu enam bulan setelah perang Asia Timur Raya akan dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat yang akan menentukan Undang-Undang Dasar yang permanen. Dengan berat hati Ki Bagus Hadikusumo menerimanya.
Demikian juga menurut Prof. Deliar Noer, Ki Bagus Hadikusumo tidak puas dengan saran Drs, Moh. Hatta meskipun ia diam, tetapi dalam hatinya ia menolak. Hal ini dilampiaskan ketika Ki Bagus pidato dalam Penutupan Majelis Tani.ir Muhammadiyah."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T5368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi; Departemen Pendidikan Nasional, 2001
320.5 Ind k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: BP-7 Pusat, 1989
320. 5 MAT III (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Iqbal Hasan
Jakarta: Rajawali, 2002
320.5 IQB p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: BP-7 Pusat, 1989
320.5 MAT II (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996
320.5 PAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Galih Hutama Putra
"Skripsi ini membahas tentang kebijakan Soeharto yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) dan Asas Tunggal. Kebijakan ini merupakan pengimplementasian tujuan pemerintah Orde Baru untuk menjalankan Pancasila secara murni, konsisten dan konsekuen. Ketika kebijakan ini disahkan, ternyata menuai berbagai reaksi positif dan negatif dari berbagai kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat menilai kebijakan ini merupakan strategi Soeharto untuk memperkuat kekuasaannya. Walaupun demikian, Soeharto dapat mengatasi berbagai reaksi tersebut dan tetap menjalankan kebijakannya.

This thesis discusses about the Soeharto’s policy namely Guidelines Appreciation and Practice of the Pancasila (P-4) and a Single Principle. This policy is the implementation of the New Order government's aim to run the Pancasila in a pure, consistent and consistently. When this policy is adopted, it reaps many positive and negative reactions from various circles of society. This is because the society judging that policy is a Suharto's strategy to consolidate his power. However, Soeharto can cope with these reactions and still run that policy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>